Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-penulis/5

e-Penulis edisi 5 (9-3-2005)

Menulis Membutuhkan Membaca dan Membaca Membutuhkan Menulis

<><============================><>*<><=============================><>
                       ><><>< e-Penulis ><><><
                       (Menulis untuk Melayani)
                         Edisi 005/Maret/2005
<><============================><>*<><=============================><>
     MENULIS MEMBUTUHKAN MEMBACA DAN MEMBACA MEMBUTUHKAN MENULIS
<><============================><>*<><=============================><>
=#= DAFTAR ISI =#=
    * Dari Redaksi  : Menulis dan Membaca
    * Artikel       : Menulis Membutuhkan Membaca dan Membaca
                      Membutuhkan Menulis: Hasil-hasil Mencengangkan
                      dari Riset Dr. Krashen
    * Kesaksian     : Mengapa Saya Menjadi Penulis Kristiani?
                      Karena di Sini Ada Cinta
    * Pojok Bahasa  : Hukum DM dalam Bahasa Indonesia
    * Seputar CWC   : 1. Ayo Diskusi tentang e-Penulis!
                      2. Tulisan Baru di CWC
    * Surat Anda    : Ingin Belajar Menulis
<><============================><>*<><=============================><>
=#= DARI REDAKSI =#=

  Salam dalam Kasih Kristus,

  Menulis dan membaca seperti satu koin dengan dua sisi. Keduanya
  tidak dapat dipisahkan dan saling membutuhkan. Menulis tidak dapat
  dilakukan tanpa banyak membaca, demikian juga sebaliknya, banyak
  membaca akan merangsang kita untuk menulis. Pada Edisi Maret 2005
  ini e-Penulis kembali hadir untuk Anda dengan mengusung tema MENULIS
  MEMBUTUHKAN MEMBACA DAN MEMBACA MEMBUTUHKAN MENULIS. Kami juga
  menyajikan kisah menarik dari Ida Cynthia S., kiranya kesaksiannya
  ini dapat menolong Anda untuk lebih giat menulis.

  Sajian rutin untuk Anda telah kami siapkan pada Kolom Seputar CWC
  dan Pojok Bahasa. Nah, tunggu apalagi? Silakan membaca dan selamat
  menyimak! Tuhan Memberkati. (Tes)

  Tim Redaksi

<><============================><>*<><=============================><>
=#= ARTIKEL =#=

     MENULIS MEMBUTUHKAN MEMBACA DAN MEMBACA MEMBUTUHKAN MENULIS:
           HASIL-HASIL MENCENGANGKAN DARI RISET DR. KRASHEN
     ============================================================

  Dr. Stephen D. Krashen yang meraih gelar doktor di bidang linguistik
  pada 1972 di University of California Los Angeles (UCLA), mengawali
  bukunya dengan judul yang menggigit, "Benarkah Ada Krisis Melek
  Huruf?" Pertanyaan ini dilontarkannya di tengah masyarakat Amerika
  Serikat yang maju.

  "Adanya krisis Melek Huruf pada tahun 1987 pertama kalinya saya
  dengar dari `Oprah Winfrey Show`," tulisnya. "Yang menjadi tamu
  Oprah Winfrey waktu itu adalah empat orang dewasa yang `buta huruf`.
  Mereka, demikian dinyatakan, betul-betul tidak bisa baca-tulis.
  Kisah mereka menyentuh, dan kini kisah itu akrab di tengah
  masyarakat. Mereka menceritakan cara mereka `lulus` waktu di sekolah
  dulu, bertahan dengan jalan memperhatikan secara saksama apa yang
  dilakukan teman-teman mereka di kelas. Mereka merancang strategi
  untuk bisa hidup sehari-hari; misalnya, kalau mereka ke restoran
  bersama teman, mereka menunggu untuk melihat orang lain memesan,
  kemudian mereka memesan makanan yang sama.

  "Kisah di atas kemudian didramatisasi oleh media massa ... Akan
  tetapi, ada satu masalah. Sesungguhnya, hampir semua orang di
  Amerika Serikat bisa baca-tulis. Hanya saja, mereka tidak membaca
  dan menulis dengan cukup baik. Meskipun tingkat melek huruf sudah
  bertambah seabad terakhir, tuntutan untuk meningkatkan kemampuan itu
  datang lebih cepat. Banyak orang yang jelas-jelas tidak cukup mampu
  baca-tulis untuk menghadapi tuntutan tersebut seiring dengan
  perkembangan kemelekhurufan masyarakat modern yang kompleks."

  Membaca Bebas dan Sengaja (MBS)

  Setelah mengawali buku yang mengungkapkan hasil-hasil risetnya
  tentang membaca dan menulis seperti itu, kemudian Dr. Krashen
  berbicara soal cara mengatasi problem atau tuntutan tersebut.
  Berikut uraian Dr. Krashen selanjutnya:

  "Menurut hemat saya, penyembuhan dari krisis kemampuan baca-tulis
  ini terletak pada melakukan satu kegiatan, kegiatan yang jarang
  dilakukan dalam kehidupan banyak orang, yaitu membaca. Khususnya,
  saya menyarankan membaca buku dalam jenis tertentu -- Membaca secara
  Bebas dan Sengaja (disingkat MBS atau free voluntary reading [FVR]).
  MBS berarti Anda menjalankan kegiatan membaca karena Anda memang
  menginginkannya."

  "Untuk anak usia sekolah, MBS berarti tidak ada pembuatan laporan
  tentang buku yang dibaca, tidak ada pertanyaan di akhir bab, dan
  tidak perlu mencari arti yang benar untuk setiap kosakata yang
  ditemukan. MBS berarti menyingkirkan buku yang tidak Anda sukai dan
  memilih yang lain yang bermanfaat dan disukai sebagai gantinya. Ini
  jenis membaca yang dilakukan secara obsesif oleh mereka yang sangat
  terpelajar di Amerika."

  "Saya tidak akan mengatakan MBS sebagai jalan keluar sepenuhnya.
  Pembaca-bebas tidak dijamin bisa masuk Harvard. Yang disampaikan
  riset ini adalah bahwa jika anak-anak atau orang dewasa yang tidak
  begitu cakap mulai membaca untuk kesenangan, maka hal-hal baik akan
  terjadi. Pemahamannya terhadap bacaan akan membaik, dan mereka akan
  lebih mudah mengerti teks akademis yang sulit. Gaya tulisan mereka
  akan membaik, dan mereka akan mampu lebih baik menulis prosa dengan
  gaya yang diterima di sekolah, bisnis, dan masyarakat ilmiah.
  Kosakata mereka akan bertambah dalam kecepatan yang lebih baik
  dibanding jika mereka menjalani kursus peningkatan kosakata yang
  sering dijajakan oleh para pengiklan. Lagi pula, ejaan dan tata
  bahasa mereka pun akan membaik."

  "Dengan kata lain, pembaca-bebas memiliki peluang. Dan riset juga
  menunjukkan bahwa mereka yang tidak memupuk kebiasaan membaca yang
  menyenangkan, ada kemungkinan tidak memiliki peluang untuk hidup
  lebih baik -- mereka akan menghadapi masa-masa sulit dalam hal baca-
  tulis pada tingkatan yang cukup tinggi dalam menghadapi tuntutan
  dunia kini."

  "Buku The Power of Reading, mempelajari riset terhadap MBS, cara
  penerapan MBS, dan hal-hal yang berkaitan dengan membaca, menulis,
  dan kemelekan huruf. Peluang yang ditawarkan oleh MBS terhadap
  pribadi dan masyarakat sungguh luar biasa. Tujuan buku ini adalah
  memperlihatkan kepada pembaca apa yang ditawarkan MBS."

  Setelah menguraikan gagasan pokoknya secara selintas, Dr. Krashen
  kemudian menunjukkan bukti-bukti bermanfaatnya membaca dalam
  kaitannya dengan menulis dan hal-hal yang mengelilinginya. Di bawah
  ini adalah potongan-potongan gagasan Dr. Krashen yang disesuaikan
  dengan materi buku yang sedang Anda hadapi ini. Silakan menyimak
  secara relaks dan ambillah "makna-makna" penting yang tiba-tiba
  mencuat dari hasil riset Dr. Krashen.

  Perlu ditambahkan di sini bahwa dalam menunjukkan hasil-hasil
  risetnya ini, Dr. Krashen juga mengutip pelbagai hasil penelitian
  lain yang mendukung penelitiannya. Nanti Anda akan menjumpai
  beberapa nama di dalam kurung yang diikuti oleh angka berupa tahun.
  Itu menunjukkan orang yang meneliti bidang tersebut dan kapan hasil
  penelitian tersebut dipublikasikan. Di sini tidak disajikan secara
  lengkap identitas itu demi mencapai keringkasan dan kepraktisan
  penyajian.

  Mengapa pembaca yang baik tetap memiliki celah kekurangan? Apa yang
  menjadi kendala dalam kemahiran berbahasa tulis? Salah satu
  penjelasan adalah bahwa tidak semua yang tercetak harus
  diperhatikan; maksudnya, membaca dapat dianggap berhasil apabila
  pembaca dapat memahami yang dibaca. Dan untuk mencapai hal ini,
  pembaca tidak harus menggunakan sepenuhnya semua yang tertera di
  atas kertas.

  Menurut sebuah penelitian (Goodman, 1982; Smith, 1988), pembaca
  fasih menciptakan hipotesis terhadap teks yang akan mereka baca
  didasarkan pada apa yang sudah mereka baca, pengetahuan mereka dalam
  bidang itu, dan pengetahuan mereka akan bahasa -- dan hanya
  menggunakan aspek tercetak yang mereka perlukan untuk menegaskan
  hipotesis mereka itu. Sebagai contoh, kebanyakan pembaca bisa
  menduga apa kata terakhir yang akan dipakai oleh sebuah kalimat.
  Pembaca yang baik tidak perlu memperhatikan dengan sepenuhnya dan
  dengan hati-hati kata "ini" di akhir kalimat untuk memahaminya;
  mereka hanya perlu melihat sekilas untuk memastikan bahwa kata itu
  tertera di sana.

  Dengan demikian, pembaca yang cakap tidak memperhatikan detail
  kalimat di setiap halaman, dan mereka mungkin gagal melihat
  perbedaannya atau apakah kata-kata tertentu berakhiran "-lah" atau
  "-kah". Celah kecil ini, dalam pandangan saya, tidak terlalu perlu
  diperhatikan untuk menjalankan kegiatan membaca yang lancar dan
  efisien.

  Tentang Menulis

  Bahasan tentang tulis-menulis patut mendapat tempat lebih luas
  dibanding yang saya berikan di sini. Akan tetapi, tujuan saya bukan
  untuk memberikan survei menyeluruh tentang apa yang diketahui
  tentang penulisan dan bagaimana kemampuan menulis berkembang. Tujuan
  saya lebih untuk menyampaikan dua poin penting di bawah ini:
  1. Gaya tulisan tidak didapat dari menulis, melainkan dari membaca.
  2. Menulis bisa membantu kita menyelesaikan masalah dan menjadikan
     kita semakin cerdas.

  Gaya Tulisan Berasal dari Membaca

  Riset dengan jelas menunjukkan bahwa kita belajar menulis lewat
  membaca. Untuk lebih tepatnya, kita memperoleh gaya tulisan, bahasa
  khusus penulisan, dengan membaca. Kita sudah melihat banyak bukti
  yang menegaskan hal ini: Anak-anak yang berpartisipasi dalam program
  membaca-bebas, menulis dengan lebih baik (misalnya, Elley dan
  Mangubhai, 1983; McNeil dalam Fader, 1976) dan mereka yang
  melaporkan bahwa semakin banyak mereka membaca semakin baik
  tulisannya (misalnya, Kimberling et al., 1988 sebagaimana dilaporkan
  dalam Krashen 1978, 1984; Applebee, 1978; Alexander, 1986; Salyer,
  1987; Janopoulus, 1986; Kaplan dan Palhinda, 1981; Applebee et al.,
  1990).

  Ada alasan lain untuk memperkirakan bahwa gaya penulisan berasal
  dari membaca. "Argumen kompleksitas" berlaku pula untuk penulisan:
  Semua cara di mana bahasa tertulis "resmi" berbeda dengan bahasa
  yang lebih informal terlalu rumit untuk dipelajari satu per satu.
  Bahkan walau pembaca mengenali tulisan yang baik, para peneliti
  tidak berhasil menjabarkan secara lengkap tentang apa persisnya yang
  membuat tulisan yang "bagus" itu bagus. Oleh karena itu, masuk akal
  untuk mengatakan gaya penulisan tidak dipelajari secara sadar,
  melainkan umumnya diserap, atau secara tidak sadar diperoleh, lewat
  membaca.

  Hunting (1967) memaparkan riset untuk disertasi (tidak
  dipublikasikan) yang menunjukkan bahwa kuantitas tulisan tidak
  berkaitan dengan kualitas tulisan. Banyak sekali kajian yang
  menunjukkan bahwa meningkatnya kuantitas tulisan tidak mempengaruhi
  kualitas tulisan. Nah, tentang gaya tulisan berasal dari membaca
  bukan dari menulis, sejalan dengan yang diketahui tentang kemahiran
  berbahasa: Kemahiran berbahasa diperoleh melalui masukan (input),
  bukan keluaran (output), dari pemahaman, bukan hasil. Dengan
  demikian, jika Anda menulis satu halaman sehari, gaya tulisan Anda
  tidak akan meningkat. Akan tetapi, hal baik lain bisa dihasilkan
  dari tulisan Anda, sebagaimana yang akan kita lihat dalam pembahasan
  berikut.

  Apa yang Dilakukan Tulisan

  Kendati menulis tidak membantu kita mengembangkan gaya penulisan,
  menulis mempunyai keuntungan lain. Seperti yang dikemukakan Smith
  (1988), kita menulis setidaknya karena dua alasan. Pertama, dan
  paling nyata, kita menulis untuk berkomunikasi dengan orang lain.
  Namun mungkin yang lebih penting, kita menulis untuk diri kita
  sendiri, untuk memperjelas dan merangsang pikiran kita. Sebagian
  besar tulisan kita, bahkan kalaupun kita adalah penulis yang
  karyanya diterbitkan, adalah untuk diri kita sendiri.

  Seperti yang diungkapkan Elbow (1973), sulit untuk mengendalikan
  lebih dari satu gagasan dalam pikiran sekaligus. Tatkala kita
  menuliskan gagasan kita, hal-hal samar dan abstrak menjadi jelas dan
  konkret. Saat semua pikiran tumpah di atas kertas, kita bisa melihat
  hubungan di antara mereka, dan bisa menciptakan pemikiran yang lebih
  baik. Menulis, dengan kata lain, bisa membuat kita lebih cerdas.

  Menulis bisa membantu kita berpikir secara menyeluruh dan
  menyelesaikan masalah. Pembaca yang selalu menuliskan catatan harian
  atau jurnal tahu banyak tentang hal ini -- Anda menghadapi masalah,
  Anda menuliskannya, dan setidaknya 10 persen dari masalah itu raib.
  Terkadang, keseluruhan permasalahan itu hilang.

  Mungkin, bukti eksperimental terjelas yang memperlihatkan bahwa
  menulis membantu pemikiran adalah serangkaian kajian yang dilakukan
  Langer dan Applebee (1987). Siswa-siswa sekolah menengah diminta
  membaca telaah sosial kemudian mempelajari informasi di dalamnya
  dengan menuliskan esai analitis tentang pertanyaan yang ditugaskan
  berkaitan dengan topik tersebut, atau dengan menggunakan teknik
  belajar lainnya (misalnya membuat catatan, menjawab pertanyaan
  tentang pemahaman, menuliskan ringkasan, teknik belajar "normal"
  tanpa menulis).

  Lalu para siswa itu diberi pelbagai ujian mengenai materi bacaan.
  Langer dan Applebee melaporkan bahwa "secara umum, tanggapan
  tertulis apa pun mengarah pada kinerja yang lebih baik dibanding
  membaca tanpa menulis". Dalam kajian ketiga, mereka menunjukkan
  bahwa menulis esai tidak membuat informasi bertahan lama (di otak)
  jika materi bacaan yang diberikan mudah; namun apabila materi yang
  mereka baca sulit, penulis esai memberikan hasil yang jauh lebih
  baik dibanding siswa yang menggunakan teknik belajar lainnya. Hasil
  serupa tentang keefektifan penulisan esai dilaporkan oleh Newell
  (1984), Marshall (1987), serta Newell dan Winograd (1989).

  Terkadang, sedikit saja menulis sudah bisa membuat perbedaan besar.
  Dalam kajian yang dilakukan Ganguli (1989), ditunjukkan bahwa
  mahasiswa matematika yang meluangkan tiga menit per periode untuk
  menjabarkan dalam bentuk tulisan konsep penting yang dikemukakan di
  kelas, lebih unggul dalam ujian akhir semester dibanding kelompok
  pembanding. Untuk ulasan mengenai riset tambahan yang mendukung
  hipotesis bahwa menulis "bisa membuat Anda lebih cerdas", lihat
  Applebee (1984) dan Krashen (1990).

  Akhirnya, kesimpulan saya sederhana saja. Apabila anak-anak membaca
  untuk kesenangan, apabila mereka "terikat dengan buku", mereka
  memperoleh, secara tidak sengaja dan tanpa usaha yang dilakukan
  dengan sadar, hampir semua hal yang disebut "ketrampilan kebahasaan"
  yang sangat diperhatikan oleh banyak orang: Mereka akan menjadi
  pembaca handal, mendapatkan banyak kosakata, mengembangkan kemampuan
  untuk memahami dan menggunakan susunan kalimat majemuk,
  mengembangkan gaya penulisan yang bagus, dan menjadi pengeja yang
  hebat (walau bukan sempurna). Meskipun membaca dengan bebas dan
  dengan sengaja itu sendiri tidak akan memastikan didapatkannya
  kecakapan pada tingkatan tertinggi, setidaknya ia menjamin tingkatan
  yang dapat diterima. Tanpa hal itu, saya duga anak-anak tidak
  berpeluang.

  Ketika kita membaca, kita betul-betul tidak punya pilihan kita harus
  melek huruf. Kita jarang menemukan orang yang membaca dengan baik
  menghadapi persoalan serius berkenaan dengan tata bahasa, ejaan, dan
  lain-lain. Mereka menulis cukup bagus karena mereka tidak bisa
  menahannya; mereka memiliki gaya tulisan yang tanpa sadar diperoleh,
  begitu pula aturan kepenulisan.

  Orang yang membaca dengan baik, menulis dengan baik pula karena
  mereka secara tidak sadar mendapatkan gaya penulisan yang baik. Akan
  tetapi, saya bukan mengajukan program kebahasaan yang terdiri dari
  hanya membaca bebas. Saya juga sepakat dengan nilai membaca yang
  ditugaskan oleh guru dan direkomendasikan oleh guru, petugas
  perpustakaan, dan orangtua. Membaca yang ditugaskan serta membaca
  bebas dan disengaja akan saling membantu: lewat literatur, siswa
  akan tumbuh secara intelektual dan akan terpapar dengan aneka ragam
  buku, yang bisa merangsang untuk lebih banyak membaca bebas.

  MBS bukanlah pengganti program kebahasaan. MBS melengkapi kelas seni
  berbahasa. Masalah kita dalam pendidikan kebahasaan, sebagaimana
  dikemukakan Frank Smith, adalah bahwa kita mencampuradukkan sebab
  dan akibat. Kita mengira kita pertama-tama mempelajari "ketrampilan"
  berbahasa dan kemudian menerapkan ketrampilan ini dalam membaca dan
  menulis. Tetapi bukan begitu cara kerja otak manusia. Yang lebih
  tepat: membaca untuk mencari pemahaman atau pemaknaan, membaca
  tentang hal-hal yang penting bagi kita, adalah pemicu berkembangnya
  kefasihan berbahasa.

  Bahan diedit dari sumber:
  Judul Buku       : Quantum Writing
  Penerbit         : MLC, Bandung, 2003
  Hal              : 105 - 116

<><============================><>*<><=============================><>
=#= KESAKSIAN =#=

                 MENGAPA SAYA MENJADI PENULIS KRISTIANI?
                       KARENA DI SINI ADA CINTA
                 =======================================
                           Ida Cynthia S.
             Penulis di Majalah Kartini, Anita-Cemerlang,
                      Mahkota dan Nona, Jakarta

  Berikut ini adalah rangkuman kesaksian dari Ida Cynthia S., seorang
  penulis Majalah Kartini, Anita-Cemerlang, Mahkota dan Nona, Jakarta
  mengenai pengalamannya dalam menulis. Silakan Anda menyimak
  sajiannya berikut ini.

  Awalnya, Ida diminta untuk menulis sebuah artikel dengan tema:
  "Mengapa Saya Menjadi Penulis Kristiani?". Tadinya ia sangat
  canggung untuk menulis artikel yang diminta itu. Tapi kemudian, ia
  dapat menepis rasa canggung itu ketika dia memiliki kemauan untuk
  menyaksikan apa yang sudah diperbuat Allah baginya.

  Ia menyadari panggilan-Nya untuk menyaksikan Injil bagi setiap orang
  di segala tempat. Untuk itu, ia menulis tentang kasih Allah, dan
  segala hal tentang Dia. Pada mulanya, ia hanya mengetahui bahwa
  Yesus itu adalah orang baik, dan Tuhan yang sama yang dipercayai
  semua orang. Karenanya, jika ada tulisannya yang menyisipkan kata
  Tuhan, yang dia maksud adalah Tuhan yang sebatas itu saja. Dahulu,
  dia tidak tahu apa yang dia tulis.

  Ayah Ida adalah seorang yang pernah berkecimpung di bidang
  penerbitan. Waktu itu Ida tidak tahu, sebenarnya ayahnya sering
  melibatkannya dalam hal tulis-menulis dengan menyuruh Ida menilai
  karya-karyanya. Sebelumnya, Ida sudah akrab dengan bacaan-bacaan.
  Bacaan-bacaan tersebut tidak hanya buku-buku HC. Anderson, tetapi
  juga buku-buku cerita Alkitab. Namun, cerita-cerita Alkitab itu
  tidak dipahaminya secara rohani. Dia memahami cerita-cerita Alkitab
  itu, seperti dia memahami cerita "Gadis Korek Api" karya HC.
  Anderson.

  Kesukaan membaca buku-buku tersebut berlanjut sampai pada kesukaan
  membaca majalah dan membaca bacaan yang sedikit lebih berat. Dan
  saat itulah, Ida ingin menulis sesuatu seperti yang dibacanya.
  Dengan perjuangan yang keras, bahkan hampir putus asa, Ida terus
  menulis. Ayahnya terus memberikan dukungan kepadanya. Meskipun
  begitu, keberanian menulis Ida masih saja di lingkungan sendiri.

  Suatu saat, dalam hatinya ada perasaan tidak puas karena tidak
  berani menulis keluar. Karena itu ia membaca tulisan yang ditulis
  oleh orang-orang muda, baik di majalah maupun buku-buku. Lalu, ia
  berniat untuk mencoba. Ia juga belajar dari teman penulis yang sudah
  berpengalaman, ia bertanya, ia membaca, kemudian ia mencoba menulis
  keluar. Ternyata, hasilnya mengecewakan. Terbersit pemikiran bahwa
  ia memang bisa menulis, tetapi ia bukan penulis. Namun hal itu tidak
  menghentikannya, ia mencoba dan terus mencoba, dan pada akhirnya, ia
  berhasil menulis keluar. Tentu saja ia merasa gembira.

  Dan dengan berjalannya waktu, Ida menyadari bahwa Tuhan telah
  merencanakan hidupnya. Ida menyadari bahwa ketika dia duduk di
  bangku sekolah menengah yang dapat menghasilkan `penjual kata lewat
  lisan dan tulisan` itu karena ada yang menuntunnya ke sana, ya,
  Dialah Tuhan. Tulisan-tulisannya mulai menyinggahi banyak tempat.
  Namun anehnya, Ida masih merasa tidak puas dengan apa yang
  dilakukannya walaupun ia telah berhasil menulis keluar sesuai dengan
  keinginannya. Ida hampir tidak mendapat jawaban atas perasaan tidak
  puasnya itu. Sekalipun Ida tetap berada dalam suasana hidup orang
  Kristen, namun ia tidak mempunyai persekutuan yang manis dengan
  Tuhan. Ia tidak mengenal kelahiran baru sehingga Ida berpendapat
  bahwa Tuhan ya Tuhan, diingat kalau memang ingin diingat.

  Pada tahun 1979 ayahnya meninggal dunia. Karena sangat kehilangan,
  Ida memprotes Tuhan, dan masa-masa ini menjadi masa-masa
  krisis dalam hubungannya dengan Tuhan. Namun, dia tidak dapat protes
  dan tidak dapat marah kepada Tuhan. Pada saat Ida berdiam diri,
  Tuhan berbicara kepada-Nya, demikian, "Rancangan-Ku bukanlah
  rancanganmu dan jalanmu bukanlah jalan-Ku" (Yesaya 55:8). Dengan
  demikian Ida mengerti bahwa perkara yang terjadi itu yang terbaik
  untuknya. Selang satu bulan, Ida kembali diproses untuk mengakui
  bahwa ia adalah makhluk kecil yang lemah. Sakit keras dan kesembuhan
  Ilahi membuat Ida bertekuk lutut, dan pada akhirnya mengakui kalau
  Yesus mengasihinya. Ida kembali kepada-Nya. Pada saat kebaktian
  Tahunan di Batu, Malang tahun 1980, Ida mengikuti pelayanan pribadi
  dan di situ ia mengerti betapa besarnya cinta Tuhan kepada dirinya.
  Kemudian Ida berkomitmen akan menulis untuk kemuliaan nama-Nya.

  Perjalanan keinginan tidak mudah diwujudkan. Ida terus bergumul
  dengan komitmennya itu. Langkah praktis yang dilakukannya adalah
  membaca dan terus membaca. Ida membaca `Perjalanan Bersama Yesus`
  dari John Sung, Esther Ahn Kim, Nicky Cruz, Hudson Taylor dan dari
  banyak hamba Tuhan lainnya. Dari situ Ida menyadari bahwa semua anak
  Tuhan, menjadi saksi-saksi-Nya berangkat dari ketidaklayakan. Dan,
  sepanjang hidup mereka tidak menjadi sia-sia karena mereka berbuat
  sesuatu untuk kemuliaan Tuhan. Ida ingin seperti mereka.

  Kemudian, Ida menulis untuk Dia yang dicintainya tanpa pamrih. Ida
  menyadari bahwa dengan talenta yang Tuhan berikan kepadanya, ia
  mempunyai kesempatan untuk memuliakan-Nya. Dan sejak itu, Ida
  menulis tentang Tuhan supaya orang mengenal-Nya dan yang mengenal-
  Nya pun menyadari kehadiran-Nya. Sekalipun jalannya tidak mudah,
  namun Ida terus menulis karena Ia rindu menyaksikan Tuhan terutama
  melalui apa yang dapat diberikannya, yaitu menulis. Ida mengakui
  bahwa memang ia tidak akan pernah menulis tanpa membaca, dan Ida
  menyadari hubungan erat antara keduanya. Dari Injil, Ida banyak
  mengenal tentang Dia. Dari mereka yang penulisnya tidak Ida kenal,
  ia mengenal cinta-Nya pada masa kini. Demikian Ida memuliakan Tuhan
  melalui talenta yang diberikan kepadanya, yaitu menulis.

  Bahan dirangkum dari sumber:
  Judul Buku     : Visi Pelayanan Literatur
  Judul Artikel  : Mengapa Saya Menjadi Penulis Kristiani? Karena di
                   Sini Ada Cinta
  Penulis        : Ida Cynthia S.
  Penerbit       : Yayasan Andi, Yogyakarta, 1989
  Halaman        : 75 - 85

<><============================><>*<><=============================><>
=#= POJOK BAHASA =#=

                    HUKUM DM DALAM BAHASA INDONESIA
                    ===============================

  Hukum DM (Diterangkan-Menerangkan) adalah istilah yang mula-mula
  dimunculkan oleh almarhum Sutan Takdir Alisjahbana (STA). Hukum DM
  itu sendiri memang merupakan salah satu sifat utama bahasa Indonesia
  (BI). Sebuah frasa, terdiri atas unsur utama yang diikuti oleh unsur
  penjelas.

  Ada juga bentuk susunan sebaliknya yaitu MD, tetapi jumlahnya agak
  terbatas. Konstituen pembentuk frasa itu pun bermacam-macam, boleh
  nomina (N), verba (V), adjektiva (Ad), pronomina (Pron), dan
  sebagainya. Kita lihat contoh berikut ini:
    NN       : kandang kuda      NAdv     : anak kemarin
    NPron    : anak saya         NFrPrep  : rumah di bukit
    NAd      : rumah besar       VAdv     : pergi lama
    NPron    : anak itu          NV       : rumah makan

  Perhatikan! Baik kata pertama (yang diterangkan) maupun kata kedua
  (yang menerangkan) dapat terdiri dari kelas kata apa saja: nomina,
  verba, dan sebagainya. Juga bukan terdiri atas kata-kata sederhana
  (simple word), namun dapat juga atas kata-kata turunan (complex
  words). Misalnya, pertimbangkan hati nurani, ketenangan pikiran,
  kesederhanaan, dan penampilan.

  Konstituen menerangkan yang terdiri atas adverbia, frasa preposisi,
  dan numeralia terletak mendahului konstituen utama yang
  diterangkannya. Misalnya: belum dewasa, sudah pergi, di pasar, dari
  sekolah, lima anak, tiga buah patung. Arti atau makna yang
  ditimbulkan oleh paduan kedua unsur frasa itu dapat bermacam-macam
  seperti terlihat pada contoh-contoh berikut.
    NV      : rumah makan, kamar tidur (untuk tempat)
    NAd     : rumah baru, rumah sederhana (bersifat)
    NN      : padang pasir (yang tediri dari), buku bacaan (untuk di)
    VAd     : makan besar, tidur nyenyak (bersifat)
    AdAd    : biru muda, hitam manis (bersifat)
    NumN    : lima hari, seratus orang (menyatakan jumlah) dsb.

  Melihat contoh-contoh di atas, bahwa dalam membentuk frasa, kita
  pada umumnya menyusunnya seperti itu, yaitu pokok, yang utama, yang
  diterangkan kita letakkan di depan, sedangkan keterangan atau
  penjelasannya kita letakkan sesudah unsur pokok itu. Inilah yang
  ditonjolkan oleh istilah Hukum DM itu.

  Di sinilah kita lihat perbedaan antara bahasa Indonesia (juga
  bahasa-bahasa lain yang termasuk rumpun Austronesia) dengan bahasa
  yang tergolong dalam rumpun Indo-German seperti bahasa Belanda dan
  bahasa Inggris. Dalam bahasa-bahasa itu susunannya adalah MD, yaitu
  konstituen penjelasnya.

  Misalnya, schoolbuilding (Inggris) `bangunan sekolah`,
  gouverneurkantoor (Belanda) `kantor gubernur`. Ada pula yang
  menanyakan apakah seorang wanita yang menjadi dokter disebut wanita
  dokter wanita?

  Perhatikan: wanita dokter ialah `wanita yang menjadi dokter`,
  sedangkan dokter wanita ialah `dokter yang keahliannya ialah
  penyakit-penyakit yang diderita oleh wanita`; bandingkan dengan
  dokter anak, dokter kandungan, wanita pencuri ialah `wanita yang
  suka mencuri`, sedangkan pencuri wanita ialah `orang (laki-laki atau
  perempuan) yang mencuri wanita`; bandingkan dengan wanita penipu dan
  penipu wanita.

  Bahan diedit dari sumber:
  Judul Majalah   : Intisari Edisi September 2003
  Judul Artikel   : Hukum DM dalam Bahasa Indonesia
  Penulis         : J.S. Badudu
  Halaman         : 152 - 153

<><============================><>*<><=============================><>
=#= SEPUTAR "CHRISTIAN WRITERS` CLUB" (CWC) =#=

  =#= SEPUTAR "CHRISTIAN WRITERS` CLUB" =#=

  1. Ayo Diskusi tentang e-Penulis!
  ---------------------------------
  Sarana interaksi bagi anggota e-Penulis dapat Anda temukan di Forum
  Diskusi Situs Christian Writers` Club (CWC). Melalui forum diskusi
  tersebut setiap pesan yang Anda kirimkan, tidak hanya akan dibalas
  oleh Redaksi e-Penulis, tetapi juga oleh anggota Situs CWC lainnya.
  Dengan demikian, setiap anggota dapat saling melontarkan ide. Untuk
  dapat berdiskusi, maka Anda harus terlebih dahulu terdaftar sebagai
  anggota Situs CWC. Perlu diketahui keanggotaan Anda di e-Penulis
  berbeda dengan keanggotaan Anda di Situs CWC.

  Nah, bila Anda memiliki kesan, pesan, saran, atau pertanyaan seputar
  e-Penulis silakan kirim ke Forum Diskusi Situs CWC bagian "Publikasi
  e-Penulis" yang terbagi atas dua kategori, yaitu:
  1. Edisi Publikasi e-Penulis
     ==> Pada bagian ini Anda dapat berdiskusi mengenai edisi
         e-Penulis. Silakan beri tanggapan, saran, kritik, atau
         pertanyaan sehubungan dengan edisi yang telah terbit.
  2. Seputar e-Penulis
     ==> Bagi Anda yang memiliki saran, kritik, atau persoalan seputar
         publikasi e-Penulis, silakan mengirimkannya ke bagian ini.

  OK, kami tunggu postingan Anda, anggota e-Penulis, di Forum Diskusi
  Situs CWC, di alamat berikut:
  ==>  http://www.ylsa.org/cwc/

  2. Tulisan Baru di CWC
  ----------------------
  Berikut beberapa tulisan baru di Situs CWC yang diposting oleh
  anggota selama Pebruari 2005.

  * Crayon 2
    Topik : Puisi
    Oleh  : feira

  * Crayon 1
    Topik : Puisi
    Oleh  : feira

  * Transformasi Janganlah Stagformasi
    Topik : Artikel
    Oleh  : sarapanpagi

  * Mencoba
    Topik : Puisi
    Oleh  : feira

  * Aduh maaf
    Topik : Puisi
    Oleh  : feira

  * Getsemani
    Topik : Puisi
    Oleh  : Triska

  * Terpujilah Allah
    Topik : Renungan
    Oleh  : donny_aw

  * Bagaimana Khabarmu, Rin
    Topik : Puisi
    Oleh  : Hardhono

  * Surat Petrus - Renungan Sehari
    Topik : Renungan
    Oleh  : donny_aw

  Untuk membaca, memberi tanggapan (khusus anggota) atau mengirimkan
  tulisan kepada rekan Anda, silakan mengarahkan browser Anda ke:
  ==>  http://www.ylsa.org/cwc/

  Bagi para anggota e-Penulis yang memiliki tulisan Kristiani, baik
  artikel, puisi, cerpen, ataupun renungan, silakan mengirimkan
  tulisan Anda ke Situs CWC. Dengan senang hati, Redaksi akan
  menampilkan tulisan tersebut di Situs CWC sehingga dapat menjadi
  berkat bagi orang lain. Untuk dapat mengirimkan tulisan Anda harus
  terdaftar sebagai anggota dahulu sebagai anggota di Situs CWC,
  di alamat berikut:
  ==>  http://www.ylsa.org/cwc/user.php?op=check_age&module=NS-NewUser

<><============================><>*<><=============================><>
=#= SURAT ANDA =#=

  Dari: Lenny Sitorus <lenny.sitorus@>
  > Syalom.
  > saya, Lenny, staf Perkantas Medan dan ingin belajar menulis. Saya
  > sangat berterima kasih bila diizinkan bergabung dengan milis ini.
  > Tuhan Yesus memberkati.

  Redaksi:
  Senang mendengar kerinduan Anda untuk belajar menulis. Semoga
  e-Penulis dapat menolong Anda untuk mengembangkan kemampuan Anda
  dalam menulis. Selamat bergabung!

<><============================><>*<><=============================><>
Staf Redaksi: Tesa, Krist, Hardhono, dan Puji
Berlangganan: Kirim e-mail kosong ke: subscribe-i-kan-penulis@xc.org
Berhenti    : Kirim e-mail kosong ke: unsubscribe-i-kan-penulis@xc.org
Kirim bahan : Kirim e-mail ke <staf-penulis@sabda.org>
Arsip e-Penulis: http://www.sabda.org/publikasi/e-penulis/
<><============================><>*<><=============================><>
      Isi dan bahan adalah tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA.
             Didistribusikan melalui sistem network I-KAN.
                     Copyright(c) e-Penulis 2005
                  YLSA -- http://www.sabda.org/ylsa/
                    Rekening: BCA Pasar Legi Solo
                 No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati
<><============================><>*<><=============================><>

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org