|
Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
https://sabda.org/https://sabda.org/publikasi/e-penulis/51 |
|
e-Penulis edisi 51 (21-1-2009)
|
|
__________________e-Penulis (Menulis untuk Melayani)__________________
Edisi: 051/Januari/2009
Tema: Kriteria Tulisan Bagus
DARI REDAKSI__________________________________________________________
TAHUN BARU, TULISAN BAGUS!
Shalom,
Puji Tuhan! Kita kembali menapak di tahun yang baru. Tahun yang
penuh dengan tantangan di depan mata, yang oleh sebagian orang
dikatakan bahwa keadaannya tidak akan lebih baik dari tahun kemarin.
Ya, keadaan dunia mungkin akan tidak lebih baik daripada sebelumnya.
Namun, kegelapan tetap membutuhkan cahaya, dan kekeringan tetap
membutuhkan setetes embun. Sebagai penulis Kristen, atau paling
tidak sebagai orang yang punya minat berkawan dengan "pena dan
kertas", apa yang Sahabat Pembaca dapat lakukan agar berdampak bagi
dunia ini melalui setiap goresan pena kita?
Salah satu cara agar tulisan yang kita hasilkan berdampak bagi dunia
ini adalah mengusahakan agar tulisan kita dapat menjadi sebuah
tulisan yang bagus. Apa maksudnya tulisan yang bagus itu? Bagaimana
kita dapat menyajikan sebuah tulisan kristiani yang bagus? Apa
sajakah kriteria tulisan bagus itu? Segera tengok artikel dan tips
yang redaksi sajikan untuk menjawab hal tersebut. Jangan lewatkan
pula kolom Pojok Bahasa yang mengajak kita semakin memperbagus
tulisan kita dengan mengurangi istilah-istilah asing dan lebih akrab
dengan istilah yang ada dalam negeri sendiri. Marilah kita mengisi
tahun yang baru untuk membuat "tulisan bagus", yang tentunya dapat
diperhitungkan, memiliki dampak, dan menjadi sarana kesaksian untuk
mengenalkan kasih Kristus.
Tidak lupa, kami menginformasikan adanya penambahan kolom baru dalam
e-Penulis mulai edisi Januari 2009 ini, yaitu kolom Pena Maya. Dalam
kolom ini, Sahabat Pembaca dapat membaca ulasan-ulasan situs seputar
kepenulisan yang kami harap dapat memperkaya referensi kita semua.
Redaksi juga membuka diri untuk menerima ulasan-ulasan situs/blog
dari Sahabat Pembaca sekalian. Kami ucapkan selamat memaknai tahun
2009 ini dengan tulisan-tulisan bagus Sahabat Pembaca sekalian.
SELAMAT TAHUN BARU 2009!
Pimpinan Redaksi e-Penulis,
Davida Welni Dana
______________________________________________________________________
MENULISLAH TERUS AGAR KAMU PUNYA
PENGALAMAN MENULIS
DAFTAR ISI____________________________________________________________
- Dari Redaksi: Tahun Baru, Tulisan Bagus!
- Daftar Isi
- Artikel: Penyajian Isi Sebuah Artikel
- Tips: Kriteria Tulisan Bagus
- Pena Maya: Corat-Coret Bahasa: Blognya Pengutak-Atik Bahasa
- Pojok Bahasa: Yuk, Kurangi Istilah Asing
ARTIKEL_______________________________________________________________
PENYAJIAN ISI SEBUAH ARTIKEL
"Lalu TUHAN menjawab aku, demikian: `Tuliskanlah penglihatan itu dan
ukirkanlah itu pada loh-loh, supaya orang sambil lalu dapat
membacanya.`" (Habakuk 2:2)
Ibarat sebuah khotbah, sebuah tulisan/artikel sebenarnya memiliki
komponen yang hampir sama. Artinya, khotbah maupun artikel memunyai
tiga komponen, yaitu pendahuluan, isi, dan penutup. Dalam
mengomunikasikannya, khotbah maupun artikel tulisan menggunakan
bahasa. Kedua-duanya menekankan komunikasi, komunikasi yang mudah
dipahami. Kedua-duanya memiliki tujuan yang sama: menyampaikan
sesuatu kepada pendengar atau pembacanya. Lalu, mengapa sebuah
khotbah yang dituliskan tidak otomatis dianggap sebagai sebuah
artikel yang dapat dimuat begitu saja? Masalahnya adalah penampilan.
Struktur. Khotbah perlu didengarkan dengan telinga, sedangkan
artikel perlu dibaca dengan mata! Tetapi dari segi isi, tetap sama.
Kalau seseorang hendak menulis artikel, apa saja yang pantas
dituliskannya? Cobalah jawab pertanyaan-pertanyaan berikut ini,
niscaya Anda dapat memahaminya.
1. Apakah isi yang Anda kemukakan itu menarik dan bernilai bagi
orang banyak? (Anda tidak perlu menyia-nyiakan waktu untuk yang
tidak berguna.)
2. Apakah bahan yang Anda kemukakan relevan dengan misi majalah yang
hendak memuat tulisan Anda? (Kalau tidak relevan, mengapa Anda
mengirimkannya?)
3. Apakah tulisan yang hendak Anda kirimkan itu tepat waktunya?
(Semua editor terikat pada waktu dan aktualitas. Mereka memiliki
jadwal berupa kalender peristiwa. Yang paling mengerikan ialah
"deadline", batas waktu!)
4. Apakah pokok masalah ini cocok bagi saya? (Ingat, di dunia ini
banyak hal yang menarik. Banyak hal yang tidak kita ketahui dan
tidak akrab dengan kita. Kalau bukan bidang sendiri, janganlah
menyentuhnya. Minat sangat menentukan keberhasilan. Pengetahuan
dapat ditambahkan melalui riset, tetapi kemampuan kita terbatas.
Tidak mungkin kita dapat menguasai segala hal dan menulis tentang
segala hal.)
5. Dengan pola bagaimanakah tulisan itu dibuat? (Ada banyak bentuk
tulisan. Apakah tulisan itu lebih berhasil ditulis dalam bentuk
puisi, cerita, atau artikel biasa saja?)
6. Dari manakah ide itu diperoleh? (Tiap hari surat kabar terbit,
majalah berpuluh-puluh, pertemuan dengan orang terjadi, warta
gereja bermunculan, dan lain-lain. Apakah Anda dapat
memerhatikannya dengan cermat?)
Kalau Anda dapat menjawab serta memahami pertanyaan-pertanyaan
tersebut, mulailah menulis. Carilah judul yang menarik, "lead" yang
memikat, dan isi yang mengesankan, serta penutup yang sukar
dilupakan.
GAYA
Setiap orang memiliki cara berbicara sendiri, gaya sendiri yang
berbeda dengan orang lain. Tidak seorang pun yang memiliki persamaan
yang mutlak dengan orang lain dalam hal berbicara, menulis, dan
menyusun buah pikiran. Masing-masing memiliki kepribadian sendiri.
Gaya memang amat erat kaitannya dengan kepribadian. Gaya ini berisi
enam komponen seperti yang berikut.
1. Kejelasan
Tulisan yang kaku menunjukkan jalan pikiran yang kurang lancar atau
penguasaan masalah yang kurang memadai. Seorang penulis harus
menuliskan idenya dalam struktur kalimat yang jelas dan mudah
dipahami. Fakta yang terdapat di dalamnya otentik dan tepat.
Bahasanya jernih dan pilihan katanya membangkitkan kesan yang kuat.
Hanya kata yang dituliskan di tempat yang tepat yang dapat
memberikan hasil yang baik.
2. Selera
Anda sebaiknya tahu tentang waktu hidup manusia. Pembaca zaman ini
berbeda dengan pembaca 50 tahun yang lalu. Nah, Anda menyampaikan
suatu kabar yang telah diseru-serukan ribuan tahun, maka cara
penyampaian Anda harus kreatif. Isi bisa tetap sama, tetapi
penyajian dapat berbeda, yang cocok untuk zaman ini.
Penampilan itu diramu secara tajam, bernas, dan tegas.
Ada bagian yang humoris, tetapi bersih dan murni, sopan dan
sederhana.
Kata yang menyakiti pembaca hendaknya dihindarkan, namun Anda juga
harus menghindari pujian yang tidak pada tempatnya, atau kata-kata
yang muluk-muluk, tetapi tidak memiliki makna.
3. Seimbang
Antara pendahuluan, isi, maupun penutup harus seimbang, saling
mengisi. Pendahuluan yang terlalu panjang merebut porsi isi, begitu
pula penutup yang bertele-tele, membuat pembaca jemu dan kehilangan
konsentrasi. Di samping itu, kalimat jangan berpanjang-panjang.
Struktur kalimat yang pendek, tetapi berisi lebih diharapkan.
Peralihan buah pikiran terdapat dalam paragraf yang sudah selesai.
Pengembangan paragraf ini harus dilakukan dengan cara yang baik.
Buah pikiran yang kurang jelas harus diperjelas. Setiap paragraf
pada umumnya mengandung sebuah ide atau pikiran yang utuh. Paragraf
berikutnya mendukung yang sebelumnya.
Judul tulisan harus berhubungan dengan anak judul dan kesimpulan
tidak boleh berlainan dari pokok pikiran yang dikemukakan. Satu
dengan yang lain harus seimbang.
4. Warna
Kata mengandung makna tersendiri. Penulis yang melatih diri untuk
menggunakannya, akan mampu memberi pemahaman yang berwarna bagi
pembacanya melalui penempatan kata itu.
Sentuhlah pancaindra pembaca melalui bahasa Anda.
Gerakkan hati pembaca melalui kata dan kalimat yang dramatis.
Timbulkan bayangan warna, rasa, bau, dan nada dalam pikiran pembaca.
5. Tindak Laku
Bahasa yang hidup membuat orang bergerak dan membangkitkan emosi.
Penulis yang baik akan menyusun tulisannya dari awal sampai akhir
dengan cara yang memikat.
Itulah yang diungkapkan seseorang dalam tulisannya. Dapatkah Anda
menjawabnya? Anda menjadi penulis yang berhasil dan sukses!
Diambil dan disunting seperlunya dari:
Judul buku: Bagaimana Menjadi Penulis Artikel Kristiani yang Sukses
Penulis: Drs. Wilson Nadeak
Penerbit: Yayasan Kalam Hidup, Bandung
Halaman: 43 -- 47
TIPS__________________________________________________________________
KRITERIA TULISAN BAGUS
Apa itu Tulisan Bagus?
"Tulisan yang bagus itu isinya menggugah dan dapat memberi inspirasi
positif kepada pembacanya."
Sebuah tulisan, baik dalam bentuk panjang maupun pendek, disebut
bagus apabila memenuhi sejumlah kriteria tertentu. Kriteria ini bisa
sangat beragam karena dipengaruhi subjektivitas dan berbagai
kepentingan serta tergantung pada zaman.
Kriteria Tulisan Bagus
Tiap-tiap orang memiliki seleranya sendiri-sendiri dalam menilai
sebuah tulisan. Tetapi hendaknya kita berkiblat kepada pendapat
orang yang dinilai berkompeten menelaah karya tulis sesuai dengan
pendidikan dan reputasinya. Tulisan yang bagus juga seharusnya bebas
dari "pesan sponsor" yang lazimnya adalah penguasa. Dan akhirnya
nilai suatu tulisan pun ditentukan oleh budaya dan pola pikir
masyarakat pada zamannya.
Normalnya, tulisan bagus memenuhi kriteria-kriteria standar sebagai
berikut.
1. Mengungkapkan Hal-Hal Baru
Sebuah tulisan sudah tergolong bagus apabila ia mengungkapkan
hal-hal baru. Contoh paling gampang dapat ditemukan dalam
jurnal-jurnal ilmiah. Publikasi hipotesis yang menyatakan bahwa
virus HIV penyebab penyakit AIDS oleh Dr. Robert Gallo langsung
dianggap tulisan bagus karena jelas mengungkapkan hal baru.
2. Benar dan Lengkap
Mana mungkin berita atau cerita bohong bisa jadi tulisan bagus?
Menghebohkan ya, bagus "enggaklah". Mengesampingkan fiksi atau
kisah fantasi, jelas tulisan (faktual) bagus harus juga
mengandung kebenaran dan lengkap. Tengoklah, berita atau artikel
feature di surat kabar bereputasi baik selalu menjunjung
nilai-nilai kejujuran dan berperspektif komprehensif; berbeda
dengan tulisan di "koran kuning" yang hanya mementingkan
sensasi.
3. Merupakan Pendapat/Ide Orisinal
Tulisan yang bagus biasanya sekaligus merupakan pendapat
orisinal penulisnya. Kolom atau opini yang dimuat dalam media
massa dianggap bagus apabila mencerminkan pendapat/solusi/saran
orisinal penulisnya atas suatu kejadian atau masalah. Tulisan
yang tidak berisi ide baru tak dapat dikatakan bagus, walaupun
penyajiannya memikat.
4. Isinya Menggugah
Isi tulisan yang bagus bisa menggugah pembacanya berbuat
positif, memerbaiki akhlak dan moral masyarakat, atau paling
tidak, memberi inspirasi mencerahkan.
5. Temanya Istimewa
Tema yang tidak biasa dapat menyulap sebuah tulisan menjadi
bernilai tinggi dan bagus. Ketika orang ramai menulis tentang
pentingnya memberhentikan pengeluaran izin baru bagi penebangan
hutan, anda dapat menulis soal kelangkaan bahan baku kayu yang
mungkin dialami pabrik kayu lapis dan industri mebel kayu
sebagai konsekuensinya. Hasil karya ini bisa dianggap tulisan
bagus karena temanya berbeda dengan pandangan umum.
6. Mengandung Kejutan
Novel-novel detektif, suspense, atau thriller, mengandalkan
ketegangan dan kejutan untuk menjadi karya terpoluler dan
terbaik.
7. Menyangkut Peristiwa Besar
Analisis-analisis yang ditulis menyangkut suatu peristiwa besar
berpotensi menjadi tulisan bagus. Pandangan baru atas, misalnya,
Revolusi Perancis (1789) atau pendaratan Apollo II di bulan
(1963) selalu menarik dan berpeluang menjadi karya bagus,
biarpun mundur menentang waktu.
8. Mengenai Orang Ternama
Hillary Clinton menulis sepenggalan autobiografinya, "It Tooks a
Village" dan laris, sebab ia pernah menjadi Ibu Negara Amerika
Serikat. Semua orang ingin tahu tentang pengalamannya selama
mendampingi Presiden Bill Clinton (1992 -- 2000). Kalau Suminah
juga menulis riwayat hidupnya, hasilnya sulit menjadi tulisan
yang bagus, sebab orang tak mengenal siapa Suminah.
9. Bahasanya Bagus
Karya Linus Suryadi Ag, "Pengakuan Pariyem", diakui bagus
teristimewa karena ditulis dalam format prosa lirik dengan
kata-kata yang indah dan mendalam. Biasanya karya yang
dikategorikan bernilai sastra, apalagi puisi, selain temanya
menyentuh, bahasanya juga luar biasa.
10. Penulisnya Top
Kalau enak atau tidaknya makanan bergantung kepada keahlian juru
masak yang mengolahnya, bagus tidaknya karya tulis pun sering
kali ditentukan oleh siapa penulisnya. Sekali seorang penulis
menghasilkan karya bagus, maka karyanya selanjutnya cenderung
dianggap bagus pula.
11. Terpublikasi Melalui Media Tepat
Tulisan bagus juga perlu dipublikasikan melalui media yang tepat
dan dengan cara yang baik. Cerita pendek yang dimuat dalam
Majalah Sastra Horizon, umpamanya, selalu ditafsirkan sebagai
cerpen bagus. Dalam kata-kata lain, tulisan yang bagus sekali
pun tidak akan tampak bagus apabila dipublikasikan melalui media
yang "salah".
Semakin banyak suatu tulisan memenuhi kriteria-kriteria di atas,
semakin bagus pula nilai tulisan itu. Jadi, untuk menghasilkan
tulisan yang dapat dinilai bagus, Anda perlu berusaha merancang dan
mengerjakannya mengikuti koridor batas-batas kriteria di atas.
Tulisan Anda memang tak dapat disaring lolos melalui semua kriteria
tersebut, sebab nilai sebuah karya tulis pun memang perlu ditentukan
terlebih dahulu kategorinya sebelum diuji mutunya menurut kriteria
yang sesuai. Jika Anda menulis roman, contohnya, tentu tak perlu
menyajikan data dan mungkin tidak selalu harus ada hubungannya
dengan orang-orang tersohor.
Bagus tidaknya karya tulis dapat ditentukan pula oleh golongan
pembacanya sendiri-sendiri. Maksudnya, suatu tulisan bisa dinilai
bagus oleh kalangan pembaca tertentu, tetapi, sebaliknya, dianggap
tidak bagus oleh kelompok pembaca lain. Karya Pramoedia Ananta Toer
menjadi contoh yang tepat. Meskipun berbaur dengan alasan politik
dan ideologi, karya P.A. Toer pada satu sisi dicemooh oleh golongan
tertentu, tetapi pada sisi lain dipuji oleh golongan yang berbeda.
Diambil dan disunting seperlunya dari:
Judul buku: Jadi Penulis Ngetop Itu Mudah
Penulis: Lie Charlie
Penerbit: Nexx Media, Inc., Surabaya 2006
Halaman: 1 -- 5
PENA MAYA_____________________________________________________________
CORAT-CORET BAHASA: BLOGNYA PENGUTAK-ATIK BAHASA
Kemajuan dalam bidang komputer dan telekomunikasi menyebabkan
pesatnya arus informasi yang mengalir ke masyarakat. Kika dulu
sumber informasi hanya terbatas pada media cetak dan elektronik,
kini masyarakat mengenal internet sebagai salah satu rujukan sumber
informasi. Begitu juga dengan dunia kepenulisan, internet merupakan
sebuah "angin baru" yang berhembus yang ikut mewarnai keragaman
dunia tulis-menulis.
Mencari informasi tentang dunia kepenulisan dan bahasa Indonesia di
internet kini tidak sesulit dahulu, banyak penulis, baik profesional
maupun amatir, yang membagikan ilmu hingga memajang karyanya melalui
internet. Salah satunya adalah blog yang bertajuk "Corat-Coret
Bahasa" milik Indonesia-Saram. Anda dapat meraup banyak pengetahuan
seputar kebahasaan dalam blog ini, melalui kategori-kategori yang
disusun oleh pemiliknya, antara lain dalam kategori Bahasa dan
Kekristenan, Bahasa Tulis, Bibliografi, Leksikografi, Leksikologi,
Morfologi, Pengajaran Bahasa, Pragmatik, Salah Kaprah, Sapaan,
Sastra, Semantik, Sosiolinguistik, Talenta Bahasa, Tanda Baca, Tata
Bahasa, Transliterasi, atau Wacana. Dari isinya, terlihat bahwa
situs ini dipelihara dengan baik oleh sang pemilik karena setiap
komentar pengunjung direspons kembali dan pemiliknya pun rajin
menambah tulisan-tulisan baru di dalamnya. Jika Anda ingin menambah
pengetahuan Anda seputar bahasa Indonesia, maka sayang sekali jika
Anda melewatkan blog yang satu ini. Selamat berkunjung!
==> http://indonesiasaram.wordpress.com/
Oleh: Yohanna P.A. (Redaksi)
POJOK BAHASA__________________________________________________________
YUK, KURANGI ISTILAH ASING
Masalah kebahasaan tidak terlepas dari kehidupan masyarakat
penuturnya. Dalam hubungan dengan kehidupan masyarakat bahasa
Indonesia, telah terjadi berbagai perubahan, terutama yang berkaitan
dengan tatanan kehidupan dunia dan perkembangan ilmu pengetahuan
serta teknologi. Kondisi itu telah menempatkan bahasa asing,
terutama bahasa Inggris, pada posisi strategis yang memungkinkan
bahasa itu memasuki berbagai sendi kehidupan bangsa dan memengaruhi
perkembangan bahasa Indonesia.
Kondisi tersebut telah membawa perubahan perilaku masyarakat
Indonesia dalam bertindak dan berbahasa. Gejala munculnya penggunaan
bahasa asing di pertemuan-pertemuan resmi, di media massa, di media
luar ruang, dan di tempat-tempat umum menunjukkan perubahan perilaku
masyarakat tersebut.
Penggunaan bahasa asing tersebut telah memengaruhi cara pikir
masyarakat dalam berbahasa Indonesia resmi. Kondisi itulah yang
mengakibatkan terjadinya kesalahan berbahasa Indonesia.
Seharusnya, kata-kata bahasa Inggris yang telah memiliki padanan
dalam bahasa Indonesia tidak perlu digunakan dalam pemakaian bahasa
Indonesia. Mengapa harus menggunakan kata "workshop" untuk
menyebutkan "sanggar kerja"? Kita juga tidak perlu memakai kata
"upgradding" untuk "penataran". Kita juga sering mendengar kata-kata
"approach", "misundertanding", dan "problem solving" untuk
"pendekatan", "salah pengertian", dan "pemecahan masalah".
Penggunaan unsur-unsur bahasa asing dalam wacana/kalimat bahasa
Indonesia sangat berkaitan erat dengan masalah sikap bahasa. Sikap
bahasa yang kurang positif, kurang bangga terhadap bahasa Indonesia,
yang sesungguhnya tidak perlu terjadi. Sebagai bangsa Indonesia,
kita harus merasa bangga terhadap bahasa Indonesia. Karena itu, agar
tidak mengurangi nilai kebakuan bahasa Indonesia yang digunakannya,
unsur-unsur bahasa asing tidak perlu digunakan dalam pemakaian
bahasa Indonesia. Langkah yang dapat kita lakukan adalah mencarikan
padanan dalam bahasa Indonesia atau menyerap unsur asing itu sesuai
dengan kaidah yang berlaku, seperti diatur dalam buku "Pedoman Ejaan
Bahasa Indonesia yang Disempurnakan" dan "Pedoman Umum Pembentukan
Istilah".
Yang penting, dalam proses penyerapan itu adalah motivasinya. Karena
kita menyadari bahwa di dalam pertumbuhan dan perkembangan alamiah
bahasa Indonesia, kontak budaya antarbangsa mengakibatkan pula
kontak bahasanya. Karena itu, tak mengherankan kalau pengaruh bahasa
lain masuk ke dalam bahasa Indonesia.
Namun, kita layak prihatin ketika sering menemukan juga kesalahan
dalam melafalkan singkatan atau akronim asing. Ada pemakaian bahasa
Indonesia yang melafalkan singkatan IMF dengan "i-em-ef" dan ada
pula yang melafalkannya dengan "ai-em-ef". Padahal IMF merupakan
singkatan yang berasal dari bahasa asing.
Dalam kaitan ini, jika digunakan dalam konteks bahasa Indonesia,
singkatan kata asing yang dibaca huruf demi huruf itu dilafalkan
sesuai dengan nama huruf-huruf tersebut dalam bahasa Indonesia.
Dasar pertimbangannya adalah nama huruf "i" dalam bahasa Indonesia
ialah "i", bukan "ai", dan singkatan itu digunakan dalam komunikasi
bahasa Indonesia. Atas dasar pertimbangan tersbut, singkatan IMF,
meskipun berasal dari bahasa asing, tetap dilafalkan sesuai dengan
kaidah nama huruf di dalam bahasa Indonesia.
Akan tetapi, pelafalan singkatan kata asing itu berbeda dengan
pelafalan akronim dari bahasa asing. Bentuk kata akronim asing
dilafalkan sesuai dengan lafal kata asing di dalam bahasa asalnya.
Dasar pertimbangannya adalah bahwa akronim dilafalkan seperti halnya
kata biasa. Karena itu, akronim asing pun dilafalkan seperti halnya
kata asing jika digunakan di dalam konteks kalimat bahasa Indonesia.
Akronim "Unesco" misalnya, kita lafalkan "yunesko".
Diambil dan disunting seperlunya dari:
Nama majalah: Intisari, Edisi November 2008
Penulis: Tidak dicantumkan
Penerbit: Kompas Gramedia, Jakarta 2008
Halaman: 100 -- 101
______________________________________________________________________
Pimpinan redaksi: Davida Welni Dana
Staf Redaksi: Yohanna Prita Amelia dan Sri Setyawati
Kontak redaksi/Kirim bahan: penulis(at)sabda.org
Berlangganan: Kirim e-mail ke subscribe-i-kan-penulis(at)hub.xc.org
Berhenti: Kirim e-mail ke unsubscribe-i-kan-penulis(at)hub.xc.org
Arsip e-Penulis: http://www.sabda.org/publikasi/e-penulis/
Situs Pelitaku: http://pelitaku.sabda.org/
Forum Penulis: http://pelitaku.sabda.org/forum
Network Literatur: http://www.in-christ.net/komunitas_umum/network_literatur
______________________________________________________________________
Melayani sejak 3 November 2004
Isi dan bahan adalah tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA.
Didistribusikan melalui sistem network I-KAN.
Copyright(c) e-Penulis 2009 / YLSA -- http://www.ylsa.org/
Katalog SABDA: http://katalog.sabda.org/
Rekening: BCA Pasar Legi Solo No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati
|
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |