Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-reformed/78 |
|
e-Reformed edisi 78 (12-10-2006)
|
|
MANUSIA DAN KEKEKALAN (2): Surga dan Neraka =========================================== "Hanya ada dua tujuan akhir bagi setiap manusia yakni; surga atau neraka, dan ini sangat ditentukan selama hidup dalam dunia ini." A. Surga 1. SURGA ADALAH SUATU TEMPAT Surga bukanlah suasana, juga bukan hasil pikiran atau daya khayal manusia. Surga adalah suatu tempat yang nyata seperti ketika kita bicara soal Jakarta, Surabaya, Malang, Bandung, Yogyakarta, Medan, Ujung Pandang, dan sebagainya. Alkitab menjelaskan bahwa surga ialah, pertama, tempat kediaman Tuhan Allah Pencipta, Allah Tritunggal. Musa berkata, "Jenguklah dari tempat kediaman-Mu yang kudus, dari dalam surga" (Ul. 26:15). Salomo berdoa, "Dengarkanlah permohonan hamba-Mu dan umat-Mu Israel yang mereka panjatkan di tempat ini; bahwa Engkau juga mendengarnya di tempat kediaman-Mu di surga" (1Raj. 8:30). Tuhan Yesus mengajar para murid untuk berdoa, "Bapa kami yang di surga" (Mat. 6:9). Itulah tiga ayat dari 260 ayat Alkitab yang menunjukkan bahwa surga ialah tempat kediaman Allah, tempat Allah bertakhta, tempat Allah memerhatikan manusia yang hidup di dalam dunia ini. Kedua, surga adalah tempat yang Allah sediakan bagi umat yang berada dalam Yesus Kristus. Yesus berkata, "Di rumah Bapa-Ku banyak tempat tinggal ... sebab Aku pergi ke situ untuk menyediakan tempat bagimu" (Yoh. 14:2). Penulis Ibrani mencatat, "Sebab Kristus bukan masuk ke dalam tempat kudus buatan tangan manusia yang hanya merupakan gambaran saja dari yang sebenarnya, tetapi ke dalam surga sendiri untuk menghadap hadirat Allah guna kepentingan kita" (Ibr. 9:24). Tidak kurang dari empat puluh ayat yang menyebutkan bahwa orang yang percaya kepada Yesus akan memperoleh tempat di surga. Di manakah letak surga yang sesungguhnya? Apakah surga itu dekat dengan Amerika, Asia, Eropa, Afrika, Australia, atau ada dalam jagad raya ini? Alkitab tidak pernah menjelaskan, ilmu pengetahuan manusia juga tidak akan mampu menemukannya. Mereka hanya mampu menemukan galaksi tata surya. Manusia dunia hanya menyebut suatu tempat yang indah itu sebagai "surga", namun sesungguhnya surga yang sejati jauh lebih indah dan tak dapat dilukiskan daripada "surga-surga" yang pernah dilihat manusia dalam bumi ini. Manusia baru tahu letak sesungguhnya dari surga setelah Tuhan Yesus membawa mereka ke sana. Orang percaya juga tidak tahu di mana letaknya yang pasti, tetapi mereka tahu bahwa mereka akan pergi ke sana. 2. LUKISAN TENTANG SURGA Yohanes mendapat penglihatan dari Allah tentang surga, kemudian menulisnya dalam bahasa manusiawi untuk menggambarkan bagaimana bentuk surga itu. Kendatipun lukisan tentang surga itu mengandung banyak makna, tentu makna yang paling mendalam bukan menyangkut kebendaan. Mari kita lihat secara sederhana apa yang ditulis oleh Yohanes dalam Wahyu 21:9-22:5. Pertama, surga itu penuh dengan kemuliaan Allah dan cahayanya sama seperti permata yang paling indah, bagaikan permata yaspis, jernih seperti kristal. Allah yang bersemayam di surga memiliki tempat yang indah sekali. Bila orang kaya di dunia memiliki tempat-tempat dan rumah yang indah, megah, dan bagus, tidak heran bila surga sedemikian indah sebab Ia adalah Allah yang memiliki seluruh ciptaan. Yang paling penting di surga adalah kehadiran Allah. Berbahagialah manusia yang masuk ke surga, bukan karena kebendaan seperti yang tertulis, namun karena manusia dapat bersekutu kembali dengan Allah, berhadapan muka dengan muka. Selama di dunia, manusia terbatas sekali dalam persekutuannya dengan Allah. Di surga manusia mengalami kebahagiaan yang sempurna bersama Allah. Manusia pertama mengalami kebahagiaan bersekutu dengan Allah dengan cara demikian, dan saat seperti itu akan dapat dinikmati oleh semua orang percaya di surga. Kehadiran Allah tentu saja menggambarkan kekudusan di surga. Kedua, tembok-temboknya tinggi dan besar, dengan dua belas pintu gerbang yang bertuliskan nama dua belas suku Israel dan dua belas batu dasar bertuliskan nama kedua belas nama rasul Yesus. Ini simbol yang sulit ditafsirkan. Namun secara sederhana, hal itu bisa diartikan sebagai semua orang yang termasuk dalam bilangan umat-Nya dan berdiri di atas ajaran dan berita yang telah disebarkan mula- mula oleh kedua belas rasul, mereka itu akan masuk ke dalam surga. Selain itu, tembok juga bisa diartikan sebagai pemisah sehingga orang di dalam surga tidak melihat manusia yang masuk dalam neraka, sebaliknya penghuni neraka tidak dapat melihat kemuliaan surga (bdg. Why. 21:27, 22:15). Ketiga, benda-benda mahal seperti emas, batu yaspis, batu mirah, nilam, unam, sardis, ratna cempaka, lazuardi, kecubung, krisopras, beril, mutiara, melukiskan apa yang dibanggakan oleh manusia di dunia sudah tersedia di surga, bahkan jauh lebih kaya dan indah (Why. 21:18-21). Keempat, semua raja dan setiap orang akan sujud di hadapan takhta Anak Domba yang memancarkan cahaya kemuliaan (Why. 21:23-22:1). Lukisan ini merupakan fakta yang akan terjadi, dan semua orang yang tidak sujud menyembah Yesus, Anak Domba Allah itu, selagi dalam dunia, mereka akan menyesalinya karena ternyata Yesus itu benar- benar Raja di surga dan di bumi. Cahaya kemuliaan Yesus yang luar biasa menyebabkan benda-benda penerang tidak diperlukan lagi. Di hadapan Yesus, semua kegelapan dosa akan tersingkir dan tidak mampu mendekatinya. Kelima, sungai-sungai yang mengalir dan pohon-pohon kehidupan melukiskan keindahan surga dan pemandangan yang menyenangkan (Why. 22:1-2). Orang merasakan kepedihan dan penderitaan di dunia karena dunia yang berdosa. Namun di surga, semua itu telah sirna. 3. SUASANA SURGA Memerhatikan lukisan tentang surga sebenarnya dapat membawa kita untuk membayangkan suasana yang menyenangkan, penuh dengan kemuliaan, dan kebahagiaan. Hal itu terjadi sebab dosa, air mata, kesakitan, kematian, sedih dan duka karena perpisahan, tidak ada di surga. Alkitab mencatat bahwa di surga tidak akan ada lagi laknat (Why. 22:3), segala sesuatu yang najis tidak akan masuk ke dalamnya (Why. 21:27), tidak ada lagi air mata (Why. 7:17), tidak ada lagi perkabungan, ratap tangis, dukacita, kesakitan, dan sebagainya (Why. 21:4). 4. KEADAAN MANUSIA DI SURGA Pertama, manusia akan mengenakan tubuh kebangkitan, suatu tubuh yang memiliki kualitas surgawi, tidak akan terserang penyakit, dan tentu saja tubuh yang sangat indah dan baik. Paulus berkata, "Sama seperti kita telah memakai rupa dari yang alamiah, demikian pula kita akan memakai rupa surgawi, .... Sebab nafiri akan berbunyi dan orang-orang mati akan dibangkitkan dalam keadaan yang tidak dapat binasa" (1Kor. 15:49, 52). Kedua, setiap manusia di surga dapat saling mengenal. Yesus bercerita tentang orang kaya dan Lazarus, bahwa di alam sana, termasuk di surga, orang masih tetap dapat saling mengenal (Luk. 16:19-31). Identitas pribadi tetap dibawa sampai ke surga. Jadi, seorang ibu dapat mengenal anaknya yang dulu sewaktu masih dalam dunia fana; seorang bapak dapat mengenal orang-tuanya, istrinya, anaknya, dan cucunya yang dulu sewaktu ia masih di dunia. Namun, bukan berarti di surga kita akan berkumpul dengan keluarga dan teman-teman sewaktu di dunia saja. Di surga semua menjadi bersaudara, kita dapat mengenal orang yang dahulu kita kenal, namun perasaan layaknya saudara atau sahabat seperti masih dirasakan di dunia sudah tidak ada lagi. Markus mencatat, "orang tidak kawin dan tidak dikawinkan melainkan hidup seperti malaikat di surga" (Mrk. 12:25). Dalam keadaan telah diubahkan, semua penghuni surga menjadi satu keluarga besar di mana tingkat kualitas kasih satu sama lain sama tingkatannya. 5. PEKERJAAN DI SURGA Surga adalah tempat bekerja, tetapi tanpa kutuk jerih lelah karena dosa. Allah pencipta adalah Allah yang senang bekerja sehingga Ia menciptakan manusia dengan karakter yang sama, yaitu senang bekerja. Jika pada mulanya Allah menjadikan manusia sebagai makhluk pekerja, di surga nanti manusia masih tetap bekerja, tetapi sama sekali jauh dari kutuk dan kejenuhan, dan akan selalu senang dan bahagia. Pekerjaan di surga, tentulah tidak dapat diketahui secara pasti, namun beberapa di antaranya dinyatakan oleh Alkitab. Pekerjaan manusia di surga tersebut ialah, selalu bersekutu dengan Tuhan dan dengan sesama, tanpa harus merasa curiga atau menimbulkan kebencian di sana. Pekerjaan lainnya ialah manusia akan selalu bernyanyi, memuji Tuhan, dan beribadah kepada-Nya (Why. 22:3). Di sana pun manusia akan tetap melayani Yesus Sang Raja siang dan malam (Why. 7:1315). Jika di sebut melayani, tentu ada pekerjaan yang harus dikerjakan dan diselesaikan, hanya saja semua dengan anugerah dan kekuatan Tuhan. Tak ada ke1uh kesah dan kelelahan. Bentuk pekerjaan pelayanan itu seperti apa, Alkitab tetap berdiam; yang pasti Ia akan membagi hal ini dengan sebaik-baiknya. B. Neraka 1. NERAKA ADALAH SUATU TEMPAT Neraka berasal dari kata "gehena" yang artinya semula ialah `meratap`, tempat penghukuman orang yang bersalah dan berdosa, tempat yang mendatangkan penderitaan dahsyat. Sebagaimana surga adalah suatu tempat, demikian juga dengan neraka. Hanya saja, neraka merupakan tempat siksaan dan penghuninya akan mengalami kesengsaraan besar dan kekal. Pertama, neraka adalah tempat Iblis, setan, dan para pengikutnya. Yohanes mencatat, "Iblis, yang menyesatkan mereka, dilemparkan ke dalam lautan api dan belerang, yaitu tempat binatang dan nabi palsu itu, dan mereka disiksa siang malam sampai selama-lamanya" (Why. 20:10). Petrus menegaskan bahwa malaikat-malaikat yang berdosa dilemparkan ke dalam neraka (1Ptr. 2:4). Nasib Iblis dan para setan agak berbeda dari manusia. Sekali mereka memberontak terhadap Allah, tidak ada kesempatan bertobat, mereka pasti masuk neraka untuk disiksa. Kedua, neraka adalah tempat bagi orang yang menolak Yesus, tempat bagi orang-orang najis dan jahat. Wahyu 20:15 mencatat, "Dan setiap orang yang tidak ditemukan namanya tertulis di dalam kitab kehidupan itu, ia dilemparkan ke dalam lautan api (neraka) itu." Ayat ini sesuai konteks ayat sebelumnya yang menunjukkan bahwa orang-orang yang masuk kitab kehidupan adalah mereka yang percaya kepada Tuhan Yesus Kristus dan melakukan kehendak-Nya, tidak munafik dalam menjalankannya. Selanjutnya, Wahyu 21:8 mengatakan, "Tetapi orang-orang penakut, orang-orang yang tidak percaya (kepada Yesus), orang-orang keji, orang-orang pembunuh, orang-orang sundal, tukang-tukang sihir, penyembah-penyembah berhala dan semua pendusta, mereka akan mendapat bagian mereka di dalam lautan yang menyala-nyala oleh api dan belerang; inilah kematian yang kedua.", 2. SUASANA NERAKA Neraka jelas merupakan tempat kengerian yang tiada taranya. Ratap tangis, kertakan gigi, jeritan yang menyayat hati, kepanasan dan kesakitan, kejijikan, ulat yang menggerogoti tubuh, merupakan gambaran yang akan terjadi di neraka. Gambaran yang melukiskan murka Allah dinyatakan kepada orang berdosa, Iblis dan malaikatnya. Suasana neraka yang seperti ini seharusnya membuat manusia yang masih hidup dalam dunia fana ini berlaku bijaksana untuk percaya kepada Tuhan Yesus Kristus. Takutlah akan Dia karena Dialah satu- satunya yang berkuasa melemparkan orang dalam neraka. Lukas menegaskan, "Aku akan menunjukkan kepada kamu siapakah yang harus kamu takuti. Takutilah Dia, yang setelah membunuh, mempunyai kuasa untuk melemparkan orang ke dalam neraka" (Luk. 12:5). 3. MANUSIA DI NERAKA Seperti gambaran di atas, manusia juga dapat saling mengenal, hanya saja tidak mungkin terjadi persekutuan yang indah karena masing- masing sibuk kesakitan. Penyesalan karena selama hidup dalam dunia tidak bertobat, tidak melakukan kehendak-Nya sungguh-sungguh akan menambah sakitnya penyiksaan neraka. Di neraka, tidak ada kesempatan lagi untuk bertobat dan dipindahkan ke surga. Hukuman ini sifatnya kekal, selama-lamanya. Sungguh tidak dapat dilukiskan penderitaan dan kesakitan yang akan dialami manusia penghuni neraka. Namun yang jelas, dosalah yang menghantarkan manusia sampai ke tempat yang sangat mengerikan ini. C. Kristus Jalan Penentu Kekekalan Yesus pernah berkata, "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku" (Yoh. 14:6). Tidak ada peristiwa lain di sepanjang masa yang lebih penting daripada kematian Kristus di kayu salib. Perbuatan-perbuatan penting lainnya dari Allah, seperti di dalam penciptaan, inkarnasi, kebangkitan, kedatangan kedua kali, penciptaan langit dan bumi yang baru, menjadi tidak ada artinya apabila Kristus tidak mati. Kematian Kristus tidak hanya merupakan inti pemberitaan Injil. Tanpa hal ini, doktrin-doktrin lain dari kristologi tidak mempunyai hubungan satu sama lain. Kematian Kristus secara agung menyatakan kesucian, kebenaran, dan keadilan Allah, dan di sisi lain menyatakan kasih Allah yang mendorong kurban ini. Kematian Kristus mengerjakan karya keselamatan manusia dari hukuman Allah terutama, dari neraka. Secara umum bisa dikatakan bahwa ada tiga istilah yang penting berkaitan dengan kematian Kristus, yakni sebagai berikut. 1. Penebusan (redemption): Galatia 3:13; 1Korintus 6:20; Efesus 1:7 dengan latar belakang Keluaran 21:30. Kata ini berarti pembayaran harga yang dituntut oleh Allah yang suci bagi kelepasan orang percaya dari penindasan, hukuman, dan perbudakan dosa. Konsep penebusan punya indikasi sebagai berikut: ada yang harus ditebus, ada oknum yang kepadanya tebusan tersebut dibayarkan, ada orang yang membayarkan tebusan tersebut, dan ada alat untuk membayar tebusan tersebut. Siapa atau apa yang harus ditebus? Setiap orang yang berdosa berada di bawah perbudakan dosa dan di bawah murka Allah. Perbudakan dosa dan murka Allah inilah yang membuat manusia menderita. Jadi, kita manusia yang berdosalah yang perlu ditebus (Kol. 2:14; Rm. 3:19). Siapa yang menerima tebusan tersebut? Allahlah yang menerima tebusan tersebut (Ef. 5:2; bdg. Kej. 8:20,21). Kita ditebus dari kutuk hukum Taurat yang notabene dibuat oleh Allah (Gal. 3:13). Jadi, kita bukan ditebus dari Iblis. Ada dua istilah penting yang dapat menjelaskan konsep ini. Konsep pertama ialah "propitiation", yakni menenteramkan melalui mempersembahkan kurban. Murka Allah berbalik dari seseorang. Konsep berikutnya ialah "expiation", yakni perbuatan yang membebaskan dari konsekuensi dosa. Siapakah yang membayarkan tebusan tersebut? Hanya Kristus. Dalam konteks Perjanjian Lama, seorang yang berdosa harus membawa kurban penebus dosa kepada Imam yang berhak menghadap Allah di tabut perjanjian. Jika itu berkaitan dengan dosa semua orang, harus ada Imam yang betul-betul kudus karena Allah adalah kudus (hanya yang kudus dan tak bercacat yang boleh menghadap Allah). Tidak ada satu manusia pun yang tidak di bawa kepada kutuk hukum Taurat, karena itu Kristus harus menjadi manusia dan menjadi satu- satunya Imam yang layak mempersembahkan kurban di hadapan Allah. Apa alat pembayaran tebusan tersebut? Tubuh dan darah Kristus sendiri (Ef. 1:7; 1Tim. 2:6; latar belakang Perjanjian Lama mengharuskan kurban sebagai penebus salah/dosa). Inilah yang menjadi dasar pengharapan; kita dapat bebas dari murka dan hukuman Allah. Kita bebas dari perbudakan dosa. 2. Pendamaian (reconciliation): 2Korintus 5:18-21; Roma 5:8-21; Kolose 1:20-22; Efesus 2:14-16. Kata pendamaian menunjukkan bahwa sebenarnya ada oknum-oknum yang bermusuhan dan biasanya juga ada juru damai di antara oknum yang bermusuhan tersebut. Allah yang suci tidak mungkin didekati oleh orang yang berdosa. Sebab dosa adalah tindakan melawan kehendak dan ketetapan Allah secara sengaja. Jadi, orang yang berdosa adalah seteru atau musuh Allah. Allah dan manusia perlu didamaikan. Mengapa perlu didamaikan? Sebab manusia adalah bagian dari Allah, atau lebih jelasnya manusia diciptakan oleh Allah, milik Allah. Karena itu, Ia harus membawa kembali ciptaannya itu ke dalam tangan-Nya. Alasan berikutnya, manusia sesungguhnya tidak dapat hidup tanpa Allah. Manusia perlu bersekutu dengan Allah karena manusia memiliki unsur roh yang dihembuskan dari Allah Pencipta (Kej. 2:7; Pkh. 12:7). Artinya, manusia sesungguhnya dapat dikatakan sebagai manusia yang sejati apabila ia bersekutu dengan Allah, Penciptanya. Dalam perspektif inilah dasar pengharapan kristiani diletakkan, yakni kita boleh menghampiri dan bersekutu dengan Allah kembali karena pendamaian yang dilakukan oleh Kristus. Pendamaian ini menghapuskan segala aib dan dosa manusia karena semua itu telah ditanggung oleh juru damai yaitu, Yesus Kristus. 3. Pemulihan. Manusia adalah gambar dan rupa Allah. Manusia yang berdosa adalah gambar Allah yang rusak. Persekutuan dengan Allah memungkinkan pemulihan kembali gambar Allah yang rusak itu. Hidup kita disempurnakan dari hari ke hari, dan pada waktu Yesus datang kedua kali, kita dinyatakan sempurna. Inilah dasar pengharapan kita, yakni dengan kematian Kristus kita diubahkan semakin lama semakin sempurna, semakin lama semakin baik di hadapan Allah. Proses ini mengandung unsur providensia/pemeliharaan Allah terhadap umat-Nya (Yoh. 17:11; 1Tes. 5:23; 1Ptr 1:5). Sebuah lagu yang alkitabiah ditulis, "Sedikit demi sedikit, tiap hari tiap sifat Yesus mengubahku. Sejak kutrima Dia masuk dalam hatiku Yesus mengubahku. Dia ubahku, oh Juru Selamat. Ku bukan seperti yang dulu-dulu lagi. Meskipun nampak lambat namun kutahu, kusemakin sempurna nanti." Lagu ini mengungkapkan kebenaran bahwa seseorang yang hidup bergaul dengan Allah di dalam Yesus Kristus, ia akan dipulihkan dari hari ke sehari menuju keserupaan dengan Yesus (1Yoh. 2:6). Yesus Kristus adalah penentu nasib kita dalam kekekalan. Apakah seseorang akan masuk dalam kekekalan di bawah hukuman Allah, yakni di neraka, ataukah seseorang akan masuk dalam kekekalan kemuliaan Allah di Surga? Petrus pernah berkhotbah, "Dan keselamatan tidak ada di dalam siapa pun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan" (Kis. 4:12). Karena itu, secara sederhana dapat dikatakan bahwa manusia akan masuk surga karena percaya pada Yesus Kristus, atau seseorang akan masuk dalam hukuman Allah di dalam neraka karena tidak percaya kepada Yesus Kristus Sang Penentu Kekekalan itu. Surga atau neraka ... di mana tempat kita kelak? ====================================================================== Sumber diedit dari: Judul buku : Manusia dari Penciptaann Sampai Kekekalan Judul artikel: Manusia dan Kekekalan (2): Surga dan Neraka Penerbit : Yayasan Penerbit Gandum Mas, Malang 2002 Penulis : Hendra Rey Halaman : 125--135
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |