|
Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
https://sabda.org/https://sabda.org/publikasi/e-penulis/48 |
|
e-Penulis edisi 48 (15-10-2008)
|
|
__________________e-Penulis (Menulis untuk Melayani)__________________
Edisi 048/Oktober/2008
TEMA: IDE BESAR DALAM MENULIS
______________________________________________________________________
= DAFTAR ISI =
* Dari Redaksi: Apakah Ide Besar Tulisan itu?
* Mutiara Penulis
* Artikel: Ide Besar Sebuah Tulisan
* Tips 1: Umpan Ampuh untuk Mengail Ide
* Tips 2: Kalau Sumur Sudah Kering, Bagaimana?
* Pojok Bahasa: Rusak Bahasa, Rusaklah Pemikiran
* Seputar Pelitaku: Seputar Kebahasaan
* Stop Press: Angket Evaluasi E-Penulis
____________________________DARI REDAKSI______________________________
APAKAH IDE BESAR TULISAN ITU?
Apakah bahan dasar yang diperlukan penulis untuk menulis? Ya, benar.
Ide. Setiap penulis perlu memilikinya sebelum ia menulis. Ide yang
seperti apa dan bagaimana menemukannya? Tentunya ide yang hebat,
segar, dan menarik. Ide itu ada di mana saja. Karena itu, penulis
diharapkan seseorang yang kreatif, yang peka terhadap apa yang dia
alami, lihat, dan rasakan. Itu semua dapat digali menjadi ide besar
dalam menulis. Ketika ide sudah Anda dapatkan, hayati, olah, dan
tuangkan dalam jalinan kalimat agar pembaca memahami apa yang ingin
Anda bagikan. Dalam proses ini diperlukan pembelajaran, mengingat
tidak adanya ide sering kali menjadi hambatan seseorang untuk
menulis.
Pada edisi kali ini, Redaksi e-Penulis menyajikan tema "Ide Besar
dalam Menulis". Melalui sajian dalam kolom Artikel dan Tips, kiranya
Sahabat Penulis dapat memahami arti penting ide besar dan dapat
menolong Anda untuk menemukannya. Menyambut Hari Bahasa, 28 Oktober
2008 mendatang, jangan lewatkan suguhan Pojok Bahasa kali ini.
Bagi Sahabat Penulis yang belum mengisi dan mengembalikan angket
evaluasi di edisi e-Penulis September yang lalu, kali ini Redaksi
menyajikannya lagi. Silakan Sahabat Penulis isi dan kirim kepada
Redaksi e-Penulis. Partisipasi Anda membantu untuk meningkatkan
pelayanan e-Penulis.
Selamat menangkap ide besar dan selamat Hari Bahasa Indonesia!
Tuhan memberkati.
Pimpinan Redaksi e-Penulis,
Puji Arya Yanti
___________________________MUTIARA PENULIS____________________________
TULISLAH IDE APA SAJA YANG MELINTAS DALAM PIKIRANMU
______________________________ARTIKEL 1_______________________________
IDE BESAR SEBUAH TULISAN
Ditulis oleh: Puji Arya Yanti
Menulis adalah menjual ide. Maksudnya, ketika menulis seorang
penulis sedang memaparkan idenya kepada pembaca dengan tujuan
agar setiap pembaca dapat menangkap, menerima, tertarik, dan
mengaplikasikan hal-hal yang menjadi buah pikiran penulis tersebut.
Ide bisa disebut sebagai benih tulisan dan sangat memengaruhi
tulisan Anda. Ide tersebutlah yang akan menentukan keputusan calon
pembaca untuk membaca tulisan Anda lebih lanjut. Oleh karena itu,
setiap penulis harus bisa menemukan idenya dalam menulis. Ide
seperti apa yang disebut sebagai ide besar sebuah tulisan?
Ide yang Orisinal
Tidak semua penulis memiliki ide yang berbeda-beda. Akan tetapi,
semua penulis harus memiliki ide yang orisinal. Ide besar sebuah
tulisan dapat terlihat dari keorisinalitasan idenya. Namun seperti
yang sudah dituliskan sebelumnya, tidak semua penulis memiliki ide
yang berbeda, ini berarti tidak semua ide yang ditulis merupakan ide
yang benar-benar baru. Banyak sekali ide yang muncul setelah membaca
tulisan orang lain, mendengar pembicaraan orang lain, mengamati
sebuah gambar, mendengarkan lirik-lirik sebuah lagu, dan sebagainya.
Sebuah ide tetap bisa dikatakan orisinal apabila dari hasil membaca,
mengamati, atau mendengarkan, tercetus sebuah pemikiran atau
penjabaran yang baru mengenai hal tersebut. Ini tidak dapat
dikatakan mencuri ide orang lain karena ide tersebut diolah dan
dijabarkan dengan cara yang berbeda dan dari sudut pandang yang
berbeda pula, terlebih jika akhirnya muncul ide baru dari ide yang
sudah ada. Jadi, ide besar harus merupakan ide yang orisinal, ide
yang benar-benar muncul dari pemikiran penulis, dan merupakan olahan
dari ide-ide yang sudah ada sebelumnya.
Ide yang Memberikan Pencerahan
Maksud dari kalimat di atas adalah sebuah ide harus dapat menjawab
tantangan zaman, tren, atau fenomena yang sedang muncul. Ide besar
yang didapatkan merupakan hasil dari pengamatan penulis atas apa
yang sedang terjadi di lingkungan dan masyarakat sekitar, atau dalam
lingkup yang lebih luas lagi. Misalnya, ketika pemanasan global
sedang menjadi fokus utama dunia saat ini, maka seorang penulis
dapat menyumbangkan ide atau gagasannya dengan menulis hal-hal
seputar gerakan penghijauan, penghematan energi, menjaga kelestarian
alam, dan hal-hal lain yang dapat dilakukan dan aplikatif untuk
mengantisipasi pemanasan global. Dengan kalimat lain, ide yang
memberikan pencerahan adalah ide yang dijabarkan oleh penulis dalam
tulisannya, di mana penjabaran dari ide tersebut dapat menggugah dan
menggerakkan pembaca untuk melakukan sesuatu atau bertindak atas apa
yang sedang terjadi.
Ide yang Spesifik
Meskipun idenya bagus, namun tidak akan menarik bagi pembaca bila
ide tersebut terlalu luas. Mengapa ide harus spesifik? Selain agar
pembahasan tidak melebar ke mana-mana, juga akan memudahkan penulis
ketika menjabarkan idenya ke dalam bahasa tulis. Dengan ide yang
spesifik, pembaca dapat lebih fokus menangkap gagasan yang ingin
disampaikan penulis.
Ide Klise dari Sudut Pandang Berbeda
Ide yang klise, setiap orang mungkin akan meremehkannya, namun ide
yang kelihatan klise ini ternyata bisa disebut ide besar sebuah
tulisan dengan syarat Anda melihat dan mengemasnya dari sudut
pandang yang berbeda. Mungkin sudah banyak tulisan-tulisan yang
mengemukakan tentang cinta, kasih, perceraian, pernikahan, namun
akan sangat berbeda jika Anda mengupasnya dengan cara Anda dan dari
sudut yang berbeda. Anda menguraikannya dari cara pandang yang lain
dari pemikiran orang pada umumnya.
Ide yang Memuat Topik yang Menarik bagi Orang Banyak
Ide besar sebuah tulisan salah satunya adalah ketika dijabarkan akan
memuat topik-topik yang menarik orang banyak dan bukan untuk
beberapa orang saja. Ide seperti itu adalah ide yang "up to date"
atau ide yang mengikuti perkembangan zaman sehingga banyak orang
akan tertarik pada ide yang diangkat. Jika saat ini perhatian
masyarakat pada munculnya fenomena aliran-aliran suatu agama, ide
tulisan yang memuat topik tersebut akan mendapat perhatian
masyarakat pembaca.
Ide yang Menambah Sesuatu Jika Dibaca
Seseorang akan kecewa bila tidak mendapatkan apa pun setelah
melakukan suatu kegiatan, demikian halnya dalam kegiatan membaca.
Bahkan, tulisan yang dibaca tersebut bisa dicap tidak bermutu.
Karena itu, seorang penulis haruslah memiliki ide yang dapat
mencukupi kebutuhan pembaca yang satu ini. Ide yang bisa menambah
sesuatu ketika dibaca, entah itu pengetahuan baru, informasi,
inspirasi untuk melakukan sesuatu, bahkan sekadar menghibur
pembacanya.
DARI MANA DATANGNYA IDE BESAR MENULIS
Dari mana datangnya ide besar dalam menulis? Apakah kita bisa
menemukannya? Ide bisa datang secara tidak terduga. Ketika penulis
sedang tidak melakukan apa pun, ide itu pun bisa datang.
Namun, tidak semua seperti itu. Ada ide yang didapat penulis setelah
penulis melakukan sesuatu, seperti membaca buku, menonton film,
jalan-jalan, mengalami kejadian yang luar biasa, dan sebagainya. Ide
juga bisa diperoleh dengan dicari atau ditemukan dengan sengaja.
Penulis melakukan pengamatan maupun penelitian, sampai akhirnya
menemukan ide yang baik. Di mana mencarinya?
a. Di dalam Diri Anda
Hidup Anda adalah sumber gagasan yang tidak akan pernah kering.
Dari pengalaman hidup, Anda dapat menemukan ide-ide menarik untuk
sebuah tulisan. Banyak penulis yang menemukan ide besarnya dari
pengalaman hidupnya sendiri. Sebut saja, Leo Tolstoy -- salah
satu ide bukunya ketika dia mengikuti perang, Ian Fleming --
James Bond lahir dari pengalamannya menjadi agen rahasia, Khalil
Gibran -- beberapa karya sastranya adalah cinta yang dia berikan
untuk sahabat penanya, Pramudya Ananta Toer -- salah satu bukunya
adalah pengalamannya ketika dibuang dan dipenjarakan, dan masih
banyak lagi lainnya.
b. Media Elektronik dan Cetak
Buku, surat kabar, majalah, televisi, radio, maupun internet
dapat Anda pakai sebagai sumber untuk menemukan ide. Tidak jarang
penulis dapat menemukan ide besar setelah mereka memakai dan
memanfaatkan media-media tersebut. Ide muncul atau diperoleh
setelah membaca buku, mengikuti berita di surat kabar, melihat
siaran di televisi, dan lain-lain. Kegiatan-kegiatan tersebut
jika Anda manfaatkan dengan baik, akan meletikkan ide di kepala
Anda.
c. Lingkungan Sekitar Anda
Jika ingin menjadi seorang penulis yang penuh dengan ide,
haruslah didukung dengan kepekaan dalam dirinya atas lingkungan
sekitarnya. Karena apa yang terjadi di sekitarnya adalah sumber
ide yang tidak ada habisnya. Pengamatan atas apa yang terjadi di
lingkungannya maupun menangkap setiap fakta yang terjadi serta
mengolahnya, dapat menjadi sebuah ide untuk ditulis.
Setelah mengetahui ide besar sebuah tulisan dan sumber-sumber untuk
menemukan ide tersebut, satu hal yang harus Anda perhatikan seputar
ide ini adalah sebesar dan sebagus apa pun ide Anda, tidak akan ada
artinya apabila tidak bisa ditangkap oleh pembaca lewat bahasa
tulisan Anda. Entah itu ide orisinal Anda, ide yang memberikan
pencerahan, ide yang spesifik, maupun ide yang akan memberikan
kontribusi ketika dibaca, akan gagal diterima pembaca jika tidak
dapat disampaikan lewat jalinan kata dan kalimat yang membentuk
alinea-alinea dalam tulisan Anda dengan baik.
Karena itu, selain memiliki ide yang cemerlang, seorang penulis
harus mampu dan terampil menguasai teknik-teknik kepenulisan.
Sehingga apa yang menjadi ide atau gagasan penulis dapat dijabarkan
lewat bahasa tulisan sehingga sampai kepada pembaca yang menikmati
karya tulis Anda.
Selamat menemukan ide besar, ide yang dapat membawa setiap pembaca
kepada hal-hal yang dikehendaki oleh Tuhan.
Daftar bacaan:
Mirriam-Goldberg, Caryn. 2003. "Daripada Bete, Nulis Aja!". Bandung:
Kaifa.
Wilson, Kennet. 2001. "Bagaimana Menjadi Penulis yang Sukses". Edisi
Kedua. Bandung: Sinar Baru Algesindo.
________________________________TIPS 1________________________________
UMPAN AMPUH UNTUK MENGAIL IDE
Bagi penulis, "ide" adalah makhluk yang menggemaskan. Kedatangannya
tak dapat dijadwal tepat waktu, mirip sekali dengan pelayanan kereta
api di Indonesia. Ketika kita sangat membutuhkan, dia malah jual
mahal, bersembunyi entah di mana. Ketika kita sedang tidak siap
menulis, dia malah menari-nari menggoda otak kita.
Namun, tidak usah khawatir. Anda sebenarnya dapat memasang umpan
yang jitu untuk mengail ide pada saat membutuhkannya. Anda memiliki
tiga jenis umpan, yaitu umpan ingatan, umpan pengamatan, dan umpan
riset.
1. Ingatan
Theodore Roosevelt berkata, "Do what you can, with what you have,
where you are." Kita dapat memulai mendapatkan bahan cerita dari apa
yang sudah kita miliki saat ini, yaitu ingatan atau memori.
a. Kode Kata
Salah satu kunci untuk membuka peti ingatan kita adalah dengan
kode kata. Cara yang dipakai adalah memilih kata kunci dari tema
cerita atau premis yang sudah ditentukan. Kata ini dipakai
sebagai pijakan awal yang akan menuntun kita untuk menemukan satu
tema cerita yang spesifik. Setiap kata akan memicu Anda untuk
memikirkan beberapa pengalaman. Ketika Anda mengingat kembali
satu pengalaman, hal itu akan mendorong Anda untuk
menghubungkannya dengan pengalaman lain yang mungkin terlupakan.
b. Curah Gagasan (Brainstorming)
Metode ini merupakan pengembangan dari metode kode kata. Berawal
dari sebuah kata, kita menuliskan semua ide yang berkaitan dengan
kata tersebut. Anda tidak perlu memusingkan urut-urutannya, alur
logika, atau ejaan tulisan. Ketika semua ide sudah dituangkan,
selanjutnya bacalah daftar ide Anda. Apakah Anda dapat menarik
sebuah benang merah di antara daftar itu? Apakah ada ide yang
perlu dibuang? Apakah ada kaitan di antara ide tersebut?
c. Menulis Bebas
Metode ini hampir mirip dengan melamun. Caranya diawali dengan
suatu kata tertentu, Anda menulis secara bebas. Tidak harus
berkaitan dengan kata kunci tertentu (inilah perbedaan dengan
curah gagasan). Tujuan utamanya adalah menulis kalimat
sebanyak-banyaknya dalam waktu tertentu (5-10 menit) tanpa
berhenti. Anda tidak perlu merisaukan arah tulisan tersebut dan
ketepatan ejaan. Tulis saja dengan bebas.
Jika dirasa sudah cukup, maka baca kembali hasil tulisan bebas
tersebut. Temukanlah ide-ide menarik yang dapat dikembangkan.
Dari tulisan di atas, kita dapat mengembangkan cerita sesuai
dengan ide-ide menarik tersebut.
d. Pemetaan Pikiran
Pemetaan pikiran (mind mapping) adalah sistem perekaman pikiran
supaya kita biasa menggunakan otak kiri maupun otak kanan dengan
baik. Seluruh bagian otak digunakan untuk berpikir. Untuk
melakukan ini, kita dapat menggunakan kata-kata kunci, lambang,
dan warna. "Mind mapping" memungkinkan kita membangkitkan dan
mengatur pikiran-pikiran pada waktu yang sama.
2. Pengamatan
Meskipun ingatan dapat menjadi sumber cerita yang kaya, tetapi tidak
semua hal masuk ke dalam ingatan Anda. Contohnya, kalau Anda
dibesarkan di gunung, Anda mungkin tidak punya kenangan atas
kehidupan di laut. Kalau Anda lahir dan besar di kota, Anda mungkin
tidak memiliki kenangan atau pengalaman sebagai penggembala. Untuk
itu, Anda dapat memakai teknik pengamatan atau observasi.
Di dalam kemiliteran, sebelum menyerbu sebuah kota, sang perwira
biasanya mengirimkan unit mata-mata untuk menyusup ke sasaran serbu.
Tugas mereka adalah mengamati situasi di dalam kota dan mengumpulkan
informasi intelijen sebanyak-banyaknya. Misalnya, mencatat keadaan
jalan, pembangkit listrik, instalasi militer, sarana komunikasi,
jumlah penduduk, dll.. Mirip dengan agen spionase, dalam metode ini
Anda mendatangi sebuah tempat dan mencatat apa saja yang menonjol
dan berkesan bagi Anda.
3. Riset
Ada pepatah mengatakan, "Learn from other people`s mistakes, life
isn`t long enough to make them all yourself." Meski kelihatannya
bercanda, tapi ada kebenaran indah di dalam kebenaran ini. Kita
harus belajar dari orang lain. Tidak hanya dari kesalahan mereka
saja, tetapi juga dari keberhasilan mereka. Dengan belajar dari
orang lain, kita bisa menghemat waktu, biaya, dan sumber daya
lainnya.
Sebagai contoh, Anda mungkin belum pernah melihat padang rumput di
Israel karena untuk pergi ke sana membutuhkan ongkos besar. Hal ini
dapat disiasati dengan riset, yaitu meminta informasi dari orang
lain.
Diambil dari:
Nama situs: SABDA Space
Penulis: Purnawan Kristanto
Alamat URL: http://www.sabdaspace.org/umpan_ampuh_untuk_mengail_ide
________________________________TIPS 2________________________________
KALAU SUMUR SUDAH KERING, BAGAIMANA?
Tampaknya mudah saja membayangkan -- apabila Anda sudah selesai
mengikuti beberapa kursus jurnalistik atau sudah tamat dari sekolah
jurnalistik -- lantas sekarang Anda sudah menjadi seorang jurnalis
yang tangguh. Seperti seorang kawan yang pernah berkata, "Selalu
kurindukan menjadi seorang penulis. Dan hari ini saya sudah menjadi
penulis."
Saya sangsi jika tidak ada seorang jurnalis pun yang tidak tergoda
pikiran seperti ini, suatu ketika dalam hidupnya. "Kawan saya
benar-benar telah menjadi seorang wartawan. Saya tahu semua tentang
dunia itu."
Kadang-kadang lambat atau kadang-kadang cepat, kesadaran akan timbul
bahwa segala sesuatu itu tiba-tiba lenyap silih berganti dengan
pendekatan baru terhadap sebuah kisah.
Apa yang telah terjadi? Umumnya penulis yang belum berpengalaman
bersikap acuh tak acuh dalam memerkaya hidupnya sejak dia
menyelesaikan pendidikan formalnya. Jelasnya, sumurnya telah menjadi
kering. Ia tak berdaya menggunakan kata-kata, kehilangan ide dan
cara, kehilangan cara-cara yang baru untuk mendramatisir cerita yang
hendak dituturkannya.
Bagaimana Anda menghadapi masalah seperti ini? Di bawah ini ada
beberapa saran.
Bacalah buku-buku. Buatlah jadwal untuk membaca buku apakah akan
Anda selesaikan buku itu dalam satu bulan, seminggu, atau kapan pun.
Yang jelas Anda harus membaca! Sekalipun banyak hal yang menuntut
perhatian dari kita. Kita harus mengambil waktu untuk membaca. Tidak
terbatas pada buku tertentu, buku apa saja untuk mencari ide-ide
baru, cara-cara pendekatan yang baru, menambah perbendaharaan kata
dan pokok-pokok pembahasan yang penting. Jangan malu-malu membaca
buku, dan tentu saja Anda harus bijaksana, karena Anda tidak akan
menemukan ide baru di dalam sampah.
Baca juga Kitab Suci. Di dalam Kitab Suci banyak ditemukan cerita
dan perumpamaan. Dari cara-cara yang digunakan dalam Kitab Suci itu,
baik perbendaharaan kata dan ide, Anda akan dapat menjalin cerita
yang tiada taranya.
Baca kamus. Benar, plot lemah. Oleh karena itu, petiklah kata-kata
baru kira-kira lima sampai sepuluh buah tiap minggu. Pelajari apa
yang dikandung kata-kata baru itu dan cobalah berusaha
menggunakannya dalam kalimat dan tulisan. Anda akan melihat betapa
berfaedah dan betapa ajaibnya perbaikan yang Anda peroleh dalam
kemampuan menerangkan sesuatu dengan cara yang baru, bukan saja
dengan menarik sekali, tetapi juga penerapannya lebih kena.
Bacalah terbitan berkala. Ketahuilah apa yang terjadi di dunia lain,
jangan hanya apa yang ada di kebun Anda. Pelajari dengan saksama
bagaimana penyajian ceritanya. Tidak ada salahnya apabila Anda juga
menggunakan cara yang digunakannya, menerapkannya dengan situasi
Anda.
Menentukan prioritas. Mana yang lebih penting -- menghabiskan waktu
dengan santai ataukah menajamkan kemampuan menulis Anda? Permainan
yang Anda sukai atau menggunakan waktu untuk itu dengan memerbaiki
keterampilan Anda berkomunikasi? Memang diperlukan pengorbanan,
tetapi usaha yang demikian sangat berharga.
Komunikasi, apa pun bentuknya, memang menyenangkan. Kalau Anda tidak
merasakannya demikian, berarti Anda berada di tempat yang tidak
tepat. Komunikasi itu membawa imbalan. Betapa senang rasanya, dan
dengan apa gerangan dapat dibandingkan apabila kita sudah
menyelesaikan sesuatu yang kita tahu memengaruhi pikiran sesama
manusia?
Apa yang harus kita lakukan apabila sumur kita sudah mulai
mengering? Apakah Anda bertekad menjadi seorang pemenang ataukah
hanya sekadar "pengarang pencari nafkah saja"?
Diambil dan disunting seperlunya dari:
Judul buku: Bagaimana Menjadi Penulis yang Sukses
Judul artikel: Kalau Sumur Sudah Kering
Penulis: Wilson Nadeak
Penerbit: Sinar Baru Algesindo, Bandung 2001
Halaman: 60 -- 62
_____________________________POJOK BAHASA_____________________________
RUSAK BAHASA, RUSAKLAH PEMIKIRAN
"Orang sering tidak paham tentang kesaktian yang terkandung dalam
bahasa. Bahasa merupakan satu perkara dengan dunia pemikiran dan
cita rasa. Kalau orang itu kacau pikirannya, bahasanya juga kacau.
Bahasa dan hidup, dunia pemikiran dan dunia rasa itu satu. Nah, kita
bisa saksikan karena pendidikan bahasa dalam sistem pendidikan
sekarang ini kurang, maka cara mereka berpikir juga kacau. Caranya
menghayati, merasakan juga ikut kacau."
"Jangan lupa, Republik Indonesia ini merdeka sampai diakui oleh
dunia internasional itu karena pemikiran dan memakai bahasa, bukan
memakai bedil (senapan). Orang sering mengira bahwa negara kita
merdeka karena bedil, itu kurang tepat. Coba pikirkan, andaikan
Soekarno-Hatta tidak melakukan diplomasi, juga seandainya Sutan
Sjahrir dulu di PBB tidak bisa membela rakyat Indonesia di depan
Dewan Keamanan, kabeh arep opo ...? Nggowo bedil? (Semua mau apa
...? Bawa senapan ...? -- Red.) Tidak bisa!" (Romo Mangun Wijaya,
1982).
Kutipan di atas menyadarkan kita akan pentingnya sebuah bahasa bagi
kehidupan manusia. Manusia menjadi unggul dari makhluk lain karena
kemampuannya berbahasa. Kalau jangkrik bisa mengerik, kambing bisa
mengembik, dan kuda bisa meringkik, maka manusia mampu berbicara
sebagai "animal longuens", makhluk yang mampu berbicara dan
mengungkapkan isi hati dan pikiran lewat bahasa serta rangkaian yang
dapat dimengerti, baik melalui lisan, tulisan, maupun isyarat lain.
Ada percobaan tentang anak kera dan bayi yang lahir bersamaan dan
diasuh secara sama menunjukkan fakta yang menakjubkan. Semula
keduanya berkembang hampir sama, bahkan berkat instingnya, kera
berkembang lebih cepat. Namun, ketika sang anak manusia mulai dapat
berbicara, ia maju sedemikian pesat dan tidak pernah terkejar lagi
oleh kera.
Kecepatan perkembangan manusia ini kemudian menjadi titik tolak
kemajuan yang menakjubkan. Yulis Widiantoro (1994) menyatakan,
"Ketika seseorang mulai berbicara, mengenal bahasa, seakan-akan
terbukalah bagi manusia baru untuk mengenal dunia dan hidup di
dalamnya. Karena, dengan kemampuan berbahasa terbukalah kesempatan
baginya untuk menciptakan hubungan banyak sekali; bisa
mengekspresikan diri, menyerap ilmu pengetahuan, dan tukar-menukar
gagasan yang hampir tidak terbatas. Bahkan berkat bahasa, manusia
masuk dalam dunia dan memiliki dunia karena biasanya diiringi dengan
prestasi intelektual luar biasa." Sedangkan menurut ahli bahasa dari
Jerman, Gadamer, bahasa merupakan cara kita untuk mengerti dunia.
Penjelasan ini setidaknya membuat kita sadar; betapa "tragisnya"
bangsa kita dalam kemampuan berbahasa secara "baik" dan "benar". Ada
kecenderungan kuat generasi muda kita kurang berminat terhadap
kajian-kajian bahasa, sastra, dan ilmu humaniora. Generasi kita --
akibat tuntutan orang tua atau kurangnya perhatian pemerintah
terhadap masalah bahasa -- lebih suka berkonsentrasi pada ilmu-ilmu
eksak atau ilmu yang bersifat pragmatis, semisal ilmu akuntansi,
teknik, atau bidang-bidang yang sifatnya terapan sebagai pelengkap
fungsi kerja.
Ilmu bahasa? Belajar bertutur secara baik? Mencoba menulis karya?
"Ah, itu hanya buang-buang waktu."
Jangan heran kalau kemudian generasi kita tidak bisa berbuat banyak
dalam memajukan dunia pengetahuan. Sebab, rusaknya bahasa juga
berarti rusaknya pemikiran.
Diambil dan disunting seperlunya dari:
Judul buku: Intisari, September 2005
Penulis: Faiz Manshur
Penerbit: PT Intisari Mediatama, Jakarta 2005
Halaman: 166 -- 167
___________________________SEPUTAR PELITAKU___________________________
SEPUTAR KEBAHASAAN
http://pelitaku.sabda.org/forum?fid=18
Tulisan yang baik tidak hanya ditentukan dari isi dan urutan
penyajian. Ejaan dan tata bahasa yang digunakan juga ikut menentukan
karena semua aspek tersebut saling mendukung. Meski demikian,
perihal ejaan dan tata bahasa sering kali kurang mendapat perhatian
dari penulis, apalagi jika penulis mengandalkan seorang editor.
Namun, ada pula yang mengurungkan niat menulis karena tidak
menguasai soal ejaan dan tata bahasa.
Untuk membekali Sahabat Penulis dalam bidang ejaan, tata bahasa, dan
hal-hal lain seputar kebahasaan, Redaksi mengundang Anda untuk
bergabung di Forum Pelitaku topik Seputar Kebahasaan. Aspek-aspek
kebahasaan yang mendasar guna memerkokoh sebuah tulisan, mulai dari
morfologi dan sintaksis sampai aspek ejaan bisa didiskusikan di
sini.
Tunggu apa lagi, segera daftarkan diri Anda dengan Register di
fasilitas Login Pengguna dan mari belajar bersama. Jika ingin
mengundang teman-teman Anda untuk berdiskusi di sini, manfaatkan
fasilitas Beritahu Teman. Ditunggu ya!
_____________________________STOP PRESS_______________________________
ANGKET EVALUASI E-PENULIS
Bulan November 2008 mendatang, e-Penulis genap berusia empat tahun.
Telah banyak hal yang Redaksi jalani selama ini. Agar kami dapat
meningkatkan pelayanan e-Penulis untuk turut memajukan dunia
kepenulisan Kristen di Indonesia, kali ini kami mengharapkan
partisipasi Anda untuk mengisi beberapa pertanyaan berikut ini.
Nama:
Umur:
Jenis kelamin:
Pekerjaan:
Pengalaman dalam bidang penulisan :
Topik publikasi e-Penulis yang paling disukai selama ini*:
Tanggal Terbit Edisi Tema
26-10-2004 01 Motivasi untuk Menulis
24-12-2004 02 Visi dan Misi Jurnalistik Kristen
17-01-2005 03 Sumber Gagasan Yang Tak Pernah Kering
07-02-2005 04 Di Mana Dan Bagaimana Mulai Menulis
09-03-2005 05 Menulis Membutuhkan Membaca dan Membaca
Membutuhkan Menulis
14-04-2005 06 Menulis Tentang Diri Sendiri
18-05-2005 07 Arah Dalam Penulisan Kristiani
28-06-2005 08 Teknis Penulisan Artikel
18-07-2005 09 Teknis Penulisan Renungan
18-08-2005 10 Menulis Fiksi
16-09-2005 11 Menulis Resensi
10-11-2005 12 Menulis Cerpen (Cerita Pendek)
23-11-2005 13 Menulis Feature
16-12-2005 14 Menulis Kesaksian
26-01-2006 15 Menulis Biografi
17-02-2006 16 Menyunting Tulisan
20-03-2006 17 Memberkati Lewat Puisi
20-04-2006 18 Menulis Esai
19-05-2006 19 Menulis Fiksi atau Nonfiksi?
22-06-2006 20 Tulisan Terjemahan
26-07-2006 21 Teknik Menulis untuk Media
22-08-2006 22 Kebiasaan Buruk dalam Menulis
21-09-2006 23 Kritik dan Apresiasi Tulisan
19-10-2006 24 Perkembangan dan Tanggung Jawab Penulis
Kristen
27-11-2006 25 Fenomena Dunia Penulisan Masa Kini
21-12-2006 26 Penulis dan Komunitas
30-01-2007 27 Menulis di Internet
23-02-2007 28 Dasar-Dasar Jurnalistik
23-03-2007 29 Menulis Cerita Anak
11-04-2007 30 Menumbuhkan Budaya Menulis pada Anak
09-05-2007 31 Membuat Media Penulisan Gereja
13-06-2007 32 Pelatihan Menulis
11-07-2007 33 Menyampaikan Gagasan dalam Bahasa Tulis
15-08-2007 34 Meringkas, Menyadur, dan Mentranskrip
12-09-2007 35 Menghindari Bias dalam Tulisan
10-10-2007 36 Penulisan Karya Ilmiah
07-11-2007 37 Tulisan sebagai Cerminan Budaya
12-12-2007 38 Mengoptimalkan Internet untuk Menulis
16-01-2008 39 Mengapa Menjadi Penulis?
20-02-2008 40 Nilai-Nilai yang Harus Dipegang oleh
Seorang Penulis Kristen
19-03-2008 41 Manfaat Menulis
16-04-2008 42 Kesempatan Menulis
14-05-2008 43 Langkah-Langkah Belajar Menulis
18-06-2008 44 Mengenal Pembaca
16-07-2008 45 Kriteria Tulisan yang Baik
13-08-2008 46 Teknik Menulis
17-09-2008 47 Hambatan dalam Menulis
19-10-2008 48 Ide Besar dalam Menulis
Sajian e-Penulis selengkapnya, silakan akses:
http://www.sabda.org/publikasi/e-penulis/arsip/
*)Pilih salah satu atau dua dari daftar tema e-Penulis yang pernah
dipublikasikan di atas.
____________________________potong di sini____________________________
1. Tema yang paling disukai:
2. Alasan:
3. Bagaimana penilaian Anda mengenai penyajian publikasi e-Penulis:
a. Bahasa yang dipakai:
b. Kolom yang disukai (beri tanda silang pada pilihan Anda):
( ) Dari Redaksi
( ) Artikel
( ) Tips
( ) Asah Pena/Tokoh Penulis
( ) Pojok Kata/Pojok Bahasa
( ) Seputar Pelitaku
( ) Stop Press
c. Adakah manfaat publikasi e-Penulis bagi pengembangan
keterampilan menulis Anda? (beri tanda silang pada pilihan
Anda)
( ) Ada
( ) Tidak ada
d. Jika ada, apakah itu? Dan jika tidak ada, mengapa?
5. Apresiasi, saran, dan kritik untuk e-Penulis di ulang tahun yang
keempat ini:
6. Saran dan masukan mengenai penyajian atau usulan tema-tema untuk
edisi-edisi publikasi e-Penulis selanjutnya:
____________________kirim ke: penulis(at)sabda.org____________________
Terima kasih atas kerja sama Anda. Tuhan memberkati!
______________________________________________________________________
Pimpinan Redaksi: Puji Arya Yanti
Staf Redaksi: Davida Welni Dana
Berlangganan: Kirim e-mail ke subscribe-i-kan-penulis(at)hub.xc.org
Berhenti: Kirim e-mail ke unsubscribe-i-kan-penulis(at)hub.xc.org
Kirim bahan/tanya: Kirim e-mail ke penulis(at)sabda.org
Arsip e-Penulis: http://www.sabda.org/publikasi/e-penulis/
Situs Pelitaku: http://pelitaku.sabda.org/
Forum Penulis: http://pelitaku.sabda.org/forum
Network Literatur: http://www.in-christ.net/komunitas_umum/network_literatur
______________________________________________________________________
Melayani sejak 3 November 2004
Isi dan bahan adalah tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA.
Didistribusikan melalui sistem network I-KAN.
Copyright(c) e-Penulis 2008
YLSA -- http://www.ylsa.org/
http://katalog.sabda.org/
Rekening: BCA Pasar Legi Solo
No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati
|
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |