Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-penulis/67 |
|
e-Penulis edisi 67 (18-5-2010)
|
|
__________________e-Penulis (Menulis untuk Melayani)__________________ Edisi: 067/Mei/2010 Tema: Tantangan Pelayanan Literatur DARI REDAKSI__________________________________________________________ TANTANGAN BUKAN HALANGAN UNTUK BERKEMBANG Shalom, Sahabat Penulis, menjadi orang yang dianugerahi talenta dan kemampuan menulis merupakan satu kehormatan dan kebanggaan. Terlebih lagi jika kita menulis mengenai Kebenaran Ilahi kepada banyak orang. Akan tetapi, tidak diragukan bahwa rintangan yang Sahabat Penulis hadapi dalam pelayanan literatur pun tidak sedikit. Bak roda kehidupan yang terus berputar, tidak peduli bagaimana jalan yang harus ditempuh, berapa banyak kerikil dan gundukan masalah yang menghadang, dan seberapa besar risiko yang mungkin menyesakkan jiwa. Begitu juga dengan kehidupan pelayanan literatur Kristen, semua kesulitan tersebut akan terus mengiringi. Namun demikian, apakah lantas kita akan menyerah begitu saja? Tentu saja tidak, bukan? Justru, segala rintangan yang ada harus menjadi sebuah tantangan bagi kita. Kita ditantang untuk lebih serius lagi bergelut melayani Dia dalam dunia tulis-menulis, meski banyak rintangan yang berpotensi menghentikan "pena" kita. Untuk menyemangati Sahabat Penulis dalam mengembangkan pelayanan literatur, e-Penulis edisi Mei menghadirkan artikel-artikel seputar tantangan untuk lebih "menajamkan senjata kepenulisan" kita agar dapat menekuni dunia pelayanan literatur dengan sepenuh hati. Kami sajikan pula kolom Pojok Bahasa yang mengupas tentang penggunaan tanda koma yang bisa menambah kekayaan wawasan Sahabat dalam bidang bahasa. Sebagai sajian penutup kami hadirkan info singkat sebuah situs seorang penulis Kristen, Purnawan Kristanto, yang layak Sahabat kunjungi. Akhir kata, marilah kita tidak jemu-jemu melayani Tuhan melalui tulisan. Redaksi e-Penulis, Sri Setyawati http://pelitaku.sabda.org http://fb.sabda.org/penulis ______________________________________________________________________ Karena Anda telah diperlengkapi dengan karunia-karunia khusus, apakah itu karunia untuk berkhotbah, mengajar, menasihati, menegur, mengobati, menginjil, atau karunia-karunia khusus lain, awetkan semua itu dalam bentuk tulisan. (Rohyati Salihin) DAFTAR ISI____________________________________________________________ - Dari Redaksi: Tantangan Bukan Halangan untuk Berkembang - Daftar Isi - Artikel 1: Pelayanan Literatur: Mau Dibawa ke Mana? - Artikel 2: Bertumbuh Melalui Literatur: Tantangan Bagi Anda - Pojok Bahasa: Kata Penghubung dan Tanda Koma - Pena Maya: Purnawan Kristanto: All About Writing Ministry ARTIKEL 1_____________________________________________________________ PELAYANAN LITERATUR: MAU DIBAWA KE MANA? Kalau misalnya Anda pernah melihat pertandingan atletik estafet 4 x 100 meter, di sana Anda dapat melihat empat pelari akan beradu cepat sambil memberikan tongkat estafet dari pelari pertama ke pelari kedua sampai kepada pelari yang keempat. Saya ingin menggambarkan tongkat kepemimpinan pelayanan seperti itu juga. Saya pernah menjabat sebagai salah satu redaksi buletin di gereja saya selama 2 tahun. Saat itu pemimpin redaksi buletin berbicara kepada saya untuk melanjutkan tongkat kepemimpinan buletin tersebut. Saya cukup terkejut karena tidak pernah melintas dalam pikiran saya untuk memimpin pelayanan buletin tersebut. Namun, saat itu saya cukup tersudut dan mau tidak mau saya harus menerima tongkat kepemimpinan tersebut. "Learning by doing", itulah yang saya lakukan. Sewaktu saya diangkat menjadi pemimpin redaksi, mantan pemimpin buletin masih aktif melayani dalam keredaksian untuk melatih dan membimbing saya. Puji Tuhan, dengan susah payah saya dapat melakukan pelayanan tersebut, walaupun saya pikir sebenarnya prosedur tersebut kurang baik. Andaikata saya tidak mampu melakukan kepemimpinan itu, tentu pelayanan akan kacau dan bisa saja pelayanan penerbitan buletin tersebut akan terhenti. Dari pengalaman tersebut saya tidak ingin [meneruskan] tongkat kepemimpinan berikutnya dengan cara seperti itu lagi. Oleh karena itu, pada waktu saya merekrut anggota redaksi, saya juga mulai melihat pribadi setiap dari mereka; saya ingin tahu siapa yang kira-kira mampu menjalankan tugas kepemimpinan tersebut. Pelayanan saya telah berjalan 2 tahun, maka seharusnya saya sudah memberikan "tongkat estafet" tersebut kepada "pelari" yang berikutnya. Namun demikian, atas dasar pertimbangan hamba Tuhan dan majelis, ditambah lagi teman saya yang saya yakini akan dapat melanjutkan pelayanan tersebut masih belum siap, maka tongkat estafet itu masih harus saya genggam setahun lagi. Setelah itu saya mempromosikan teman saya tersebut, sebut saja si A, menjadi pemimpin redaksi. Saya juga masih harus mendampingi dia kira-kira selama 2 tahun, lalu saya melepaskan pelayanan itu untuk melakukan pelayanan di komisi lain. Saya hanya membantu secara paruh waktu. Tetapi apa yang terjadi? Setelah 3 tahun saya dampingi, seharusnya si A sudah dapat memimpin pelayanan buletin tersebut, namun dia tidak dapat melanjutkan pelayanan tersebut dengan 1001 alasan yang masuk akal; hal ini menjadikan pelayanan buletin kami macet. Saya mengevaluasi, apakah saya yang salah dalam membimbing dan mengajar si A, atau apakah dia tidak memunyai talenta untuk memimpin? Saya kira tidak. Oleh karena itu, saya berkesimpulan bahwa mencari sumber daya manusia dalam pelayanan literatur itu tidak mudah. Kejadian ini terulang kembali dalam pelayanan saya di Vancouver 4 tahun kemudian. Kali ini bukan dalam bidang pelayanan buletin namun sudah beralih ke pelayanan situs gereja di dunia internet yang pada dasarnya juga hampir sama [dengan pelayanan buletin gereja]. Situs tersebut menyajikan tulisan-tulisan hasil karya para anggota redaksi. Saya kembali ditunjuk sebagai pemimpin redaksi dan cerita kelanjutan tongkat estafet kepemimpinan tersebut mirip sekali dengan pengalaman saya di Surabaya. Pelayanan situs gereja itu pun terhenti pada waktu beralih kepada pemimpin yang berikutnya. Apakah isi buletin itu penting? Tentu saja. Kalau isinya asal- asalan, tidak menarik, tata letaknya kurang atraktif, maka kesan pembaca juga tentu akan tidak baik. Jika pengisi atau penulis buletin tersebut dari jemaat awam, mampukah mereka menulis tulisan yang berkualitas tentang kekristenan? Jangankan mendapatkan orang yang mau menulis tulisan yang berbobot, mendapatkan orang yang mau menulis meski dengan kemampuan pas-pasan saja kita sudah senang. Mereka yang mau menulis mungkin belum pernah mengikuti kursus menulis atau kursus Alkitab, jadi belum dapat dituntut untuk membuat tulisan yang berbobot mengenai kekristenan. Jika para hamba Tuhan punya banyak waktu luang, bisa saja mereka menulis semua isinya. Namun tidak dapat dimungkiri, jadwal pelayanan saja sudah membuat mereka pontang-panting, bagaimana cara mereka mengatur waktu untuk menulis? Buletin gereja adalah untuk penunjang pemberitaan firman Tuhan dari mimbar. Buletin gereja harus disesuaikan dengan jadwal dan tema khotbah. Tidak tertutup kemungkinan untuk jemaat lain atau orang Kristen pada umumnya tertarik untuk membacanya. Hal itu akan berlainan jika penerbit buletin Kristen berdiri secara independen. Mereka dapat mencakup berita-berita kekristenan yang aktual di seluruh dunia atau di negara tertentu. Berita-berita kekristenan yang menyangkut dengan misi, pengabaran injil, peliputan kebaktian kebangunan rohani, dan masih banyak lainnya. Di Amerika, buletin-buletin atau surat kabar semacam ini telah berjalan dengan baik dan sudah ada sejak lama. Mereka mampu membayar penulis profesional, penata letak profesional, dan menerima iklan. Meski demikian mereka mendistribusikan secara gratis di tempat-tempat tertentu. Penerbitan buletin, majalah, atau surat kabar Kristen di Amerika, meski gratis, tidak semudah seperti di Indonesia. Majalah harus memunyai izin, yang tentunya bersangkutkan dengan lembaga, yayasan, institusi, atau gereja. Hal ini bersangkutan pula dengan pihak perizinan literatur pemerintah. Masalah yang tidak kalah penting adalah dana. Percetakan untuk buletin, majalah, atau surat kabar di Amerika tidak semurah di Indonesia. Untuk mencetak buletin gereja lokal saja biaya cetaknya dapat mencapai ribuan dolar [AS]. Maka, penerbitan atau pelayanan ini harus direncanakan dengan matang. Tidak banyak gereja yang memprioritaskan pelayanan literatur. Banyak pula yang tidak mengerti makna pelayanan literatur yang sebenarnya. Pelayanan literatur adalah salah satu cara menjangkau jiwa-jiwa yang belum mengenal Kristus. Tujuan ini yang sering kali dilupakan oleh banyak orang Kristen. Mereka menggangap pelayanan literatur sebagai salah satu bentuk pelayanan pelengkap, menyalurkan hobi para pemuda remaja dalam gereja, mengenalkan nama gereja, dan mungkin masih banyak motivasi lainnya. Pertanyaannya sekarang, seberapa penting pelayanan literatur itu bagi gereja lokal Anda. Jika di gereja Anda banyak jemaat yang memiliki talenta menulis, pemimpin gereja harusnya tanggap akan hal ini. Gereja mungkin dapat membuat pelatihan kepenulisan, membuat rencana penerbitan, rencana distribusi, dan menjadikan pelayanan literatur bukan hanya sebagai pelayanan pelengkap. Semakin hari media dunia semakin melahap, menggeser, menghimpit perlahan-lahan suara Kebenaran dalam gereja. Tetapi, adakah orang-orang yang peduli akan hal ini? Diambil dan disunting dari: Judul asli artikel: Pelayanan Literatur: Mau di Bawa [sic] Kemana? [sic] (versi 2.0) Nama blog: AEIOU Penulis: Peter Purwanegara Alamat URL: http://aeiou-aeiou.blogspot.com/2008/01/pelayanan-literatur-mau-di-bawa-kemana.html ARTIKEL 2__________________________________________________________ BERTUMBUH MELALUI LITERATUR: TANTANGAN BAGI ANDA Setiap kelompok generasi -- mulai dari generasi anak-anak, generasi remaja, hingga kaum dewasa -- sangat memerlukan literatur, khususnya literatur Kristen. Adapun bacaan kristiani yang ada sekarang sangat kurang dan tidak sesuai dengan pertambahan jiwa baru. Lalu, siapa yang berkewajiban mencukupi kekurangan ini? Andalah orangnya! Tetapi mengapa melalui literatur? - Literatur adalah salah satu media yang sangat tepat untuk menjangkau umat yang tersebar di belasan ribu pulau di Indonesia. - Buah pikiran dapat diutarakan melalui penulisan dengan alur dan bahasa yang lebih rapi, bahkan sudah tersaring dan terpadatkan. - Literatur sudah menjadi salah satu kebutuhan yang terus-menerus diperlukan. - Literatur adalah media penyampaian firman Allah yang sangat efektif. - Literatur merupakan salah satu bidang pelayanan bagi Tubuh Kristus yang tidak kalah pentingnya dengan bidang-bidang yang lain. - Bagi Anda pribadi, pelayanan melalui literatur memberi beberapa berkat khusus, karena sebagai penyalur berkat, Andalah yang pertama-tama menerimanya. Iman, kepercayaan, dan kedewasaan rohani Kristen telah menjadi milik Anda terlebih dahulu sebelum ditularkan kepada orang banyak. Dengan menulis, kemampuan daya cipta Anda berkembang; kepekaan indera menjadi lebih tajam, dan Anda pun akan semakin mampu mengelola waktu. Masih banyak manfaat dan berkat-berkat yang terkandung dalam pelayanan literatur. Apabila Anda terjun di dalam pelayanan literatur ini -- dengan sumber ide yang disediakan oleh Allah sendiri secara melimpah ruah --, maka Anda pun akan setuju dengan pernyataan Rasul Paulus di dalam 1 Korintus 1:5-7, "Sebab di dalam Dia kamu telah menjadi kaya dalam segala hal: dalam segala macam perkataan dan segala macam pengetahuan, sesuai dengan kesaksian tentang Kristus, yang telah diteguhkan di antara kamu. Demikianlah kamu tidak kekurangan dalam suatu karunia pun sementara kamu menantikan penyataan Tuhan kita Yesus Kristus." Tapi mengapa mesti Anda yang wajib memenuhi pengadaan literatur kristiani? Mengapa Anda perlu mengambil keputusan untuk terjun di bidang pelayanan literatur kristiani? 1. Karena Anda adalah umat pilihan Allah dengan tugas khusus. Tuhan Yesus memanggil dan memilih Anda untuk satu tugas utama, yaitu menyampaikan berita keselamatan, berita kasih, dan pengampunan Allah bagi umat manusia. Melalui literatur, Anda dapat menjabarkan isi Injil itu agar lebih mudah dipahami, diterima, dan dilakukan, sehingga pembaca tulisan Anda memperoleh berkat-berkat rohani yang akan memperkuat iman mereka. 2. Karena Anda telah diperlengkapi dengan karunia-karunia khusus untuk diterapkan dan untuk membangun umat; entah itu karunia untuk berkhotbah, mengajar, menasihati, menegur, mengobati, menginjili, atau karunia-karunia khusus lain, awetkan semua itu dalam bentuk tulisan. Dalam 1 Korintus 12:18 dikatakan, "Tetapi Allah telah memberikan kepada anggota, masing-masing secara khusus, suatu tempat pada tubuh, seperti yang dikehendaki-Nya." Anda telah memiliki "apa" yang hendak Anda berikan kepada banyak orang. "Tetapi kamu bukan demikian. Kamu telah belajar mengenal Kristus. Karena kamu telah mendengar tentang Dia dan menerima pengajaran di dalam Dia menurut kebenaran yang nyata dalam Yesus". (Efesus 4:20-21) Bila Anda rela menggunakan media literatur sebagai sarana penyebaran "kekayaan" Anda, Tuhan pun berfirman, "Sabaslah, hai hamba yang baik". (Lukas 19:17, TL) 3. Karena Anda lebih mengenal medan sasaran dari pada penulis-penulis Kristen asing. Tuhan memilih Musa untuk menghadapi Firaun karena ia dibesarkan dan dididik di dalam istana Firaun. Ia mengenal setiap liku lorong tanah Mesir. Ia mengenal adat-istiadat dan bahasa yang berlaku di Mesir. Ia melihat sendiri kesengsaraan umat Israel yang menjadi budak di Mesir, dan ia pun tahu siapa Firaun. Seperti peringatan Tuhan yang ditujukan kepada Yehezkiel, Anda pun mendapat tuntutan dan peringatan yang sama. Tuhan menetapkan Anda menjadi penjaga umat-Nya di Indonesia. Anda tidak dikirim kepada suatu bangsa yang berbahasa asing dan berat lidah. 4. Karena pelayanan literatur ini memberi kesempatan bagi Anda untuk lebih berperan serta di dalam pembangunan bangsa. Pemerintah Indonesia tengah memantapkan program "membangun manusia seutuhnya". Anda, dengan karunia-karunia khusus Anda, memiliki kemungkinan berkiprah dalam pembangunan rohani. Pada waktu murid-murid Tuhan Yesus bertanya apakah mereka perlu membayar pajak pada pemerintah asing yang menjajah mereka, dengan tegas Tuhan Yesus menjawab, "Berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah!" (Markus 12:17) Dan saat ini, jika Tuhan memanggil Anda ke pelayanan literatur bagi umat gembalaan-Nya, yaitu saudara-saudara seiman di dalam Kristus Yesus, bagaimana sambutan Anda? 5. Pelayanan literatur adalah sebuah panggilan. Sejak zaman dahulu, panggilan pelayanan ini sudah diemban oleh para nabi, rasul, dan bapa-bapa gereja, bahkan dapat dikatakan bahwa pelayanan literatur sudah menjadi bagian hidup pelayanan mereka. Alkitab adalah literatur istimewa, karena walaupun ditulis oleh kira-kira 40 orang penulis dengan kebebasan untuk menggunakan kesanggupan, emosi, pikiran, dan gaya tutur mereka, namun sepenuhnya sesuai dengan kehendak Allah. Alkitab adalah literatur Allah pribadi, yang kini ditawarkan kepada Anda supaya menjadi sumber ide untuk membangun "tubuh Kristus". Dalam 2 Timotius 3:16-17 dikatakan, "Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan, dan untuk mendidik orang dalam kebenaran. Dengan demikian tiap-tiap manusia kepunyaan Allah diperlengkapi untuk setiap perbuatan baik." Dengan penuh kesungguhan Rasul Paulus menekankan pesannya di dalam 2 Timotius 4:2, "Beritakanlah firman, siap sedialah baik atau tidak baik waktunya, nyatakanlah apa yang salah, tegurlah dan nasehatilah dengan segala kesabaran dan pengajaran.", 6. Allah memanggil Anda untuk melayani Dia di bidang literatur. Tuhan berkenan dengan media ini, karena seperti yang tertulis di dalam Ibrani 1:1, "Setelah pada zaman dahulu Allah berulang kali dan dalam pelbagai cara berbicara kepada nenek moyang kita dengan perantaraan nabi-nabi," maka pada zaman anugerah ini Allah memperkenankan penggunaan literatur untuk menjabarkan rahasia Allah -- betapa lebarnya dan panjangnya dan tingginya dan dalamnya kasih Kristus -- bagi seluruh umat, terutama milik kepunyaan-Nya. Bagaimana tanggapan Anda terhadap panggilan ini? Dengan penuh harapan dan doa, kami merindukan tanggapan yang positif, tanggapan yang disertai dan diikuti dengan tindakan. Dan inilah tujuan penulisan artikel ini; agar Anda menjadi penulis Kristen yang melayani di bidang literatur Kristen. Diambil dan disunting seperlunya dari: Judul artikel: Bertumbuh Melalui Literatur Penulis artikel: Rohyati Salihin Judul buku: Bunga Rampai Visi Pelayanan Literatur Penerbit: Yayasan ANDI, Yogyakarta 1989 Halaman: 70 -- 73 POJOK BAHASA__________________________________________________________ KATA PENGHUBUNG DAN TANDA KOMA (,) 1. Kata dan Frasa yang Diikuti Koma Ada sejumlah kata/frasa penghubung antarkalimat dalam bahasa Indonesia yang diikuti tanda koma jika digunakan pada awal kalimat. Kata-kata dan frasa-frasa tersebut didaftarkan berikut ini. Agaknya, ... Akan tetapi, ... Akhirnya, ... Akibatnya, ... Artinya, ... Biarpun begitu, ... Biarpun demikian, ... Berkaitan dengan itu, ... Dalam hal ini, ... Dalam hubungan ini, ... Dalam konteks ini, ... Dengan demikian, ... Dengan kata lain, ... Di samping itu, ... Di satu pihak, ... Di pihak lain, ... Jadi, ... Jika demikian, ... Kalau begitu, ... Kalau tidak salah, ... Kecuali itu, ... Lagi pula, ... Meskipun begitu, ... Meskipun demikian, ... Namun, ... Oleh karena itu, ... Oleh sebab itu, ... Pada dasarnya, ... Pada hakikatnya, ... Pada prinsipnya, ... Sebagai kesimpulan, ... Sebaiknya, ... Sebaliknya, ... Sebelumnya, ... Sebenarnya, ... Sebetulnya, ... Sehubungan dengan itu, ... Selain itu, ... Selanjutnya, ... Sementara itu, ... Sesudah itu, ... Setelah itu, ... Sesungguhnya, ... Sungguhpun begitu, ... Sungguhpun demikian, ... Tambahan lagi, ... Tambahan pula, ... Untuk itu, ... Walaupun demikian, ... 2. Kata-kata yang Didahului Koma (,) Dalam bahasa Indonesia, ada sejumlah kata (di antaranya kata penghubung intrakalimat) yang didahului tanda koma. Kata-kata itu didaftarkan berikut ini. ..., padahal ... ..., sedangkan ... ..., seperti ... ..., tetapi ... ..., yaitu/yakni ... 2. Kata-kata yang Tidak Didahului Koma (,) Ada pula sejumlah kata dalam bahasa Indonesia yang tidak didahului tanda koma, tetap dalam kenyataannya sering disangka didahului koma. Mengapa demikian? Karena sebelum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan diberlakukan (1972), kata-kata itu selalu didahului koma. Akan tetapi, menurut kaidah Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan kata-kata itu [sekarang] tidak perlu didahului koma. Kata-kata itu didaftarkan berikut ini. ... bahwa ... ... karena ... ... maka ... ... sehingga ... Diambil dan disunting seperlunya dari: Nama buku: Buku Pintar Penyusunan Naskah Penulis: Pamusuk Este Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta 2005 Halaman: 41 -- 42 PENA MAYA_____________________________________________________________ PURNAWAN KRISTANTO: ALL ABOUT WRITING MINISTER http://www.purnawankristanto.com Salah satu cara untuk membangkitkan semangat dan motivasi untuk terjun dalam pelayanan literatur adalah dengan belajar dari mereka yang telah memulai pelayanan tersebut. Salah satunya adalah Purnawan Kristanto yang telah memutuskan untuk menjadi penulis penuh waktu yang melayani Tuhan melalui tulisan. Dalam situs yang menggunakan nama dirinya ini, Purnawan Kristanto menuangkan semua gagasannya mengenai pelayanan menulis. Bukan hanya tulisan-tulisan seputar penulisan Kristen, namun ide-ide umum dalam yang dapat meningkatkan kualitas dan keterampilan menulis secara umum pun ia tuangkan di situsnya. Isi situs ini dibagi ke dalam beberapa menu, yaitu Artikel, Tips, Jurnalisme, Pengalaman Pribadi, dan Makalah. Semua menu tersebut bercerita tentang dunia menulis, khususnya pelayanan menulis. Tidak semua bahan yang diposting adalah tulisan Purnawan Kristanto, ada beberapa tulisan pula dari para penulis lain, salah satunya adalah Xavier Quentin Pranata. (DWD) ______________________________________________________________________ Pimpinan Redaksi: Davida Welni Dana Staf Redaksi: Sri Setyawati dan Truly Almendo Pasaribu Kontak redaksi/kirim bahan: penulis(at)sabda.org Berlangganan: Kirim e-mail ke: subscribe-i-kan-penulis(at)hub.xc.org Berhenti: Kirim e-mail ke: unsubscribe-i-kan-penulis(at)hub.xc.org Arsip e-Penulis: http://www.sabda.org/publikasi/e-penulis Situs PELITAKU: http://pelitaku.sabda.org Facebook: http://fb.sabda.org/penulis Twitter: http://twitter.com/sabdapenulis Forum Penulis: http://pelitaku.sabda.org/forum Kunjungi Blog SABDA di http://blog.sabda.org ______________________________________________________________________ Melayani sejak 3 November 2004 Isi dan bahan adalah tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA. Didistribusikan melalui sistem network I-KAN. Copyright(c) e-Penulis 2009 / YLSA -- http://www.ylsa.org Katalog SABDA: http://katalog.sabda.org/ Rekening: BCA Pasar Legi Solo No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |