Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-reformed/137

e-Reformed edisi 137 (25-2-2013)

Mempersiapkan Khotbah Ekspositori (2)

______________________Milis Publikasi e-Reformed______________________

e-Reformed -- Mempersiapkan Khotbah Ekspositori (2)
Edisi 137/Februari 2013

DAFTAR ISI:
ARTIKEL: PENGANTAR MEMPERSIAPKAN KHOTBAH EKSPOSITORI

Dear e-Reformed Netters,

Artikel ini adalah lanjutan dari kiriman saya sebelumnya. Jika Anda ingin 
membacanya edisi sebelumnya, silakan berkunjung ke situs Soteri:
http://reformed.sabda.org/pengantar_mempersiapkan_khotbah_ekspositori_motivasi_definisi_dan_ikhtisar_proses_persiapan_khotbah_bag_1


Pemimpin Redaksi e-Reformed,
Yulia Oeniyati
< yulia(at)in-christ.net >
< http://reformed.sabda.org >



PENGANTAR MEMPERSIAPKAN KHOTBAH EKSPOSITORI: MOTIVASI, DEFINISI, DAN IKHTISAR PROSES PERSIAPAN KHOTBAH

2. Cara Khotbah Ekspositori

Cara khotbah ekspositori berkaitan dengan proses. Mari melihat kembali definisi 
khotbah ekspositori berkaitan dengan proses persiapan kita dan penyampaian pokok 
teks: Khotbah Ekspositori adalah pemasakinian pernyataan pokok teks Alkitab yang 
"diperoleh dari metode penafsiran yang tepat serta dinyatakan melalui sarana 
komunikasi yang efektif" untuk menasihati pikiran, menginsafkan hati, dan 
memengaruhi perilaku menuju kesalehan.

2.1. Penafsiran
  Kriteria utama metode penafsiran yang tepat adalah adanya hubungan yang dapat 
  ditunjukkan dan dapat diandalkan antara pemahaman penulis dan pembaca asli 
  suatu teks Alkitab dan penafsiran kita. Langkah 1 dari proses menyusun khotbah 
  akan menggambarkan proses ini secara lebih terperinci.

  Memang benar, Alkitab dapat digunakan untuk mengatakan hampir semua hal yang 
  Anda mungkin akan katakan. Pertanyaan kritisnya adalah: Apakah Anda mengatakan 
  apa yang ingin Alkitab katakan? Sebagai contoh, saya pernah mendengar sebuah 
  khotbah yang baik dari Lukas 19:29-40 yang menawarkan kebenaran berikut ini:

  "Yesus dan Keledai"
  I.   Anda seperti keledai dalam kisah ini (ayat 29-30)
        A. Anda terikat kepada seseorang yang bukan pemilik Anda yang sebenarnya 
           (ayat 30a)
        B. Anda masih muda -- belum ada yang mengendalikan hidup Anda (ayat 30b)
  II.  Yesus menyuruh orang untuk membebaskan Anda (ayat 30c)
        A. Dia membebaskan Anda melalui murid-murid-Nya (ayat 31-32)
        B. Akan ada keberatan saat Anda dibebaskan untuk melayani Kristus (ayat 33)
        C. Namun Dia membutuhkan Anda (ayat 34)
  III. Apakah Anda keledai Kristus? (ayat 35-40)
        A. Apakah Dia mengendalikan hidup Anda?
        B. Apakah Anda menghadirkan pujian bagi Dia?

  Dapatkah khotbah ini dikhotbahkan? Kenyataannya sudah! Apakah khotbah ini 
  setia kepada teks? Tidak! Mengapa? Tanyakan pertanyaan kritis ini: Apakah 
  uraian tersebut adalah apa yang ingin disampaikan oleh penulis kitab dan apa 
  yang dipahami oleh pembaca asli melalui kisah tersebut?

  Jenis khotbah ini sebenarnya pengajaran yang bersifat "moral". Berikut ini 
  adalah beberapa persoalan dalam pengajaran yang bersifat moral:

  a. Anda tidak benar-benar membutuhkan Alkitab untuk memberikan nasihat-nasihat 
     tersebut. Setiap kisah inspiratif pasti mengandung nilai-nilai moral. Setiap 
     budaya memunyai perumpamaan-perumpamaan dan kumpulan cerita rakyat untuk 
     menjadi pedoman bertindak dan berpri laku. Yang membedakan kisah Alkitab 
     dengan kisah yang bersifat budaya adalah kehendak Roh Kudus yang disampaikan 
     oleh penulis dalam teks dan dipahami oleh pembaca asli. Moralisme mengurangi 
     Alkitab menjadi sekadar cerita bijak saja.

  b. Setiap teks menjadi sebuah ilustrasi untuk prinsip moral yang lebih tinggi. 
     Teks digunakan sebagai ilustrasi dan bukan sebagai sumber uraian yang dibuat. 
     Dalam kisah "keledai", pengkhotbah telah memutuskan bahwa si keledai adalah 
     gambaran manusia.

  c. Khotbah Anda kekurangan otoritas tekstual. Dalam kisah keledai, dari bagian 
     teks yang manakah pengkhotbah mendapat otoritas untuk menyamakan keledai 
     dengan manusia? Atau anggaplah ketika menggunakan teks tentang Daud dan 
     Goliat, pengkhotbah memutuskan bahwa orang-orang percaya akan dan harus 
     menghadapi permasalahan yang sangat besar. Metode ilustrasi ini gagal karena 
     Goliat tidak bangkit kembali. Kenyataannya, permasalahan-permasalahan yang 
     sangat besar memiliki kemampuan untuk bangkit terus-menerus! Dengan demikian, 
     ilustrasi ini kekurangan otoritas tekstual. Jika khotbah tidak menunjukkan 
     bahwa penulis kitab bermaksud bahwa teks digunakan seperti ini, tidak ada 
     otoritas untuk melakukannya.

  d. Penafsiran tertentu kekurangan kontrol objektif. Setiap pengkhotbah dapat 
     menarik berapa pun ilustrasi dari teks yang diberikan. Akan tetapi, tidak ada 
     yang mengendalikan kesimpulan yang dia tarik. Mengapa lima, bisa saja tiga hal 
     atau dua hal, atau bahkan tujuh hal?

  e. Pernyataan pokok khotbah Anda tidak tampak terkait atau berasal dari 
     pernyataan pokok teks. Penafsiran pengkhotbah (dan dengan demikian penekanan 
     khotbah) menjadi manasuka. Jemaat akan mulai melihat khotbah sebagai 
     penggunaan teks Alkitab yang digunakan oleh pengkhotbah secara tidak lazim.

  Metode penafsiran yang tepat harus menyusun kerangka inti khotbah. Pengkhotbah 
  harus lebih dulu menjadi pelaku eksegesis Alkitab sebelum menjadi pelaku 
  ekspositori Kitab Suci.

2.2. Komunikasi

  Jika metode penafsiran yang tepat berkaitan dengan pemahaman penulis dan 
  pembaca asli, komunikasi yang efektif berkaitan dengan hubungan antara 
  pemahaman teks oleh pengkhotbah dan pembaca masa kini.

  Sebagai contoh, saya dan seorang rekan mengadakan seminar tentang penyusunan 
  rencana bagi para pemimpin gereja lokal di Asia Timur. Rekan saya mengajar di 
  sesi pertama mengenai mengapa kita harus membuat rencana. Inti pertama yang 
  disampaikannya adalah kita harus berencana karena Allah berencana. Allah 
  merencanakan penciptaan, penebusan, dan kerajaan-Nya. Dengan demikian, kita 
  juga harus menyusun rencana.

  Masalahnya, presentasinya tidak mempertimbangkan pemahaman jemaat tentang 
  kebenaran [yang disampaikan]. Pandangan umum, anggapan, nilai, dan keyakinan 
  mereka semua bercampur dengan pemahaman terhadap maksud rekan saya. Sayangnya, 
  kesimpulan yang mereka tarik setelah mengetahui rancangan ilahi justru 
  bertolak belakang dengan maksud rekan saya. Mereka menyimpulkan: jika Allah 
  berencana, kita tidak perlu menyusun rencana!

  Agar komunikasi kita efektif, kita harus memahami pandangan umum, proses 
  berpikir, dan budaya jemaat (pendengar khotbah kita). Kemudian, barulah dengan 
  menggunakan analogi dan ilustrasi, gaya dan penyampaian yang tepat, dan 
  penerapan yang relevan kita akan memastikan ketaatan mereka. Kita akan 
  mempertimbangkan beberapa aspek tersebut pada langkah ke-6 dari proses 
  menyusun khotbah.

3. Alasan Memberikan Khotbah Ekspositori

Alasan memberikan khotbah ekspositori berkaitan dengan tujuan. Apa tujuan dari 
persiapan kita dan penyampaian khotbah ekspositori? Mari kembali ke definisi 
yang kita gunakan: Khotbah Ekspositori adalah pemasakinian pernyataan pokok teks 
Alkitab yang diperoleh dari metode penafsiran yang tepat serta dinyatakan 
melalui sarana komunikasi yang efektif, "untuk menasihati pikiran, menginsafkan 
hati, dan memengaruhi perilaku menuju kesalehan". Alasan khotbah ekspositori 
terutama berhubungan dengan unsur intelektual, afektif, dan keputusan dalam 
pengalaman kekristenan.

3.1. Menasihati Pikiran

  Sebagai hasil dari mendengarkan khotbah, jemaat harus tahu dan memahami 
  sesuatu, yakni kebenaran Allah. Normalnya, pengetahuan ini terkait dengan 
  pernyataan pokok khotbah. Jika mereka tidak tahu lebih dari yang Allah katakan 
  dan mengharapkan sebagai hasil pengkhotbahan kita, itu bukan bagian kita. 
  Tuhan Yesus menambahkan "untuk mengasihi Allah dengan segenap akal budi kita" 
  dalam versinya tentang hukum yang terutama (baca Matius 22:36-37).

3.2. Menginsafkan Hati

  Tidak semua keputusan manusia dibuat secara masuk akal. Faktor emosi memainkan 
  peran besar dalam keputusan penting. Akan tetapi, kita tidak boleh sekadar 
  mengandalkan emosi. Hati harus diinsafkan sementara pikiran dinasihati. Memang 
  penting dan tidak mustahil untuk membidik takhta semua emosi, yakni hati, 
  melalui pengkhotbahan ekspositori. Pengkhotbah harus membuat jemaatnya 
  antusias menaati Allah. Jika Firman sudah menginsafkan hati jemaat kita, kita 
  bisa yakin bahwa perasaan itu tidak dibuat-buat. Sebagai hasil khotbah kita, 
  jemaat harus merasakan sekaligus menginginkan sesuatu, yakni perlunya ketaatan 
  pribadi akan kebenaran Allah.

3.3. Memengaruhi Perilaku

  Ujian praktis dari khotbah yang baik adalah buah yang dihasilkannya dalam 
  hidup. Alkitab diberikan untuk perubahan perilaku (2 Timotius 3:16-17). Iman 
  harus diikuti dengan perbuatan (baca Kitab Yakobus). Sebagai hasil khotbah 
  kita, jemaat akan melakukan sesuatu. Mereka akan taat. Kesalehan harus menjadi 
  hasil dalam kehidupan mereka. Artinya, mimbar bukan hanya tempat untuk 
  menaburkan lebih banyak informasi, namun menjadi panggung untuk mendorong 
  jemaat kita untuk hidup saleh dengan teladan dan uraian. Mereka harus tahu apa 
  yang Allah harapkan dan bagaimana mereka bisa menaati mandat Allah dari setiap 
  teks dalam Kitab Suci. Pengkhotbahan harus menghasilkan kesalehan.

Saya membuat komitmen kepada jemaat saya di New Delhi. Saya berkata kepada 
mereka, "Ketika saya berhenti memberi kalian sesuatu yang lebih untuk diketahui, 
sesuatu yang lebih untuk dirasakan, dan sesuatu yang lebih untuk dilakukan 
sebagai hasil dari saat-saat kita bersekutu dalam firman Allah, itulah saatnya 
memadamkan lampu gereja."

Dari Teks Menjadi Khotbah
-------------------------
Berikut ini adalah tujuh langkah dari teks menjadi khotbah dalam proses menyusun 
khotbah. Anda harus menghafal langkah-langkah tersebut.

Tujuh Langkah Proses Menyusun Khotbah

1. Mempelajari Teks "Daging",
2. Membuat Kerangka Teks "Rangka",
3. Pernyataan Pokok Teks "Jantung",
4. Jembatan Tujuan "Otak",
5. Pernyataan Pokok Khotbah "Jantung",
6. Membuat Kerangka Khotbah "Rangka",
7. Menyampaikan Khotbah "Daging"

Pada kolom sebelah kanan, saya sudah mendaftar bagian-bagian dari patung 
hidup yang berusaha kita ciptakan melalui setiap khotbah.

1. Mempelajari teks.
   Dengan mempelajari detail teks, kita memperoleh "daging" teks tersebut.
2. Membuat kerangka teks.
   Dalam menyusun kerangka teks, kita mendapat gambaran rangka penyusun teks. 
   Daging dan rangka membentuk bahan mentah teks untuk proses pemahatan.
3. Pernyataan pokok teks.
   Dari rangka itu, kita melihat pernyataan pokok teks, "jantung", pokok dari 
   khotbah itu.
4. Jembatan tujuan.   
   Dari jantung teks kita mengembangkan tujuan bagi jemaat. Tujuan khotbah ini 
   adalah "otak" yang melaluinya pada akhirnya khotbah dirancang dan 
   disampaikan.
5. Pernyataan pokok khotbah.
   Otak akan memberi arah dan bentuk bagi jantung khotbah.
6. Membuat kerangka khotbah.   
   Dalam tahap ini khotbah membentuk citra dan kerangkanya sendiri. Kerangka 
   pesan akan terlihat.
7. Menyampaikan khotbah.
   Pada akhirnya, kita akan mengisi detail-detail daging sewaktu kita selesai 
   memahat khotbah yang unik dan istimewa bagi jemaat secara khusus.

Cara lain untuk menggambarkan ketujuh langkah tersebut adalah sebagai berikut:
Dari Teks Menjadi Khotbah

 ----------------------------- --------------------------------
 | 1. Mempelajari Teks       |                   | 5. Pernyataan Pokok Khotbah  |
 | 2. Membuat Kerangka Teks  --------------------  6. Membuat Kerangka Khotbah  |
 | 3. Pernyataan Pokok Teks  4. Jembatan Tujuan    7. Menyampaikan Khotbah      |
 |                           |-------------------|            |
 ----------------------------- --------------------------------

Setelah menyajikan sistem persiapan khotbah ini, saya melihat cara mudah untuk 
mengingat ketujuh langkah tersebut. Berikut ini disajikan beberapa petunjuk 
untuk membantu Anda mengingat urut-urutan ini.

- Langkah 3 (kolom teks) dan langkah 5 (kolom khotbah) sejajar, berkaitan dengan 
  jantung atau persoalan pokok.
- Langkah 2 (kolom teks) dan langkah 6 (kolom khotbah) sama-sama berkaitan 
  dengan rangka atau kerangka.
- Langkah 1 (kolom teks) dan langkah 7 (kolom khotbah) berkaitan dengan daging 
  atau unsur dasar.
- Langkah 4 adalah jembatan atau otak yang membantu kita melakukan transisi dari 
  teks menjadi khotbah.

Pemberian nomor atau angka pada langkah-langkah tersebut memberi kita pola yang 
mudah untuk diingat: 1234321 atau ABCDCBA. Omong-omong, bentuk kesejajaran ini 
juga ditemukan dalam Alkitab Ibrani dan dikenal dengan konstruksi kiastik. 
Kemiripan lahiriah dengan Alkitab tidak membuat sistem persiapan khotbah ini 
terpengaruh dan pasif. Akan tetapi, sistem ini akan memampukan Anda, manusia 
yang terbatas, untuk membuat khotbah inspiratif.

Berikut ini adalah gambaran ringkas setiap langkah dalam menyusun khotbah. 
Langkah-langkah ini berperan sebagai tinjauan sekilas untuk prosedur lengkapnya.

Langkah 1: Mempelajari Teks -- Daging Teks
Langkah 1 mengenalkan kita kepada proses mendasar yakni mempelajari teks. 
Langkah ini menyediakan beberapa kunci untuk menemukan makna teks. Langkah ini 
juga meletakkan pondasi untuk pendalaman teks dalam "melihat" dan "mencari" 
secara tepat apa yang Alkitab ingin sampaikan kepada semua orang.

Langkah 2: Membuat Kerangka Teks -- Rangka Teks
Langkah penting dalam proses pemahatan adalah memahami bagaimana penulis kitab 
menyusun teks. Dengan cara ini, kita bukan hanya mampu menyampaikan apa yang 
dikatakan penulis, tetapi bahkan menekankan bagaimana dia menyampaikannya. 
Langkah 2 memberi petunjuk bagaimana menemukan kerangka teks sehingga Anda dapat 
meringkas pengajaran setiap bagian teks.

Langkah 3: Pernyataan Pokok Teks -- Jantung Teks
Sebagaimana fungsi jantung bagi manusia, demikian juga pernyataan pokok bagi 
teks (dan selanjutnya bagi khotbah). Langkah 3 akan membantu Anda menemukan 
pengajaran dominan dalam teks, yakni apa yang dikemukakan teks, dalam dua segi:
Tema: Apa yang dibahas penulis?
Perspektif: Apa yang dikatakan penulis tentang apa yang dibahasnya?
Segala sesuatu dalam teks disulam dalam satu tema besar. Ketika tema/perspektif 
ditemukan, seseorang dapat dengan yakin menguraikan teks dalam otoritas Allah.

Langkah 4: Tujuan Khotbah -- Otak Khotbah
Langkah 4 sangat penting untuk membuat khotbah ekspositori relevan dengan 
jemaat. Tujuan adalah otak khotbah, penghubung kunci dari teks ke khotbah. Anda 
akan belajar untuk mengucapkan tujuan khotbah dengan jelas bagi jemaat Anda.

Langkah 5: Pernyataan Pokok Khotbah -- Jantung Khotbah
Sama halnya dengan teks yang memunyai tema/perspektif tunggal, khotbah Anda juga 
harus memunyai tema/perspektif tunggal. Pernyataan pokok khotbah Anda akan 
mengandung penekanan "tema" dan "perspektif" yang kembar. Dalam tahap ini 
pernyataan Alkitab (langkah 3) disalurkan lewat tujuan (langkah 4) dan 
dikontemporerisasi untuk dipahami dan ditaati oleh jemaat.

Langkah 6: Membuat Kerangka Khotbah -- Rangka Khotbah
Pada langkah ini, Anda akan mempertimbangkan cara-cara dasar dalam mengembangkan 
khotbah dengan kesatuan, kelanjutan, dan kemajuan. Contoh-contoh bentuk 
pengembangan yang memengaruhi pemahaman keseluruhan dan menghasilkan ketaatan 
akan dibahas.

Langkah 7: Menyampaikan Khotbah -- Daging Khotbah
Anda dapat meningkatkan dampak khotbah Anda melalui ilustrasi, penggunaan kata 
yang tepat, dan bahasa tubuh dalam penyampaian khotbah. Anda juga akan 
disarankan untuk menuliskan khotbah sebaik dan sebanyak mungkin yang Anda bisa 
sebelum menyampaikannya.

Anda berada di jalur yang tepat untuk membaca buku ini jika:
- Anda ingin terlibat dalam pengkhotbahan ekspositori.
- Anda ingin tahu lebih jelas tentang bagaimana mengambil bahan dari teks untuk 
  khotbah Anda. (t/Dicky)

Diterjemahkan dari:
Judul buku: Preparing Expository Sermons
Judul asli artikel: Motivation, Definition, and Overview of the Process
Penulis: Ramesh Richard
Penerbit: Baker Books, Michigan, 2001
Halaman: 15 -- 29

Kontak: reformed(at)sabda.org
Redaksi: Yulia Oeniyati, Novita Yuniarti, dan Ryan
Berlangganan: subscribe-i-kan-untuk-Reformed(at)hub.xc.org
Berhenti: unsubscribe-i-kan-untuk-Reformed(at)hub.xc.org
Arsip: http://www.sabda.org/publikasi/e-reformed/arsip
BCA Ps. Legi Solo, No. 0790266579, a.n. Yulia Oeniyati
(c) 2013 -- Yayasan Lembaga SABDA < http://www.ylsa.org >

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org