Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-penulis/91

e-Penulis edisi 91 (18-8-2011)

Tentang Editor (II)

__________________e-Penulis (Menulis untuk Melayani)__________________
                          Edisi 091/Agustus/2011
                         Tema: Tentang Editor (II)

DAFTAR ISI
DARI REDAKSI: PROSES PENYUNTINGAN
TIP MENULIS: KIAT-KIAT MENJADI EDITOR
TOKOH PENULIS: CHARLES WESLEY, PENULIS HIMNE TERHEBAT SEPANJANG MASA
PENA MAYA: INDONESIA BUKU

                  DARI REDAKSI: PROSES PENYUNTINGAN

Salam penulis!

Senang sekali redaksi bisa menyapa rekan penulis sekalian. Dalam edisi
91, redaksi masih akan mengupas hal-hal seputar penyuntingan. Mengapa?
Salah satu tahap dalam menerbitkan buku adalah pengeditan atau
penyuntingan. Proses ini memerlukan editor. Dalam materi kali ini,
redaksi akan banyak mengupas tentang proses penyuntingan secara lebih
mendalam. Di bagian berikutnya, kita akan membaca tentang seseorang
yang telah menciptakan banyak himne -- terbanyak dalam sejarah.
Siapakah orang itu? Silakan Anda baca sajian kami kali ini. Selamat
membaca dan selamat menulis!

Redaksi Tamu e-Penulis,
Rento Ari Nugroho
< http://pelitaku.sabda.org >

"Beberapa buku harus diuji, yang lain harus ditelan saja dan beberapa
yang lain perlu dikunyah dan dicernakan." (Bacon)

                 TIP MENULIS: KIAT-KIAT MENJADI EDITOR
                 Dirangkum oleh: Truly Almendo Pasaribu

Editor merupakan tulang punggung dalam penerbitan. Tidak hanya itu,
editor memegang peranan penting untuk menambah nilai sebuah karya.
Peranan ini disertai tanggung jawab yang berat. Editor yang cerdas,
rajin, teliti, dan taktis, bisa mempererat kerja sama antara penerbit
dan pengarang. Sedangkan kecerobohan dan ketidaktaktisan seorang
editor, bisa mendatangkan bencana bagi hubungan penerbit dengan
pengarang.

Selain dituntut untuk berlatih dengan metode "belajar dengan bekerja",
editor juga ditantang untuk terus memperkaya wawasannya dalam dunia
pengeditan. Salah satunya adalah dengan mengikuti tip-tip berikut ini.

1. Menguasai Tata Bahasa dan Ejaan

Ejaan dan tata bahasa adalah dua hal yang sangat penting dalam
penyuntingan. Oleh karena itu, editor harus betul-betul menguasai
kedua hal ini. Tanpa penguasaan itu, penyuntingan kelak akan
berantakan. Penyuntingan naskah sebaiknya mengikuti perkembangan
bahasa dan istilah yang hidup dalam masyarakat dan dalam dunia ilmu
pengetahuan. Dengan demikian, penyuntingan dilakukan berdasarkan
bahasa yang aktual dan berlaku pada saat itu.

2. Melatih Ketelitian

Ketelitian merupakan "hukum menulis" pertama yang harus diberlakukan
oleh editor. Jangan sampai sebuah kata tertinggal, terbalik-balik,
atau kelebihan satu dua kata. Kata yang terjalin dalam sebuah kalimat
merupakan bangunan dari paragraf dan bangunan dari tulisan. Tugas
utama editor adalah memeriksa semua kata-kata yang ada di dalam
tulisan, baik secara tunggal maupun kalimat. Semuanya harus akurat
sesuai dengan tata bahasa dan rasa bahasa. Pemeriksaan kalimat dan
kata penting bagi tulisan yang kukuh dan berbobot. Keteledoran dalam
penulisan kata akan berakibatkan pada kelemahan dalam tulisan itu.
Selain itu, kesalahan ketik dan kesalahan penulisan akan mengganggu
pembaca yang sedang tekun menyimak gagasan dalam sebuah tulisan. Oleh
karena itu, editor perlu terus melatih kejeliannya dalam memoles
tulisan.

3. Memahami Ragam Tulisan

Setiap tulisan memunyai ciri sendiri sesuai dengan sasaran penulisan.
Misalnya, tulisan untuk akademis, untuk anak, untuk hiburan, dan
sebagainya. Sebelum menyunting, editor perlu memahami bidang tulisan
[tertentu] dan sasaran pembacanya, agar baik penerbit dan pembaca puas
dengan hasil kerja editor.

4. Peka terhadap Pilihan Kata

Setelah memahami jenis tulisan yang diinginkan penerbit dan ditulis
oleh penulis, editor perlu peka terhadap kata-kata pilihannya.
Misalnya, editor perlu ekstra hati-hati terhadap unsur-unsur yang
berbau SARA (suku, agama, ras, dan antargolongan) dan pornografi.
Editor perlu mempelajari apa yang layak diterbitkan atau tidak. Jika
terjadi kelalaian dalam hal ini, tentu saja penerbit atau redaksi akan
mengalami kerugian.

5. Bekerja Sama dengan Penulis

Editor membantu penulis memoles karyanya. Oleh karena itu, editor
tidak boleh menempatkan diri pada posisi penulis naskah. Editor yang
baik akan menjalin hubungan yang baik dengan penulis. Dari segi
penulisan naskah, pada dasarnya penulis di bagi menjadi tiga golongan:
penulis pemula, penulis semi-profesional, dan penulis profesional.
Dari segi watak, penulis juga memiliki tingkat kesulitan yang
berbeda-beda. Dengan mengenal penulis, editor akan lebih nyaman
berkonsultasi dengan penulis saat ingin memberi saran dan mengubah
naskah.

Seorang editor tidak akan berhenti untuk belajar, karena dia akan
terus menemukan hal yang baru saat dia bekerja. Editor akan mencari
waktu untuk berpikir jernih, berbahasa benar, dan menemukan ungkapan
yang segar. Mengingat bobot pekerjaannya, tentu saja editor perlu
mendapatkan penghargaan yang senilai dengan perjuangannya.

Dirangkum dari:
1. __________. "Editor Jobs - Top 10 Ways to be a Great Editor". Dalam
   http://www.editingcrossing.com/article/1310072/
   Editor-Jobs-Top-10-Ways-to-be-a-Great-Editor/
2. __________. "Tugas Editor". Dalam
   http://www.journalist-adventure.com/?p=348
3. Eneste, Pamusuk. "Buku Pintar Penyuntingan Naskah".
   Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
4. Taryadi, Alfons dkk. "Visi Pelayanan Literatur".
   Yogyakarta: Yayasan Andi

                    TOKOH PENULIS: CHARLES WESLEY, PENULIS
                        HIMNE TERHEBAT SEPANJANG MASA

"Oh, Seribu Lidah Memuji/Pujian bagi Penebus/Kemuliaan Tuhan dan
Rajaku/Kemenangan anugerah-Nya!"

Kabarnya, dia menciptakan kira-kira 10 baris kata-kata yang puitis
dalam sehari selama 50 tahun. Dia menulis 8.989 himne, sepuluh kali
lebih banyak daripada jumlah yang diciptakan oleh satu-satunya
kandidat penulis himne terbesar lainnya di dunia, Isacc Watts. Dia
mengarang beberapa himne gereja yang paling mengesankan dan abadi di
dunia, [bahkan beberapa himnenya sudah diterjemahkan ke dalam bahasa
Indonesia, Red.] seperti:

"Hark! The Herald Angels Sing"
"And Can It Be"
"O for a Thousand Tongues to Sing"
"Love Divine, All Loves Excelling"
"Jesus, Lover of My Soul"
"Christ the Lord Is Risen Today"
"Soldiers of Christ, Arise"
"Rejoice! the Lord Is King!"

Akan tetapi, tokoh ini sering kali disebut "Wesley yang terlupakan".

Saudaranya, John, diakui sebagai organisatoris genius di balik
munculnya gerakan Metodis. Akan tetapi, tanpa himne Charles, gerakan
Metodis mungkin tidak akan tersebar luas. Seperti yang dikatakan oleh
seorang sejarawan, "Para pengikut Metodis mula-mula diajar dan
dibimbing melalui himne-himne Charles, seperti khotbah dan pamflet
John Wesley."

Mahasiswa Ilmu Bahasa

Charles Wesley adalah anak kedelapan belas dari sembilan belas
bersaudara, dari pasangan Samuel dan Susannah Wesley (hanya sepuluh
yang hidup sampai dewasa). Dia lahir prematur pada bulan Desember 1707
dan terlihat sudah mati. Dia terbaring diam, dibungkus dengan selimut
selama berminggu-minggu.

Saat dewasa, setiap hari selama 6 jam, Charles dan saudara-saudaranya
diajari secara Metodis oleh ibunya, Susannah, yang memahami bahasa
Yunani, Latin, dan Prancis. Kemudian, Charles menghabiskan waktu 13
tahun di Westminster School. Di sana, satu-satunya bahasa yang boleh
digunakan adalah bahasa Latin. Dia menambah masa studinya selama 9
tahun di Oxford, tempat dia memperoleh gelar magisternya. Kabarnya,
dia bisa menarasikan karya penyair Latin, Virgil, dalam waktu setengah
jam.

Setelah lulus dari Universitas Oxford, Charles membentuk "Holy Club"
untuk mendobrak kerohanian yang suam-suam kuku di sekolah itu. Bersama
dengan 2 atau 3 orang lainnya, dia mengadakan komuni setiap minggu dan
mempelajari aturan studi rohani yang ketat. Karena cara hidup kelompok
tersebut yang religius -- mengadakan renungan pagi, pendalaman
Alkitab, dan pelayanan di penjara, maka anggota-anggotanya disebut
orang-orang "Metodis".

Pada tahun 1735, Charles bergabung dengan John untuk menjadi utusan
Injil di daerah koloni Georgia -- John sebagai pendeta perintis dan
Charles sebagai sekretaris Gubenur Oglethrope. Pada saat ini, keduanya
telah ditahbiskan menjadi pendeta. Meskipun ditembaki, difitnah,
terjangkit penyakit, bahkan dijauhi oleh Oglethorpe, Charles mampu
membahanakan sentimen John saat mereka kembali ke Inggris dengan
kekesalan pada tahun berikutnya. Charles Wesley bergumul, "Saya pergi
ke Amerika untuk membuat orang-orang Indian bertobat, tetapi, oh,
siapa yang akan menobatkan saya?"

Setelah kembali ke Inggris, Charles mengajarkan bahasa Inggris kepada
Moravian Peter Bohler, yang mendesak Charles untuk melihat keadaan
jiwanya secara lebih mendalam. Pada bulan Mei 1738, saat sedang sakit,
Charles mulai membaca buku karya Martin Luther tentang kitab Galatia.
Dia menulis dalam buku hariannya, "Aku bekerja, menunggu, dan berdoa
untuk merasakan `[Dia] yang sudah mengasihiku, dan menyerahkan
diri-Nya untukku.`" Tidak lama kemudian dia percaya dan menulis di
jurnalnya, "Kini aku sudah berdamai dengan Allah dan bersukacita
dengan pengharapan di dalam Kristus yang penuh kasih." Dua hari
kemudian, dia mulai menulis sebuah himne untuk merayakan
pertobatannya.

Pengkhotbah Injili

Atas anjuran penginjil George Whitefield, John dan Charles akhirnya
memutuskan untuk "lebih berani" melakukan sesuatu yang tak
terpikirkan: berkhotbah di luar gedung gereja. Dalam catatan jurnalnya
dari tahun 1739-1743, Charles menghitung jumlah orang yang telah
diinjilinya. Dari jumlah yang disebutkannya, total keseluruhannya
hampir mencapai 149.400 orang selama 5 tahun.

Dari tanggal 24 Juni sampai 8 Juli 1738, Charles dikabarkan dua kali
berkhotbah kepada 10.000 orang di Moorfields, yang dulunya -- pada
abad ke-18 disebut "Pulau Kelinci." Selain itu, dia berkhotbah di
hadapan 20.000 orang di Kennington Common dan memberikan khotbah
tentang pembenaran di depan Universitas Oxford.

Dalam perjalanannya ke Wales pada tahun 1747, penginjil berjiwa
petualang yang berumur 40 tahun ini bertemu dengan Sally Gwynne yang
berumur 20 tahun, yang kemudian dinikahinya. Secara umum, pernikahan
mereka adalah pernikahan yang bahagia.

Charles terus berkeliling dan berkhotbah. Terkadang dia juga
bersitegang dengan John, yang mengeluh, "Bahkan aku tidak tahu kapan
dan ke mana kamu [Charles] ingin pergi." Tahun 1756 adalah tahun
perjalanan terakhirnya mengelilingi negara-negara. Setelah itu,
kesehatannya membuatnya perlahan-lahan menarik diri dari pelayanan
kelilingnya. Dia menghabiskan sisa hidupnya di Bristol dan London,
serta berkhotbah di kapel Metodis.

Obsesi yang Menakjubkan

Sepanjang hidupnya, Charles menuliskan bait-bait himne yang sebagian
besar digunakan dalam ibadah Metodis. Dia menciptakan 56 volume himne
dalam waktu 53 tahun, menciptakan lirik-lirik yang disebut John
sebagai, "penjelasan kekristenan alkitabiah yang istimewa dan
lengkap".

Orang-orang Metodis pun menjadi dikenal orang (kadang dicela) karena
semangat mereka dalam menyanyikan himne-himne Charles. Pengamat
kontemporer menuliskan, "Lagu orang-orang Metodis adalah lagu terindah
yang pernah saya dengar.... Mereka bernyanyi dengan baik, dengan
penghayatan, pikiran yang tenang, dan memukau."

Banyak orang segera mengagumi Charles Wesley karena kemampuannya
menangkap pengalaman universal kekristenan dalam bait-bait indahnya.
Pada abad berikutnya, Henry Ward Beecher menyatakan, "Aku lebih suka
menulis himne Wesley `Jesus, Lover of My Soul` daripada mendapat
kemasyuran raja-raja yang pernah berkuasa di bumi." Penyusun
"Dictionary of Hymnology", John Julian, menyimpulkan "Mungkin, dilihat
dari kuantitas dan kualitasnya, Charles Wesley adalah penulis himne
terbesar sepanjang masa." (t/Uly)

Diterjemahkan dari:
Nama situs: Christianity Today
Alamat URL: http://www.christianitytoday.com/ch/131christians/poets/
            charleswesley.html?start=1
Judul asli artikel: Charles Wesley, Greatest Hymn Writer of All Time
Penulis: Tidak Dicantumkan
Tanggal akses: 06 Mei 2011

                         PENA MAYA: INDONESIA BUKU

Sesuai dengan namanya, situs ini melayarkan senarai peristiwa
perbukuan di Indonesia. Dalam situs ini, Anda bisa memperoleh
resensi-resensi buku yang kebanyakan berbicara tentang kebudayaan dan
kesusastraan. Tidak hanya itu, pengelola situs ini juga menyediakan
artikel-artikel penulisan, bahasa, jurnalistik, tokoh penulis, dan
sastra. Situs ini mempermudah pencarian artikel dengan menyediakan
berbagai menu utama yaitu: Beranda, Buku Baru, Esai, Kronik, Berita
Manca, Resensi, Suplemen, Tips, Tokoh, dan Ruang. Menariknya, situs
ini memuat biografi dan artikel tentang tokoh-tokoh penulis Indonesia
seperti Ayu Utami, Yonatan Rahardjo, Remy Sylado, dll. Situs ini dapat
digunakan sebagai salah satu sarana untuk mengajak masyarakat
Indonesia membudayakan membaca dan menulis. Jika Anda tertarik untuk
memperkaya wawasan Anda tentang membaca dan menulis, kunjungilah situs
ini. (TAP)

==> http://indonesiabuku.com/

Kontak: < penulis(at)sabda.org >
Redaksi: Truly Almendo Pasaribu dan Sri Setyawati
(c) 2011 -- Yayasan Lembaga SABDA
< http://www.ylsa.org/ >
Rekening: BCA Pasar Legi Solo;
No. 0790266579
a.n. Yulia Oeniyati
< http://blog.sabda.org/ >
< http://fb.sabda.org/penulis >
Berlangganan: < subscribe-i-kan-penulis(at)hub.xc.org >
Berhenti: < unsubscribe-i-kan-penulis(at)hub.xc.org >

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org