|
Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
https://sabda.org/https://sabda.org/publikasi/e-penulis/63 |
|
e-Penulis edisi 63 (21-1-2010)
|
|
__________________e-Penulis (Menulis untuk Melayani)__________________
Edisi: 063/Januari/2010
Tema: Menjadi Penulis Kristen
DARI REDAKSI__________________________________________________________
MEMPERKUAT KOMITMEN
Shalom,
Biasanya, awal tahun yang baru selalu menjadi momentum untuk memulai
sebuah lembaran baru dalam kehidupan. Bagi para penulis, awal tahun
yang baru bisa menjadi sebuah tonggak untuk lebih berkomitmen dalam
menekuni dunia menulis. Redaksi e-Penulis berharap, dalam resolusi
Anda tahun ini, ada komitmen untuk lebih produktif dalam menulis dan
menelurkan karya-karya tulis yang semakin memuliakan Tuhan.
Agar lebih segar dan bersemangat ketika menjalankan pelayanan kita
dalam menulis sepanjang tahun ini, kami mengusung topik Menjadi
Penulis Kristen. Dalam edisi ini kita akan melihat bagaimana kita
dapat menjadi seorang penulis Kristen dan apa saja tugas-tugasnya.
Sebuah tip menarik yang diadaptasi dari Sepuluh Perintah Allah bagi
para penulis Kristen akan amat sayang jika dilewatkan. Kami berharap
seluruh sajian dalam edisi perdana e-Penulis tahun ini semakin
menambah semangat Anda dalam melayani Tuhan melalui pena. Tuhan
Yesus memberkati.
Selamat tahun baru 2010 dan selamat menulis bagi kemuliaan nama
Tuhan!
Pimpinan Redaksi e-Penulis,
Davida Welni Dana
http://pelitaku.sabda.org/
http://fb.sabda.org/penulis/
______________________________________________________________________
"Tuhan, buatlah apa yang aku tulis
berbicara langsung ke hati setiap orang tentang Yesus."
(Robert Walker)
DAFTAR ISI____________________________________________________________
- Dari Redaksi: Memperkuat Komitmen
- Daftar Isi
- Artikel: Penulis Kristen
- Tips: 10 Perintah untuk Penulis Kristen
- Tokoh Penulis: Grace Livingston
- Info: Baru dari YLSA: Publikasi KADOS (Kalender Doa SABDA)
ARTIKEL______________________________________________________________
PENULIS KRISTEN
Dari seluruh harta yang dimiliki manusia, komunikasi merupakan harta
yang paling berharga. Sejak zaman prasejarah, para pendongeng telah
mendapat tempat yang baik di relung hati masyarakat. Gambar-gambar
gua di Spanyol menunjukkan bahwa ribuan tahun yang lalu, tanpa
bahasa tertulis pun orang telah berusaha melukiskan banyak kejadian
melalui gambar.
Selang waktu yang lama, muncullah seni menulis, yang bagi bahasa
lisan adalah bagaikan jalan raya yang dapat dilalui kendaraan.
Kemudian, kurang lebih 500 tahun yang lalu, muncul huruf tercetak,
yang memungkinkan ditemukannya mesin cetak.
Dalam kata-kata yang tercetak kita menemukan begitu banyak rekaman
warisan kehidupan yang tak terhapuskan tentang kecerdasan dan
kearifan, tentang kenyataan dan fantasi, dan kemegahan serta harapan
umat manusia. Manusia berusaha mengabadikan hal-hal terbaik yang
pernah dicapai, didapat, atau dipikirkannya dalam bentuk
lembar-lembar cetakan.
Tidak ada satu bagian pun dalam kehidupan ini yang tidak terikat
dengan perpindahan ide-ide dari satu orang kepada orang yang lain.
Para menteri, politisi, pengusaha, penyunting, diplomat, ilmuwan,
jenderal, ahli hukum, hakim, ayah, anak, guru, murid, masing-masing
berusaha mengatakan sesuatu agar orang lain dapat memahaminya.
Belum pernah dunia mengalami masa ketika penulis Kristen begitu
penting. Tidak pernah juga ada masa, ketika begitu banyak orang
ingin mengetahui begitu banyak hal dalam waktu yang begitu singkat.
Seorang penulis menerima tanggung jawab yang genting dan menarik.
Genting, dalam pengertian bahwa kesejahteraan -- dan sering
kehidupan orang banyak -- bergantung pada bagaimana cakapnya seorang
penulis menggunakan keahliannya. Menarik, karena hal itu merupakan
bagian dari gerak komunikasi di seantero dunia yang luas ini.
Jika orang menyebutkan kata "komunikasi" saat ini, yang dimaksud
tentu adalah surat kabar, buku-buku, majalah, radio, TV, film.
Tetapi itu semua hanyalah alat-alat, fasilitas teknis, dan
metode-metode. Komunikasi sebenarnya adalah usaha seseorang untuk
mengatakan sesuatu kepada orang lain.
Sering di radio dan TV, para pirsawan diperlakukan sebagai orang
banyak, bukan sebagai perorangan. Tetapi sebuah buku atau sebuah
karangan dapat meraih dan mencapai pembaca secara perorangan.
Karena kita memiliki huruf atau kata tercetak, maka kita punya
kesempatan untuk mengenal lebih baik sebuah ide sehingga kita tahu
kapan kita menjadi sahabat atau musuhnya. Kita punya waktu sebanyak
yang kita suka. Kita dapat menimbang-nimbang, merenungkan, dan
mempelajari kata-kata tercetak. Kita dapat melihatnya kembali
sebanyak yang kita inginkan. Kita juga dapat mengganti ide dalam
pikiran kita karena keputusan terakhir ada pada kita. Dalam sifatnya
yang permanen ini terdapat kekuatan. Inilah yang menyediakan waktu
bagi kita untuk berpikir bebas dan tidak tergantung, dan memilih
waktu mana yang kita anggap tepat.
Kata-kata tercetak adalah alat dasar komunikasi yang merupakan alat
utama untuk kita belajar. Kata-kata tercetak bukan hanya citra yang
dikodekan dan ditempatkan pada selembar kertas. Itu merupakan
ide-ide, kearifan, dan inspirasi yang diringkas dan ditempatkan ke
dalam bentuk yang dapat dibaca.
Jika sebuah buku ditulis secara jujur dan baik, buku itu akan
memiliki semacam kekuatan. Buku itu dapat memindahkan pembacanya di
manapun ia berada ke satu tempat atau masa sesuai yang diinginkan
penulisnya.
Buku-buku dapat mengubah perasaan kita, menghancurkan ego, membentuk
iman, membuat kita tertawa, dan menyebabkan kita berpikir. Buku
dapat mengubah kehidupan pembacanya, dan banyak buku telah melakukan
hal ini.
Tugas pertama seorang penulis adalah menemukan dan memakai cara-cara
yang membuatnya mampu melakukan hal-hal di atas. Ia harus belajar
menggambarkan setiap orang, setiap situasi. Semua pengalaman yang
tragis, lucu, memalukan, ganas, tak pantas, indah, atau misterius
dapat menjadi bahan tulisannya. Ia harus menyampaikan apa yang
dialaminya sendiri, walaupun mungkin ia tidak mengetahui apakah
pengalamannya itu ada artinya bagi orang lain. Tetapi inilah risiko
yang harus diambil secara jujur, karena sering nantinya ia akan
disalahtafsirkan oleh orang lain.
Setiap penulis membutuhkan keberanian karena setelah ia selesai
membuat naskah, ia menawarkan sesuatu tentang dirinya sendiri dalam
bentuk kata tercetak. Ia berkata kepada pembacanya, "Lihatlah
baik-baik apa yang telah saya tulis ini. Lihatlah sesering yang Anda
inginkan. Inilah yang saya katakan dan maksudkan, tetapi gunakanlah
kemampuan akal, pertimbangan, dan imajinasi Anda sendiri serta
buatlah kesimpulan sendiri."
Jarang ada penulis yang lahir dengan kemampuan menggunakan kata-kata
secara baik. Setiap penulis harus berlatih sampai ia menguasai
seninya. Ia membutuhkan disiplin diri yang keras, latihan menulis
dan menulis-ulang yang berat dan berjam-jam.
Seorang penulis memunyai kewajiban mengenang kembali segalanya, Ia
mengulangi percakapan-percakapan, menirukan aksen pembicara, nada
suara, dan sikap-sikap seteliti mungkin, bagai sedang berlatih untuk
menyatakannya kembali di depan penonton. Seorang penulis mengalami
segala sesuatunya dua kali: sekali dalam kenyataan, sekali dalam
usahanya mengekspresikan kenyataan itu dalam bentuk tertulis.
Seorang penulis yang tulisannya ingin dibaca orang lain, secara
cepat menyadari bahwa ia harus menulis jelas dan sederhana, ringkas
dan logis. Bukan hanya keahliannya, tetapi ketulusan, karakter, dan
pengetahuannya tentang hakekat manusialah yang membuat ucapan
seorang penulis berpengaruh.
Penulis Kristen telah menerima sebuah tugas yang di luar kemampuan
terbaiknya, dan ia telah mendedikasikan dirinya untuk menyelesaikan
tugas itu. Tidak menjadi soal di tingkat mana ia bekerja, seorang
penulis cepat menyadari bahwa ia bukanlah pencipta yang orisinil.
Kata-kata yang digunakan dan pemikiran-pemikiran yang diungkapkannya
selalu merupakan gema dari sesuatu yang di luar jangkauan
imajinasinya yang lemah.
Tetapi kata-kata kita menjadi penuh kekuatan kala kita merasuk ke
dalam kehidupan orang lain. Kita menyentuh orang lain melalui cara
berpikir mereka. Kita membangun jembatan yang menghubungkan kita
dengan orang lain dan memungkinkan kita memasuki lingkup keinginan
mereka lewat kata-kata tertulis, mengalami hal-hal yang dialami
mereka, bergembira bersama mereka, bahkan mungkin memberi instruksi
kepada mereka.
Penulis-penulis besar adalah bagai para pendidik yang agung, dan
kesuksesan mereka adalah karena suatu alasan. Mereka adalah
manusia-manusia pemikir yang menghormati kebenaran. Mereka adalah
orang-orang yang keras untuk menggerakkan hal-hal terbaik pada umat
manusia. Mereka adalah orang-orang pemberani keyakinan, tidak takut
memimpin barisan walau arah yang dituju penuh mara bahaya dan tidak
disukai orang banyak. Mereka adalah orang-orang yang melihat dunia
sebagai satu keseluruhan, yang tahu bahwa manusia sanggup mengangkat
dirinya ke kemuliaan apabila ada orang yang menghidupkan
imajinasinya dan menguraikan pandangannya. Kalau seorang penulis
mampu melakukan semua ini, maka itu adalah pekerjaan mulia, seperti
halnya seluruh kehidupan adalah mulia.
Diambil dan disunting seperlunya dari:
Judul buku: Menjadi Penulis: Membina Jemaat yang Menulis
Judul asli buku: Write the Vision
Penulis: Marion van Horne
Penerjemah: Putu Laxman S. Pendit
Penerbit: BPK Gunung Mulia, Jakarta 2007
Halaman: 1 -- 3
TIPS__________________________________________________________________
SEPULUH PERINTAH UNTUK PENULIS KRISTEN
Dari mana Anda memulainya?
Bila Anda adalah seorang penulis Kristen, maka Anda memunyai ukuran
tambahan dalam hal tanggung jawab menuliskan kata-kata yang sesuai
dengan hati Tuhan. Standar integritas dan kebenaran yang lebih besar
juga menjadi tanggung jawab Anda kepada Tuhan dan juga pembaca Anda.
Oleh sebab itu muncullah standar kesempurnaan yang terus berkembang
dalam penerbitan Kristen bagi seluruh penulis Kristen. Dengan
seluruh harapan-harapan ini maka bagaimana Anda mulai menulis
kata-kata Anda yang mencerminkan hati Tuhan?
Perintah Untuk Penulis
Tempat yang tepat untuk memulai adalah Sepuluh Perintah Tuhan.
Berikut ini adalah penyesuaian dari Sepuluh Perintah untuk para
penulis Kristen. Anda bisa membaca versi aslinya di Ulangan 5:7-21.
1. Anda tidak boleh menulis kata-kata yang mengutamakan seseorang
atau sesuatu apa pun di atas Tuhan.
Sulit sekali di dalam budaya kita yang dipenuhi oleh artis dan
selebritis untuk menulis tentang tokoh atau orang terkenal tanpa
menaruh mereka di sebuah altar seperti objek pujaan. Namun, hal
ini bisa dilakukan jika Anda menulis tentang segi kemanusiaan
orang tersebut. Tuliskan bagaimana orang terkenal ini memakai
celananya pada pagi hari, sama seperti orang-orang lainnya ...
setiap kali dimasukkan satu kaki. Ingatlah bahwa ketika Anda
menulis segi kemanusiaan seseorang, tidak berarti Anda harus
menulis sesuatu yang meremehkan, merendahkan, atau menghina
harga diri seseorang sebagai orang yang diciptakan segambar
dengan Allah.
2. Anda tidak seharusnya memuja sebuah hasil karya tulis atau
seorang penulis melalui kata atau perbuatan. Anda tidak
seharusnya memuja sebuah hasil karya tangan.
Ketika Anda menjadi seorang penulis maka hasil tulisan dan
penulis lain secara tak sengaja bisa menjadi objek pujaan.
Pujaan berarti segala sesuatu yang memikat Anda untuk terus
mengabdi dan berbakti kepadanya. Tulisan dan penulis bisa
menjadi idola dan objek pujian bagi semua penulis. Begitu pula
dengan tulisan Anda sendiri. Berhati-hatilah, jagalah hati Anda
dan gunakan tulisan Anda sebagai suatu bentuk pujian dan bukan
sebagai pengganti untuk pujaan.
3. Anda tidak boleh menggunakan nama Tuhan untuk mengenalkan
tulisan Anda dan untuk tujuan membuat cerita Anda "Kristen".
Anda bisa menjadi orang Kristen yang murni dan penulis yang
hebat tanpa pernah menyebutkan nama Tuhan dalam tulisan Anda.
Anda lihat, menggunakan nama Tuhan dengan sia-sia benar-benar
berarti menggunakan nama Tuhan untuk melayani tujuan-tujuan Anda
sendiri. Anda sama sekali tidak pernah boleh melakukan itu dalam
tulisan atau dalam usaha promosi Anda. Hormatilah Tuhan melalui
keterampilan menulis Anda. Dalam segala hal, hindarilah dalam
tulisan Anda menyamarkan nama Tuhan untuk kepentingan pribadi.
4. Anda harus beristirahat menulis satu hari setiap minggu untuk
memuji dan menyembah Tuhan.
Anda tidak harus menulis setiap hari! Beristirahatlah,
nikmatilah kehadiran Tuhan, nyanyikan sebuah lagu, gunakan waktu
untuk bersekutu dengan saudara seiman, nikmatilah saat-saat
untuk melakukan kreasi yang lain selain menulis. Pujilah dan
sembah Tuhan karena Dia adalah Tuhan.
5. Anda harus selalu menghormati orang tua Anda dalam tulisan Anda.
Ketika Anda menulis tentang orang tua Anda, Anda harus mengenali
bagaimana mereka memengaruhi hidup Anda namun hindarilah
mengungkapkan rahasia-rahasia keluarga untuk kepentingan
ceritanya.
Beberapa orang mungkin tidak setuju dengan saya tentang perintah
ini. Namun, ada sesuatu yang alkitabiah yang bisa dijadikan
teladan untuk tidak mengungkapkan dosa orang tua Anda. Teladan
itu dilakukan pada zaman Nuh. Setelah banjir, Nuh menanami kebun
anggur dan kemudian mabuk. Ketika mabuk, dia berbaring telanjang
di tendanya. Anak bungsu Nuh, Ham, melihatnya dan memanggil dua
saudaranya, Sem dan Yafet. Tetapi kedua saudaranya ini kembali
ke tenda dengan membawa selimut dan menutup ayahnya yang
telanjang. Ketika Nuh sadar, dia mengutuk Ham tetapi memberkati
Sem dan Yafet (Kejadian 9:21-25). Ingatlah, kasih menutupi
segala dosa.
Bila Anda menulis tentang ayah atau ibu Anda perhatikan
baik-baik apa yang Anda tulis dan bagaimana Anda menulisnya.
Jangan meremehkan kemampuan dan reputasi Anda sebagai penulis
untuk mengutarakan secara rinci segala keburukan keluarga Anda.
Saya sering memikirkan hal ini. Menceritakan seluruh cerita
keluarga telah dilakukan oleh banyak penulis dan mungkin ditulis
lebih baik daripada yang pernah saya tulis. Jadi, mengapa saya
membuang waktu dan akibatnya membuat Tuhan tidak senang? Dan
mengapa tidak menghormati ayah dan ibu? Perlu Anda ketahui, saya
berasal dari keluarga yang sangat berantakan dan dibesarkan di
panti asuhan.
6. Anda tidak boleh membunuh, mengumpat, atau memfitnah siapa pun
dengan menggunakan kata-kata Anda.
Tulislah cerita-cerita yang bernafaskan kehidupan dan harapan.
Bila Anda harus menulis cerita nonfiksi tentang kejahatan
seseorang, tulislah kebenarannya (pastikan bahwa itu adalah
benar dan bukan fakta interpretasi seseorang) dan tulislah untuk
menyatakan hati Tuhan.
7. Anda tidak boleh menulis kata-kata intim, yang menjurus pada
keinginan seksual kepada seseorang yang bukan pasangan Anda.
Bila Anda sudah menikah Anda tidak boleh menulis surat cinta
kepada orang lain kecuali pasangan Anda. Bila Anda belum menikah
maka Anda hanya boleh menulis surat yang menunjukkan kasih dan
kekaguman Anda pada sifat-sifat yang tidak terlihat dalam diri
orang lain dan hindarilah komentar-komentar yang menjurus pada
masalah seksual. Kidung Agung dipenuhi dengan metafora yang
membuat orang malu. Bahasa yang menunjukkan gairah memang
terdapat dalam Alkitab tetapi hanya dapat diterima dalam lingkup
hubungan suami istri.
8. Anda tidak boleh merampas, mencuri, atau "meminjam" kata-kata
dari penulis lain untuk Anda akui sebagai kata-kata Anda.
Allah itu kreatif dan bisa memberi Anda cerita-cerita,
ilustrasi-ilustrasi, dan ide-ide dalam imajinasi Anda yang
paling liar. Jadi, mengapa mengambil kata-kata orang lain ketika
Tuhan adalah sumber terbaik Anda?
9. Anda tidak boleh menggunakan kebohongan untuk melawan orang
lain.
Tulislah selalu kebenaran dalam kasih. Dengan demikian, Anda
tidak harus mengingat apa yang Anda tulis dan pada saat yang
sama Anda akan merasa lebih baik tentang tulisan tersebut.
10. Anda tidak boleh menginginkan ketenaran, keberuntungan, atau
keberhasilan yang dimiliki oleh orang lain.
Frank Peretti, Max Lucado, Jerry Jenkins, Brock dan Bodie Thoene
dan lain sebagainya dan penulis-penulis Kristen hebat lainnya
yang telah mendapatkan keberhasilan yang pantas sebagai penulis.
Anda bisa belajar dari mereka dan tumbuh menjadi seorang penulis
tetapi jangan pernah ingin mencuri hasil dari kerja mereka.
Tuhan menciptakan pria dan wanita hebat sebagai contoh
pertumbuhan dan perkembangan pribadi kita. Anda boleh
menginginkan tingkat keterampilan seperti mereka tetapi Anda
tidak boleh menginginkan hasil yang telah mereka capai. Saya
memandang hal ini seperti berikut, Tuhan memberi lebih karena
kerja keras mereka dan itu bukanlah sesuatu yang saya miliki.
Jadi, saya rasa setiap penulis Kristen seharusnya bekerja keras,
menulis dengan baik dan menyerahkan hasilnya kepada Tuhan.
Itulah sepuluh hukum versi saya untuk penulis Kristen. Sediakan
waktu untuk menelaah secara pribadi dan lihatlah sejauh mana Anda
telah melakukan daftar tersebut. Lalu, mungkin Anda dapat
menyediakan waktu untuk menulis sepuluh hukum versi Anda sendiri.
Saya percaya ketika Anda mengikuti prinsip-prinsip yang terdapat
dalam Sepuluh Hukum Allah maka Anda akan menulis untuk menginspirasi
pembaca! (t/Ratri)
Diterjemahkan dan disunting seperlunya dari:
Judul situs: writetoinspire.com
Judul asli artikel: Ten Commandments for Christian Writers
Penulis: Glenn White
Alamat URL: http://www.writetoinspire.com/article1277.html
TOKOH PENULIS_________________________________________________________
GRACE LIVINGSTON HILL, NOVELIS YANG SETIA MENYAMPAIKAN PESAN TUHAN
Diringkas oleh: Sri Setyawati
Grace Livingston Hill dikenal publik sebagai "Ratu Novel Kristen".
Banyak orang yang mengaguminya. Grace adalah anak tunggal seorang
pastor Presbiterian yang lahir sehari setelah peristiwa penembakan
Presiden Abraham Lincoln. Grace mulai mengenal tulisan melalui buku
cerita yang dibacakan orang tuanya.
Grace memutuskan untuk menjadi penulis setelah suaminya meninggal.
Pengalamannya menjanda memberikan kontribusi besar dalam
tulisan-tulisannya. Dalam 1 tahun, rata-rata ada dua novel yang
ditelurkannya. Novel pertamanya adalah "A Chautauqua Idyl" (1887).
Kemudian ia menulis "The Witness" (Saksi) (1939) yang menarik
perhatian harian Sunday School Herald dan yang membuat banyak orang
menjadi percaya kepada Kristus serta memperbarui komitmen iman
Kristen mereka. Ada juga "A Girl to Come Home To" (Gadis yang Pulang
ke Rumah) yang bercerita tentang seorang veteran yang pertama kali
melihat pertempuran berdarah lalu menjadi kecewa. Imannya lalu
dikuatkan kembali sepulangnya dari medan perang. Sementara buku
terakhir Grace yang terbit adalah "Where Two Ways Meet" (Tempat Dua
Jalan Bertemu). Selain menulis novel, ia juga menulis kolom
religius, "The Christian Endeavor Hour", dan berkolaborasi dengan
Evangeline Booth untuk menulis "The War Romance of Salvation Army"
(Romans Perang Bala Keselamatan) (1918).
Awalnya, Grace memandang profesinya sebagai penulis hanyalah
pekerjaan biasa. Namun, akhirnya dia merasa bahwa menjadi penulis
adalah panggilan dari Tuhan. Karena itu, ia mulai menulis untuk
menyampaikan dasar-dasar teguh mengenai kehidupan dan komitmen
Kristen. Ia terus berjuang untuk membantu pembaca menemukan sang
Juru Selamat dan menguatkan iman mereka. Ia mulai memberi perhatian
penuh untuk menulis novel sejarah dan tetap memasukkan ajaran
Kristus. Bahkan, dia pernah ditolak sebuah penerbit karena bukunya
berisi hal-hal yang berbau kristiani. Namun, dia tidak menyerah.
Grace selalu berpaling kepada Alkitab untuk mencari pertolongan.
Salah satunya ia temukan dalam Ulangan 33:25. Ayat itulah yang
kemudian menjadi pedoman hidupnya. Semakin sering dia memperkatakan
ayat tersebut semakin kuatlah kepercayaannya pada kekuatan yang
Tuhan berikan kepadanya.
Di sela-sela kesibukannya, Grace mulai mengikuti pemahaman Alkitab
dan mendalami Alkitab dengan perspektif baru. Hal ini membawanya
pada hubungan baru yang lebih mendalam dengan Tuhan dan mendorongnya
untuk lebih lagi melayani Dia. "Tuhanlah yang memberiku talenta dan
kemampuan. Aku akan melakukan semua yang terbaik sebagai ungkapan
syukurku pada-Nya. Aku akan lebih banyak lagi memberikan waktu dan
tenaga untuk menyebarkan Injil Kristus," katanya kepada putrinya.
Sejak pengenalannya yang mendalam akan Kristus, buku-bukunya semakin
dikenal publik. Banyak orang yang diberkati melalui buku-bukunya.
Karenanya ada artikel yang menyebutnya sebagai salah satu penulis
novel Kristen Amerika paling favorit dan paling produktif.
Diperkirakan lebih dari 4 juta novel karya Grace telah dicetak di
Amerika.
Mengapa tulisan Grace banyak diminati masyarakat? "Karena saya tidak
menulis hanya demi menulis. Saya berusaha menyampaikan sebuah pesan
yang Tuhan berikan dan mengerahkan semua kemampuan saya untuk
menyampaikannya. Apa pun yang sudah dapat saya selesaikan, semuanya
adalah karya Tuhan. Saya hanya berusaha mengikuti pimpinan dan
ajaran Tuhan dalam tulisan dan pemikiran saya," jawabnya.(t/Adwin)
Diterjemahkan dan diringkas dari:
Judul buku: 100 Christian Women Who Changed the 20th Century
Judul asli artikel: Grace Livingston Hill (1865-1947)
Penulis: Helen Kooiman Hosier
Penerbit: Flemming H. Revell, Michigan 2000
Halaman: 33 -- 36
Versi elektronik:
Judul asli artikel: Grace Livingston Hill, Novelis yang Senantiasa
Menyampaikan Pesan dari Tuhan
Alamat URL: http://biokristi.sabda.org/grace_livingston_hill_novelis
INFO__________________________________________________________________
BARU DARI YLSA: PUBLIKASI KADOS (KALENDER DOA SABDA)
Puji Tuhan, satu lagi sebuah milis publikasi baru diterbitkan oleh
Yayasan Lembaga SABDA (YLSA). Publikasi yang diberi nama KADOS
(singkatan dari Kalender Doa SABDA) ini lahir dari kerinduan YLSA
untuk membagikan pokok-pokok doa harian bagi para pendoa syafaat
yang terbeban berdoa bagi Indonesia dan pelayanan YLSA. Semoga
melalui kesatuan hati untuk berdoa ini, Tuhan akan melawat umat-Nya
dan nama-Nya dimuliakan.
Publikasi KADOS yang akan terbit secara mingguan, bersifat terbuka
untuk semua denominasi gereja. Dengan menjadi pelanggan KADOS,
maka secara otomatis Anda juga menjadi pelanggan e-Doa, Open Doors,
dan 30 Hari Doa. Jadi, bagi pendoa-pendoa Kristen Indonesia yang
ingin dibekali untuk menjadi pendoa yang setia dan memiliki visi,
segera daftarkan nama Anda dan jadilah berkat.
Kontak redaksi:
==> <doa(at)sabda.org>
Untuk berlangganan, kirimkan email kosong ke:
==> <subscribe-i-kan-buah-doa(at)hub.xc.org>
______________________________________________________________________
Pimpinan Redaksi: Davida Welni Dana
Staf Redaksi: Sri Setyawati
Kontak redaksi/kirim bahan: penulis(at)sabda.org
Berlangganan: Kirim e-mail ke: subscribe-i-kan-penulis(at)hub.xc.org
Berhenti: Kirim e-mail ke: unsubscribe-i-kan-penulis(at)hub.xc.org
Arsip e-Penulis: http://www.sabda.org/publikasi/e-penulis/
Situs PELITAKU: http://pelitaku.sabda.org/
Facebook: http://fb.sabda.org/penulis/
Forum Penulis: http://pelitaku.sabda.org/forum
Kunjungi Blog SABDA di http://blog.sabda.org
______________________________________________________________________
Melayani sejak 3 November 2004
Isi dan bahan adalah tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA.
Didistribusikan melalui sistem network I-KAN.
Copyright(c) e-Penulis 2009 / YLSA -- http://www.ylsa.org/
Katalog SABDA: http://katalog.sabda.org/
Rekening: BCA Pasar Legi Solo No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati
|
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |