Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-penulis/5 |
|
![]() |
|
e-Penulis edisi 5 (9-3-2005)
|
|
<><============================><>*<><=============================><> ><><>< e-Penulis ><><>< (Menulis untuk Melayani) Edisi 005/Maret/2005 <><============================><>*<><=============================><> MENULIS MEMBUTUHKAN MEMBACA DAN MEMBACA MEMBUTUHKAN MENULIS <><============================><>*<><=============================><> =#= DAFTAR ISI =#= * Dari Redaksi : Menulis dan Membaca * Artikel : Menulis Membutuhkan Membaca dan Membaca Membutuhkan Menulis: Hasil-hasil Mencengangkan dari Riset Dr. Krashen * Kesaksian : Mengapa Saya Menjadi Penulis Kristiani? Karena di Sini Ada Cinta * Pojok Bahasa : Hukum DM dalam Bahasa Indonesia * Seputar CWC : 1. Ayo Diskusi tentang e-Penulis! 2. Tulisan Baru di CWC * Surat Anda : Ingin Belajar Menulis <><============================><>*<><=============================><> =#= DARI REDAKSI =#= Salam dalam Kasih Kristus, Menulis dan membaca seperti satu koin dengan dua sisi. Keduanya tidak dapat dipisahkan dan saling membutuhkan. Menulis tidak dapat dilakukan tanpa banyak membaca, demikian juga sebaliknya, banyak membaca akan merangsang kita untuk menulis. Pada Edisi Maret 2005 ini e-Penulis kembali hadir untuk Anda dengan mengusung tema MENULIS MEMBUTUHKAN MEMBACA DAN MEMBACA MEMBUTUHKAN MENULIS. Kami juga menyajikan kisah menarik dari Ida Cynthia S., kiranya kesaksiannya ini dapat menolong Anda untuk lebih giat menulis. Sajian rutin untuk Anda telah kami siapkan pada Kolom Seputar CWC dan Pojok Bahasa. Nah, tunggu apalagi? Silakan membaca dan selamat menyimak! Tuhan Memberkati. (Tes) Tim Redaksi <><============================><>*<><=============================><> =#= ARTIKEL =#= MENULIS MEMBUTUHKAN MEMBACA DAN MEMBACA MEMBUTUHKAN MENULIS: HASIL-HASIL MENCENGANGKAN DARI RISET DR. KRASHEN ============================================================ Dr. Stephen D. Krashen yang meraih gelar doktor di bidang linguistik pada 1972 di University of California Los Angeles (UCLA), mengawali bukunya dengan judul yang menggigit, "Benarkah Ada Krisis Melek Huruf?" Pertanyaan ini dilontarkannya di tengah masyarakat Amerika Serikat yang maju. "Adanya krisis Melek Huruf pada tahun 1987 pertama kalinya saya dengar dari `Oprah Winfrey Show`," tulisnya. "Yang menjadi tamu Oprah Winfrey waktu itu adalah empat orang dewasa yang `buta huruf`. Mereka, demikian dinyatakan, betul-betul tidak bisa baca-tulis. Kisah mereka menyentuh, dan kini kisah itu akrab di tengah masyarakat. Mereka menceritakan cara mereka `lulus` waktu di sekolah dulu, bertahan dengan jalan memperhatikan secara saksama apa yang dilakukan teman-teman mereka di kelas. Mereka merancang strategi untuk bisa hidup sehari-hari; misalnya, kalau mereka ke restoran bersama teman, mereka menunggu untuk melihat orang lain memesan, kemudian mereka memesan makanan yang sama. "Kisah di atas kemudian didramatisasi oleh media massa ... Akan tetapi, ada satu masalah. Sesungguhnya, hampir semua orang di Amerika Serikat bisa baca-tulis. Hanya saja, mereka tidak membaca dan menulis dengan cukup baik. Meskipun tingkat melek huruf sudah bertambah seabad terakhir, tuntutan untuk meningkatkan kemampuan itu datang lebih cepat. Banyak orang yang jelas-jelas tidak cukup mampu baca-tulis untuk menghadapi tuntutan tersebut seiring dengan perkembangan kemelekhurufan masyarakat modern yang kompleks." Membaca Bebas dan Sengaja (MBS) Setelah mengawali buku yang mengungkapkan hasil-hasil risetnya tentang membaca dan menulis seperti itu, kemudian Dr. Krashen berbicara soal cara mengatasi problem atau tuntutan tersebut. Berikut uraian Dr. Krashen selanjutnya: "Menurut hemat saya, penyembuhan dari krisis kemampuan baca-tulis ini terletak pada melakukan satu kegiatan, kegiatan yang jarang dilakukan dalam kehidupan banyak orang, yaitu membaca. Khususnya, saya menyarankan membaca buku dalam jenis tertentu -- Membaca secara Bebas dan Sengaja (disingkat MBS atau free voluntary reading [FVR]). MBS berarti Anda menjalankan kegiatan membaca karena Anda memang menginginkannya." "Untuk anak usia sekolah, MBS berarti tidak ada pembuatan laporan tentang buku yang dibaca, tidak ada pertanyaan di akhir bab, dan tidak perlu mencari arti yang benar untuk setiap kosakata yang ditemukan. MBS berarti menyingkirkan buku yang tidak Anda sukai dan memilih yang lain yang bermanfaat dan disukai sebagai gantinya. Ini jenis membaca yang dilakukan secara obsesif oleh mereka yang sangat terpelajar di Amerika." "Saya tidak akan mengatakan MBS sebagai jalan keluar sepenuhnya. Pembaca-bebas tidak dijamin bisa masuk Harvard. Yang disampaikan riset ini adalah bahwa jika anak-anak atau orang dewasa yang tidak begitu cakap mulai membaca untuk kesenangan, maka hal-hal baik akan terjadi. Pemahamannya terhadap bacaan akan membaik, dan mereka akan lebih mudah mengerti teks akademis yang sulit. Gaya tulisan mereka akan membaik, dan mereka akan mampu lebih baik menulis prosa dengan gaya yang diterima di sekolah, bisnis, dan masyarakat ilmiah. Kosakata mereka akan bertambah dalam kecepatan yang lebih baik dibanding jika mereka menjalani kursus peningkatan kosakata yang sering dijajakan oleh para pengiklan. Lagi pula, ejaan dan tata bahasa mereka pun akan membaik." "Dengan kata lain, pembaca-bebas memiliki peluang. Dan riset juga menunjukkan bahwa mereka yang tidak memupuk kebiasaan membaca yang menyenangkan, ada kemungkinan tidak memiliki peluang untuk hidup lebih baik -- mereka akan menghadapi masa-masa sulit dalam hal baca- tulis pada tingkatan yang cukup tinggi dalam menghadapi tuntutan dunia kini." "Buku The Power of Reading, mempelajari riset terhadap MBS, cara penerapan MBS, dan hal-hal yang berkaitan dengan membaca, menulis, dan kemelekan huruf. Peluang yang ditawarkan oleh MBS terhadap pribadi dan masyarakat sungguh luar biasa. Tujuan buku ini adalah memperlihatkan kepada pembaca apa yang ditawarkan MBS." Setelah menguraikan gagasan pokoknya secara selintas, Dr. Krashen kemudian menunjukkan bukti-bukti bermanfaatnya membaca dalam kaitannya dengan menulis dan hal-hal yang mengelilinginya. Di bawah ini adalah potongan-potongan gagasan Dr. Krashen yang disesuaikan dengan materi buku yang sedang Anda hadapi ini. Silakan menyimak secara relaks dan ambillah "makna-makna" penting yang tiba-tiba mencuat dari hasil riset Dr. Krashen. Perlu ditambahkan di sini bahwa dalam menunjukkan hasil-hasil risetnya ini, Dr. Krashen juga mengutip pelbagai hasil penelitian lain yang mendukung penelitiannya. Nanti Anda akan menjumpai beberapa nama di dalam kurung yang diikuti oleh angka berupa tahun. Itu menunjukkan orang yang meneliti bidang tersebut dan kapan hasil penelitian tersebut dipublikasikan. Di sini tidak disajikan secara lengkap identitas itu demi mencapai keringkasan dan kepraktisan penyajian. Mengapa pembaca yang baik tetap memiliki celah kekurangan? Apa yang menjadi kendala dalam kemahiran berbahasa tulis? Salah satu penjelasan adalah bahwa tidak semua yang tercetak harus diperhatikan; maksudnya, membaca dapat dianggap berhasil apabila pembaca dapat memahami yang dibaca. Dan untuk mencapai hal ini, pembaca tidak harus menggunakan sepenuhnya semua yang tertera di atas kertas. Menurut sebuah penelitian (Goodman, 1982; Smith, 1988), pembaca fasih menciptakan hipotesis terhadap teks yang akan mereka baca didasarkan pada apa yang sudah mereka baca, pengetahuan mereka dalam bidang itu, dan pengetahuan mereka akan bahasa -- dan hanya menggunakan aspek tercetak yang mereka perlukan untuk menegaskan hipotesis mereka itu. Sebagai contoh, kebanyakan pembaca bisa menduga apa kata terakhir yang akan dipakai oleh sebuah kalimat. Pembaca yang baik tidak perlu memperhatikan dengan sepenuhnya dan dengan hati-hati kata "ini" di akhir kalimat untuk memahaminya; mereka hanya perlu melihat sekilas untuk memastikan bahwa kata itu tertera di sana. Dengan demikian, pembaca yang cakap tidak memperhatikan detail kalimat di setiap halaman, dan mereka mungkin gagal melihat perbedaannya atau apakah kata-kata tertentu berakhiran "-lah" atau "-kah". Celah kecil ini, dalam pandangan saya, tidak terlalu perlu diperhatikan untuk menjalankan kegiatan membaca yang lancar dan efisien. Tentang Menulis Bahasan tentang tulis-menulis patut mendapat tempat lebih luas dibanding yang saya berikan di sini. Akan tetapi, tujuan saya bukan untuk memberikan survei menyeluruh tentang apa yang diketahui tentang penulisan dan bagaimana kemampuan menulis berkembang. Tujuan saya lebih untuk menyampaikan dua poin penting di bawah ini: 1. Gaya tulisan tidak didapat dari menulis, melainkan dari membaca. 2. Menulis bisa membantu kita menyelesaikan masalah dan menjadikan kita semakin cerdas. Gaya Tulisan Berasal dari Membaca Riset dengan jelas menunjukkan bahwa kita belajar menulis lewat membaca. Untuk lebih tepatnya, kita memperoleh gaya tulisan, bahasa khusus penulisan, dengan membaca. Kita sudah melihat banyak bukti yang menegaskan hal ini: Anak-anak yang berpartisipasi dalam program membaca-bebas, menulis dengan lebih baik (misalnya, Elley dan Mangubhai, 1983; McNeil dalam Fader, 1976) dan mereka yang melaporkan bahwa semakin banyak mereka membaca semakin baik tulisannya (misalnya, Kimberling et al., 1988 sebagaimana dilaporkan dalam Krashen 1978, 1984; Applebee, 1978; Alexander, 1986; Salyer, 1987; Janopoulus, 1986; Kaplan dan Palhinda, 1981; Applebee et al., 1990). Ada alasan lain untuk memperkirakan bahwa gaya penulisan berasal dari membaca. "Argumen kompleksitas" berlaku pula untuk penulisan: Semua cara di mana bahasa tertulis "resmi" berbeda dengan bahasa yang lebih informal terlalu rumit untuk dipelajari satu per satu. Bahkan walau pembaca mengenali tulisan yang baik, para peneliti tidak berhasil menjabarkan secara lengkap tentang apa persisnya yang membuat tulisan yang "bagus" itu bagus. Oleh karena itu, masuk akal untuk mengatakan gaya penulisan tidak dipelajari secara sadar, melainkan umumnya diserap, atau secara tidak sadar diperoleh, lewat membaca. Hunting (1967) memaparkan riset untuk disertasi (tidak dipublikasikan) yang menunjukkan bahwa kuantitas tulisan tidak berkaitan dengan kualitas tulisan. Banyak sekali kajian yang menunjukkan bahwa meningkatnya kuantitas tulisan tidak mempengaruhi kualitas tulisan. Nah, tentang gaya tulisan berasal dari membaca bukan dari menulis, sejalan dengan yang diketahui tentang kemahiran berbahasa: Kemahiran berbahasa diperoleh melalui masukan (input), bukan keluaran (output), dari pemahaman, bukan hasil. Dengan demikian, jika Anda menulis satu halaman sehari, gaya tulisan Anda tidak akan meningkat. Akan tetapi, hal baik lain bisa dihasilkan dari tulisan Anda, sebagaimana yang akan kita lihat dalam pembahasan berikut. Apa yang Dilakukan Tulisan Kendati menulis tidak membantu kita mengembangkan gaya penulisan, menulis mempunyai keuntungan lain. Seperti yang dikemukakan Smith (1988), kita menulis setidaknya karena dua alasan. Pertama, dan paling nyata, kita menulis untuk berkomunikasi dengan orang lain. Namun mungkin yang lebih penting, kita menulis untuk diri kita sendiri, untuk memperjelas dan merangsang pikiran kita. Sebagian besar tulisan kita, bahkan kalaupun kita adalah penulis yang karyanya diterbitkan, adalah untuk diri kita sendiri. Seperti yang diungkapkan Elbow (1973), sulit untuk mengendalikan lebih dari satu gagasan dalam pikiran sekaligus. Tatkala kita menuliskan gagasan kita, hal-hal samar dan abstrak menjadi jelas dan konkret. Saat semua pikiran tumpah di atas kertas, kita bisa melihat hubungan di antara mereka, dan bisa menciptakan pemikiran yang lebih baik. Menulis, dengan kata lain, bisa membuat kita lebih cerdas. Menulis bisa membantu kita berpikir secara menyeluruh dan menyelesaikan masalah. Pembaca yang selalu menuliskan catatan harian atau jurnal tahu banyak tentang hal ini -- Anda menghadapi masalah, Anda menuliskannya, dan setidaknya 10 persen dari masalah itu raib. Terkadang, keseluruhan permasalahan itu hilang. Mungkin, bukti eksperimental terjelas yang memperlihatkan bahwa menulis membantu pemikiran adalah serangkaian kajian yang dilakukan Langer dan Applebee (1987). Siswa-siswa sekolah menengah diminta membaca telaah sosial kemudian mempelajari informasi di dalamnya dengan menuliskan esai analitis tentang pertanyaan yang ditugaskan berkaitan dengan topik tersebut, atau dengan menggunakan teknik belajar lainnya (misalnya membuat catatan, menjawab pertanyaan tentang pemahaman, menuliskan ringkasan, teknik belajar "normal" tanpa menulis). Lalu para siswa itu diberi pelbagai ujian mengenai materi bacaan. Langer dan Applebee melaporkan bahwa "secara umum, tanggapan tertulis apa pun mengarah pada kinerja yang lebih baik dibanding membaca tanpa menulis". Dalam kajian ketiga, mereka menunjukkan bahwa menulis esai tidak membuat informasi bertahan lama (di otak) jika materi bacaan yang diberikan mudah; namun apabila materi yang mereka baca sulit, penulis esai memberikan hasil yang jauh lebih baik dibanding siswa yang menggunakan teknik belajar lainnya. Hasil serupa tentang keefektifan penulisan esai dilaporkan oleh Newell (1984), Marshall (1987), serta Newell dan Winograd (1989). Terkadang, sedikit saja menulis sudah bisa membuat perbedaan besar. Dalam kajian yang dilakukan Ganguli (1989), ditunjukkan bahwa mahasiswa matematika yang meluangkan tiga menit per periode untuk menjabarkan dalam bentuk tulisan konsep penting yang dikemukakan di kelas, lebih unggul dalam ujian akhir semester dibanding kelompok pembanding. Untuk ulasan mengenai riset tambahan yang mendukung hipotesis bahwa menulis "bisa membuat Anda lebih cerdas", lihat Applebee (1984) dan Krashen (1990). Akhirnya, kesimpulan saya sederhana saja. Apabila anak-anak membaca untuk kesenangan, apabila mereka "terikat dengan buku", mereka memperoleh, secara tidak sengaja dan tanpa usaha yang dilakukan dengan sadar, hampir semua hal yang disebut "ketrampilan kebahasaan" yang sangat diperhatikan oleh banyak orang: Mereka akan menjadi pembaca handal, mendapatkan banyak kosakata, mengembangkan kemampuan untuk memahami dan menggunakan susunan kalimat majemuk, mengembangkan gaya penulisan yang bagus, dan menjadi pengeja yang hebat (walau bukan sempurna). Meskipun membaca dengan bebas dan dengan sengaja itu sendiri tidak akan memastikan didapatkannya kecakapan pada tingkatan tertinggi, setidaknya ia menjamin tingkatan yang dapat diterima. Tanpa hal itu, saya duga anak-anak tidak berpeluang. Ketika kita membaca, kita betul-betul tidak punya pilihan kita harus melek huruf. Kita jarang menemukan orang yang membaca dengan baik menghadapi persoalan serius berkenaan dengan tata bahasa, ejaan, dan lain-lain. Mereka menulis cukup bagus karena mereka tidak bisa menahannya; mereka memiliki gaya tulisan yang tanpa sadar diperoleh, begitu pula aturan kepenulisan. Orang yang membaca dengan baik, menulis dengan baik pula karena mereka secara tidak sadar mendapatkan gaya penulisan yang baik. Akan tetapi, saya bukan mengajukan program kebahasaan yang terdiri dari hanya membaca bebas. Saya juga sepakat dengan nilai membaca yang ditugaskan oleh guru dan direkomendasikan oleh guru, petugas perpustakaan, dan orangtua. Membaca yang ditugaskan serta membaca bebas dan disengaja akan saling membantu: lewat literatur, siswa akan tumbuh secara intelektual dan akan terpapar dengan aneka ragam buku, yang bisa merangsang untuk lebih banyak membaca bebas. MBS bukanlah pengganti program kebahasaan. MBS melengkapi kelas seni berbahasa. Masalah kita dalam pendidikan kebahasaan, sebagaimana dikemukakan Frank Smith, adalah bahwa kita mencampuradukkan sebab dan akibat. Kita mengira kita pertama-tama mempelajari "ketrampilan" berbahasa dan kemudian menerapkan ketrampilan ini dalam membaca dan menulis. Tetapi bukan begitu cara kerja otak manusia. Yang lebih tepat: membaca untuk mencari pemahaman atau pemaknaan, membaca tentang hal-hal yang penting bagi kita, adalah pemicu berkembangnya kefasihan berbahasa. Bahan diedit dari sumber: Judul Buku : Quantum Writing Penerbit : MLC, Bandung, 2003 Hal : 105 - 116 <><============================><>*<><=============================><> =#= KESAKSIAN =#= MENGAPA SAYA MENJADI PENULIS KRISTIANI? KARENA DI SINI ADA CINTA ======================================= Ida Cynthia S. Penulis di Majalah Kartini, Anita-Cemerlang, Mahkota dan Nona, Jakarta Berikut ini adalah rangkuman kesaksian dari Ida Cynthia S., seorang penulis Majalah Kartini, Anita-Cemerlang, Mahkota dan Nona, Jakarta mengenai pengalamannya dalam menulis. Silakan Anda menyimak sajiannya berikut ini. Awalnya, Ida diminta untuk menulis sebuah artikel dengan tema: "Mengapa Saya Menjadi Penulis Kristiani?". Tadinya ia sangat canggung untuk menulis artikel yang diminta itu. Tapi kemudian, ia dapat menepis rasa canggung itu ketika dia memiliki kemauan untuk menyaksikan apa yang sudah diperbuat Allah baginya. Ia menyadari panggilan-Nya untuk menyaksikan Injil bagi setiap orang di segala tempat. Untuk itu, ia menulis tentang kasih Allah, dan segala hal tentang Dia. Pada mulanya, ia hanya mengetahui bahwa Yesus itu adalah orang baik, dan Tuhan yang sama yang dipercayai semua orang. Karenanya, jika ada tulisannya yang menyisipkan kata Tuhan, yang dia maksud adalah Tuhan yang sebatas itu saja. Dahulu, dia tidak tahu apa yang dia tulis. Ayah Ida adalah seorang yang pernah berkecimpung di bidang penerbitan. Waktu itu Ida tidak tahu, sebenarnya ayahnya sering melibatkannya dalam hal tulis-menulis dengan menyuruh Ida menilai karya-karyanya. Sebelumnya, Ida sudah akrab dengan bacaan-bacaan. Bacaan-bacaan tersebut tidak hanya buku-buku HC. Anderson, tetapi juga buku-buku cerita Alkitab. Namun, cerita-cerita Alkitab itu tidak dipahaminya secara rohani. Dia memahami cerita-cerita Alkitab itu, seperti dia memahami cerita "Gadis Korek Api" karya HC. Anderson. Kesukaan membaca buku-buku tersebut berlanjut sampai pada kesukaan membaca majalah dan membaca bacaan yang sedikit lebih berat. Dan saat itulah, Ida ingin menulis sesuatu seperti yang dibacanya. Dengan perjuangan yang keras, bahkan hampir putus asa, Ida terus menulis. Ayahnya terus memberikan dukungan kepadanya. Meskipun begitu, keberanian menulis Ida masih saja di lingkungan sendiri. Suatu saat, dalam hatinya ada perasaan tidak puas karena tidak berani menulis keluar. Karena itu ia membaca tulisan yang ditulis oleh orang-orang muda, baik di majalah maupun buku-buku. Lalu, ia berniat untuk mencoba. Ia juga belajar dari teman penulis yang sudah berpengalaman, ia bertanya, ia membaca, kemudian ia mencoba menulis keluar. Ternyata, hasilnya mengecewakan. Terbersit pemikiran bahwa ia memang bisa menulis, tetapi ia bukan penulis. Namun hal itu tidak menghentikannya, ia mencoba dan terus mencoba, dan pada akhirnya, ia berhasil menulis keluar. Tentu saja ia merasa gembira. Dan dengan berjalannya waktu, Ida menyadari bahwa Tuhan telah merencanakan hidupnya. Ida menyadari bahwa ketika dia duduk di bangku sekolah menengah yang dapat menghasilkan `penjual kata lewat lisan dan tulisan` itu karena ada yang menuntunnya ke sana, ya, Dialah Tuhan. Tulisan-tulisannya mulai menyinggahi banyak tempat. Namun anehnya, Ida masih merasa tidak puas dengan apa yang dilakukannya walaupun ia telah berhasil menulis keluar sesuai dengan keinginannya. Ida hampir tidak mendapat jawaban atas perasaan tidak puasnya itu. Sekalipun Ida tetap berada dalam suasana hidup orang Kristen, namun ia tidak mempunyai persekutuan yang manis dengan Tuhan. Ia tidak mengenal kelahiran baru sehingga Ida berpendapat bahwa Tuhan ya Tuhan, diingat kalau memang ingin diingat. Pada tahun 1979 ayahnya meninggal dunia. Karena sangat kehilangan, Ida memprotes Tuhan, dan masa-masa ini menjadi masa-masa krisis dalam hubungannya dengan Tuhan. Namun, dia tidak dapat protes dan tidak dapat marah kepada Tuhan. Pada saat Ida berdiam diri, Tuhan berbicara kepada-Nya, demikian, "Rancangan-Ku bukanlah rancanganmu dan jalanmu bukanlah jalan-Ku" (Yesaya 55:8). Dengan demikian Ida mengerti bahwa perkara yang terjadi itu yang terbaik untuknya. Selang satu bulan, Ida kembali diproses untuk mengakui bahwa ia adalah makhluk kecil yang lemah. Sakit keras dan kesembuhan Ilahi membuat Ida bertekuk lutut, dan pada akhirnya mengakui kalau Yesus mengasihinya. Ida kembali kepada-Nya. Pada saat kebaktian Tahunan di Batu, Malang tahun 1980, Ida mengikuti pelayanan pribadi dan di situ ia mengerti betapa besarnya cinta Tuhan kepada dirinya. Kemudian Ida berkomitmen akan menulis untuk kemuliaan nama-Nya. Perjalanan keinginan tidak mudah diwujudkan. Ida terus bergumul dengan komitmennya itu. Langkah praktis yang dilakukannya adalah membaca dan terus membaca. Ida membaca `Perjalanan Bersama Yesus` dari John Sung, Esther Ahn Kim, Nicky Cruz, Hudson Taylor dan dari banyak hamba Tuhan lainnya. Dari situ Ida menyadari bahwa semua anak Tuhan, menjadi saksi-saksi-Nya berangkat dari ketidaklayakan. Dan, sepanjang hidup mereka tidak menjadi sia-sia karena mereka berbuat sesuatu untuk kemuliaan Tuhan. Ida ingin seperti mereka. Kemudian, Ida menulis untuk Dia yang dicintainya tanpa pamrih. Ida menyadari bahwa dengan talenta yang Tuhan berikan kepadanya, ia mempunyai kesempatan untuk memuliakan-Nya. Dan sejak itu, Ida menulis tentang Tuhan supaya orang mengenal-Nya dan yang mengenal- Nya pun menyadari kehadiran-Nya. Sekalipun jalannya tidak mudah, namun Ida terus menulis karena Ia rindu menyaksikan Tuhan terutama melalui apa yang dapat diberikannya, yaitu menulis. Ida mengakui bahwa memang ia tidak akan pernah menulis tanpa membaca, dan Ida menyadari hubungan erat antara keduanya. Dari Injil, Ida banyak mengenal tentang Dia. Dari mereka yang penulisnya tidak Ida kenal, ia mengenal cinta-Nya pada masa kini. Demikian Ida memuliakan Tuhan melalui talenta yang diberikan kepadanya, yaitu menulis. Bahan dirangkum dari sumber: Judul Buku : Visi Pelayanan Literatur Judul Artikel : Mengapa Saya Menjadi Penulis Kristiani? Karena di Sini Ada Cinta Penulis : Ida Cynthia S. Penerbit : Yayasan Andi, Yogyakarta, 1989 Halaman : 75 - 85 <><============================><>*<><=============================><> =#= POJOK BAHASA =#= HUKUM DM DALAM BAHASA INDONESIA =============================== Hukum DM (Diterangkan-Menerangkan) adalah istilah yang mula-mula dimunculkan oleh almarhum Sutan Takdir Alisjahbana (STA). Hukum DM itu sendiri memang merupakan salah satu sifat utama bahasa Indonesia (BI). Sebuah frasa, terdiri atas unsur utama yang diikuti oleh unsur penjelas. Ada juga bentuk susunan sebaliknya yaitu MD, tetapi jumlahnya agak terbatas. Konstituen pembentuk frasa itu pun bermacam-macam, boleh nomina (N), verba (V), adjektiva (Ad), pronomina (Pron), dan sebagainya. Kita lihat contoh berikut ini: NN : kandang kuda NAdv : anak kemarin NPron : anak saya NFrPrep : rumah di bukit NAd : rumah besar VAdv : pergi lama NPron : anak itu NV : rumah makan Perhatikan! Baik kata pertama (yang diterangkan) maupun kata kedua (yang menerangkan) dapat terdiri dari kelas kata apa saja: nomina, verba, dan sebagainya. Juga bukan terdiri atas kata-kata sederhana (simple word), namun dapat juga atas kata-kata turunan (complex words). Misalnya, pertimbangkan hati nurani, ketenangan pikiran, kesederhanaan, dan penampilan. Konstituen menerangkan yang terdiri atas adverbia, frasa preposisi, dan numeralia terletak mendahului konstituen utama yang diterangkannya. Misalnya: belum dewasa, sudah pergi, di pasar, dari sekolah, lima anak, tiga buah patung. Arti atau makna yang ditimbulkan oleh paduan kedua unsur frasa itu dapat bermacam-macam seperti terlihat pada contoh-contoh berikut. NV : rumah makan, kamar tidur (untuk tempat) NAd : rumah baru, rumah sederhana (bersifat) NN : padang pasir (yang tediri dari), buku bacaan (untuk di) VAd : makan besar, tidur nyenyak (bersifat) AdAd : biru muda, hitam manis (bersifat) NumN : lima hari, seratus orang (menyatakan jumlah) dsb. Melihat contoh-contoh di atas, bahwa dalam membentuk frasa, kita pada umumnya menyusunnya seperti itu, yaitu pokok, yang utama, yang diterangkan kita letakkan di depan, sedangkan keterangan atau penjelasannya kita letakkan sesudah unsur pokok itu. Inilah yang ditonjolkan oleh istilah Hukum DM itu. Di sinilah kita lihat perbedaan antara bahasa Indonesia (juga bahasa-bahasa lain yang termasuk rumpun Austronesia) dengan bahasa yang tergolong dalam rumpun Indo-German seperti bahasa Belanda dan bahasa Inggris. Dalam bahasa-bahasa itu susunannya adalah MD, yaitu konstituen penjelasnya. Misalnya, schoolbuilding (Inggris) `bangunan sekolah`, gouverneurkantoor (Belanda) `kantor gubernur`. Ada pula yang menanyakan apakah seorang wanita yang menjadi dokter disebut wanita dokter wanita? Perhatikan: wanita dokter ialah `wanita yang menjadi dokter`, sedangkan dokter wanita ialah `dokter yang keahliannya ialah penyakit-penyakit yang diderita oleh wanita`; bandingkan dengan dokter anak, dokter kandungan, wanita pencuri ialah `wanita yang suka mencuri`, sedangkan pencuri wanita ialah `orang (laki-laki atau perempuan) yang mencuri wanita`; bandingkan dengan wanita penipu dan penipu wanita. Bahan diedit dari sumber: Judul Majalah : Intisari Edisi September 2003 Judul Artikel : Hukum DM dalam Bahasa Indonesia Penulis : J.S. Badudu Halaman : 152 - 153 <><============================><>*<><=============================><> =#= SEPUTAR "CHRISTIAN WRITERS` CLUB" (CWC) =#= =#= SEPUTAR "CHRISTIAN WRITERS` CLUB" =#= 1. Ayo Diskusi tentang e-Penulis! --------------------------------- Sarana interaksi bagi anggota e-Penulis dapat Anda temukan di Forum Diskusi Situs Christian Writers` Club (CWC). Melalui forum diskusi tersebut setiap pesan yang Anda kirimkan, tidak hanya akan dibalas oleh Redaksi e-Penulis, tetapi juga oleh anggota Situs CWC lainnya. Dengan demikian, setiap anggota dapat saling melontarkan ide. Untuk dapat berdiskusi, maka Anda harus terlebih dahulu terdaftar sebagai anggota Situs CWC. Perlu diketahui keanggotaan Anda di e-Penulis berbeda dengan keanggotaan Anda di Situs CWC. Nah, bila Anda memiliki kesan, pesan, saran, atau pertanyaan seputar e-Penulis silakan kirim ke Forum Diskusi Situs CWC bagian "Publikasi e-Penulis" yang terbagi atas dua kategori, yaitu: 1. Edisi Publikasi e-Penulis ==> Pada bagian ini Anda dapat berdiskusi mengenai edisi e-Penulis. Silakan beri tanggapan, saran, kritik, atau pertanyaan sehubungan dengan edisi yang telah terbit. 2. Seputar e-Penulis ==> Bagi Anda yang memiliki saran, kritik, atau persoalan seputar publikasi e-Penulis, silakan mengirimkannya ke bagian ini. OK, kami tunggu postingan Anda, anggota e-Penulis, di Forum Diskusi Situs CWC, di alamat berikut: ==> http://www.ylsa.org/cwc/ 2. Tulisan Baru di CWC ---------------------- Berikut beberapa tulisan baru di Situs CWC yang diposting oleh anggota selama Pebruari 2005. * Crayon 2 Topik : Puisi Oleh : feira * Crayon 1 Topik : Puisi Oleh : feira * Transformasi Janganlah Stagformasi Topik : Artikel Oleh : sarapanpagi * Mencoba Topik : Puisi Oleh : feira * Aduh maaf Topik : Puisi Oleh : feira * Getsemani Topik : Puisi Oleh : Triska * Terpujilah Allah Topik : Renungan Oleh : donny_aw * Bagaimana Khabarmu, Rin Topik : Puisi Oleh : Hardhono * Surat Petrus - Renungan Sehari Topik : Renungan Oleh : donny_aw Untuk membaca, memberi tanggapan (khusus anggota) atau mengirimkan tulisan kepada rekan Anda, silakan mengarahkan browser Anda ke: ==> http://www.ylsa.org/cwc/ Bagi para anggota e-Penulis yang memiliki tulisan Kristiani, baik artikel, puisi, cerpen, ataupun renungan, silakan mengirimkan tulisan Anda ke Situs CWC. Dengan senang hati, Redaksi akan menampilkan tulisan tersebut di Situs CWC sehingga dapat menjadi berkat bagi orang lain. Untuk dapat mengirimkan tulisan Anda harus terdaftar sebagai anggota dahulu sebagai anggota di Situs CWC, di alamat berikut: ==> http://www.ylsa.org/cwc/user.php?op=check_age&module=NS-NewUser <><============================><>*<><=============================><> =#= SURAT ANDA =#= Dari: Lenny Sitorus <lenny.sitorus@> > Syalom. > saya, Lenny, staf Perkantas Medan dan ingin belajar menulis. Saya > sangat berterima kasih bila diizinkan bergabung dengan milis ini. > Tuhan Yesus memberkati. Redaksi: Senang mendengar kerinduan Anda untuk belajar menulis. Semoga e-Penulis dapat menolong Anda untuk mengembangkan kemampuan Anda dalam menulis. Selamat bergabung! <><============================><>*<><=============================><> Staf Redaksi: Tesa, Krist, Hardhono, dan Puji Berlangganan: Kirim e-mail kosong ke: subscribe-i-kan-penulis@xc.org Berhenti : Kirim e-mail kosong ke: unsubscribe-i-kan-penulis@xc.org Kirim bahan : Kirim e-mail ke <staf-penulis@sabda.org> Arsip e-Penulis: http://www.sabda.org/publikasi/e-penulis/ <><============================><>*<><=============================><> Isi dan bahan adalah tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA. Didistribusikan melalui sistem network I-KAN. Copyright(c) e-Penulis 2005 YLSA -- http://www.sabda.org/ylsa/ Rekening: BCA Pasar Legi Solo No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati <><============================><>*<><=============================><>
|
|
![]() |
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |