Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-penulis/72 |
|
e-Penulis edisi 72 (14-10-2010)
|
|
__________________e-Penulis (Menulis untuk Melayani)__________________ Edisi: 072/Oktober/2010 Tema: Peranan Bahasa dalam Tulisan DARI REDAKSI__________________________________________________________ PESONA BAHASA KOMUNIKATIF Ingatkah Sahabat cerita Menara Babel dalam Perjanjian Lama? Kisah ini menggambarkan betapa kacau-balaunya manusia tanpa bahasa yang komunikatif. Barangkali, yang minta "batu" diberi "paku", yang minta "paku" justru diberi "batu". Maka patutlah kita syukuri dan manfaatkan pesona bahasa yang ada pada kita saat ini. Kita diberi alat komunikasi yang memungkinkan kita untuk berpikir, merangkai kata dan memahami sesama. Alangkah baiknya jika kita belajar untuk memakai anugerah ini secara komunikatif. Dalamr edisi e-Penulis kali ini, kami mengajak Sahabat Penulis menggali lebih dalam tentang daya tarik bahasa yang komunikatif dalam artikel "Peranan Bahasa yang Komunikatif dalam Literatur". Selain itu, kami juga menyajikan tips "Memilih Kata" bagi Sahabat Penulis yang rindu bergelut dengan kata-kata. Jangan juga lewatkan tokoh penulis yang memunyai pengaruh luas dalam bidang penerjemahan, Eugene A. Nida. Semoga sajian edisi ini menambah wawasan Sahabat Penulis, selamat membaca! Pimpinan Redaksi e-Penulis, Truly Almendo Pasaribu < uly(at)in-christ.net > http://pelitaku.sabda.org http://fb.sabda.org/penulis ______________________________________________________________________ Intisari dari komunikasi adalah berbicaranya satu hati kepada hati yang lain. -- Elizabeth Yates -- DAFTAR ISI____________________________________________________________ - Dari Redaksi: Pesona Bahasa Komunikatif - Daftar Isi - Artikel: Peranan Bahasa yang Komunikatif dalam Literatur - Tips: Memilih Kata - Tokoh Penulis: Pahlawan Penerjemahan Alkitab: Eugene A. Nida - Pena Maya: Xavier Quentin Pranata`s Blog ARTIKEL ______________________________________________________________ PERANAN BAHASA YANG KOMUNIKATIF DALAM LITERATUR Diringkas oleh: Truly A. Pasaribu Bahasa bukanlah kumpulan kata yang diambil secara sembarangan. Bahasa memiliki daya pukau bila disusun dan ditempatkan pada kedudukan yang komunikatif. Dia mampu "membakar", "menangis" dan "bergembira". Bahasa yang komunikatif adalah bahasa yang hidup. "Pada mulanya adalah Firman. Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah." (Yohanes 1:1) Tuhan berbicara kepada manusia dengan "Kata" (Firman). Dengan Katalah Dia menjadikan segala sesuatu di dunia ini. Kata itu sendiri menjadi "daging" (Yohanes 1:14, terjemahan lama) dan berada di antara manusia. Tuhan menciptakan bahasa yang komunikatif untuk manusia, agar dengan demikian manusia dapat memahami dengan jelas tujuan Kata itu. Kata yang tidak bermakna menjadikan bahasa tidak bermakna dan membuat komunikasi tidak berlangsung dengan efektif. Pengertian Bahasa Bahasa bukanlah kumpulan kata yang diambil secara sembarangan. Bahasa memiliki daya pukau bila disusun dan ditempatkan pada kedudukan yang komunikatif. Dia mampu "membakar", "menangis", dan "bergembira". Bahasa yang komunikatif adalah bahasa yang hidup. Bahasa yang hidup di tengah-tengah masyarakat selalu mengikuti perkembangan manusia itu sendiri. Bahasa manusia sangat erat kaitannya dengan konsep-konsep, tingkah laku, kebudayaan, dan aspirasi masyarakat pemakainya. Betapa pun kunonya tingkat kebudayaan manusia, bahasa tetap cukup memadai dan komunikatif bagi kepentingan hidup mereka sehari-hari. Sesungguhnya bahasa berurusan dengan yang "komunikatif" dan yang "tidak komunikatif". Bahasa yang sudah tidak dipakai lagi berarti tidak lagi komunikatif dan ditinggalkan masyarakat pemakainya. Buku-buku, bahan bacaan maupun literatur yang tidak lagi komunikatif akan membeku dalam khazanah kebudayaan bangsa pemakainya. Kemajuan ilmu pengetahuan berjalan seiring dengan kemajuan bahasa. Ilmu pengetahuan memperkaya perbendaharaan kata-kata baru dan juga mengauskan kata-kata yang tidak dapat mendukung pengertian dalam perkembangan ilmu itu. Para penulis yang tidak hidup dengan perkembangan bahasa akan menciptakan bahan bacaan yang tidak komunikatif. Dapat dikatakan bahwa bahasa adalah proses yang terus-menerus memproses pengertian-pengertian yang menjalin komunikasi secara komunikatif di antara manusia yang hidup. Apa Komunikasi Itu? Sejak awal kita berbicara tentang sesuatu yang komunikatif. Apa sebenarnya bahasa yang komunikatif itu? Drs. Onong Uchjana Effendi dalam buku Dinamika Komunikasi (1986:3) mengatakan, "Komunikasi berarti proses penyampaian suatu pernyataan oleh seseorang kepada yang lain. Jika seseorang mengerti tentang sesuatu yang dinyatakan orang lain kepadanya, maka komunikasi berlangsung. Dengan lain perkataan, hubungan antara mereka itu bersifat komunikatif." Di dalam Leksikon Komunikasi lebih lanjut dikatakan bahwa komunikasi erat kaitannya dengan makna. Peranan bahasa menjadi komunikatif berkat adanya makna yang dikandungnya. Setiap orang yang mengadakan komunikasi terpaut dengan konvensi. Aturan-aturan yang telah disepakati secara bersama oleh masyarakat pemakainya, lambang-lambang, dan tanda-tanda yang mendukung sesuatu pengertian. Bila proses itu berlangsung di antara dua atau tiga orang, maka terciptalah suatu suasana komunikatif. Dan peranan bahasa yang komunikatif ini sangat penting dalam proses itu. Pilihan Kata Dalam Lingkup Komunikasi Sadar atau tidak sadar, dalam komunikasi literatur orang memilih kata. Demikianlah pengarang berkomunikasi dalam tulisan melalui pilihan kata yang tepat. Apakah unsur-unsur yang perlu diperhatikan dalam konteks komunikasi ini? Pilihan kata agar komunikasi menjadi komunikatif? Di bawah ini ada beberapa pandangan yang perlu diperhatikan, unsur-unsur yang harus ada. Marwoto (1985:117-127) menyebutkan sebagai berikut. 1. Situasi Unsur ini menyangkut jenis masalah yang hendak disajikan. Seorang penulis berhadapan dengan pelbagai jenis masyarakat yang memiliki jati diri sendiri. Dia harus mengetahui keadaan masyarakat yang ditujunya dan bagaimana kebiasaan mereka berbicara dan masalah apa yang sering menjadi pokok pemikiran bagi mereka. Apakah tulisan yang disajikan itu untuk kelompok orang muda, orang tua, ataukah untuk anak-anak. Apakah tulisan itu ditujukan kepada golongan tertentu, untuk kelompok awam ataukah untuk kelompok yang profesional, dan lain-lain. 2. Makna Pilihan kata itu bermakna leksikal (menurut kamus) ataukah bermakna gramatikal (menurut tata bahasa) yang bersifat umum, tepat, dan saksama. Yang dimaksud di sini dengan kata tepat ialah sesuai dengan sintaksis, sedangkan kata saksama ialah yang sesuai dan benar dengan yang hendak dikatakan. Karena diksi inilah seorang pengarang harus memahami masyarakat yang ditujunya. Eugene A. Nida dalam bukunya "God`s Word" (1952:25) mengatakan bahwa "kata-kata untuk kehidupan yang religius haruslah berakar pada pengalaman hidup setiap hari orang yang merasakan kehidupan religius itulah kehidupan, bukan hanya sekadar teori yang rapi yang terpencil dari bagian kehidupan itu sendiri." Itulah sebabnya rasul Paulus berbicara mengenai bahasa yang hidup dalam surat yang ditulisnya kepada jemaat di Korintus (13:1) yang mengatakan betapa sia-sianya bahasa itu apabila tidak hidup dalam kehidupan itu sendiri, atau menjadi kehidupan itu. "Sekalipun aku berkata-kata dengan semua bahasa manusia dan bahasa malaikat, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama dengan gong yang berkumandang dan canang yang gemerincing." Penggunaan Kata Secara Efektif Tulisan yang efektif adalah tulisan yang tepat guna. Penulis menimbang kata yang digunakannya sesuai dengan kodratnya dan memadukannya secara ekspresif. Penulis yang malas akan menggunakan kata-kata klise dengan harapan pembacanya akan langsung mengerti. Dia mengira bahwa kata-kata yang sudah lazim didengar dan diketahui oleh masyarakat akan segera memikat perhatian pembacanya dan pemahaman pun segera diperoleh. Penulis yang malas akan menghasilkan tulisan yang "malas" pula, alias tidak komunikatif sama sekali. Penulis harus setiap hari bergumul dengan kata-kata dan memilih kata spesifik yang mampu memberi warna dalam tulisannya. Seorang penulis harus jujur kepada dirinya sendiri. Dia mencari ungkapan-ungkapan yang otentik dengan kata yang bervariasi, bukan dengan kata-kata klise yang berbunga-bunga. Ini juga mengandung arti bahwa penulis harus memiliki kata-kata sendiri, yang khas dengan dirinya dalam berekspresi, sehingga kata-katanya menjadi kuat. "Alangkah kokohnya kata-kata yang jujur." (Ayub 6:25) Penerapan Kata yang Efektif dalam Tulisan Sekarang tibalah kita kepada masalah penerapan kata dalam tulisan yang efektif. Keefektifan itu berasal dari pikiran kita sendiri. Dari pikiran yang bening keluarlah buah pikiran yang bening. Dari pikiran yang tertib akan lahir tulisan yang efektif. Dari mana kita memperoleh pikiran yang bening? Pada umumnya pikiran yang bening diperoleh sebagai hasil penelitian dan pandangan yang cermat atas dunia sekeliling kita. Hanya orang yang cermat dapat melukiskan sesuatu dengan tepat. Orang yang cermat akan memandang sekitarnya dengan penuh perhatian, dia akan membaui sesuatu sebelum dia melukiskan keharumannya. Dia akan merekam warna, suara, rasa, selera dalam benaknya, dan kemudian mengolahnya dalam bentuk kalimat. Ada sesuatu yang sedang berproses dalam benaknya, proses yang mendalam dan terhayati atas lingkungan yang dapat diekspresikannya dengan rasa dalam bentuk tulisan yang cocok untuk itu. Bahasa yang komunikatif sangat erat kaitannya dengan proses yang berlangsung dalam benak kita. Penulis buku "An Introduction to Christian Writing", Ethel Herr (1983:41-48) memberi semacam diagram kepada kita di bawah ini. Diagram itu terbagi atas dua fase sebagai berikut. Fase I Langkah 1: Pancaindera dan pikiran melihat sebuah ide atau sinar ide atau katakanlah percikan ide. Langkah 2: Imajinasi mengawetkan dan membentuk ide itu. Langkah 3: Pena mengongkretkannya dalam "kata-kata". Fase II Langkah 1: Pancaindera dan pikiran membaca "kata-kata" itu. Langkah 2: Imajinasi mengkreasikan kembali serta mengevaluasi ide penulis. Langkah 3: Seluruh pribadi merespons dalam gaya hidup. Langkah 4: Mulut atau pena membagikan ide itu kepada orang lain dalam bentuk "kata-kata". Fase-fase ini memberikan gambaran kepada kita bahwa sesuatu yang hendak dikomunikasikan sudah harus lebih dahulu mengalami proses di dalam benak kita. Wujudnya yang imajiner dijelmakan dalam "kata-kata". Kalau yang imajiner ini sudah komunikatif dalam diri penulis, maka dia pun akan mampu mengungkapkannya dalam bentuk suatu ekspresi, melalui artikel, cerita, atau buku yang bersifat umum. Oleh karena itu, penulis harus menguasai kata. Kata dan ide yang bulat! Dan penulis yang baik "rakus" akan kata-kata; dia tidak akan puas dengan makna leksikal belaka. Dia akan menyesuaikan kata dengan kodratnya, dalam hubungan yang komunikatif di tengah-tengah masyarakat pemakainya. Bahkan, penulis yang kreatif "sakit" akan kata-kata. Kata-kata sendiri memunyai fungsi sebagai berikut. 1. Kata yang memengaruhi orang dan yang membuat mereka: a. berpikir atau mengubah pikiran mereka, b. memperoleh emosi yang kuat, c. mengembangkan tabiat dan sikap, d. bertindak, dan e. membagikan pikiran mereka kepada orang lain. 2. Kata-kata melambangkan ide-ide. Kata-katalah yang membalut konsep agar pikiran kita segar dan jiwa sosial kita mendorong kita berbagi rasa dengan orang lain. Jika kita memilih kata-kata dengan miskin, maka komunikasi menjadi rusak. Memilih kata-kata yang tepat itu memang amat penting 3. Pemilihan kata dengan tepat membuat tulisan menjadi: a. jernih sehingga pembaca tidak perlu menebak-nebak apa yang dimaksud, b. tepat agar pembaca dapat percaya, dan c. terang agar pembaca ikut hanyut dan menikmati karya yang disuguhkan, ikut mengalami apa yang dialami pengarang atau penulisnya, turut mengambil bagian dan menyimpulkan sesuai dengan apa yang dikehendaki penulisnya. Apa yang Dikatakan Alkitab Di dalam Alkitab banyak dibicarakan tentang kata. Kata begitu penting dalam konteks Alkitab sebagaimana telah disinggung dalam bagian lain tulisan ini. Alkitab berbicara dan mengemukakan kata kepada semua golongan masyarakat. Ada kata-kata yang bersifat sastra, ada kata-kata yang amat sederhana yang digunakan rakyat jelata, ada kata untuk golongan menengah, ada kata untuk anak-anak. Semua lapisan masyarakat dibicarakan dalam Alkitab, semuanya dengan kata. Puncak dari semua kata terdapat dalam Alkitab, karena Kata itu telah menjadi "daging" dan hidup di antara manusia. Sekarang tergantung pada manusia itu sendiri bagaimana dia mengomunikasikan pengabaran itu sesuai dengan kondisi masyarakat pemakai bahasa yang beragam dan majemuk. Bahasa yang tidak cocok untuk satu masyarakat mungkin cocok untuk masyarakat lainnya. Bahasa yang sederhana umumnya komunikatif bagi semua golongan masyarakat. Semakin tinggi ilmu seseorang, semakin sederhana bahasanya dan semakin komunikatif pembicaraannya. Alkitab menggambarkan "firman" atau kata-kata itu bagaikan pelita yang menerangi jalan (Mazmur 119:105). Siapa yang tidak mengenal "pelita"? Kata dikatakan bagaikan pelita, dan segeralah terbayang di dalam benak pembaca lampu yang menerangi jalan yang gelap. Komunikatif, bukan? Di bagian lain dikatakan bahwa "perkataan yang diucapkan tepat pada waktunya adalah seperti buah apel emas di pinggan perak." (Amsal 25:11) Sungguh indah, bukan? "Perkataanku menetes laksana embun, laksana hujan renai ke atas tunas muda, dan laksana dirus hujan ke atas tumbuh-tumbuhan." (Ulangan 32:2) "Aku akan menaruh hukum-Ku dalam akal budi mereka dan menuliskannya dalam hati mereka." (Ibrani 8:10) Nah, pertanyaan yang perlu kita pikirkan adalah: Mana yang lebih komunikatif? Siapakah Anda? Apa pekabaran Anda? Bagaimana cara menyampaikannya? Diringkas dari: Judul artikel: Peranan Bahasa yang Komunikatif dalam Literatur Nama buku: Visi Pelayanan Literatur Penulis: Drs. Wilson Nadeak Penerbit: Yayasan ANDI, Yogyakarta 1989 Halaman: 33 -- 49 TIPS _________________________________________________________________ MEMILIH KATA DENGAN CERMAT Diringkas oleh: Truly A. Pasaribu Seorang tukang kayu menggunakan serutan, pahat, dan gergaji untuk membuat sebuah perabot rumah. Seorang penulis menggunakan kata-kata, kalimat, dan alinea-alinea untuk membuat sebuah artikel atau cerita. Kemampuan menggunakan alat-alatlah yang membedakan hasil karya hebat dan hasil karya biasa. Setiap penulis harus belajar menggunakan kata-kata secara tepat. Dia perlu peka dengan pilihan katanya. Dengan demikian dia seyogianya mencermati beberapa kelompok kata berikut ini. 1. Kata-Kata yang Usang Setiap kali Anda tergoda untuk memakai kata-kata usang, cobalah cari kata lain yang memunyai makna yang mirip. Seorang penulis menganggap sebuah buku menarik jika buku itu memang menimbulkan gairah, menggerakkan semangat, berisi informasi, memesona, mengasyikkan, baru, atau aneh. Dia dapat menyatakan seorang gadis menarik dengan menuliskan bahwa gadis itu pintar, luwes, memesona, sigap, atau berbakat. Banyak kata penuh warna yang dapat digunakan penulis untuk menyatakan seorang anak manis, seorang ibu jelita, atau sebuah rumah indah. Kemampuan menulisnya akan meningkat kalau ia menggunakan kata-kata yang banyak menyajikan citra bagi pembacanya. 2. Kata-Kata yang Tidak Perlu Penulis perlu menahan diri untuk menulis banyak kata, jika satu atau dua kata saja sudah cukup. Contohnya, "Menurut pembicara,...." adalah lebih baik daripada "Pembicara beropini bahwa...." Seorang penulis yang baik tidak kenal ampun dalam memangkas kata-kata kosong yang tidak perlu, usang, dan melelahkan. Setiap kata memiliki tugas masing-masing. Seorang penulis hendaknya memastikan apakah tiap kata telah melaksanakan tugas masing-masing secara efisien dan jelas. 3. Kata-Kata Bombastis Kata-kata bombastis sering kali tidak tepat digunakan. Mereka seperti pakaian yang kedodoran. Beberapa penulis menggunakan kata-kata bombastis untuk mengesankan pembacanya atau menutupi ketidakmampuannya. Semakin berpengalaman seorang penulis, semakin ia sadar betapa pentingnya menyatakan satu ide dalam kata-kata yang dimengerti dan ringkas. K.E. Eapen, kepala Departemen Jurnalisme di Hislop College, Nagpur, India, di hadapan delegasi peserta Seminar Penulis Kristen Internasional berkata: "Tidak ada hukum yang mengatakan bahwa Anda harus menggunakan kata-kata bombastis ketika menulis atau berbicara. Banyak kata-kata sederhana dan yang bagus yang dapat digunakan untuk menyatakan semua yang ingin Anda katakan sama baiknya dengan kata-kata bombastis. Barangkali diperlukan waktu sedikit lebih banyak untuk menemukan kata-kata sederhana itu, tetapi ini dapat berarti banyak, karena kita semua mengenal kata-kata sederhana itu." "Kata-kata sederhana bergerak lincah sementara kata-kata bombastis berdiri kaku, atau lebih jelek lagi, menghalangi apa yang ingin Anda katakan. Tidak benar bahwa kata-kata sederhana itu tidak bisa mengatakan sesuatu dengan baik.", 4. Kata Kerja adalah Kata Kunci Kalau kata-kata kerja dipilih secara baik, mereka akan menimbulkan gerak dalam penulisan. Mereka memberi semangat dan kehidupan bagi kalimat-kalimat, menjadi titik tengah yang dilingkari oleh kata-kata lainnya. Alkitab adalah buku yang paling baik untuk diajak konsultasi dalam latihan menggunakan kata kerja. Pada drama ilahi ini, kata-kata kerja menyatakan kasih dan kekuasaan Allah. Kata kerja aktif menyatakan seperti apa Allah itu. Ia mencipta dan menghancurkan. Ia mengutus, berucap, mengasihi, menyelamatkan, dan memaafkan. Ia mengadili, memuliakan, dan melihat ke bawah. Ia melihat, memanggil, mengajari, menenteramkan, menjanjikan, membuat perjanjian, memenuhi janji, Ia menerangkan, berkehendak, bekerja, dan tidak berubah. Dengarlah irama dan alunan kata-kata dalam Mazmur dan lihat bagaimana kata kerja memberi arti kepada sesuatu yang abstrak. "Langit menceritakan kemuliaan Allah, dan cakrawala memberitakan pekerjaan tangan-Nya. Hari meneruskan berita itu kepada hari, dan malam menyampaikan pengetahuan itu kepada malam." (Mazmur 19:2-3) Seorang peserta lokakarya di Green Lake mengungkapkan perasaannya tentang pentingnya kata-kata: "Bagiku kata-kata dapat mengubah dunia. Kata-kata lebih berharga daripada emas atau berlian apabila digunakan secara disiplin dan baik. Buku-buku yang selama ini ditulis dengan bimbingan Roh Kudus, akan bertahan selamanya. Alkitab telah membuktikan itu selama berabad-abad." Diringkas dari: Judul artikel terjemahan: Kata-Kata Adalah Alat Judul buku: Menjadi Penulis: Membina Jemaat yang Menulis Judul asli buku: Write the Vision Penulis: Marion van Horne Penerbit: PT BPK Gunung Mulia, Jakarta Halaman: 7 -- 10 TOKOH PENULIS_________________________________________________________ PAHLAWAN PENERJEMAHAN ALKITAB: EUGENE A. NIDA Diringkas oleh: Truly A. Pasaribu Eugene A. Nida merupakan salah satu orang yang berjasa dalam revolusi penerjemahan Alkitab. Nida lahir pada 11 November 1914 di Oklahoma City, Oklahoma, AS. Dia dan keluarganya pindah ke Long Beach, California ketika dia berumur lima tahun. Dia mulai mempelajari bahasa Latin di bangku SMA dan rindu menjadi misionaris dalam bidang penerjemahan Alkitab. Dia semakin dekat dengan impiannya ketika dia meraih gelar sarjana dalam bidang bahasa Yunani pada tahun 1963 dari Universitas California di Los Angeles dengan predikat "summa cum laude". Setelah itu, dia melanjutkan pendidikannya ke Summer Institute of Linguistics (SIL). Nida kemudian meraih gelar doktoral dalam bidang Perjanjian Baru berbahasa Yunani dari Universitas California Selatan. Pada tahun 1943, dia menyelesaikan studinya dan mendapatkan gelar Ph.D. dalam bidang ilmu bahasa di Universitas Michigan. Tahun 1943 merupakan masa-masa sibuk bagi Eugene Nida. Dia menikahi Althea Sprague dan bekerja di American Bible Society (ABS) sebagai ahli bahasa. Nida akhirnya menjadi wakil sekretaris untuk divisi Versi Alkitab, dan kemudian menjadi sekretaris eksekutif untuk divisi Penerjemahan Alkitab sampai dia pensiun pada awal tahun 1980-an. Sesaat setelah bekerja di ABS, Nida langsung dikirim untuk mengikuti serangkaian misi di Afrika dan Amerika Latin. Dia bekerja dengan para misionaris-penerjemah untuk memecahkan masalah kebahasaan dan mencari penerjemah lokal. Saat itu, dia menyadari bahwa dia tidak hanya perlu memeriksa terjemahan, tetapi dia juga perlu mendidik para penerjemah untuk meningkatkan efektivitas penerjemahan mereka. Kemudian, dia berkunjung ke berbagai daerah, menyusun lokakarya pelatihan, serta membangun jaringan penerjemahan dan struktur organisasi yang akhirnya mendunia: United Bible Societies Translations Program yang tiada henti-hentinya bekerja dengan ratusan bahasa daerah di seluruh dunia. Nida ingin menciptakan suatu teori yang dapat mengomunikasikan Injil dengan lebih efektif dan menghapuskan segala macam hambatan budaya dan masalah kebahasaan. Kemudian, dia menulis "Toward a Science of Translating" (Menuju ke Ilmu Penerjemahan) (Brill, 1964) dan "The Theory and Practice of Translation" (Teori dan Praktek Penerjemahan) (Brill, 1969, dengan C.R. Taber). Dua buku yang berpengaruh tersebut menguraikan teorinya yang dia sebut sebagai "penerjemahan padanan dinamis yang tidak mengubah makna", yang kemudian disebut Kesepadanan Fungsional. Teori Nida membantu penerjemah menangkap makna dan nada yang diusung oleh bahasa sumber tanpa harus terikat dengan struktur bahasanya. Teorinya ini sangat penting, revolusioner, dan meyakinkan. Buktinya, ratusan naskah dapat diterjemahkan dengan efektif karena menerapkan teori tersebut. Bersama Jan de Waard Nida menulis buku "From One Language to Another" (Dari Satu Bahasa ke Bahasa Lain) (Nelson, 1986) yang berisi penjelasan tambahan mengenai teori Kesepadanan Fungsional. Selain itu, Nida juga meluncurkan berbagai macam buku dan artikel tentang subjek-subjek penting, seperti penafsiran, semantik, struktur wacana, serta analisa semantik lengkap tentang perbendaharaan kata dalam Perjanjian Baru berbahasa Yunani. Nida dan Louw juga menerbitkan sebuah kamus leksikon bahasa Yunani-Inggris untuk Perjanjian Baru berdasar pada aspek semantiknya: "The Greek- English Lexicon of the New Testament based on Semantic Domains" (UBS, 1988). Nida dalam karyanya di bidang penerjemahan bahasa daerah menunjukkan bahwa penerjemah perlu mengutamakan aspek kejelasan komunikasi dengan menggunakan bahasa dan gaya bahasa yang mudah dipahami untuk menjangkau orang-orang yang sama sekali belum pernah mengenal Injil. [Dengan didasari oleh hal itu], maka perjanjian Baru berbahasa Spanyol yang disebut sebagai Versi Populer diterbitkan pada tahun 1966 di bawah kepemimpinan William Wonderly. Pada waktu hampir bersamaan, Alkitab Today`s English Version (TEV) diterbitkan di bawah kepemimpinan Robert G. Bratcher, seorang rekan Nida. Versi [Perjanjian Baru] itu merupakan karya yang sangat sukses. Lusinan juta salinannya terjual bahkan sebelum [keseluruhan Alkitab selesai diterjemahkan dan] diterbitkan pada tahun 1976. Kesuksesan tersebut membuat banyak gereja mengakui efektivitas teori Kesepadanan Fungsional dalam mengomunikasikan isi Alkitab dengan jelas. Pada tahun 1986, United Bible Societies (UBS) dan Vatikan bekerja sama untuk menerapkan prinsip-prinsip Kesepadanan Fungsional dalam ratusan proyek penerjemahan Alkitab yang sedang dikerjakan. Eugene A. Nida merupakan seorang pelajar, guru, pemimpin, tokoh berpengaruh, penyusun konsep, inovator, dan penyusun teori yang berpengaruh. Dia juga merupakan tokoh yang tiada duanya, baik dalam sejarah perkembangan UBS maupun dalam hal dampak di seluruh dunia. Karya, organisasi, dan gagasannya menentukan arah perkembangan dan penerjemahan Alkitab. Terima kasih untuknya; dunia penerjemahan Alkitab dan penelitian penerjemahan telah diperkaya dan ditantang menjadi sebuah bidang studi dan wacana yang menarik untuk digeluti. Diringkas dari: Nama situs: Bio Kristi Judul artikel terjemahan: Biografi Singkat Eugene A. Nida Alamat URL: http://biokristi.sabda.org/biografi_singkat_eugene_a_nida Diterjemahkan dari: Judul asli artikel: Brief Biography of Eugene Nida Penulis: Tidak dicantumkan Penerjemah: Dian Pradana Nama situs: Eugene A. Nida Institute for Biblical Scholarship Alamat URL: http://www.nidainstitute.org/ PENA MAYA_____________________________________________________________ XAVIER QUENTIN PRANATA`S BLOG Setiap orang membutuhkan penyegaran dalam kesehariannya. Bermula dari menulis buku, Xavier Quentin Pranata, seorang jurnalis yang turut merintis berdirinya majalah BAHANA dan lulusan STTII ini memiliki kerinduan untuk membagikan pengalaman pribadinya dengan Tuhan kepada para pembaca di dunia maya, yang dijabarkan dalam bentuk cerita, puisi, maupun ulasan buku karangannya. Dalam situs ini, Anda akan menemukan kisah-kisah inspirasi, motivasi, renungan, kata-kata mutiara, dan humor segar yang dapat membangkitkan semangat. Kelebihan dari situs ini ialah isi situs yang sering diperbarui rata-rata lima postingan setiap kalinya. Dalam situs ini tersedia kotak pencarian dan peta situs (sitemap) yang memudahkan pengunjung untuk dapat mencari artikel sesuai dengan topik yang diinginkan. Bagi para pembaca yang gemar mengoleksi karya-karya Xavier Quentin Pranata dapat mengikuti perkembangan terbaru di bagian Rilis Terbaru (New Release). Melalui situs ini, Anda juga dapat menghubungi penulis melalui email, shoutbox, maupun dengan mengirimkan komentar. (DIY) ==> http://xavier.web.id Diambil dari: Nama situs: SABDA.org Alamat URL: http://sabda.org/publikasi/icw/1146/ ______________________________________________________________________ Pimpinan Redaksi: Davida Welni Dana Staf Redaksi: Sri Setyawati dan Truly A. Pasaribu Kontak redaksi/kirim bahan: penulis(at)sabda.org Berlangganan via email: < subscribe-i-kan-penulis(at)hub.xc.org > Berhenti berlangganan < unsubscribe-i-kan-penulis(at)hub.xc.org> Arsip e-Penulis: http://www.sabda.org/publikasi/e-penulis Situs PELITAKU: http://pelitaku.sabda.org Facebook: http://fb.sabda.org/penulis Twitter: http://twitter.com/sabdapenulis Forum Penulis: http://pelitaku.sabda.org/forum Kunjungi Blog SABDA di http://blog.sabda.org ______________________________________________________________________ Melayani sejak 3 November 2004 Isi dan bahan adalah tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA. Didistribusikan melalui sistem network I-KAN. Copyright (c) 2010 e-Penulis / YLSA -- http://www.ylsa.org Katalog SABDA: http://katalog.sabda.org/ Rekening: BCA Pasar Legi Solo No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |