|
Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
https://sabda.org/https://sabda.org/publikasi/e-penulis/67 |
|
e-Penulis edisi 67 (18-5-2010)
|
|
__________________e-Penulis (Menulis untuk Melayani)__________________
Edisi: 067/Mei/2010
Tema: Tantangan Pelayanan Literatur
DARI REDAKSI__________________________________________________________
TANTANGAN BUKAN HALANGAN UNTUK BERKEMBANG
Shalom,
Sahabat Penulis, menjadi orang yang dianugerahi talenta dan
kemampuan menulis merupakan satu kehormatan dan kebanggaan. Terlebih
lagi jika kita menulis mengenai Kebenaran Ilahi kepada banyak orang.
Akan tetapi, tidak diragukan bahwa rintangan yang Sahabat Penulis
hadapi dalam pelayanan literatur pun tidak sedikit. Bak roda
kehidupan yang terus berputar, tidak peduli bagaimana jalan yang
harus ditempuh, berapa banyak kerikil dan gundukan masalah yang
menghadang, dan seberapa besar risiko yang mungkin menyesakkan jiwa.
Begitu juga dengan kehidupan pelayanan literatur Kristen, semua
kesulitan tersebut akan terus mengiringi. Namun demikian, apakah
lantas kita akan menyerah begitu saja? Tentu saja tidak, bukan?
Justru, segala rintangan yang ada harus menjadi sebuah tantangan
bagi kita. Kita ditantang untuk lebih serius lagi bergelut melayani
Dia dalam dunia tulis-menulis, meski banyak rintangan yang
berpotensi menghentikan "pena" kita.
Untuk menyemangati Sahabat Penulis dalam mengembangkan pelayanan
literatur, e-Penulis edisi Mei menghadirkan artikel-artikel seputar
tantangan untuk lebih "menajamkan senjata kepenulisan" kita agar
dapat menekuni dunia pelayanan literatur dengan sepenuh hati. Kami
sajikan pula kolom Pojok Bahasa yang mengupas tentang penggunaan
tanda koma yang bisa menambah kekayaan wawasan Sahabat dalam bidang
bahasa. Sebagai sajian penutup kami hadirkan info singkat sebuah
situs seorang penulis Kristen, Purnawan Kristanto, yang layak
Sahabat kunjungi. Akhir kata, marilah kita tidak jemu-jemu melayani
Tuhan melalui tulisan.
Redaksi e-Penulis,
Sri Setyawati
http://pelitaku.sabda.org
http://fb.sabda.org/penulis
______________________________________________________________________
Karena Anda telah diperlengkapi dengan karunia-karunia khusus,
apakah itu karunia untuk berkhotbah, mengajar, menasihati, menegur,
mengobati, menginjil, atau karunia-karunia khusus lain,
awetkan semua itu dalam bentuk tulisan. (Rohyati Salihin)
DAFTAR ISI____________________________________________________________
- Dari Redaksi: Tantangan Bukan Halangan untuk Berkembang
- Daftar Isi
- Artikel 1: Pelayanan Literatur: Mau Dibawa ke Mana?
- Artikel 2: Bertumbuh Melalui Literatur: Tantangan Bagi Anda
- Pojok Bahasa: Kata Penghubung dan Tanda Koma
- Pena Maya: Purnawan Kristanto: All About Writing Ministry
ARTIKEL 1_____________________________________________________________
PELAYANAN LITERATUR: MAU DIBAWA KE MANA?
Kalau misalnya Anda pernah melihat pertandingan atletik estafet 4 x
100 meter, di sana Anda dapat melihat empat pelari akan beradu cepat
sambil memberikan tongkat estafet dari pelari pertama ke pelari
kedua sampai kepada pelari yang keempat. Saya ingin menggambarkan
tongkat kepemimpinan pelayanan seperti itu juga.
Saya pernah menjabat sebagai salah satu redaksi buletin di gereja
saya selama 2 tahun. Saat itu pemimpin redaksi buletin berbicara
kepada saya untuk melanjutkan tongkat kepemimpinan buletin tersebut.
Saya cukup terkejut karena tidak pernah melintas dalam pikiran saya
untuk memimpin pelayanan buletin tersebut. Namun, saat itu saya
cukup tersudut dan mau tidak mau saya harus menerima tongkat
kepemimpinan tersebut.
"Learning by doing", itulah yang saya lakukan. Sewaktu saya diangkat
menjadi pemimpin redaksi, mantan pemimpin buletin masih aktif
melayani dalam keredaksian untuk melatih dan membimbing saya. Puji
Tuhan, dengan susah payah saya dapat melakukan pelayanan tersebut,
walaupun saya pikir sebenarnya prosedur tersebut kurang baik.
Andaikata saya tidak mampu melakukan kepemimpinan itu, tentu
pelayanan akan kacau dan bisa saja pelayanan penerbitan buletin
tersebut akan terhenti.
Dari pengalaman tersebut saya tidak ingin [meneruskan] tongkat
kepemimpinan berikutnya dengan cara seperti itu lagi. Oleh karena
itu, pada waktu saya merekrut anggota redaksi, saya juga mulai
melihat pribadi setiap dari mereka; saya ingin tahu siapa yang
kira-kira mampu menjalankan tugas kepemimpinan tersebut. Pelayanan
saya telah berjalan 2 tahun, maka seharusnya saya sudah memberikan
"tongkat estafet" tersebut kepada "pelari" yang berikutnya. Namun
demikian, atas dasar pertimbangan hamba Tuhan dan majelis, ditambah
lagi teman saya yang saya yakini akan dapat melanjutkan pelayanan
tersebut masih belum siap, maka tongkat estafet itu masih harus saya
genggam setahun lagi. Setelah itu saya mempromosikan teman saya
tersebut, sebut saja si A, menjadi pemimpin redaksi. Saya juga masih
harus mendampingi dia kira-kira selama 2 tahun, lalu saya melepaskan
pelayanan itu untuk melakukan pelayanan di komisi lain. Saya hanya
membantu secara paruh waktu.
Tetapi apa yang terjadi? Setelah 3 tahun saya dampingi, seharusnya
si A sudah dapat memimpin pelayanan buletin tersebut, namun dia
tidak dapat melanjutkan pelayanan tersebut dengan 1001 alasan yang
masuk akal; hal ini menjadikan pelayanan buletin kami macet. Saya
mengevaluasi, apakah saya yang salah dalam membimbing dan mengajar
si A, atau apakah dia tidak memunyai talenta untuk memimpin? Saya
kira tidak. Oleh karena itu, saya berkesimpulan bahwa mencari sumber
daya manusia dalam pelayanan literatur itu tidak mudah.
Kejadian ini terulang kembali dalam pelayanan saya di Vancouver 4
tahun kemudian. Kali ini bukan dalam bidang pelayanan buletin namun
sudah beralih ke pelayanan situs gereja di dunia internet yang pada
dasarnya juga hampir sama [dengan pelayanan buletin gereja]. Situs
tersebut menyajikan tulisan-tulisan hasil karya para anggota
redaksi. Saya kembali ditunjuk sebagai pemimpin redaksi dan cerita
kelanjutan tongkat estafet kepemimpinan tersebut mirip sekali dengan
pengalaman saya di Surabaya. Pelayanan situs gereja itu pun terhenti
pada waktu beralih kepada pemimpin yang berikutnya.
Apakah isi buletin itu penting? Tentu saja. Kalau isinya asal-
asalan, tidak menarik, tata letaknya kurang atraktif, maka kesan
pembaca juga tentu akan tidak baik. Jika pengisi atau penulis
buletin tersebut dari jemaat awam, mampukah mereka menulis tulisan
yang berkualitas tentang kekristenan? Jangankan mendapatkan orang
yang mau menulis tulisan yang berbobot, mendapatkan orang yang mau
menulis meski dengan kemampuan pas-pasan saja kita sudah senang.
Mereka yang mau menulis mungkin belum pernah mengikuti kursus
menulis atau kursus Alkitab, jadi belum dapat dituntut untuk membuat
tulisan yang berbobot mengenai kekristenan. Jika para hamba Tuhan
punya banyak waktu luang, bisa saja mereka menulis semua isinya.
Namun tidak dapat dimungkiri, jadwal pelayanan saja sudah membuat
mereka pontang-panting, bagaimana cara mereka mengatur waktu untuk
menulis?
Buletin gereja adalah untuk penunjang pemberitaan firman Tuhan dari
mimbar. Buletin gereja harus disesuaikan dengan jadwal dan tema
khotbah. Tidak tertutup kemungkinan untuk jemaat lain atau orang
Kristen pada umumnya tertarik untuk membacanya.
Hal itu akan berlainan jika penerbit buletin Kristen berdiri secara
independen. Mereka dapat mencakup berita-berita kekristenan yang
aktual di seluruh dunia atau di negara tertentu. Berita-berita
kekristenan yang menyangkut dengan misi, pengabaran injil, peliputan
kebaktian kebangunan rohani, dan masih banyak lainnya. Di Amerika,
buletin-buletin atau surat kabar semacam ini telah berjalan dengan
baik dan sudah ada sejak lama. Mereka mampu membayar penulis
profesional, penata letak profesional, dan menerima iklan. Meski
demikian mereka mendistribusikan secara gratis di tempat-tempat
tertentu.
Penerbitan buletin, majalah, atau surat kabar Kristen di Amerika,
meski gratis, tidak semudah seperti di Indonesia. Majalah harus
memunyai izin, yang tentunya bersangkutkan dengan lembaga, yayasan,
institusi, atau gereja. Hal ini bersangkutan pula dengan pihak
perizinan literatur pemerintah. Masalah yang tidak kalah penting
adalah dana. Percetakan untuk buletin, majalah, atau surat kabar di
Amerika tidak semurah di Indonesia. Untuk mencetak buletin gereja
lokal saja biaya cetaknya dapat mencapai ribuan dolar [AS]. Maka,
penerbitan atau pelayanan ini harus direncanakan dengan matang.
Tidak banyak gereja yang memprioritaskan pelayanan literatur. Banyak
pula yang tidak mengerti makna pelayanan literatur yang sebenarnya.
Pelayanan literatur adalah salah satu cara menjangkau jiwa-jiwa yang
belum mengenal Kristus. Tujuan ini yang sering kali dilupakan oleh
banyak orang Kristen. Mereka menggangap pelayanan literatur sebagai
salah satu bentuk pelayanan pelengkap, menyalurkan hobi para pemuda
remaja dalam gereja, mengenalkan nama gereja, dan mungkin masih
banyak motivasi lainnya.
Pertanyaannya sekarang, seberapa penting pelayanan literatur itu
bagi gereja lokal Anda. Jika di gereja Anda banyak jemaat yang
memiliki talenta menulis, pemimpin gereja harusnya tanggap akan hal
ini. Gereja mungkin dapat membuat pelatihan kepenulisan, membuat
rencana penerbitan, rencana distribusi, dan menjadikan pelayanan
literatur bukan hanya sebagai pelayanan pelengkap.
Semakin hari media dunia semakin melahap, menggeser, menghimpit
perlahan-lahan suara Kebenaran dalam gereja. Tetapi, adakah
orang-orang yang peduli akan hal ini?
Diambil dan disunting dari:
Judul asli artikel: Pelayanan Literatur: Mau di Bawa [sic] Kemana?
[sic] (versi 2.0)
Nama blog: AEIOU
Penulis: Peter Purwanegara
Alamat URL: http://aeiou-aeiou.blogspot.com/2008/01/pelayanan-literatur-mau-di-bawa-kemana.html
ARTIKEL 2__________________________________________________________
BERTUMBUH MELALUI LITERATUR: TANTANGAN BAGI ANDA
Setiap kelompok generasi -- mulai dari generasi anak-anak, generasi
remaja, hingga kaum dewasa -- sangat memerlukan literatur, khususnya
literatur Kristen. Adapun bacaan kristiani yang ada sekarang sangat
kurang dan tidak sesuai dengan pertambahan jiwa baru. Lalu, siapa
yang berkewajiban mencukupi kekurangan ini?
Andalah orangnya!
Tetapi mengapa melalui literatur?
- Literatur adalah salah satu media yang sangat tepat untuk
menjangkau umat yang tersebar di belasan ribu pulau di Indonesia.
- Buah pikiran dapat diutarakan melalui penulisan dengan alur dan
bahasa yang lebih rapi, bahkan sudah tersaring dan terpadatkan.
- Literatur sudah menjadi salah satu kebutuhan yang terus-menerus
diperlukan.
- Literatur adalah media penyampaian firman Allah yang sangat
efektif.
- Literatur merupakan salah satu bidang pelayanan bagi Tubuh Kristus
yang tidak kalah pentingnya dengan bidang-bidang yang lain.
- Bagi Anda pribadi, pelayanan melalui literatur memberi beberapa
berkat khusus, karena sebagai penyalur berkat, Andalah yang
pertama-tama menerimanya. Iman, kepercayaan, dan kedewasaan
rohani Kristen telah menjadi milik Anda terlebih dahulu sebelum
ditularkan kepada orang banyak. Dengan menulis, kemampuan daya
cipta Anda berkembang; kepekaan indera menjadi lebih tajam, dan
Anda pun akan semakin mampu mengelola waktu.
Masih banyak manfaat dan berkat-berkat yang terkandung dalam
pelayanan literatur. Apabila Anda terjun di dalam pelayanan
literatur ini -- dengan sumber ide yang disediakan oleh Allah
sendiri secara melimpah ruah --, maka Anda pun akan setuju dengan
pernyataan Rasul Paulus di dalam 1 Korintus 1:5-7, "Sebab di dalam
Dia kamu telah menjadi kaya dalam segala hal: dalam segala macam
perkataan dan segala macam pengetahuan, sesuai dengan kesaksian
tentang Kristus, yang telah diteguhkan di antara kamu. Demikianlah
kamu tidak kekurangan dalam suatu karunia pun sementara kamu
menantikan penyataan Tuhan kita Yesus Kristus."
Tapi mengapa mesti Anda yang wajib memenuhi pengadaan literatur
kristiani? Mengapa Anda perlu mengambil keputusan untuk terjun di
bidang pelayanan literatur kristiani?
1. Karena Anda adalah umat pilihan Allah dengan tugas khusus. Tuhan
Yesus memanggil dan memilih Anda untuk satu tugas utama, yaitu
menyampaikan berita keselamatan, berita kasih, dan pengampunan
Allah bagi umat manusia. Melalui literatur, Anda dapat
menjabarkan isi Injil itu agar lebih mudah dipahami, diterima,
dan dilakukan, sehingga pembaca tulisan Anda memperoleh
berkat-berkat rohani yang akan memperkuat iman mereka.
2. Karena Anda telah diperlengkapi dengan karunia-karunia khusus
untuk diterapkan dan untuk membangun umat; entah itu karunia
untuk berkhotbah, mengajar, menasihati, menegur, mengobati,
menginjili, atau karunia-karunia khusus lain, awetkan semua itu
dalam bentuk tulisan. Dalam 1 Korintus 12:18 dikatakan, "Tetapi
Allah telah memberikan kepada anggota, masing-masing secara
khusus, suatu tempat pada tubuh, seperti yang dikehendaki-Nya."
Anda telah memiliki "apa" yang hendak Anda berikan kepada banyak
orang. "Tetapi kamu bukan demikian. Kamu telah belajar mengenal
Kristus. Karena kamu telah mendengar tentang Dia dan menerima
pengajaran di dalam Dia menurut kebenaran yang nyata dalam
Yesus". (Efesus 4:20-21) Bila Anda rela menggunakan media
literatur sebagai sarana penyebaran "kekayaan" Anda, Tuhan pun
berfirman, "Sabaslah, hai hamba yang baik". (Lukas 19:17, TL)
3. Karena Anda lebih mengenal medan sasaran dari pada
penulis-penulis Kristen asing. Tuhan memilih Musa untuk
menghadapi Firaun karena ia dibesarkan dan dididik di dalam
istana Firaun. Ia mengenal setiap liku lorong tanah Mesir. Ia
mengenal adat-istiadat dan bahasa yang berlaku di Mesir. Ia
melihat sendiri kesengsaraan umat Israel yang menjadi budak di
Mesir, dan ia pun tahu siapa Firaun. Seperti peringatan Tuhan
yang ditujukan kepada Yehezkiel, Anda pun mendapat tuntutan dan
peringatan yang sama. Tuhan menetapkan Anda menjadi penjaga
umat-Nya di Indonesia. Anda tidak dikirim kepada suatu bangsa
yang berbahasa asing dan berat lidah.
4. Karena pelayanan literatur ini memberi kesempatan bagi Anda untuk
lebih berperan serta di dalam pembangunan bangsa. Pemerintah
Indonesia tengah memantapkan program "membangun manusia
seutuhnya". Anda, dengan karunia-karunia khusus Anda, memiliki
kemungkinan berkiprah dalam pembangunan rohani. Pada waktu
murid-murid Tuhan Yesus bertanya apakah mereka perlu membayar
pajak pada pemerintah asing yang menjajah mereka, dengan tegas
Tuhan Yesus menjawab, "Berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib
kamu berikan kepada Kaisar dan kepada Allah apa yang wajib kamu
berikan kepada Allah!" (Markus 12:17) Dan saat ini, jika Tuhan
memanggil Anda ke pelayanan literatur bagi umat gembalaan-Nya,
yaitu saudara-saudara seiman di dalam Kristus Yesus, bagaimana
sambutan Anda?
5. Pelayanan literatur adalah sebuah panggilan. Sejak zaman dahulu,
panggilan pelayanan ini sudah diemban oleh para nabi, rasul, dan
bapa-bapa gereja, bahkan dapat dikatakan bahwa pelayanan
literatur sudah menjadi bagian hidup pelayanan mereka.
Alkitab adalah literatur istimewa, karena walaupun ditulis oleh
kira-kira 40 orang penulis dengan kebebasan untuk menggunakan
kesanggupan, emosi, pikiran, dan gaya tutur mereka, namun
sepenuhnya sesuai dengan kehendak Allah. Alkitab adalah literatur
Allah pribadi, yang kini ditawarkan kepada Anda supaya menjadi
sumber ide untuk membangun "tubuh Kristus". Dalam 2 Timotius
3:16-17 dikatakan, "Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang
bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk
memperbaiki kelakuan, dan untuk mendidik orang dalam kebenaran.
Dengan demikian tiap-tiap manusia kepunyaan Allah diperlengkapi
untuk setiap perbuatan baik."
Dengan penuh kesungguhan Rasul Paulus menekankan pesannya di
dalam 2 Timotius 4:2, "Beritakanlah firman, siap sedialah baik
atau tidak baik waktunya, nyatakanlah apa yang salah, tegurlah
dan nasehatilah dengan segala kesabaran dan pengajaran.", 6. Allah memanggil Anda untuk melayani Dia di bidang literatur.
Tuhan berkenan dengan media ini, karena seperti yang tertulis di
dalam Ibrani 1:1, "Setelah pada zaman dahulu Allah berulang kali
dan dalam pelbagai cara berbicara kepada nenek moyang kita dengan
perantaraan nabi-nabi," maka pada zaman anugerah ini Allah
memperkenankan penggunaan literatur untuk menjabarkan rahasia
Allah -- betapa lebarnya dan panjangnya dan tingginya dan
dalamnya kasih Kristus -- bagi seluruh umat, terutama milik
kepunyaan-Nya.
Bagaimana tanggapan Anda terhadap panggilan ini?
Dengan penuh harapan dan doa, kami merindukan tanggapan yang
positif, tanggapan yang disertai dan diikuti dengan tindakan. Dan
inilah tujuan penulisan artikel ini; agar Anda menjadi penulis
Kristen yang melayani di bidang literatur Kristen.
Diambil dan disunting seperlunya dari:
Judul artikel: Bertumbuh Melalui Literatur
Penulis artikel: Rohyati Salihin
Judul buku: Bunga Rampai Visi Pelayanan Literatur
Penerbit: Yayasan ANDI, Yogyakarta 1989
Halaman: 70 -- 73
POJOK BAHASA__________________________________________________________
KATA PENGHUBUNG DAN TANDA KOMA (,)
1. Kata dan Frasa yang Diikuti Koma
Ada sejumlah kata/frasa penghubung antarkalimat dalam bahasa
Indonesia yang diikuti tanda koma jika digunakan pada awal
kalimat. Kata-kata dan frasa-frasa tersebut didaftarkan berikut
ini.
Agaknya, ...
Akan tetapi, ...
Akhirnya, ...
Akibatnya, ...
Artinya, ...
Biarpun begitu, ...
Biarpun demikian, ...
Berkaitan dengan itu, ...
Dalam hal ini, ...
Dalam hubungan ini, ...
Dalam konteks ini, ...
Dengan demikian, ...
Dengan kata lain, ...
Di samping itu, ...
Di satu pihak, ...
Di pihak lain, ...
Jadi, ...
Jika demikian, ...
Kalau begitu, ...
Kalau tidak salah, ...
Kecuali itu, ...
Lagi pula, ...
Meskipun begitu, ...
Meskipun demikian, ...
Namun, ...
Oleh karena itu, ...
Oleh sebab itu, ...
Pada dasarnya, ...
Pada hakikatnya, ...
Pada prinsipnya, ...
Sebagai kesimpulan, ...
Sebaiknya, ...
Sebaliknya, ...
Sebelumnya, ...
Sebenarnya, ...
Sebetulnya, ...
Sehubungan dengan itu, ...
Selain itu, ...
Selanjutnya, ...
Sementara itu, ...
Sesudah itu, ...
Setelah itu, ...
Sesungguhnya, ...
Sungguhpun begitu, ...
Sungguhpun demikian, ...
Tambahan lagi, ...
Tambahan pula, ...
Untuk itu, ...
Walaupun demikian, ...
2. Kata-kata yang Didahului Koma (,)
Dalam bahasa Indonesia, ada sejumlah kata (di antaranya kata
penghubung intrakalimat) yang didahului tanda koma. Kata-kata itu
didaftarkan berikut ini.
..., padahal ...
..., sedangkan ...
..., seperti ...
..., tetapi ...
..., yaitu/yakni ...
2. Kata-kata yang Tidak Didahului Koma (,)
Ada pula sejumlah kata dalam bahasa Indonesia yang tidak
didahului tanda koma, tetap dalam kenyataannya sering disangka
didahului koma. Mengapa demikian? Karena sebelum Ejaan Bahasa
Indonesia yang Disempurnakan diberlakukan (1972), kata-kata itu
selalu didahului koma. Akan tetapi, menurut kaidah Ejaan Bahasa
Indonesia yang Disempurnakan kata-kata itu [sekarang] tidak perlu
didahului koma. Kata-kata itu didaftarkan berikut ini.
... bahwa ...
... karena ...
... maka ...
... sehingga ...
Diambil dan disunting seperlunya dari:
Nama buku: Buku Pintar Penyusunan Naskah
Penulis: Pamusuk Este
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta 2005
Halaman: 41 -- 42
PENA MAYA_____________________________________________________________
PURNAWAN KRISTANTO: ALL ABOUT WRITING MINISTER
http://www.purnawankristanto.com
Salah satu cara untuk membangkitkan semangat dan motivasi untuk
terjun dalam pelayanan literatur adalah dengan belajar dari mereka
yang telah memulai pelayanan tersebut. Salah satunya adalah Purnawan
Kristanto yang telah memutuskan untuk menjadi penulis penuh waktu
yang melayani Tuhan melalui tulisan. Dalam situs yang menggunakan
nama dirinya ini, Purnawan Kristanto menuangkan semua gagasannya
mengenai pelayanan menulis. Bukan hanya tulisan-tulisan seputar
penulisan Kristen, namun ide-ide umum dalam yang dapat meningkatkan
kualitas dan keterampilan menulis secara umum pun ia tuangkan di
situsnya. Isi situs ini dibagi ke dalam beberapa menu, yaitu
Artikel, Tips, Jurnalisme, Pengalaman Pribadi, dan Makalah. Semua
menu tersebut bercerita tentang dunia menulis, khususnya pelayanan
menulis. Tidak semua bahan yang diposting adalah tulisan Purnawan
Kristanto, ada beberapa tulisan pula dari para penulis lain, salah
satunya adalah Xavier Quentin Pranata. (DWD)
______________________________________________________________________
Pimpinan Redaksi: Davida Welni Dana
Staf Redaksi: Sri Setyawati dan Truly Almendo Pasaribu
Kontak redaksi/kirim bahan: penulis(at)sabda.org
Berlangganan: Kirim e-mail ke: subscribe-i-kan-penulis(at)hub.xc.org
Berhenti: Kirim e-mail ke: unsubscribe-i-kan-penulis(at)hub.xc.org
Arsip e-Penulis: http://www.sabda.org/publikasi/e-penulis
Situs PELITAKU: http://pelitaku.sabda.org
Facebook: http://fb.sabda.org/penulis
Twitter: http://twitter.com/sabdapenulis
Forum Penulis: http://pelitaku.sabda.org/forum
Kunjungi Blog SABDA di http://blog.sabda.org
______________________________________________________________________
Melayani sejak 3 November 2004
Isi dan bahan adalah tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA.
Didistribusikan melalui sistem network I-KAN.
Copyright(c) e-Penulis 2009 / YLSA -- http://www.ylsa.org
Katalog SABDA: http://katalog.sabda.org/
Rekening: BCA Pasar Legi Solo No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati
|
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |