|
Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
https://sabda.org/https://sabda.org/publikasi/e-reformed/96 |
|
e-Reformed edisi 96 (14-2-2008)
|
|
Dear Reformed Netters,
Artikel yang saya kirimkan ke Anda ini sangat menarik untuk disimak.
Kiranya dapat menjadi perenungan bagi kita menjelang perayaan Paskah
tahun ini. Doa saya, kita semua semakin menghargai pentingnya kematian
Kristus bagi iman keselamatan kita.
Selamat merayakan Hari Paskah 2008.
Redaksi,
Yulia Oeniyati
< yulia(at)in-christ.net >
---------------------------------------------------------------------
KEJUTAN DARI SEORANG SKEPTIS
============================
Karena menganggap diri seorang ateis, maka saya mengawali perjalanan
spiritual saya dengan cara yang tidak biasa.
Saya minta pertolongan Tuhan.
Saya pikir-pikir, apa ruginya? Jika saya ternyata benar dan Tuhan
sedang tidak ada di surga, maka saya hanya akan kehilangan waktu
selama tiga puluh detik. Jika ternyata saya salah dan Tuhan menjawab
saya, maka saya akan mendapat untung besar. Maka, saat sendirian di
dalam kamar; pada 20 Januari 1980, saya panjatkan doa demikian ini:
"Tuhan, aku bahkan tidak percaya Engkau ada di sana, tetapi jika
memang benar Engkau ada, aku ingin menemukan-Mu. Aku benar-benar ingin
mengenal kebenaran-Mu. Maka jika Engkau memang ada, mohon nyatakan
diri-Mu padaku."
Apa yang tidak saya ketahui pada waktu itu yaitu, doa sederhana ini
melontarkan saya selama hampir dua tahun ke dalam petualangan
pencarian yang berakhir dengan sebuah revolusi dalam hidup saya.
Berbekal pelatihan bidang hukum yang pernah saya ikuti, yang memberi
saya pengetahuan mengenai bukti, juga latar belakang jurnalistik, yang
memberi saya keterampilan-keterampilan dalam mengejar-ngejar fakta,
saya pun mulai membaca berbagai macam buku dan mewawancarai banyak
ahli. Saya sangat dipengaruhi oleh Josh McDowell melalui buku-bukunya.
"More Than a Carpenter"[1] dan "Evidence That Demands a Verdict"[2],
telah membuka mata saya pada kemungkinan bahwa seseorang bisa memiliki
iman yang dapat dipertahankan secara intelektual.
Tentu saja, saya juga membaca Alkitab. Namun, terlebih dahulu saya
sisihkan jauh-jauh pemikiran bahwa Alkitab itu benar-benar adalah
firman, yang adalah ilham dari Tuhan. Sebaliknya, pada saat itu saya
memandang Alkitab dengan sudut pandang yang tak terbantahkan --
sebagai suatu kumpulan dokumen masa lampau yang merekam kejadian-
kejadian yang memiliki nilai historis.
Saya juga membaca tulisan-tulisan religius lainnya, termasuk Kitab
Mormon, sebab saya rasa penting untuk memeriksa alternatif keyakinan
rohani yang berbeda. Sebagian besar keyakinan itu mudah dibuyarkan.
Sebagai contoh, Mormonisme dengan cepat runtuh di tengah penelitian
saya setelah saya menemukan beberapa ketidaksesuaian yang tidak dapat
ditolerir antara kesaksian-kesaksian sang pendiri, Joseph Smith,
dengan penemuan-penemuan arkeologi modern. Berbeda dengan kekristenan,
yang semakin saya teliti, semakin membangkitkan ketertarikan saya.
Saya gambarkan proses ini seolah-olah saya sedang merangkai suatu
"jigsaw" (teka-teki bergambar) raksasa dalam benak saya. Tiap kali
menemukan bukti atau jawaban, itu seperti menemukan letak potongan
jigsaw yang tepat pada posisi yang semestinya. Saya tidak tahu seperti
apa jadinya gambar akhir dari rangkaian jigsaw tersebut -- itu adalah
suatu misteri -- tetapi setiap fakta yang dapat saya ungkap mengarah
pada satu langkah ke depan untuk makin dekat pada solusinya.
JAWABAN BAGI SEORANG ATEIS
Tak lama kemudian, saya menemukan bahwa orang Kristen telah melakukan
suatu kesalahan taktis. Agama-agama lain percaya pada berbagai dewa
atau tuhan yang tak berwujud, tidak kelihatan, dan pemahaman itu sulit
untuk diubah. Tetapi orang Kristen mendasarkan agama mereka pada hal-
hal yang katanya adalah ajaran dan mukjizat dari sesosok Pribadi yang
mereka klaim atau akui sebagai Orang yang secara historis adalah nyata
-- Yesus Kristus -- yang menurut mereka, adalah Tuhan.
Saya rasa ini merupakan suatu kekeliruan yang besar sebab jika Yesus
benar-benar hidup, Ia pasti meninggalkan bukti-bukti historis. Saya
pun berpikir bahwa yang perlu saya lakukan adalah berusaha memastikan
kebenaran historis tentang Yesus dan mungkin saja saya akan menemukan
bahwa Dia adalah Orang yang baik, mungkin sangat bermoral dan seorang
Guru yang sempurna, tetapi yang pasti, sama sekali tidak menyerupai
Tuhan.
Saya memulainya dengan menanyakan pada diri saya sendiri pertanyaan
pertama dari seorang wartawan yang baik: "Ada berapa pasang mata di
sana?" "Mata" adalah istilah lain untuk saksi. Setiap orang tahu
betapa kuatnya kesaksian saksi mata dalam menetapkan kejujuran suatu
peristiwa. Percayalah, saya sudah melihat banyak terdakwa yang
digiring ke penjara oleh saksi mata.
Maka saya ingin mengetahui, "Ada berapa banyak saksi mata yang
menjumpai orang bernama Yesus ini? Berapa banyak yang mendengar-Nya
saat Dia memberikan pengajaran-pengajaran? Berapa banyak yang melihat-
Nya melakukan mukjizat-mukjizat? Berapa banyak yang benar-benar telah
melihat-Nya setelah Dia, yang katanya bangkit dari kematian?"
Saya terkejut saat menemukan bahwa tidak hanya satu saksi mata yang
ada di sana; melainkan ada banyak, dan Perjanjian Baru dengan jelas
menyebutkan beberapa orang dari mereka. Sebagai contoh, ada Matius,
Petrus, Yohanes, dan Yakobus -- mereka semua adalah saksi mata.
Markus, seorang sejarawan, yang menulis berdasarkan wawancara langsung
dengan Petrus sendiri; Lukas, seorang dokter yang menulis riwayat
hidup Yesus berdasarkan kesaksian para saksi mata; dan juga Paulus,
yang hidupnya berubah 180 derajat setelah dia berkata bahwa dirinya
telah bertemu dengan Kristus yang telah bangkit kembali.
Petrus dengan teguh meyakinkan bahwa dia dengan teliti telah mencatat
informasi yang diperolehnya secara langsung. "Kami tidak mengarang
kisah-kisah yang kami ciptakan dengan cerdik saat kami mengatakan
kepada Anda mengenai kuasa dan kedatangan dari Tuhan kita Yesus
Kristus," tulisnya, "tetapi kami adalah saksi mata dari kebesaran-
Nya."[3]
Yohanes berkata, dia telah menuliskan tentang hal-hal "yang telah kami
dengar, yang telah kami lihat dengan mata kami, yang telah kami
saksikan, dan yang telah kami raba dengan tangan kami."[4]
KESAKSIAN YANG DAPAT DIPERCAYA
Orang-orang ini tidak hanya menyaksikan secara langsung, tetapi
McDowell dengan jelas menunjukkan, mereka telah berkhotbah tentang
Yesus pada orang-orang yang hidup pada masa dan di daerah yang sama
dengan Yesus sendiri. Hal ini sangat penting sebab jika para murid itu
melebih-lebihkan atau hanya sekadar menulis ulang sejarah, maka para
pendengar, yang terkadang memusuhi mereka, pasti akan mengetahui
kebohongan itu dan menolak mereka. Tetapi sebaliknya, mereka dapat
berbincang-bincang mengenai berbagai hal yang telah diketahui orang
banyak dengan para pendengar tersebut.[5]
Sebagai contoh, tidak lama sesudah Yesus dibunuh, Petrus berkhotbah
pada orang banyak di kota yang sama di mana penyaliban itu
berlangsung. Banyak di antara mereka mungkin melihat Yesus dibunuh.
Petrus memulainya dengan berkata: "Hai orang Israel, dengarlah
perkataan ini: `Yang aku maksudkan, ialah Yesus dari Nazaret, seorang
yang telah ditentukan Allah dan yang dinyatakan kepadamu dengan
kekuatan-kekuatan dan mukjizat-mukjizat dan tanda-tanda yang dilakukan
oleh Allah dengan perantaraan Dia di tengah-tengah kamu, seperti yang
kamu tahu.`"[6]
Dengan kata lain, "Ayolah, kalian semua -- kamu sudah mengetahui apa
yang Yesus lakukan. Kamu sendiri telah melihat hal-hal ini!" Lalu dia
mengungkapkan bahwa Raja Daud telah mati dan dikuburkan dan kuburannya
masih ada sampai hari ini, "Yesus inilah yang dibangkitkan Allah, dan
tentang hal itu kami adalah saksi."[7]
Yang menarik adalah reaksi para pendengar. Mereka tidak berkata, "Kami
tidak tahu apa yang kamu bicarakan!" Sebaliknya, mereka panik dan
ingin tahu apa yang harus mereka lakukan. Pada hari itu juga, sekitar
tiga ribu orang meminta pengampunan dan banyak lainnya juga turut
serta -- sepertinya itu karena mereka mengetahui bahwa Petrus telah
mengatakan hal yang sebenarnya.[8]
Saya pun bertanya pada diri sendiri, "Apakah kekristenan dapat tumbuh
berakar dengan cepat karena memang benar tidak dapat dibantah jika
para murid itu berkeliling menyebarkan perkataan yang telah diketahui
oleh para pendengar mereka bahwa hal-hal itu dilebih-lebihkan atau
bahkan palsu?"
Potongan-potongan jigsaw mulai tertata tepat pada tempatnya.
Satu bukti lagi yang ditawarkan orang Kristen pada saya -- namun saya
tidak memercayainya -- yakni para murid Yesus pasti percaya pada apa
yang telah mereka khotbahkan tentang Dia karena sepuluh dari sebelas
orang murid memilih mengalami kematian yang mengerikan daripada
menarik kembali kesaksian mereka bahwa Yesus adalah Anak Allah yang
telah bangkit dari kematian. Beberapa orang lainnya disiksa hingga
mati melalui penyaliban.
Awalnya saya tidak menyadari hal menarik ini. Saya bisa menunjukkan
semua kelemahannya melalui sejarah, yakni ada orang-orang yang rela
mati karena membela keyakinan mereka. Tetapi para murid itu berbeda,
kata McDowell. Orang akan rela mati demi kepercayaan mereka jika telah
yakin dengan kebenaran kepercayaan itu, tetapi orang tidak akan mau
mati untuk kepercayaan jika tahu bahwa kepercayaan itu palsu.
Dengan kata lain, keseluruhan iman Kristen bergantung pada apakah
Yesus Kristus benar-benar bangkit dari kematian.[9] Tidak ada
kebangkitan, berarti tidak ada kekristenan. Para murid berkata bahwa
mereka melihat Yesus setelah Dia dibangkitkan dari kematian. Mereka
mengetahui apakah mereka berbohong atau tidak; hal itu tidak mungkin
merupakan halusinasi atau kekeliruan. Dan jika mereka memang
berbohong, akankah mereka dengan sepenuh hati rela mati demi hal yang
mereka ketahui adalah palsu?
Seperti yang diamati oleh McDowell, tidak ada orang yang dengan sadar
dan dengan sepenuh hati rela mati demi suatu kepalsuan.[10]
Fakta tunggal itu sangat memengaruhi saya, terlebih lagi ketika saya
mengetahui apa yang terjadi pada para murid setelah penyaliban.
Sejarah menunjukkan bahwa mereka muncul dan dengan terus terang
menyatakan bahwa Yesus mengatasi dunia kematian. Tiba-tiba, orang-
orang yang dahulunya penakut ini dipenuhi dengan keberanian, bersedia
berkhotbah hingga mati bahwa Yesus adalah Anak Allah.
Apa yang mengubah mereka? Saya tidak mendapatkan penjelasan yang lebih
masuk akal lagi selain bahwa para murid itu telah memeroleh pengalaman
yang mengubah hidup mereka bersama dengan Kristus yang telah
dibangkitkan kembali.
SEORANG SKEPTIS ABAD PERTAMA
Penyelidikan saya terutama sampai pada diri seorang murid bernama
Thomas, sebab dia sama skeptisnya seperti saya. Saya rasa dia pasti
dapat menjadi seorang wartawan terkenal. Thomas berkata dia tidak akan
percaya bahwa Yesus telah kembali hidup kecuali jika dia bisa secara
pribadi memeriksa luka-luka di tangan dan kaki Yesus.
Menurut catatan dalam Perjanjian Baru, Yesus muncul dan memanggil
Thomas untuk memeriksa bukti bagi dirinya agar percaya, dan Thomas
melihat bahwa luka-luka itu benar. Saya terpesona saat mengetahui
bagaimana Thomas menghabiskan sisa hidupnya. Menurut sejarah, dia
mengakhiri hidupnya dengan tetap menyatakan -- hingga ditikam sampai
mati di India -- bahwa Yesus adalah Anak Allah yang telah bangkit
kembali dari kematian. Baginya, bukti telah meyakinkan dirinya dengan
sangat jelas.
Selain itu, adalah penting untuk membaca apa yang Thomas katakan
setelah dia menjadi puas oleh bukti bahwa Yesus telah mengalahkan
kematian. Thomas menyatakan: "Tuhanku dan Allahku."[11]
Selanjutnya, Yesus tidak menanggapinya dengan berkata, "Stop! Tunggu
sebentar, Thom. Jangan menyembah aku. Kamu hanya boleh menyembah
Tuhan, dan ingat, aku hanyalah seorang guru besar dan Manusia yang
menjunjung tinggi nilai-nilai moral." Sebaliknya, Yesus menerima
penyembahan Thomas.
Dengan demikian, tidak perlu lagi mencari kesalahan dari konsepsi
populer bahwa Yesus tidak pernah mengklaim atau mengaku bahwa Dia
adalah Allah. Selama bertahun-tahun, orang-orang yang skeptis atau
tidak percaya telah bercerita kepada saya bahwa Yesus tidak pernah
menganggap diri-Nya lebih dari sekadar manusia biasa dan bahwa Dia
marah di dalam kuburan-Nya jika Dia mengetahui bahwa orang-orang
menyembah diri-Nya. Tetapi ketika saya membaca Alkitab, saya menemukan
bahwa Yesus menyatakan berulang kali -- baik melalui perkataan maupun
perbuatan -- siapa diri-Nya sebenarnya.
Riwayat hidup Kristus yang paling tua menggambarkan bagaimana Dia
ditanyai secara langsung oleh imam besar selama proses pengadilan:
"Apakah Engkau Mesias, Anak dari Yang Terpuji?"[12] Yesus tidak ragu-
ragu. Dua kata pertama yang diucapkan-Nya adalah: "Akulah Dia."[13]
Imam besar tahu apa yang Yesus katakan, karena itu dia dengan marah
menyatakan pada pengadilan, "Kamu sudah mendengar hujatan-Nya terhadap
Allah"[14] Hujat apa? Bahwa Yesus telah mengaku diri-Nya adalah Allah!
Ini, setelah saya pelajari, adalah kejahatan yang membuat-Nya dihukum
mati.
Ketika saya menjadi semakin yakin terhadap para saksi mata dalam
Perjanjian Baru, saya tetap teringat pada seorang skeptis lain yang
berbicara kepada saya bertahun-tahun yang lalu. Mereka mengklaim bahwa
Perjanjian Baru tidak bisa dipercayai karena buku itu ditulis seratus
tahun atau bahkan lebih setelah masa kehidupan Yesus. Mereka berkata
bahwa mitos-mitos tentang Yesus telah tumbuh subur selama masa itu dan
telah menyimpangkan kebenarannya tanpa disadari.
Tetapi ketika saya menguji fakta-fakta dengan objektif, saya mendapati
bahwa penemuan-penemuan arkeologis terbaru telah memaksa para ahli
untuk memberikan pernyataan bahwa masa penulisan Perjanjian Baru lebih
awal dari pernyataan sebelumnya.
Dr. William Albright, seorang profesor terkenal dari Universitas John
Hopkins dan mantan Direktur American School of Oriental Research in
Jerusalem, berkata bahwa ia yakin berbagai buku dari Kitab Perjanjian
Baru ditulis dalam masa lima puluh tahun setelah penyaliban dan sangat
mungkin dalam dua puluh atau empat puluh lima tahun sesudah masa
Yesus.[15] Ini berarti usia Perjanjian Baru sama tuanya dengan masa
kehidupan para saksi mata, yang pasti akan memperdebatkan isinya jika
penulisannya dibuat-buat.
Terlebih lagi, para ahli telah mempelajari mengenai waktu yang
diperlukan bagi suatu legenda untuk berkembang pada masa lampau. Dan
kesimpulan mereka yakni: Tidak ada waktu yang cukup, antara kematian
Yesus dan penulisan Perjanjian Baru, bagi suatu legenda untuk dapat
menyimpangkan kebenaran historis.[16]
Bahkan, saya kemudian mempelajari bahwa suatu pengakuan iman dari
gereja mula-mula -- yang menyatakan bahwa Yesus mati untuk dosa-dosa
kita, dan dibangkitkan kembali, serta muncul di hadapan banyak saksi -
-telah ditelusuri ulang hingga tiga sampai delapan tahun setelah
kematian Yesus. Pernyataan iman ini, yang dilaporkan oleh Rasul Paulus
dalam 1 Korintus 15:3-7, ditulis berdasarkan kesaksian langsung dan
merupakan suatu konfirmasi paling awal mengenai inti dari Injil.[17]
Sepotong demi sepotong, teka-teki jigsaw mental saya pun semakin
menyatu.
KUASA NUBUATAN
Selanjutnya saya mengarah pada nubuatan-nubuatan Alkitab, wilayah di
mana saya biasanya bersikap sangat sinis. Saya telah menulis banyak
artikel selama bertahun-tahun mengenai ramalan-ramalan tentang masa
depan -- salah satu dari kisah-kisah Tahun Baru yang menyibukkan semua
reporter pemula -- dan saya mengetahui betapa sedikitnya ramalan-
ramalan yang benar-benar terjadi. Sebagai contoh, setiap tahun orang-
orang di Chicago tetap percaya bahwa tim Chicago Cubs pasti akan
memenangkan kejuaraan dunia, dan hal itu belum pernah terjadi
sepanjang hidup saya!
Meskipun demikian, semakin banyak saya menganalisa nubuatan-nubuatan
dalam Perjanjian Lama, keyakinan saya menjadi semakin kuat bahwa
nubuat-nubuat tersebut membentuk rangkaian bukti-bukti historis yang
mengagumkan dalam mendukung klaim bahwa Yesus adalah Mesias dan Anak
Allah.
Sebagai contoh, saya membaca Yesaya 53 di Perjanjian Lama dan
menemukan hal yang sangat aneh mengenai gambaran bahwa Yesus
disalibkan -- dan itu ditulis lebih dari tujuh ratus tahun sebelum
penyaliban itu terjadi. Hal itu seperti upaya saya memprediksikan
bahwa Cubs akan berhasil pada tahun tahun 2700-an! Semuanya, ada
sekitar lima lusin nubuat utama mengenai sang Mesias, dan semakin
dalam saya mempelajari nubuat-nubuat itu, makin banyak kesulitan yang
saya temui untuk menjelaskannya.
Garis pertahanan pertama saya dalam menolak kekristenan adalah bahwa
Yesus mungkin dengan sengaja telah mengatur riwayat hidup-Nya agar
dapat menggenapi nubuatan-nubuatan tersebut sehingga Ia akan dikira
Mesias yang telah lama ditunggu-tunggu kedatangan-Nya. Sebagai contoh,
da1am Zakharia 9:9 diramalkan bahwa Mesias akan mengendarai seekor
keledai memasuki kota Yerusalem. Mungkin ketika Yesus akan memasuki
kota, Ia mengatakan pada para murid-Nya, "Pergi ambilkan Aku seekor
keledai. Aku ingin mengelabuhi orang-orang di sini hingga berpikir Aku
adalah Mesias karena Aku benar-benar ingin disiksa sampai mati!"
Tetapi argumentasi itu runtuh ketika saya membaca nubuat-nubuat
tentang peristiwa-peristiwa yang tidak mungkin dapat diatur oleh
Yesus, seperti tempat kelahiran-Nya, yang telah diramalkan oleh nabi
Mikha tujuh ratus tahun sebelum Dia dilahirkan, juga silsilah
keluarga-Nya, bagaimana kejadian kelahiran-Nya, bagaimana Ia
dikhianati demi uang dalam jumlah tertentu, bagaimana Ia dibunuh,
bagaimana tulang-tulang-Nya tetap utuh dan tidak ada yang dipatahkan
(berbeda dengan kedua penjahat yang disalibkan bersama dengan Dia),
bagaimana para prajurit mengundi pakaian-Nya, dan seterusnya.[18]
Garis pertahanan saya yang kedua adalah bahwa Yesus bukan satu-satunya
orang kepada siapa nubuat-nubuat itu ditujukan. Mungkin saja beberapa
orang dalam sejarah cocok dengan ramalan-ramalan tersebut, tetapi
karena Yesus memunyai lebih banyak agen hubungan masyarakat yang baik,
dengan demikian Dia menjadi yang paling diingat oleh setiap orang.
Tetapi setelah membaca sebuah buku karya Petrus Stoner, seorang
profesor ilmu alam di Westmont College yang telah pensiun, keraguan
tersebut pun tersingkap. Stoner dengan enam ratus siswanya telah
melakukan perhitungan secara matematis bahwa hingga saat ini peluang
kemungkinan bagi setiap orang hanya dapat memenuhi delapan nubuat
Perjanjian Lama.[19] Peluang kemungkinan dalam hal ini, yaitu satu
peluang dengan kemampuan sebesar sepuluh per tujuh belas. Itu adalah
sebuah nominal dengan tujuh belas angka nol di belakangnya!
Untuk berusaha memahami jumlah yang sangat besar itu, saya melakukan
beberapa penghitungan. Saya membayangkan seluruh dunia ditutup oleh
ubin lantai berwarna putih berukuran satu setengah inci persegi --
setiap permukaan tanah di bumi -- dan hanya satu ubin yang dasarnya
berwarna merah.
Selanjutnya seseorang diizinkan untuk mengembara seumur hidup di tujuh
benua. Ia hanya boleh membungkuk sekali untuk mengambil satu potong
ubin. Apakah aneh jika ternyata satu ubin yang diambil itu dasarnya
berwarna merah? Hal yang sama anehnya adalah hanya ada peluang
sebanyak delapan nubuat Perjanjian Lama yang dapat dipenuhi oleh
setiap orang sepanjang sejarah!
Hal itu cukup mengesankan, akan tetapi berikutnya Stoner menganalisa
empat puluh delapan nubuatan. Dia menyimpulkan bahwa hanya akan ada
satu peluang dengan kekuatan sebesar sepuluh per 157 yang akan terjadi
pada diri setiap orang sepanjang sejarah.[20] Itu adalah sebuah
nominal dengan 157 angka nol di belakangnya!
Saya telah melakukan suatu riset dan mempelajari bahwa atom itu begitu
kecilnya hingga diperlukan satu juta atom dibariskan agar sama dengan
lebar dari selembar rambut manusia. Saya juga mewawancarai para
ilmuwan mengenai perkiraan mereka akan jumlah atom yang ada di seluruh
alam semesta.
Dan sementara hasilnya adalah jumlah yang amat sangat besar, saya
simpulkan bahwa keanehan empat puluh delapan nubuat Perjanjian Lama
berpeluang terjadi pada diri individu mana pun adalah sama seperti
seseorang yang memilih secara acak satu atom yang telah ditentukan
lebih dahulu di antara semua atom di dalam jutaan triliun triliun
triliun triliun galaksi seukuran galaksi kita!
Yesus berkata Dia datang untuk menggenapi nubuat-nubuat tersebut. Ia
berkata, "Yakni bahwa harus digenapi semua yang tertulis tentang Aku
dalam kitab Taurat Musa dan kitab Nabi-nabi dan kitab Mazmur."[21]
Saya pun mulai percaya bahwa semua nubuat itu digenapi -- hanya dalam
Yesus Kristus.
Saya bertanya kepada diri saya sendiri, jika seseorang menawari saya
suatu bisnis yang memiliki peluang rugi hanya sebesar sepuluh per 157,
berapa banyak uang yang akan saya investasikan? Saya akan menaruh
semua yang saya miliki untuk satu kesempatan -- pasti -- menang
seperti itu! Dan saya pun mulai berpikir, "Dengan adanya semua
keanehan tersebut, sepertinya saya perlu menginvestasikan hidup saya
pada Kristus."
REALITAS DARI KEBANGKITAN
Karena merupakan hal yang sentral bagi kekristenan, saya pun
menghabiskan cukup banyak waktu untuk meneliti bukti historis pada
kebangkitan Yesus. Saya bukan orang skeptis pertama yang melakukannya.
Ada banyak orang yang telah melakukan pengujian serupa dan kemudian
menjadi orang Kristen.
Sebagai contoh, seorang wartawan sekaligus pengacara Inggris bernama
Frank Morison yang ditugaskan untuk menulis buku yang menunjukkan
bahwa kebangkitan adalah suatu mitos. Namun, setelah bersusah payah
mempelajari bukti, dia menjadi seorang Kristen, dan berkata bahwa
tidak ada keraguan bahwa kebangkitan memiliki "suatu dasar historis
yang kuat dan mendalam"[22]. Buku tentang penyelidikan rohani yang
akhirnya dia tulis, memberi saya suatu analisa seorang pengacara yang
kritis mengenai kebangkitan.
Sudut pandang hukum lainnya datang dari Simon Greenleaf, seorang
profesor cerdas yang mendapat penghargaan karena membantu Harvard Law
School dalam meraih reputasi unggul bagi sekolah hukum tersebut.
Greenleaf menulis salah satu dari risalah-risalah hukum Amerika
terbaik yang pernah ditulis, dengan topik tentang apa yang mendasari
pembuktian secara hukum.
Bahkan, Mahkamah Agung Amerika Serikat pun mengutip perkataannya.
London Law Journal berkata bahwa Greenleaf mengetahui tentang hukum
pembuktian jauh lebih banyak daripada "semua pengacara yang memenuhi
pengadilan-pengadilan di Eropa".[23]
Greenleaf mengejek kebangkitan sampai seorang siswa menantangnya untuk
membuktikannya sendiri. Secara metodis, dia menerapkan pengujian-
pengujian secara hukum pembuktian dan menjadi yakin bahwa kebangkitan
adalah suatu peristiwa historis yang nyata. Profesor berdarah Yahudi
itu lalu menyerahkan hidupnya bagi Kristus.[24]
Secara ringkas, bukti dari kebangkitan adalah bahwa Yesus mati dibunuh
dengan cara disalib dan ditikam dengan tombak; Ia telah dinyatakan
mati oleh para ahli; Ia dibalut dengan kain kafan berisi tujuh puluh
lima pon rempah-rempah; Ia dibaringkan di dalam sebuah gua makam;
sebuah batu karang yang sangat besar digulingkan menutupi jalan masuk
ke dalam makam itu (menurut satu catatan historis masa lampau, begitu
besarnya batu itu hingga dua puluh orang pun tidak dapat
memindahkannya); dan makam itu dijaga oleh para prajurit berdisiplin
tinggi.
Lalu, tiga hari kemudian makam itu ditemui dalam keadaan kosong, dan
para saksi mata mengaku hingga ajal mereka bahwa Yesus muncul di
tengah-tengah mereka.
Siapa yang memunyai motif untuk mencuri tubuh Yesus? Para murid tidak
akan menyembunyikannya hingga disiksa sampai mati karena berbohong
mengenai hal itu. Para pemimpin Yahudi dan Romawi akan senang dan
berpawai mempertontonkan tubuh Yesus menyusuri jalanan Yerusalem;
sebab itu akan langsung mematikan kemashyuran agama baru yang mulai
menanjak itu, yang telah sekian lama ingin mereka habisi.
Tetapi yang terjadi selanjutnya adalah selama empat puluh hari, Yesus
muncul secara langsung sebanyak dua belas kali pada waktu yang
berbeda-beda di hadapan lebih dari 515 orang -- menemui para skeptis
seperti Thomas dan Yakobus, dan suatu waktu muncul di hadapan
sekelompok orang, pada waktu lainnya menemui seseorang secara pribadi,
suatu saat muncul di dalam rumah, di saat yang lain muncul di tempat
terbuka pada siang hari. Ia berbincang-bincang dengan orang-orang dan
bahkan makan bersama dengan mereka.
Beberapa tahun kemudian, ketika Rasul Paulus menyebutkan bahwa ada
beberapa saksi mata kebangkitan Yesus, dia mencatat bahwa banyak di
antara mereka masih hidup, seolah-olah ia tujukan kepada para skeptis
abad pertama, "Pergi pastikan sendiri pada mereka jika kamu tidak
percaya padaku."[25]
Bahkan, jika Anda mendatangi para saksi menanyai setiap orang yang
benar-benar melihat Yesus yang dibangkitkan kembali, dan jika Anda
melakukan uji silang terhadap tiap-tiap orang selama hanya lima belas
menit, dan jika Anda lakukan hal ini siang dan malam selama 24 jam
tanpa berhenti, Anda akan mendengarkan kesaksian para saksi langsung
selama lebih dari lima hari yang melelahkan.
Dibandingkan dengan pengadilan-pengadilan yang saya liput, ini adalah
banjir bukti. Lebih banyak lagi jigsaw yang terkunci tepat pada
tempatnya.
MENGGALI KEBENARAN
Saya mengamati arkeologi dan ternyata bidang ini menegaskan catatan
Alkitab dari waktu ke waktu. Terus terang, masih ada beberapa isu yang
belum terungkap. Namun, seorang ahli arkeologi yang istimewa, Dr.
Nelson Gleuck, berkata: "Dapat dikatakan dengan pasti bahwa tidak ada
penemuan arkeologis yang berlawanan dengan referensi Alkitab. Bahkan,
sejumlah penemuan arkeologis mengkonfirmasikan dengan sangat jelas
atau sangat detail pernyataan-pernyataan historis yang ada dalam
Alkitab."[26]
Saya sangat terpesona oleh kisah seorang arkeolog terbesar sepanjang
sejarah, yakni Sir William Ramsay dari Universitas Oxford, Inggris.
Dia adalah seorang ateis; bahkan, putra dari pasangan ateis. Dia
menghabiskan dua puluh lima tahun untuk melakukan penggalian
arkeologis demi membuktikan kesalahan Kitab Kisah Para Rasul, yang
ditulis oleh Lukas, sejarawan yang juga menulis Injil dengan namanya
{Injil Lukas).
Tetapi bukannya meragukan Kitab Lukas, penemuan-penemuan Ramsay justru
mendukungnya. Akhirnya, ia menyimpulkan bahwa Lukas adalah salah satu
sejarawan paling akurat yang pernah hidup. Dipacu oleh bukti-bukti
arkeologis tersebut, Ramsay menjadi seorang Kristen.[27]
Saya pun berkata, "Baiklah, memang terbukti Perjanjian Baru dapat
dipercaya berdasarkan fakta sejarah. Tetapi apakah ada bukti mengenai
Yesus di luar Alkitab?"
Saya terkagum-kagum saat menemukan bahwa ada sekitar selusin penulis
sejarah kuno non-Kristen yang mengutip catatan sejarah mengenai
kehidupan Yesus, termasuk fakta bahwa Ia melakukan hal-hal yang ajaib,
bahwa Ia dikenal sebagai seorang yang berbudi luhur, bahwa Ia disebut
Mesias, bahwa Ia disalibkan, bahwa langit menjadi gelap saat Ia
terpaku di kayu salib, bahwa para murid-Nya berkata Ia telah bangkit
kembali dari dunia orang mati, dan bahwa mereka menyembah-Nya sebagai
Tuhan.[28]
Sebenarnya, ini hanyalah suatu ringkasan singkat dari penyelidikan
rohani saya, sebab saya telah menyelidiki secara mendalam terhadap
lebih banyak detil dibanding dengan yang digambarkan di sini. Dan saya
tidak menyarankan buku ini semata hanya sebagai latihan akademis
murni. Ada banyak ungkapan emosi yang terlibat di dalamnya. Tetapi
nampaknya, ke mana pun saya memandang, keandalan catatan Alkitab
tentang kehidupan, kematian, serta kebangkitan Yesus Kristus tampak
semakin nyata.
MEMECAHKAN TEKA-TEKI
Saya telah memilah-milah bukti selama satu tahun sembilan bulan hingga
sepulang dari gereja pada Minggu, 8 November 1981. Saya sedang
sendirian di dalam kamar tidur, dan saya berkesimpulan bahwa waktunya
telah sampai pada suatu putusan.
Kekristenan belum mutlak terbukti. Jika itu memang terbukti, maka
tidak akan ada ruang bagi iman. Tetapi jika memertimbangkan fakta-
fakta yang ada, saya menarik kesimpulan bahwa bukti historis yang ada
dengan jelas mendukung klaim-klaim tentang Kristus jauh melampaui
setiap keraguan. Bahkan sebenarnya, berdasarkan pada apa yang telah
saya pelajari, perlu lebih banyak iman agar tetap ateis daripada
menjadi seorang Kristen!
Oleh karena itu, setelah saya meletakkan potongan terakhir dari jigsaw
mental saya pada tempatnya, seolah-olah saya berhenti sejenak untuk
melihat potongan gambar dari rangkaian potongan jigsaw yang secara
sistematis telah saya satukan dalam benak saya selama hampir dua
tahun.
Gambar itu adalah potret dari Yesus Kristus, Anak Allah.
Seperti halnya Thomas, seorang skeptis terdahulu, saya pun merespons
hal ini dengan menyatakan: "Tuhanku dan Allahku!"
Setelah itu, saya menuju dapur, di mana Leslie sedang berdiri di
samping Alison di depan bak pencucian. Putri kami berusia lima tahun
pada saat itu, dan dengan berjinjit, untuk pertama kalinya ia hampir
mampu menggapai kran dapur.
"Lihat, Ayah, lihat!" serunya. "Aku dapat meraihnya! Aku dapat
meraihnya!"
"Ya Sayang, hebat sekali," kata saya sambil memeluk dirinya. Lalu saya
berkata kepada Leslie, "Kamu tahu, seperti itulah yang kini kurasakan.
Aku telah berusaha meraih seseorang dalam waktu yang lama, dan hari
ini akhirnya aku mampu meraih-Nya."
Dia mengetahui apa yang sedang saya katakan. Dengan berlinangan air
mata, kami berpelukan.
Dan selanjutnya, Leslie dan para sahabatnya berdoa bagi saya hampir
setiap hari sepanjang perjalanan rohani saya. Sering kali, doa-doa
Leslie terfokus pada ayat dari Perjanjian Lama ini:
"Kamu akan Kuberikan hati yang baru, dan roh yang baru dalam batinmu
dan Aku akan menjauhkan dari hatimu hati yang keras dan Kuberikan hati
yang taat."[29]
Puji syukur kepada Tuhan, sebab Dia setia pada janji-Nya itu.
======================================================================
Catatan Kaki:
-------------
1. Josh McDowell, "More Than a Carpenter" (Wheaton, Ill.: Living
Books, 1977).
2. Josh McDowell, "Evidence That Demands a Verdict" (San Bernardino:
Here`s Life, 1979).
3. 2 Pet. 1:16
4. 1 Yoh. 1:1
5. Lihat Josh McDowell, "More Than a Carpenter", 51-53, untuk sebuah
pembahasan akan topik ini.
6. Kis. 2:22.
7. Kis. 2:32
8. Kis. 2:41
9. 1 Kor. 15:14
10. Poin ini dibahas oleh Josh McDowell dalam bukunya, "More Than
Carpenter", 70-71.
11. Yoh. 20:28
12. Mar. 14:61
13. Lihat Mar. 14:62
14. Mar. 14:64
15. Josh McDowell, "Evidence That Demands a Verdict", 62-63.
16. A. N. Sherwin-White, "Roman Society and Roman Lazy in the New
Testament" (Grand Rapids, Mich.: Baker, 1978), 186-93.
17. Lihat J. P. Moreland, "Scaling the Secular City" (Grand Rapids,
Mich.: Baker, 1987), 150-51.
18. Josh McDowell, "Evidence That Demands a Verdict", 166.
19. Peter W Stoner, "Science Speaks" (Chicago: Moody Press, 1969),
107.
20. Ibid., 109.
21. Luk. 24:44
22. Frank Morison, "Who Moved the Stone?" (Grand Rapids, Mich.:
Lamplighter, 1958. Reprint of 1938 edition. London: Faber & Faber,
Ltd.), 193.
23. Irwin H. Linton, "A Lawyer Examines the Bible" (Grand Rapids,
Mich.: Baker, 1943), 36.
24. Simon Greenleaf, "An Examination of the Testimony of the Four
Evangelists by the Rules of Evidence Administered in the Courts of
Justice" (Qersey City, NJ.: Frederick D. Linn & Co., 1881).
25. Lihat 1 Kor. 15:6
26. Henry M. Morris, "The Bible and Modern Science" (Chicago: Moody,
1968), 95.
27. D. James Kennedy, "Why I Believe" (Dallas: Word, 1980), 33.
28. Untuk ringkasan bukti dari Yesus di luar Alkitab, lihat Gary R.
Habermas, "The Verdict History: Conclusive Evidence for the Life of
Jesus" (Nashville: Nelson, 1988).
29. Yeh. 36:26
======================================================================
Diambil dan diedit seperlunya dari:
Judul buku : Inside the Mind of Unchurched Harry and Mary
Judul artikel: Kejutan dari Seorang Skeptis
Penulis : Lee Strobel
Penerjemah : Jonathan Santoso
Penerbit : Majesty Books Publisher, Surabaya 2007
Halaman : 29 -- 42
------------------------- ><> e-Reformed <>< -------------------------
Anda terdaftar dengan alamat: $subst(`Recip.EmailAddr`)
Kontak Redaksi : < reformed(a t)sabda.org >
Untuk mendaftar : < subscribe-i-kan-untuk-Reformed(a t)hub.xc.org >
Untuk berhenti : < unsubscribe-i-kan-untuk-Reformed(a t)hub.xc.org >
Arsip e-Reformed: < http://www.sabda.org/publikasi/e-reformed >
SOTeRI : < http://reformed.sabda.org/ >
><> e-Reformed -------------------------------------- e-Reformed <><
|
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |