Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-reformed/88

e-Reformed edisi 88 (26-7-2007)

Beritakan Injil; Standar Alkitabiah Bagi Penginjil

Dear e-Reformed Netters,

Selamat berjumpa lagi dalam kasih Kristus.

Walaupun tugas penginjilan ditujukan bagi semua orang Kristen, tidak 
semua orang Kristen mengetahui adanya standar tertentu yang harus 
dipenuhi ketika kita menginjili. Kebanyakan kita mempelajari 
penginjilan hanya sekadar metode yang harus dipelajari. Padahal ada 
esensi penting yang harus diberitakan dan dikerjakan sehingga sebuah 
penginjilan bisa disebut penginjilan yang bertanggung jawab. Esensi 
penginjilan adalah perintah Alkitab yang seharusnya memiliki isi yang 
sama untuk semua orang Kristen di seluruh dunia. Apakah isi esensi 
penginjilan itu?

Konferensi Internasional Bagi Penginjil Keliling, yang diselenggarakan 
oleh Lembaga Penginjilan Billy Graham di Amsterdam pada tahun 1983, 
telah melahirkan Lima Belas Pengukuhan penting tentang esensi 
penginjilan itu. Sebagai pemrakarsa konprensi ini, Billy Graham 
didaulat untuk memberikan uraian/penjelasan tentang Lima Belas 
Pengukuhan yang telah disampaikan dalam konferensi tersebut dalam 
sebuah buku, yang dalam terjemahan bahasa Indonesianya berjudul 
"Beritakan Injil: Standar Alkitabiah bagi Penginjil". Nah, 
saya anjurkan Anda membeli buku tersebut sehingga dapat membaca dengan 
jelas uraian yang disampaikan di dalamnya.

Bagi Anda yang tidak dapat menikmati bukunya, saya ingin memberikan 
cuplikannya saja, khususnya prakata buku tersebut yang disampaikan 
oleh Billy Graham sendiri. Bagian prakata ini sangat penting untuk 
memahami latar belakang dan motivasi lahirnya Lima Belas Pengukuhan 
yang dideklarasikan dalam konferensi internasional bagi para penginjil 
ini. Untuk itu, silakan simak artikel berikut ini yang sebenarnya 
adalah prakata dari buku yang aslinya berjudul "A Biblical 
Standard for Evangelists."

Untuk melengkapinya, saya tambahkan juga pokok penting dari Lima Belas 
Pengukuhan di bagian bawah artikel ini. Namun, saya minta maaf karena 
isinya hanyalah rumusannya saja dan tidak ada uraiannya. Untuk 
mendapatkan uraiannya, belilah bukunya.

In Christ,
Yulia Oeniyati
< yulia(a t)in-christ.net >

=====================================================================


                           BERITAKAN INJIL;
                  STANDAR ALKITABIAH BAGI PENGINJIL
                  ---------------------------------

Konferensi Internasional bagi Penginjil Keliling -- Amsterdam `83 --
tidak hanya merupakan kejadian penting dalam kehidupan saya sebagai 
penginjil, tetapi juga merupakan konferensi yang bersejarah. Baru 
pertama kali dalam sejarah, konferensi semacam itu diselenggarakan. 
Pada puncak konferensi itu, terjadilah saat-saat yang khidmat, yaitu 
janji penyerahan diri. Rekan-rekan sepanggilan -- para penginjil dari 
berbagai benua -- termasuk saya, menyerahkan diri kembali untuk 
melayani Tuhan kita, Yesus Kristus. Dengan bersuara, kami mengucapkan 
kata-kata yang sangat berarti, yang kami sebut sebagai 
"Pengukuhan-Pengukuhan Amsterdam".

Kelima Belas Pengukuhan itu memuat patokan alkitabiah bagi mereka yang 
dikhususkan Tuhan untuk "melakukan pekerjaan seorang 
penginjil". Lebih daripada itu, Kelima Belas Pengukuhan tersebut 
juga ada hubungannya dengan seluruh keluarga besar Allah. Bukankah 
kita semua dipanggil untuk menjadi saksi-saksi-Nya? Oleh karena itulah 
buku ini, yang berisi ulasan tentang Kelima Belas Pengukuhan tersebut, 
ditulis untuk menjangkau kalangan yang lebih luas.

Perkenankan saya mengenang sejenak. Bertahun-tahun yang lalu, Tuhan 
memberi visi kepada saya untuk menghimpun penginjil-penginjil dari 
berbagai penjuru dunia dalam sebuah konferensi. Pada waktu itu, hal 
tersebut tampaknya tidak mungkin terjadi. Saya masih terlalu muda. 
Penginjil-penginjil yang lebih tua dan yang lebih berpengalaman 
daripada saya mungkin saja tidak menyukai prakarsa saya itu. Namun, 
gagasan itu tidak pernah memudar. Saya tidak pernah meragukan bahwa 
pada suatu hari, konferensi itu akan terlaksana. Hanya saja, saya 
harus peka terhadap "waktu" Tuhan, kapan Ia menghendaki 
konferensi itu diselenggarakan. Kalau kami mengenang kembali, kami 
dapat merasakan bimbingan-Nya langkah demi langkah sampai konferensi 
tersebut terselenggara.

Sementara itu, Lembaga Penginjilan Billy Graham sering mengadakan dan 
membiayai berbagai kegiatan serupa lainnya. Kongres Pekabaran Injil 
se-Dunia diadakan di Berlin pada tahun 1966. Setelah itu, berbagai 
konferensi regional, termasuk konferensi untuk para pemimpin injili 
se-Asia diadakan di Singapura pada tahun 1968. Konferensi Pekabaran 
Injil se-Eropa diadakan pada tahun 1971. Setelah itu, kami 
menyelenggarakan konferensi sedunia lagi di Laussane, Swis, pada tahun 
1974. Walaupun semua konferensi itu diorganisasikan dan dibiayai oleh 
Lembaga Penginjilan Billy Graham, dan sebagian besar tanggung jawab 
jatuh di bahu saya, sebagai ketua kehormatan, saya mengangkat ketua-
ketua rapat dan ketua-ketua panitia sebagai orang-orang yang 
bertanggung jawab atas kelangsungan konferensi itu.

Pertemuan-pertemuan itu menghimpun para teolog, para pakar pendidikan, 
ketua-ketua badan zending, pendeta-pendeta, pemimpin-pemimpin gereja 
dan para penginjil, sangat mengesankan dan bermanfaat. Kalau kami 
tinjau kembali, rupanya mereka telah menjadi peletak dasar terwujudnya 
Konferensi Amsterdam `83. Namun, dalam benak dan hati saya, selalu 
terbayang visi konferensi khusus bagi para penginjil. Masalahnya: 
Bagaimana kita dapat membedakan antara pendeta yang memunyai karunia 
sebagai penginjil, dengan orang yang seperti saya, berkeliling 
mewartakan Injil dari satu tempat ke tempat yang lain? Kami 
berpendapat kata "keliling" ini telah memperjelas 
perbedaannya.

Anehnya, waktu kami membicarakan kemungkinan dilaksanakannya 
konferensi itu, ternyata hanya sedikit orang saja yang memunyai visi 
yang sama. Namun, sementara waktu berjalan, kami heran bahwa ada 
antusias yang kian meningkat selagi publikasi tentang konferensi itu 
beredar. Pada masa itu, anggaran yang kami perkirakan tidak lebih dari 
sejuta dolar. Kami tidak pernah menduga bahwa anggaran yang diperlukan 
dapat melonjak sampai delapan juta dolar! Pada waktu itu, kami juga 
tidak dapat memperkirakan berapa banyak penginjil yang akan turut 
berperan serta, dan dari mana saja mereka akan berdatangan. Kendati 
biayanya sampai mencapai delapan juta dolar, saya yakin setiap dolar 
yang dikeluarkan tidaklah sia-sia. Bagaimana Tuhan menyediakan dana --
hal itu menakjubkan sekali. Orang-orang dari seluruh dunia mengirim 
sumbangan. Sementara masa persiapan terus bergerak maju, orang-orang 
Kristen di berbagai negara terus berdoa. Tuhan mengabulkan doa-doa 
mereka -- lebih dari apa yang kami harapkan.

Di mana konferensi akan diselenggarakan? Maka Amsterdamlah yang 
terpilih menjadi tuan tamu. Bangsa Belanda dikenal sebagai orang-orang 
yang suka menerima tamu. Dan kami mengetahui bahwa tidak ada kesulitan 
untuk mendapatkan visa bagi para peserta dari berbagai negara. Ada 
fasilitas istimewa yang membuat Amsterdam menjadi salah satu tempat 
konferensi yang terbaik di dunia -- sanggup menyediakan seratus 
delapan puluh tempat lokakarya (dengan banyak ruang cadangan). 
Maskapai Penerbangan Belanda, KLM, berjanji untuk membantu, tidak saja 
dalam hal transportasi tetapi juga mau menyediakan makanan bagi setiap 
peserta selama konferensi berlangsung. Mereka menepati	janji dengan 
memberi makan lima ribu orang secara serentak dalam waktu kurang dari 
lima puluh menit.

Tuhan menyediakan beberapa orang untuk menjabat sebagai pemimpin. 
Walter H. Smyth, yang bertugas menangani urusan internasional. Orang 
yang diangkat menjadi direktur adalah teman lama saya. Dia juga teman 
sejawat saya dan menjabat sebagai ketua dari pelayanan organisasi kami 
di Jerman, yaitu Werner Burklin. Ia membawa timnya yang terdiri dari 
orang-orang yang melayani tanpa pamrih. Leighton Ford diminta menjadi 
ketua rapat. Campus Crusade for Christ mengutus Paul Eshleman untuk 
melayani sebagai ketua acara. Saya ingat, pada suatu rapat panitia, 
Paul mengutarakan garis besar dari visinya; ia meluaskan pikiran saya 
seribu kali lipat tentang kemungkinan-kemungkinan jangka panjang yang 
dapat lahir dari konferensi itu.

Bob William, dari staf kami, diminta untuk memimpin bagian 
penyeleksian para peserta. Mula-mula kami mengira hanya ada beberapa 
ratus Penginjil Keliling saja yang akan hadir. Kami tidak mengira 
bahwa ada begitu banyak Penginjil Keliling di dunia ini. Selama 
beberapa tahun, kami mengumpulkan nama-nama Penginjil Keliling. Itu 
merupakan pekerjaan yang belum pernah kami lakukan. Besarnya jumlah 
penginjil melebihi perkiraan kami. Formulir-formulir pendaftaran 
peserta terus mengalir masuk, melebihi jumlah kursi yang tersedia. 
Sekitar dua ratus panitia di seluruh dunia membantu untuk menyeleksi 
pesertanya. Kami memerhatikan secara khusus agar para penginjil yang 
tidak terkenal namanya, yang setia melayani di bagian bumi yang paling 
jauh dari kami, jangan sampai terlewat.

Saya tidak dapat melupakan hari pembukaan konferensi itu. Hari itu 
adalah hari yang terpanas di Amsterdam. Ruangan konferensi bagaikan 
sebuah oven raksasa. Dengan mengenakan jas biru, seratus lima puluh 
penerima tamu dari universitas Kristen dan berbagai organisasi Kristen 
mengantar sekitar empat ribu hadirin (ditambah dengan seribu orang 
lainnya yang terdiri dari para pemantau, tamu, wartawan, dll.) ke 
tempat duduk mereka masing-masing.

Sementara saya menatap lautan manusia itu dari panggung, hati saya 
penuh dengan rasa terima kasih kepada Tuhan. Visi yang Ia berikan 
kepada saya bertahun-tahun yang lalu telah digenapi pada waktu-Nya 
yang tepat.

Dalam upacara pembukaan diadakan pawai dengan membawa bendera dari 
seratus tiga puluh tiga negara yang diwakilinya. Di hadapan saya 
terhimpun penginjil-penginjil yang menjadi bagian dari pasukan Allah. 
Mereka adalah orang-orang yang bertekad melaksanakan Amanat Agung 
Yesus Kristus. Dari wajah mereka dan dari sinar mata mereka tercermin 
bahwa mereka datang dengan penuh antusias. Banyak di antara mereka ada 
yang baru pertama kali bepergian keluar dari negara mereka, bahkan ada 
yang baru kali itu bepergian keluar dari provinsinya! Sebagian ada 
yang baru pertama kali menumpang pesawat udara. Kedatangan mereka di 
Amsterdam merupakan pengalaman yang istimewa. Segala sesuatunya baru. 
Melalui pantulan sinar mata mereka, tercerminlah sekilas pandangan 
baru tentang dunia ini. Kesungguhan mereka dalam menyimak apa yang 
kami sampaikan merupakan tanda betapa dalamnya pengabdian mereka.

Di dalam buku karangan Dave Foster mengenai konferensi itu yang 
berjudul Billy Graham, "A Vision Imparted", ia menggambarkan 
saat-saat saya mengakhiri sidang pembukaan itu:

"Pada waktu ia mengakhiri kata-kata pembukaannya dan memimpin doa 
pengabdian dan penyerahan diri, konferensi itu seakan-akan `tersulut 
api`. Di situ dapat dirasakan sudah terjadi pembaharuan rohani dalam 
hati para peserta. Hal itu nampak jelas dari ungkapan hati mereka 
waktu menyanyikan lagu penutup yang berbunyi:

         Tuhanku Allahku -- penuh kasih karunia,
         Tolonglah hamba mewartakan,
         Memberitakan ke seluruh penjuru bumi,
         Kemuliaan nama-Mu.

"Ketika Walter Smyth turun dari panggung, ... ia berkata bahwa 
kehadiran Roh Kudus dan persatuan di dalam kasih Kristus sudah terasa. 
Suasana dipenuhi puji-pujian dan penyembahan kepada Tuhan. Konferensi 
ini tampaknya dimulai dengan suasana yang pada umumnya terjadi pada 
penutupan suatu konferensi."

Sahabat karib saya, yang juga teman sejawat saya, Cliff Barrows, 
adalah seorang yang sangat besar peran sertanya dalam konferensi 
tersebut sehingga tercipta suasana yang seperti itu. Dialah yang 
bertugas mengurus panggung selama konferensi berlangsung. Sepanjang 
masa pelayanan saya, saya belum pernah menemukan orang lain yang dapat 
lebih baik melakukan pekerjaan semacam itu daripada dia. Acara musik 
yang dipimpinnya di Amsterdam betul-betul mengagumkan. Lagu-lagu 
rohani yang telah dipilihnya dengan baik, berikut refrein-refreinnya 
sangat berkaitan dengan peristiwa besar itu. Setiap kali saya 
mendengar atau menyanyi lagu "Emmanuel, God with us" atau 
"Freely, freely, you have received ...", saya pasti 
terkenang akan konferensi di Amsterdam.

Konferensi itu lebih daripada sekadar kesempatan istimewa untuk 
bersekutu dan berbakti bersama para penginjil -- rekan-rekan 
sepanggilan. Konferensi itu merupakan kesempatan untuk berpikir dengan 
sungguh-sungguh mengenai strategi penginjilan, kesempatan untuk berdoa 
bagi terlaksananya Amanat Agung. Umpamanya, banyak gagasan berbobot 
telah terkumpul untuk menerbitkan sebuah buku penuntun bagi para 
Penginjil Keliling di seluruh dunia. Banyak sekali penginjil yang 
berminat akan hal itu. Dr. Lewis Drummond, seorang profesor bidang 
penginjilan di Southern Baptist Theological Seminary, Louisville, 
Kentucky, yang diberi tanggung jawab untuk menyusun buku penuntun itu 
berkata, "Saya mengira, saya datang di Amsterdam ini untuk 
bekerja sama dengan tidak lebih dari dua puluh profesor dari bidang 
penginjilan yang akan menyiapkan buku penuntun tersebut. Saya tidak 
mengira sama sekali bahwa begitu banyak penginjil yang berminat untuk 
menyusun kurikulum Penginjil Keliling." Kalau begitu, 
bagaimanapun juga, Amsterdam `83 akan tetap merupakan sarana yang 
melahirkan banyak cara untuk melaksanakan PI yang berkesinambungan.

Lagi pula, Amsterdam `83 juga merupakan motor penggerak bagi kegiatan 
penginjilan selama konferensi itu berlangsung. Supaya mereka 
mempraktikkan penginjilan berdasarkan berbagai ketentuan yang 
alkitabiah, para penginjil yang datang ke Amsterdam mengkhususkan 
suatu sore untuk bersaksi di jalan-jalan, di pantai Laut Utara Negeri 
Belanda, di taman-taman, dan di mana saja mereka dapat menjumpai 
orang-orang.

Saya ingin sekali turut mengambil bagian dalam kegiatan bersaksi sore 
itu, tetapi ada masalah. Setiap kali media massa memublikasikan 
kehadiran saya di suatu tempat, tidak mungkin saya dapat berjalan 
dengan bebas karena mereka semua mengenali saya. Maka dari itu, 
sebelum saya pergi dengan rekan saya, T.W. Wilson, ke taman yang ada 
banyak orang, saya mengenakan celana jins yang sudah usang, topi, dan 
kaca mata hitam. Saya membagi-bagikan traktat "Empat Langkah 
Menuju Perdamaian dengan Allah", dan saya mencoba bersaksi. 
Tanggapan yang saya terima tidak begitu menggembirakan. Rasanya saya 
tidak mencapai sasaran!

Pada waktu itu saya melihat sekelompok kecil orang Kristen Afrika dari 
Pantai Gading. Mereka sedang bersaksi kepada seorang mahasiswa 
Belanda. Pada mulanya mahasiswa itu kelihatan hendak mengelak. Akan 
tetapi, orang-orang Afrika itu begitu ramah dan manis budi sehingga 
mahasiswa itu tidak jadi menghindar! Mereka membuka Alkitab dan 
menunjukkan beberapa ayat kepadanya. Saya bergabung dengan mereka dan 
duduk mendengarkan. Saya belum pernah mendengar kesaksian yang 
semantap itu!

Di Amsterdam, Tuhan membuka kemungkinan bagi kami untuk saling 
belajar. Satu hal yang saya pelajari dari orang-orang yang kami 
jangkau ialah mereka lebih tertarik kepada Pribadi Yesus Kristus 
daripada kepada agama atau organisasi Kristen atau gereja. Pribadi 
Kristuslah yang menarik perhatian mereka.

Ketika kami sedang berusaha menentukan siapa yang hendak kami undang 
ke Amsterdam, kami terlebih dahulu harus membuat ketentuan dengan 
membahas pertanyaan dasar, "Seorang penginjil itu apa?" 
Memang kita mengetahui bahwa setiap orang Kristen adalah seorang saksi 
Kristus. Akan tetapi, kita juga menyadari bahwa Tuhan memanggil orang-
orang tertentu untuk melaksanakan pelayanan khusus, yaitu pelayanan 
penginjilan.

Penginjil adalah orang yang diberi karunia khusus dari Roh Kudus untuk 
memberitakan Kabar Baik. Metode-metode yang dipakai akan berbeda-beda. 
Hal itu bergantung pada kesempatan dan panggilan yang dimiliki setiap 
penginjil. Namun, ada satu hal pokok yang sama: seorang penginjil 
dipanggil dan diperlengkapi secara khusus oleh Tuhan untuk 
memberitakan Injil kepada orang-orang yang belum percaya kepada 
Kristus. Tujuannya agar mereka berpaling kepada Kristus, bertobat dari 
dosa-dosa mereka, serta beriman kepada-Nya. Dalam Perjanjian Baru, 
kata "pemberita Injil" dalam bahasa Yunani berarti 
"seseorang yang memberitakan kabar baik". Bentuk kata kerja 
yang berarti "memberitakan kabar baik" itu muncul lebih dari 
lima puluh kali. Kata benda "pemberita Injil" yang dipakai 
untuk menyebutkan seseorang yang membawa kabar baik, agaknya merupakan 
kata yang jarang dipakai pada zaman dahulu, kendati kata itu dipakai 
sebanyak tiga kali dalam Perjanjian Baru. Marilah kita tinjau sejenak 
ketiga ayat itu, agar kita dapat memahami apa yang dimaksudkan Alkitab 
dengan kata "pemberita Injil".

Acuan yang paling umum bagi kata "pemberita Injil" dapat 
kita temukan dalam Efesus 4:11. Dalam ayat itu, Rasul Paulus 
menyatakan bahwa Tuhanlah yang "memberikan baik rasul-rasul 
maupun nabi-nabi, baik pemberita-pemberita Injil maupun gembala 
gembala dan pengajar-pengajar". Karunia dan jabatan penginjil 
yang terdapat dalam Perjanjian Baru ini tidak pernah dicabut dari 
gereja. Itu bukan saja merupakan pelayanan yang penting, tetapi juga 
merupakan pelayanan yang Tuhan berikan untuk dipakai -- seperti halnya 
dengan karunia-karunia lainnya -- "bagi pembangunan tubuh 
Kristus" (Efesus 4:12).

Tragis sekali, ada kalanya gereja tidak lagi menyadari pentingnya 
pelayanan seorang penginjil. Lebih buruk lagi, kadang-kadang para 
penginjil itu sendiri menambah runyam persoalan karena mereka gagal 
untuk bekerja sama sepenuhnya dengan gereja-gereja. Bagaimanapun juga, 
tentu salah satu kebutuhan utama gereja masa kini ialah menemukan 
kembali pentingnya penginjilan; gereja juga perlu memunyai keyakinan 
kembali tentang perlu adanya seorang penginjil. Berikut ini adalah 
kutipan perkataan mantan Uskup Besar Anglikan di Sidney, Sir Marcus 
Loane yang memberi ceramah di Amsterdam.

  "Mudah sekali kita mengira bahwa zaman penginjilan ... telah
  berakhir. Dugaan itu menimbulkan wabah yang menjangkiti gereja yang
  visi penginjilannya sudah kabur .... Bilamana visi penginjilan dan
  usaha penjangkauan itu mandek, gereja akan menghadapi masalah
  serius: Para anggotanya terdiri dari orang-orang Kristen KTP saja.
  Masalah itu timbul dari dalam; gereja menjadi suam-suam kuku."

Dua ayat lainnya dalam Perjanjian Baru mengacu kepada orang-orang yang 
secara khusus melayani bidang penginjilan. Dalam Kisah Para Rasul 
21:8,
Filipus disebut "pemberita Injil". Dalam 2Timotius 4:5 
Rasul Paulus berkata kepada Timotius, "Lakukanlah pekerjaan 
pemberita Injil" (2 Timotius 4:5). Kami mengangkat nasihat itu 
menjadi tema Amsterdam `83.

Pekerjaan seorang penginjil dengan jelas digambarkan oleh Filipus dan 
Timotius. Menurut Kisah Para Rasul 8:12, kita mengetahui bahwa 
"Filipus ... memberitakan Injil tentang Kerajaan Allah dan 
tentang nama Yesus Kristus, ... " Dalam Konferensi Amsterdam, Dr. 
Stephen F. Olford menyoroti tiga ciri Filipus -- ciri-ciri itu harus 
ada pada tiap penginjil. Pertama, Filipus adalah seorang pelayan Tuhan 
di gereja, dan penginjilan harus selalu ditanamkan sebanyak mungkin di 
dalam gereja. Kedua, Filipus juga seorang pengkhotbah di dunia; ia 
beranjak dari tempat yang satu ke tempat yang lain, menemui orang-
orang yang belum mendengar Injil atau yang belum mengenal Kristus. 
Ketiga, Filipus tidak mengabaikan tanggung jawab atas keluarganya. Ia 
memunyai empat anak perempuan yang dikenal sebagai orang-orang yang 
memiliki karunia Roh; dan mereka adalah pelayan Tuhan. Begitu pula 
dengan Timotius. Rasul Paulus menulis tentang Timotius sebagai 
berikut, "Ia seorang pelayan Allah yang bekerja bersama kami 
untuk memberitakan Kabar Baik tentang Kristus" (1Tesalonika 3:2,
BIS).

Itulah yang dinamakan penginjilan, "memberitakan Kabar Baik 
tentang Kristus". Penginjilan itu lebih daripada sekadar metode; 
penginjilan adalah sebuah BERITA. Berita tentang kasih Allah, tentang 
dosa manusia, tentang kematian Kristus, tentang penguburan-Nya, dan 
kebangkitan-Nya. Penginjilan adalah berita tentang pengampunan dosa 
dari Allah. Penginjilan adalah berita yang menuntut suatu tanggapan --
menerima Injil itu dengan iman, lalu menjadi murid Yesus. Istilah 
"penginjilan" mencakup segala usaha untuk memberitakan Kabar 
Baik tentang Yesus Kristus. Tujuannya ialah supaya orang-orang 
mengerti bahwa Allah menawarkan keselamatan dan supaya mereka menerima 
keselamatan itu dengan iman, lalu hidup sebagai murid Yesus. Seperti 
yang ditetapkan dalam Perjanjian Lausanne, "Menginjili ialah 
memberitakan Kabar Baik bahwa Yesus Kristus mati bagi dosa-dosa kita, 
dan Ia sudah dibangkitkan dari antara orang mati, menurut Kitab Suci. 
Yesus Kristus adalah Tuhan yang memerintah, Ia sekarang menawarkan 
pengampunan dosa dan mengaruniakan Roh Kudus kepada semua orang yang 
bertobat dan yang percaya. ... Penginjilan itu sendiri ialah 
pemberitaan bahwa Kristus yang dikenal dalam sejarah dan dari Kitab 
Suci adalah Juru Selamat dan Tuhan. Adapun tujuan pemberitaan itu 
ialah supaya orang-orang mau datang kepada-Nya secara pribadi dan 
dengan demikian mereka diperdamaikan dengan Allah. Waktu kita 
mengundang agar orang mau menerima Kristus, kita tidak boleh 
menyembunyikan hal-hal yang seharusnya dilakukan oleh seorang murid 
Yesus. ... Hasil dari penginjilan mencakup hidup patuh kepada Kristus, 
menggabungkan diri dengan gereja-Nya, dan melayani Tuhan dengan penuh 
tanggung jawab di dunia ini." [Butir ke-4, dalam Perjanjian 
Lausanne, (c)1974 World Wide Publication, Minneapolis, Minnesota]

Semangat dan pengabdian dalam bidang penginjilan merupakan ciri khas 
orang-orang Kristen abad pertama. Itu seharusnya juga tercermin dalam 
kehidupan gereja masa kini. Pekerjaan menginjil tetap tidak berubah. 
Kebutuhan rohani umat manusia tetap tidak berubah. Berita penginjilan 
tetap tidak berubah. Dan karunia Allah kepada gereja-Nya -- termasuk 
karunia seorang penginjil -- tetap tidak berubah.

Amsterdam `83 memberi kesan yang berbeda-beda kepada setiap peserta 
yang hadir. Bagi sebagian peserta, mungkin hal yang sangat mengesankan 
tentang Konferensi Amsterdam `83 itu ialah adanya penegasan tentang 
peranan seorang penginjil. Bagi peserta lainnya, mungkin saja yang 
sangat mengesankan adalah saat-saat mengabdikan diri kembali kepada 
pelayanan pemberitaan Injil yang diwarnai dengan suasana khusyuk dan 
khidmat. Akan tetapi, apa pun yang menjadi kesan dalam diri setiap 
peserta, saya yakin bahwa setelah tiap peserta pulang dan meresapi 
betapa pentingnya pelayanan memberitakan Injil, dan betapa besarnya 
kuasa Allah yang bekerja untuk mencapai tujuan-Nya, mereka pasti akan 
mengalami perubahan.

Sebagai tanda pengenal dan menyangkut keamanan, peserta konferensi 
diberi gelang plastik. Gelang plastik itu dipakai siang-malam selama 
konferensi itu berlangsung, dan tidak dapat dilepaskan tanpa 
memotongnya. Peserta diminta untuk tetap memakai gelang plastik itu 
sampai mereka meninggalkan Amsterdam. Cukup menarik. Sebagian 
penginjil merasa bahwa gelang plastik yang sederhana itu memunyai arti 
lebih daripada sekadar tanda pengenal. Walau konferensi sudah lama 
berlalu, banyak di antara mereka masih memakai gelang plastik itu 
untuk mengingat kembali janji mereka yang diteguhkan di hadapan Tuhan, 
di Amsterdam, khususnya ketika mereka menyuarakan Kelima Belas 
Pengukuhan. Buku ini ditulis untuk memberi ulasan tentang pengukuhan-
pengukuhan tersebut. Beberapa penginjil masih memakai gelang plastik 
itu sampai saat ini, misalnya di Afrika, Asia, Amerika Latin, dan di 
berbagai belahan bumi ini!

Sementara membuat persiapan Amsterdam `83, banyak orang dari berbagai 
negara menanyakan, apakah akan ada semacam "Keputusan 
Bersama" yang akan dikeluarkan oleh konferensi itu, seperti 
halnya Perjanjian Lausanne. Perjanjian itu adalah hasil dari 
Konferensi Lausanne pada tahun 1974 yang membahas tema pekabaran Injil 
sedunia. Setelah dipertimbangkan dengan saksama, diputuskan bahwa 
Amsterdam `83 tidak akan mengeluarkan keputusan bersama yang 
meringkaskan hasil dari konferensi karena tujuan utama Konferensi 
Amsterdam ialah berkenaan dengan hal-hal praktis, yaitu pelaksanaan 
PI. Bersamaan dengan itu, banyak penginjil dari latar belakang yang 
lain mengutarakan harapannya agar patokan-patokan bagi para penginjil 
dapat disusun. Akhirnya, panitia internasional yang sudah diseleksi, 
yang diketuai oleh Dr. Kenneth Kantzer, ditunjuk untuk menyusunnya. 
Mereka bekerja keras selama konferensi berlangsung. Naskah kasar 
mereka disampaikan kepada kelompok yang mewakili para penginjil dari 
berbagai penjuru dunia; mereka memberi banyak usulan yang berharga 
kepada panitia internasional itu. Naskah akhir mereka -- Pengukuhan-
Pengukuhan Amsterdam -- disusun dengan singkat dan saksama, merangkum 
dasar-dasar alkitabiah, pekerjaan serta integritas seorang penginjil. 
Pada upacara penutupan, peserta konferensi serentak menyuarakan janji 
mereka terhadap setiap pengukuhan itu yang berjumlah lima belas butir.

Disarankan, agar saya menulis ulasan yang bersifat interpretatif 
tentang Kelima Belas Pengukuhan Amsterdam. Saya menyetujui. Agar saya 
dapat melakukan hal itu, saya menghubungi teman-teman saya, John 
Akers, Art Johnston, Dave Foster, dan Stephen F. Olford. Dalam 
menyiapkan khotbah, menulis artikel dan menyusun buku, saya sering 
bergantung pada pertolongan tim saya dan sahabat-sahabat saya itu. 
Saya sangat berterima kasih atas kesediaan mereka menolong dan memberi 
anjuran sementara saya menyelesaikan pekerjaan ini.

Doa saya ialah supaya Tuhan tidak hanya memakai buku ulasan tentang 
Kelima Belas Pengukuhan Amsterdam ini untuk menolong para Penginjil 
Keliling, tetapi juga untuk menolong banyak orang Kristen lainnya agar 
mereka mendapat visi yang lebih luas lagi tentang pekerjaan Tuhan di 
dunia ini. Allah telah menempatkan kita pada zaman yang unik ini dan 
yang mendesak waktunya bagi penginjilan. Ladang-ladang sudah 
"menguning dan siap untuk dituai". Memang sebagian orang 
dipilih khusus untuk menjadi penginjil, tetapi bukankah semua umat 
Allah adalah saksi-saksi-Nya. Oleh karena itu, saya berharap agar daya 
jangkau buku ini melebihi mereka yang hadir dalam Konferensi Amsterdam 
`83, dan supaya mereka melaksanakan apa yang tertuang dalam 
Pengukuhan-Pengukuhan itu. Saya berharap, kita akan melihat adanya 
pembaharuan pengabdian dan semangat penginjilan dalam diri setiap anak 
Tuhan dalam generasi ini.

---------------------------------------------------------------------

                      15 PENGUKUHAN AMSTERDAM `83
                      ===========================

                             PENGUKUHAN I

 Kita mengakui, Yesus Kristus itu Allah, Tuhan, dan Juru Selamat kita,
 yang dinyatakan di dalam Alkitab -- firman Allah yang sempurna, tanpa
                              kesalahan.

                            PENGUKUHAN II

Kita bersama-sama mengukuhkan komitmen kita terhadap Amanat Agung dari
    Tuhan kita, dan menyatakan bersedia untuk pergi ke mana saja,
  melakukan apa saja, dan mengorbankan apa saja yang Tuhan kehendaki
                    dami terpenuhinya Amanat itu.

                            PENGUKUHAN III

    Kita bersama-sama menyambut panggilan Allah untuk melaksanakan
    penginjilan yang alkitabiah, dan menerima tanggung jawab untuk
memberitakan firman Allah kepada semua orang, sesuai dengan kesempatan
                         yang Allah berikan.

                            PENGUKUHAN IV

Allah mengasihi setiap orang. Orang yang tidak beriman kepada Kristus,
   berada di bawah hukuman Allah, dan dengan sendirinya akan masuk
                               neraka.

                             PENGUKUHAN V

 Inti pesan alkitabiah ialah Kabar Baik tentang keselamatan yang dari
   Allah: keselamatan itu diterima karena kasih karunia semata-mata
      melalui iman dalam Tuhan Yesus Kristus yang sudah bangkit;
    keselamatan itu diterima melalui iman pada kematian-Nya di kayu
                  salib, yang menebus dosa-dosa kita.

                            PENGUKUHAN VI

 Dalam memberitakan Injil, kita menyadari pentingnya memanggil semua
 orang supaya mereka mengambil keputusan untuk mengikut Yesus sebagai
  Tuhan dan Juru Selamat mereka; kita harus melakukan dengan kasih,
                     tanpa memaksa atau membujuk.

                            PENGUKUHAN VII

Kita perlu dan rindu dipenuhi serta dikuasai oleh Roh Kudus sementara
 kita membawakan kesaksian tentang Injil Yesus Kristus karena hanya
  Tuhan sajalah yang dapat membuat orang-orang berdosa bertobat dan
                   memperoleh kehidupan yang kekal.

                           PENGUKUHAN VIII

  Kita mengakui kewajiban kita sebagai hamba-hamba Tuhan: kita harus
  hidup suci, dan bermoral bersih karena kita tahu bahwa kita adalah
        saksi-saksi Kristus kepada jemaat dan kepada dunia ini.

                            PENGUKUHAN IX

     Kesetiaan dalam doa dan pemahaman Alkitab itu diperlukan bagi
     pertumbuhan rohani kita pribadi dan bagi kekuatan kita dalam
                              pelayanan.

                             PENGUKUHAN X

 Kita akan menjadi abdi yang setia dalam segala pekerjaan yang Allah
     berikan kepada kita. Kita akan bertanggung jawab dalam bidang
   keuangan yang dipercayakan bagi pelayanan kita, dan dengan jujur
                 memberi laporan data pelayanan kita.

                            PENGUKUHAN XI

 Keluarga adalah suatu tanggung jawab yang Allah berikan kepada kita,
dan merupakan pemberian Allah yang dipercayakan-Nya kepada kita; oleh
 karena itu kita harus setia kepada panggilan untuk melayani sesama.

                            PENGUKUHAN XII

     Kita bertanggung jawab kepada gereja, dan akan selalu gigih
 melaksanakan pelayanan, membangun gereja setempat dan melayani umat
                        Kristen pada umumnya.

                           PENGUKUHAN XIII

 Kita bertanggung jawab untuk memelihara kerohanian orang-orang yang
 menerima Yesus melalui pelayanan kita; kita bertanggung jawab untuk
 menganjurkan, agar mereka menggabungkan diri dengan gereja setempat;
  kita juga harus mendorong gereja agar mereka dapat membimbing para
  petobat itu dan memberi petunjuk bagaimana bersaksi tentang Injil.

                            PENGUKUHAN XIV

   Kita sehati dengan Kristus yang sangat memedulikan penderitaan
   manusia secara pribadi maupun penderitaan seluruh umat manusia;
 sebagai orang Kristen dan sebagai penginjil, kita menerima tanggung
  jawab untuk sedapat mungkin mengurangi penderitaan manusia dengan
              berusaha untuk mencukupi kebutuhan mereka.

                            PENGUKUHAN XV

   Kita memohon agar seluruh Tubuh Kristus sehati di dalam doa dan
   bekerja untuk perdamaian di dunia ini, untuk membangun kehidupan
rohani, untuk memperbaharui pengabdian dan mengutamakan Alkitab dalam
    penginjilan di gereja, untuk memelihara kesatuan dan persatuan
orang-orang percaya di dalam Kristus, dan untuk melaksanakan Amanat
                 Agung, sampai Kristus datang kembali.

---------------------------------------------------------------------

Dikutip dari:
-------------
Judul buku: Beritakan Injil; Standar Alkitabiah bagi Penginjil
Penulis   : Billy Graham
Penerbit  : Lembaga Literatur Baptis, Bandung dan Yayasan Andi,
            Yogyakarta 1995
Halaman   : 7 -- 20

------------------------- ><> e-Reformed <>< -------------------------
Anda terdaftar dengan alamat: $subst(`Recip.EmailAddr`)
Kontak Redaksi: < reformed(a t)sabda.org >
Untuk mendaftar ke: <subscribe-i-kan-untuk-Reformed(a t)hub.xc.org>
Untuk berhenti ke: <unsubscribe-i-kan-untuk-Reformed(a t)hub.xc.org>
><>  e-Reformed -------------------------------------- e-Reformed  <><

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org