|
Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
https://sabda.org/https://sabda.org/publikasi/e-penulis/33 |
|
e-Penulis edisi 33 (11-7-2007)
|
|
______________________________________________________________________
e-Penulis
(Menulis untuk Melayani)
Edisi 033/Juli/2007
MENYAMPAIKAN GAGASAN DALAM BAHASA TULIS
---------------------------------------
= DAFTAR ISI =
* Dari Redaksi
* Artikel : Menyampaikan Gagasan Lewat Tulisan
* Tips : Ikat Gagasan Anda dan Wujudkan dalam Tulisan
* Asah Pena : Victor Hugo (1802-1885)
* Pojok Bahasa : Betulkah Bentuk Mengkritisi?
DARI REDAKSI
------------
Salam Sejahtera,
Sehebat apa pun gagasan yang ada di dalam benak kita, jika hanya
didiamkan dan dibiarkan membeku tanpa mencoba dicairkan dalam bentuk
ucapan atau tulisan, tidak akan memberikan hasil apa pun. Memang,
bukan suatu hal yang mudah untuk menyampaikan segala macam ide,
gagasan, dan buah pikiran secara lisan apalagi tulisan. Karena itu,
tidak heran jika Anda menemui kendala di sana-sini. Dalam konteks
tulis-menulis, menyajikan sebuah tulisan sebagai bentuk jejaring
komunikasi antara penulis dan pembaca merupakan sebuah proses yang
harus dipelajari secara terus-menerus.
Berkenaan dengan hal tersebut, edisi e-Penulis kali ini mengangkat
topik "Menyampaikan Gagasan dalam Bahasa Tulis". Sajian artikel
tentang menyampaikan gagasan lewat tulisan dan tips menemukan
gagasan dalam menulis, kiranya memperkaya khasanah sahabat penulis
berkenaan dengan tema kali ini. Simak pula perjalanan Victor Hugo
sebagai pemicu proses kreativitas Anda. Selamat menyimak, Tuhan
Yesus memberkati.
Pimpinan redaksi e-Penulis,
Kristina Dwi Lestari
ARTIKEL 1
---------
MENYAMPAIKAN GAGASAN LEWAT TULISAN
Oleh: Puji Arya Yanti
Agar menjadi seorang penulis, seseorang haruslah menulis. Tidak bisa
hanya mengkristalkan sesuatu dalam pikiran, berpikir layaknya
seorang penulis, dan percaya pada kekuatan kata saja, seorang
penulis harus mampu menyampaikan gagasannya melalui tulisan. Dengan
bahasa tulisan yang dipakainya, orang dapat mengerti apa yang
menjadi ide pikirannya. Pembaca dapat pula dibawa mengembara ke alam
pikiran sang penulis dengan kata-kata yang dirangkainya. Namun,
apakah Anda masih menemui kesulitan manakala harus menuangkan
gagasan dalam bentuk tulisan?
Kesulitan menyampaikan gagasan melalui tulisan mungkin tidak lagi
menjadi masalah utama bagi seorang penulis handal, meskipun mungkin
mereka juga masih mengalami kebuntuan dalam menemukan ide. Namun
bagi penulis pemula, menyampaikan gagasan lewat tulisan bisa jadi
merupakan pelajaran sulit yang harus mereka pecahkan. Termasuk dalam
hal memilih kata-kata dan merangkainya dalam kalimat agar gagasannya
sampai kepada para pembaca.
Gagasan adalah hasil pemikiran. Jadi sebuah tulisan bukanlah hasil
angan-angan, meskipun seorang penulis juga tidak terlepas dari
angan, daya khayal, atau imajinasi. Imajinasi di sini merupakan
imajinasi yang ditempa dalam pikiran, dicerna dalam otak, dan
diteruskan dalam bentuk tulisan. Tulisan yang dimaksud adalah
tulisan yang ditulis dengan rancangan, dengan pemikiran, dan dengan
aturan yang berlaku, tidak sebatas angan saja (Nadeak, 1989:10).
MENEMUKAN GAGASAN
Sebelum seorang penulis menyampaikan gagasannya, terlebih dahulu
mereka harus menemukan ide atau gagasan yang hendak mereka
sampaikan. Suatu hal yang mustahil bagi seorang penulis untuk dapat
menyampaikan gagasan tanpa memiliki sesuatu pun untuk dituangkan.
Lalu dari manakah gagasan tersebut didapatkan seorang penulis?
Berikut ini hal-hal yang dapat dilakukan seorang penulis agar
menemukan gagasan untuk ditulis.
1. Memperkaya diri dengan membaca.
Membaca dan menulis diibaratkan seperti dua sisi mata uang.
Keduanya tidak dapat dipisahkan. Menulis membutuhkan membaca dan
begitu pula sebaliknya, membaca membutuhkan menulis. Kegemaran
membaca akan membekali seorang penulis dengan wawasan dan
pengetahuan yang luas. Dengan membaca, hal-hal baru diperoleh dan
munculnya ide baru pun sangat memungkinkan. Dan jangan lupa untuk
mencatat poin-poin penting dari apa yang sudah dibaca.
Catatan-catatan tersebut akan menjadi referensi dalam menemukan
gagasan baru yang akan ditulis.
2. Menyadari semua hal di sekitar.
Jangan pernah abaikan apa yang terjadi dan yang ada di sekitar
kita. Hal-hal tersebut merupakan sumber gagasan untuk menulis.
Coba perhatikan dan rasakan sejuknya udara pagi hari, indahnya
kicauan burung, perhatikan pula aktivitas pagi yang mulai
menggeliat. Catatlah apa yang dilihat dan rasakan, kelak bisa
saja hal-hal tersebut menjadi benih ide tulisan. Orang-orang,
binatang, alam bisa menjadi sumber inspirasi untuk karya fiksi
dengan latihan dan sedikit imajinasi.
3. Melihat ke dalam hidup pribadi.
Sumber gagasan lainnya adalah hidup kita. Penulis dapat memulai
menulis dengan menceritakan dirinya sendiri. Misalnya dengan
menceritakan mengenai kelahiran, arti nama, mengapa orang tua
memberikan nama tersebut, dan lain sebagainya. Bisa juga Anda
menulis mengenai pengalaman pribadi yang menyedihkan,
menyenangkan, bahkan memalukan. Semuanya merupakan sumber gagasan
yang tidak akan ada habisnya.
Setelah menangkap gagasan-gagasan, mulailah menulis. Tuangkan
gagasan dengan kata-kata dalam sebuah kalimat. Jangan pedulikan tata
bahasanya ataupun kesalahan dalam melafalkannya. Akan ada waktunya
nanti untuk membereskannya.
MENUANGKAN GAGASAN DAN PENGGUNAAN BAHASA TULISAN
Menuangkan gagasan melalui tulisan memang tidak mudah karena
menulis bukan hanya menuangkan apa yang diucapkan atau
membahasatuliskan bahasa lisan saja. Menulis merupakan kemampuan
menggunakan pola-pola bahasa secara tertulis untuk mengungkapkan
suatu gagasan atau pesan (Rusyana, 1988:191). Artinya, gagasan yang
ada pada penulis disampaikan dengan menggunakan lambang-lambang
bahasa yang terpola dan melaluinya pembaca dapat memahami apa yang
dikomunikasikan penulis. Bila apa yang dimaksudkan oleh penulis sama
dengan yang dimaksudkan oleh pembaca, seseorang dapat dikatakan
telah terampil menulis.
Tidak mudah tentunya berteriak, mengungkapkan kesedihan, atau
menjelaskan cara kerja suatu alat melalui tulisan. Karena itu,
menulis menuntut kemampuan berpikir yang memadai. Sebab tulisan
adalah wadah yang sekaligus merupakan hasil pemikiran. Melalui
tulisanlah penulis mengomunikasikan pikirannya. Dan melalui
kegiatan berpikir, penulis dapat meningkatkan kemampuannya dalam
menulis.
Langkah awal yang perlu dilakukan dalam menuangkan gagasan adalah
menulis itu sendiri. Hal tersebut merupakan usaha untuk mewujudkan
apa yang ada di kepala. Jangan biarkan kertas atau layar monitor
komputer tetap kosong. Teruslah menulis meski hasil awal tulisan
tidak begitu baik. Itu hal yang wajar dan jauh lebih baik daripada
Anda tidak mencoba menuliskannya. Karena gagasan tulisan tidak akan
ada artinya jika tidak mulai ditulis. Ketika sedang menulis,
menulislah saja, jangan membarenginya dengan mengedit. Hal itu akan
memperlambat hasil tulisan, bisa jadi tulisan tidak akan selesai
karena disibukkan dengan penyuntingan yang dilakukan. Alasan
lainnya, sebuah tulisan yang baik dihasilkan melalui dua tahap,
menuangkan isi pikiran dan penyuntingan.
Setelah draf awal tulisan selesai, lakukan tahap kedua, yaitu
penyuntingan. Hal ini perlu dilakukan agar gagasan yang disampaikan
melalui tulisan berhasil mencapai sasaran. Mungkin saja draf awal
tulisan masih dipenuhi dengan pilihan kata yang kurang tepat atau
gagasan belum dipaparkan dengan baik. Perhatikan dan perbaiki
penggunaan bahasa dalam tulisan. Dalam hal ini, tulisan adalah dalam
bahasa Indonesia. Karena itu, untuk menjadi seorang penulis tentu
saja diperlukan penguasaan bahasa Indonesia yang memadai.
Sejumlah bidang masalah yang lazim diperhatikan dalam penyuntingan
adalah kesalahan tata bahasa. Kesalahan tata bahasa ini
meliputi kesalahan pemakaian tanda baca, kesalahan ejaan, penyusunan
kalimat dalam paragraf, dan sebagainya. Hal ini perlu diperhatikan
untuk mendapatkan tulisan yang baik dan benar. Penggunaan kata yang
betul dan yang salah juga perlu dipertimbangkan dalam kaitan dengan
penafsirannya oleh pembaca.
Perhatikan pula tentang perpindahan yang menyentak. Karena dalam
rangkaian tulisan diperlukan jembatan untuk memuluskan perpindahan
dari satu topik, paragraf, atau kalimat kepada berikutnya agar
pembaca tidak tersentak dan tidak bingung ketika membaca tulisan.
Ambiguitas juga menjadi masalah tersendiri yang perlu dicermati.
Masalah ini memerlukan kewaspadaan istimewa karena merupakan masalah
yang tidak mudah dilacak oleh penulis. Ambiguitas atau kekaburan
makna biasanya bersumber pada perumusan yang kurang tepat dalam
penulisan. Diperlukan kepekaan terhadap hal ini.
Keempat hal di atas perlu diperhatikan agar gagasan yang disampaikan
dengan bahasa tulisan dapat sampai dengan tepat dan benar kepada
para pembaca.
Sumber Bacaan
Holtz, Herman. 2000. "How to Start and Run a Writing and Editing".
Jakarta: Grasindo.
Levy, Mark. 2005. "Menjadi Genius dengan Menulis". Bandung: Kaifa.
Mirriam-Goldberg, Caryn. 2003. "Daripada Bete, Nulis Aja!". Bandung:
Kaifa.
Nadeak, Wilson. 1989. "Bagaimana Menjadi Penulis Artikel Kristiani".
Bandung: Yayasan Kalam Hidup.
Rusyana, Yus. 1988. "Bahasa dan Sastra dalam Gamitan Pendidikan".
Bandung: Diponegoro.
TIPS
----
IKAT GAGASAN ANDA DAN WUJUDKAN DALAM TULISAN
Dirangkum oleh: Kristina Dwi Lestari
Gagasan muncul ibarat petir yang melesat dengan cepat. Gagasan
adalah sebuah interaksi tentang apa yang berhasil ditangkap oleh
pikiran. Jika berhasil menangkap gagasan tersebut, Anda pasti
berusaha menuangkannya dalam bentuk penggunaan bahasa, baik secara
tulisan, maupun lisan.
Jika Anda berusaha mewujudkan gagasan lewat tulisan, segeralah
mengambil langkah untuk menuliskan apa saja yang ada di otak Anda.
Ikatlah gagasan Anda ke dalam sebuah tulisan. Berikut beberapa kiat
untuk mengenali sumber gagasan, termasuk langkah apa yang dapat
dilakukan dalam mewujudkan gagasan tersebut dengan menggunakan
bahasa tulis.
1. Kenali datangnya gagasan Anda.
Ide atau gagasan yang tersusun dalam pikiran kita dapat muncul di
mana saja dan dipicu oleh apa saja yang ada di sekitar kita. Ide
itu bisa muncul dari kehidupan Anda, saat sedang membaca buku
atau koran di pagi hari, bahkan bisa juga saat Anda sedang
melihat pertandingan olahraga. Pendek kata, ide atau gagasan ada
di mana-mana dan berlangsung secara spontan, sangat cepat, atau
kadang tidak terduga datangnya. Jika mendapati hal tersebut,
segeralah Anda "mengikat" semua itu. Yang dibutuhkan dalam hal
ini adalah suasana hati yang kondusif dan mengamati situasi
sekitar. Bagaimana cara mengikat gagasan tersebut? Segeralah Anda
menulis, langsung di depan komputer atau langsung menulisnya di
atas secarik kertas.
2. Galilah terus apa yang ada di sekeliling Anda.
Beberapa orang mungkin mengembangkan idenya dengan melakukan
observasi dengan cara bepergian, bertemu dengan beberapa orang,
melakukan wawancara, dan sedikit investigasi. Pada saat Anda
melakukan wawancara, kembangkan imajinasi Anda dan kembangkan
naluri "investigasi" Anda. Menggali ide dengan melakukan
observasi diartikan dengan merekam apa yang Anda lihat dan
rasakan. Dari perjalanan tersebut, mungkin Anda tidak hanya
menemukan gagasan saja, tapi sekaligus juga pelajaran hidup yang
lebih berharga.
3. Bacalah sumber bacaan yang menyenangkan diri Anda.
Ibarat bahan bakar, membaca merupakan sarana utama untuk lebih
memotivasi diri dalam menulis. Bagi kebanyakan orang, kegiatan
membaca merupakan salah satu sumber gagasan. Namun, bagaimana
jika minat membaca kita kurang? Tentu kita perlu mulai
membangkitkan minat dengan membaca dari hal yang sederhana
terlebih dahulu, yaitu dengan menemukan bahan bacaan yang
menyenangkan diri Anda. Dari bacaan yang kita senangi, tak jarang
akhirnya akan muncul gagasan yang brilian. Bahan bacaan tidak
selamanya dalam bentuk buku, sebuah koran di pagi hari atau
majalah dan jenis bacaan lainnya juga bisa menjadi sumber
inspirasi.
4. Jadikanlah membaca dan menulis sebagai kebiasaan terlebih dahulu.
Setelah kegiatan membaca menjadi sebuah ritme kebiasaan Anda,
jadikanlah menulis sebagai sebuah kebiasaan pula. Smith (1988)
mengemukakan bahwa kita menulis, setidaknya, karena dua alasan.
Pertama, kita menulis untuk berkomunikasi dengan orang lain.
Namun yang lebih penting, kita menulis untuk diri kita sendiri,
untuk memperjelas dan merangsang pikiran kita, serta meluapkan
semua gagasan yang ada di dalam pikiran kita.
Hal positif yang Elbow (1973) bagikan tentang gagasan adalah
bahwa sulit untuk mengendalikan lebih dari satu gagasan dalam
pikiran sekaligus. Tatkala kita menuliskan gagasan kita, hal-hal
samar dan abstrak menjadi jelas dan konkret. Saat semua pikiran
tumpah di atas kertas, kita bisa melihat hubungan di antara
mereka dan bisa menciptakan pemikiran yang lebih baik. Dengan
kata lain, menulis bisa membuat kita menjadi lebih cerdas.
5. Mulailah menulis dari mana saja.
Saat menangkap sebuah ide, Anda bisa langsung menuliskannya dari
mana saja. Realitas kehidupan misalnya, merupakan penyedia ide
yang bisa untuk Anda gali. Sebagai contoh, saat Anda menulis
cerita fiksi tentang semua yang kita alami, kita lihat, kita
rasakan dapat kita tumpahkan dalam tulisan kita. Mulailah menulis
dari mana saja yang saat itu menjadi minat Anda. Terkadang, tidak
ada salahnya menggunakan prinsip jurnalistik yang menggunakan
prinsip 5W + 1H.
Sahabat Penulis, beberapa hal di atas kiranya dapat memberikan
stimulus bagi Anda sehingga ketika menangkap sebuah gagasan, Anda
tidak membiarkannya berlalu begitu saja. Yakinlah bahwa gagasan itu
sebenarnya sudah ada dalam diri Anda, mulai dari yang paling
sederhana sampai ke yang luar biasa. Amatlah sayang jika tidak Anda
wujudkan dalam bentuk tulisan. Selamat menyampaikan gagasan Anda
dalam bentuk tulisan.
Dirangkum dari:
Gong, Gola. 2005. "Menemukan Ide", dalam "Matabaca"
Vol.4/No.1/September 2005. Hlm. 36 -- 37.
Harefa, Andrias. 2002. "Agar Menulis Mengarang Bisa Gampang".
Jakarta: Gramedia.
Hernowo. 2005. "Mengikat Makna Sehari-hari". Bandung: Mizan
Learning Center (MLC).
_______. "Menulis Membutuhkan Membaca dan Membaca Membutuhkan
Menulis", dalam http://pelitaku.sabda.org/node/144.
ASAH PENA
----------
VICTOR HUGO (1802-1885)
Dirangkum oleh: Kristina Dwi Lestari
Victor Hugo dilahirkan di Besancon, Perancis, 26 Februari 1802. Nama
lengkapnya adalah Victor Marie Comte Hugo, putra seorang jenderal
yang cukup terkemuka di zaman Napoleon. Ayahnya pernah menjadi
gubernur di Spanyol dan Italia. Sejak usia lima belas tahun, ia
telah menulis puisi. Pada tahun 1817, ia mendapat pujian dalam
sayembara yang diadakan Akademi Perancis. Lalu pada tahun 1819, ia
memperoleh hadiah sastra dari Academie des Jeux Floraux de Toulouse.
Victor Marie Hugo adalah salah satu penulis aliran romantisme pada
abad ke-19 dan sering dianggap sebagai salah satu penyair terbesar
Perancis. Karya puisinya yang dianggap sangat menonjol di antaranya
adalah Les Contemplations dan La Légende des siècles. Walaupun
sangat konservatif pada masa mudanya, ia berpindah ke aliran kiri
pada masa tuanya. Ia menjadi pendukung aliran republikanisme dan Uni
Eropa. Hasil karyanya menggambarkan hampir semua isu politik dan
sosial, serta kecenderungan artistik pada zamannya.
Hugo menduduki tempat terhormat dalam sastra Perancis karena
karya-karyanya mendominasi hampir sepanjang abad ke-19. Tahun 1822,
terbitlah kumpulan puisinya, "Odes et Ballades" yang berhasil
menarik simpati publik. Tahun 1823, novel pertamanya, "Han
d`Islande", terbit dan merupakan buku hadiah perkawinannya dengan
Adele Foucher (1822). Rumah pasangan ini menjadi tempat pertemuan
kaum romantis Perancis, seperti Charles Augustin Sainte-Beuve,
Alfred de Vigny, de Musset, Merimee, Nerval, Gautier, Alexander
Dumas, dan lain-lain.
Dramanya yang pertama berupa epos Cromwell (1827) dan dramanya yang
tersohor adalah Hernani (1830), Le Roi s`Asmuse (1832), Marie Tudor
(1833), dan Ruy Blas (1838). Selama tujuh belas tahun sejak
penerbitan pertama karya puisinya, ia telah menerbitkan sejumlah
kumpulan esai, tiga novel, dan lima kumpulan puisi. Masing-masing
kumpulan puisinya yang penting itu adalah Les Orientales (1828),
Feuilles d`Automne (1831), Les Voix Interieures (1837), dan Les
Rayons et Les Ombers (1840).
Sementara dua romannya yang sangat masyhur adalah "Notre Dame de
Paris" (1831), dan "Les Miserables" (1862). "Les Miserables" yang
diterbitkan secara serentak ke dalam sembilan bahasa pada tahun 1862
adalah sebuah kisah luar biasa berlatar kekacauan politik di
Perancis pada era sesudah kekuasaan Napoleon. Ratusan tokoh "Les
Miserables" -- korban-korban malang dalam masyarakat Perancis --
dijalin ke dalam kisah seorang mantan narapidana, Jean Valjean, dan
perjuangannya yang penuh keberanian untuk menebus masa lalunya.
Sebuah dokumen sosial yang kuat mengenai kemiskinan, kebodohan, dan
kebrutalan manusia. "Les Miserables" juga merupakan sebuah kisah
petualangan yang menjerat emosi dan terkenal karena adegan-adegan
menegangkan, semisal penggambaran pertempuran di Waterloo.
Melewati masa panjang dalam sejarah Perancis, Victor Hugo mengalami
dan mengikuti kegiatan pemerintahan hingga saat rezim yang berkuasa
jatuh dan ia ikut terusir. Namun, pengalaman itu memperkaya
wawasannya dalam kesusastraan. Masa-masa pengasingannya di luar
negeri menjadi bagian dari kegiatannya belajar dan menulis sampai
sekembalinya ia ke Perancis setelah runtuhnya Kekaisaran Kedua
(1870) dan berdirinya Republik Ketiga, di mana ia ikut ambil bagian
dalam lembaga legistalif. Dalam dua dekade terakhir masa hidupnya,
Hugo mengalami dukacita akibat kematian orang-orang yang
dicintainya: putranya, istrinya, dan kekasihnya. Namun, hal ini
justru mencambuk dirinya untuk lebih banyak menulis.
Ketika ia meninggal dunia tanggal 22 Mei 1885, peti jenazahnya
diarak dalam suatu prosesi nasional yang agung. Prosesi tersebut
bermula dari Arch de Triomphe (monumen kemenangan yang terdapat di
jantung kota Paris) ke Pantheon (gedung monumen megah di Paris,
tempat abu jenazah tokoh-tokoh terkenal disemayamkan, di antaranya
Rousseau dan Voltaire). Karya-karya Hugo merupakan karya yang banyak
memberi pengaruh kepada sastra dunia, menjadi bahan polemik, dan
sumber inspirasi. Ia merupakan salah seorang sastrawan agung dan
kenamaan abad ke-19 yang secara khusus memberi landasan yang kuat
dan kukuh dalam aliran romantik yang dipeloporinya. Ia menulis dalam
semua genre sastra, termasuk bidang kritik, studi, dan esai-esai
yang tajam.
Dirangkum dari:
Rampan, Korrie Layun. 2005. "Tokoh-Tokoh Cerita Pendek Dunia".
Jakarta: Grasindo.
Toha, Adi. 2007. "Harga Sebuah Pilihan", dalam
http://batampos.co.id/index2.php?option=com_content&do_pdf=1&id=12558.
Wikipedia. "Victor Hugo", dalam
http://id.wikipedia.org/wiki/Victor_Hugo.
POJOK BAHASA
------------
BETULKAH BENTUK MENGKRITISI?
Menggunakan bahasa secara tepat dan benar tidaklah mudah. Tentu saja
diperlukan pengetahuan tentang bahasa itu melalui pelajaran khusus.
Pengetahuan berbahasa secara alami saja tidak cukup. Di sekolah,
guru mengajarkan kepada murid-muridnya bagaimana bahasa yang benar
tentang makna kata, bentuk kata, dan susunan kata dalam kalimat.
Ada dua segi bahasa yang utama, yakni bentuk dan isi. Yang dimaksud
dengan isi adalah makna, arti, atau maksud yang terkandung dalam
bentuk bahasa itu. Bentuk dan isi tentu harus sejalan. Kalau bentuk
salah, misalnya susunan kata-kata dalam kalimat tidak teratur sesuai
dengan struktur kalimat, arti atau maksud kalimat itu akan kabur
atau tidak dapat dipahami.
Mari kita tinjau sepatah kata yang sering dipakai orang, padahal
kata itu salah bentuknya. Yang saya maksud adalah kata
"mengkritisi". "Dia mengkritisi bahasa saya" bukanlah kalimat yang
benar. Kata "kritisi" adalah kata bentuk sebagai bentuk jamak dari
"kritikus" -- orang yang ahli mengkritik. Baik kata "kritikus",
maupun kata "kritisi", berasal dari kata "kritik".
Kata "kritik" dipungut dari bahasa Belanda yang padanannya dalam
bahasa Indonesia adalah kata "kecaman". Kata kerjanya ialah
"mengkritik" atau "dikritik". Berikut adalah contoh pemakaiannya.
a. Tabiat manusia pada umumnya suka "mengkritik", tetapi tidak
senang bila "dikritik".
b. Alm. H.B. Jassin adalah seorang "kritikus" sastra yang
terkenal.
c. "Kritisi" sastra Indonesia sangat sedikit, malah boleh
dikatakan orang yang melakukan kerja "kritik" secara teratur,
seperti H.B. Jassin, hampir tidak ada.
Dengan penggunaannya dalam kalimat seperti pada contoh-contoh di
atas, kita dapat melihat bagaimana penggunaan kata-kata itu secara
benar dalam kalimat. Dalam bahasa Indonesia tidak ada bentuk kata
kerja "mengkritisi" dan "dikritisi". Kedua bentuk itu adalah bentuk
yang salah kaprah. Jadi, jangan digunakan. Contoh lain seperti itu,
misalnya "politik", "politikus", dan "politisi".
Kesalahan kedua yang sering kita jumpai dalam tulisan-tulisan dewasa
ini ialah bentuk kata "berpetualang". Kata ini dibentuk dari kata
dasar "tualang", diberi awalan pe-, lalu diberi lagi awalan ber-.
Kata "petualang" berarti orang yang bertualang. Kata ini tidak
mungkin diberi lagi awalan ber- karena maknanya tidak sesuai dengan
nalar.
Sebagai bandingannya, dapatkah kata "pedagang" dan "petani" diberi
awalan ber-, menjadi "berpedagang" dan "berpetani"? Tidak mungkin,
bukan? Itu sebabnya bentuk "berpetualang" bukanlah bentuk yang
benar.
Dari bentuk dasar "tualang" (yang tidak dapat digunakan tanpa
imbuhan) muncul kata "bertualang" sebagai kata kerja. Orang yang
"bertualang" disebut petualang dan pekerjaannya itu sendiri disebut
"petualangan". Hanya ada tiga kata bentukan dari bentuk dasar kata
"tualang" itu, tidak ada bentuk yang lain lagi.
Contoh lain seperti tualang ialah "ungsi". Bentuk ini tidak dapat
dipakai sendiri tanpa imbuhan. Hanya muncul sebagai "mengungsi",
"pengungsi", "mengungsikan", "diungsikan", "pengungsian", dan
mungkin juga bentuk "terungsikan".
Berikut contoh dalam kalimat.
a. Korban bencana alam itu "mengungsi" ke tempat yang aman.
b. Para "pengungsi" terdiri atas laki-laki dan perempuan, bahkan
orang-orang yang sudah tua dan anak-anak.
c. Pemerintah "mengungsikan" semua penduduk dari daerah bencana itu.
d. Jumlah orang yang "diungsikan" lebih dari seribu orang.
e. Tempat "pengungsian" tidak hanya satu, tetapi beberapa.
f. Orang yang "terungsikan" merasa bersyukur karena luput dari
bencana gempa dan tsunami itu.
Diambil dan diedit seperlunya dari:
Nama majalah : Intisari (Maret 2005)
Judul Artikel: Betulkah Bentuk Mengkritisi?
Penulis : J.S. Badudu
Halaman : 162 -- 163
______________________________________________________________________
Penanggung jawab: Kristina Dwi Lestari
Kontributor : Puji Arya Yanti
Berlangganan : Kirim e-mail ke
subscribe-i-kan-penulis(at)hub.xc.org
Berhenti : Kirim e-mail ke
unsubscribe-i-kan-penulis(at)hub.xc.org
Kirim bahan : Kirim e-mail ke
penulis(at)sabda.org
Arsip e-Penulis : http://www.sabda.org/publikasi/e-penulis/
Situs CWC : http://www.ylsa.org/cwc/
Situs Pelitaku : http://pelitaku.sabda.org/
______________________________________________________________________
Isi dan bahan adalah tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA.
Didistribusikan melalui sistem network I-KAN.
Copyright(c) e-Penulis 2007
YLSA -- http://www.sabda.org/ylsa/
http://katalog.sabda.org/
Rekening: BCA Pasar Legi Solo
No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati
|
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |