Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-penulis/30 |
|
e-Penulis edisi 30 (11-4-2007)
|
|
______________________________________________________________________ e-Penulis (Menulis untuk Melayani) Edisi 030/April/2007 MENUMBUHKAN BUDAYA MENULIS PADA ANAK ------------------------------------ = DAFTAR ISI = * Dari Redaksi * Renungan Paskah : Bersaing atau Bergabung * Artikel 1 : Menumbuhkan Budaya Menulis pada Anak * Artikel 2 : Biarlah Anak Mengekspresikan Dirinya dengan Menulis * Asah Pena : Enid Blyton DARI REDAKSI ------------ Salam Sejahtera, Belakangan ini, pandangan bahwa menulis merupakan kegiatan yang sulit dilakukan, termasuk oleh anak-anak, tampaknya mulai berubah. Hal ini terbukti dari adanya fenomena munculnya penulis cilik yang mewarnai pustaka kita. Bermula dari iseng menuangkan perasaan ke dalam tulisan, menulis cerita tentang sebuah perjalanan atau cerita tokoh yang menjadi imajinasinya, ternyata malah memperlihatkan bahwa mereka adalah calon penulis cilik yang berbakat. Penggalakan budaya menulis kepada anak-anak memang sudah sepatutnya menjadi perhatian kita bersama, seiring digalakkannya kegiatan membaca. Edisi e-Penulis kali ini sengaja menyoroti hal tersebut. Kiranya membantu Anda memotivasi anak-anak di sekitar Anda untuk memaksimalkan bakat menulisnya. Jangan lewatkan pula Asah Pena yang kali ini mengulas Enid Blyton, yang memulai karier kepenulisannya ketika berusia empat belas tahun. Dalam rangka memperingati Paskah 2007, selain menyertakan sebuah renungan Paskah, kami juga turut mengucapkan SELAMAT PASKAH 2007! Kiranya kuasa kebangkitan Kristus membangkitkan semangat kita untuk turut bersaksi melalui dunia literatur. Penanggung Jawab e-Penulis, Kristina Dwi Lestari RENUNGAN PASKAH --------------- BERSAING ATAU BERGABUNG Bacaan: Rut 4:13-22 Saat berjalan-jalan di kampus suatu hari, seorang profesor seminari berpapasan dengan seorang penjaga kampus yang sedang membaca Alkitab pada jam makan siang. Sang profesor bertanya apa yang sedang dibacanya. "Kitab Wahyu," kata sang penjaga. "Saya yakin Anda tidak memahaminya," kata sang profesor dengan sombong. "Saya paham, kok," jawabnya. "Arti kitab Wahyu adalah Yesus menang." Saat menghadapi tantangan hidup, sangatlah penting untuk mengingat bahwa pada akhirnya Allah selalu menang! Dan, karena segala rencana-Nya selalu berada di jalur kemenangan, maka jauh lebih bijaksana jika kita bergabung dengan kehendak-Nya daripada bersaing dengannya. Dalam kisah Rut, lewat tuntunan Allah, Boas menyelamatkan Rut dan Naomi dari kemiskinan dan rasa malu karena tidak memiliki keturunan. Rut bisa saja menjadi pedih hati karena berstatus sebagai janda muda, dan Boas bisa saja berpikir bahwa sebagai orang asing, Rut tidak layak diperhatikan. Namun, mereka menyadari campur tangan Allah di dalam situasi mereka dan bergabung dengan rencana-Nya untuk menyediakan kebutuhan-kebutuhan Rut. Bagian yang terbaik adalah kisah mereka tidak berakhir seperti itu saja. Keselamatan bagi dunia akan datang melalui keturunan-keturunan mereka -- pertama-tama Daud dan kemudian Yesus (Matius 1:5-16). Kita dapat bersaing dengan rencana Allah dan mengejar rencana kita sendiri. Atau, kita dapat bergabung dengan rencana Allah dan berada di pihak yang menang. Pilihan ada di tangan kita --JMS Jangan pilih jalan yang tak diberkati Allah Sebab kegagalan akan datang dengan pasti; Pilihlah jalan-Nya yang berkemenangan Dan rencana-Nya yang tak tertandingi. --D. De Haan RENCANA-RENCANA ALLAH SELALU MENGARAH PADA KEMENANGAN Diambil dari: Publikasi e-Renungan Harian Edisi : Selasa, 10 April 2007 Alamat situs: http://www.sabda.org/publikasi/e-rh/2007/04/10/ ARTIKEL 1 --------- MENUMBUHKAN BUDAYA MENULIS PADA ANAK Dirangkum oleh: Puji Arya Yanti Kegiatan menulis, pada dasarnya, merupakan kegiatan yang baik dilakukan oleh anak. Dengan menulis, kreativitas anak dapat ditingkatkan. Demikianlah salah satu alasan menulis yang dikemukakan Caryn Mirian-Goldberg dalam bukunya, "Daripada Bete Nulis Aja!". Dengan menulis, seorang anak ibarat membenamkan diri dalam proses kreatif. Karena ketika ia menulis, itu berarti anak menciptakan sesuatu, yang juga berarti melontarkan pertanyaan-pertanyaan, mengalami keraguan dan kebingungan, sampai akhirnya menemukan pemecahan. Dan ketika proses kreatif tersebut semakin dilatih, anak akan semakin mudah untuk mengalihkan keahliannya kepada bidang lain yang juga membutuhkan solusi kreatif, seperti sekolah maupun kegiatan-kegiatan lainnya. Dari kegiatan menulis ini pula anak dapat memperoleh manfaat, di antaranya sebagai berikut. - Anak dapat menyatakan perasaannya tentang apa yang dialami dalam bentuk tulisan. - Anak dapat menyatukan pikiran ketika menuangkan ide dengan kata-kata. - Anak dapat menunjukkan kasih kepada sesama, misalnya dengan menulis surat ucapan terima kasih atau ulang tahun kepada orang tua, teman, atau bahkan guru. - Anak bisa meningkatkan daya ingat dengan cara membuat dan menulis informasi tentang sesuatu. KIAT MENUMBUHKAN BUDAYA MENULIS PADA ANAK Mengingat banyaknya manfaat kegiatan menulis bagi anak, budaya menulis tentu perlu ditumbuhkembangkan. Untuk itu, pertama-tama, tumbuhkan dulu kecintaan dan kebiasaan anak dalam hal membaca. Satu hal yang perlu diingat, menulis sangat berbeda dengan berbicara. Tentunya komunikasi melalui tulisan cenderung lebih sulit. Meskipun demikian, bukan tidak mungkin bisikan dan teriakan, seperti ketika berbicara, diwujudkan dalam bentuk tulisan. Hanya saja, untuk mengungkapkannya dibutuhkan kecerdasan bahasa. Dan membaca menjadi solusinya. Dengan banyak membaca, rasa kebahasaan anak akan berkembang. Ketika anak baru memulai menulis, tidak perlu mengajarkan tata bahasa pada anak. Sebagian besar pengetahuan ketatabahasaan ini sifatnya berkembang sehingga bisa dikuasai anak sedikit demi sedikit. Secara alami, anak akan belajar berbicara dari bahasa yang mereka dengar. Anak juga akan belajar menulis dalam bahasa yang mereka baca, tentunya bila mereka banyak membaca karena buku adalah masukan untuk tulisan yang baik. Menuntut kesempurnaan tulisan anak adalah kerangka berpikir yang buruk untuk menjadikannya seorang penulis. Tidak hanya menyingkirkan kreativitas dan keceriaan, hal tersebut juga bisa menimbulkan kelumpuhan besar bagi penulis. Gunakan kata-kata pujian sebagai cara yang efektif untuk memotivasi anak dalam menulis. Untuk saran dan kritik atas tulisan anak, tunggu sampai anak betul-betul mulai menganggap diri mereka penulis karena saat itu mereka lebih berminat pada cara-cara menulis yang lebih baik. Namun, tetap usahakan memberi saran dan kritik dengan cara yang hati-hati. Satu hal yang juga perlu dihindari adalah membaca tulisan anak tanpa seizin mereka. Jangan pernah melakukan hal itu! Tunjukkan saja kalau Anda tertarik dengan tulisan mereka dan untuk membacanya bertanyalah terlebih dulu dan jangan memaksa atau mencuri-curi untuk membaca tulisan anak. Selain itu, jangan menyensor tulisan anak. Tulisan anak yang betul-betul tidak bisa diterima biasanya hanyalah musiman. Jangan khawatir ketika hal itu terjadi karena masa tersebut akan berakhir juga. Bersyukur dan bergembiralah saja karena anak memperlihatkan tulisannya yang seperti itu kepada Anda. Itu berarti mereka mempercayai Anda. Seperti halnya membaca, selera menulis anak bisa berbeda-beda. Oleh karena itu, doronglah mereka untuk menulis sesuatu yang mereka senangi. Tidak menjadi masalah apa jenis tulisan anak. Malahan, semakin banyak jenis tulisan yang dibuat, semakin terampil pula mereka jadinya. Berikut ini empat bentuk kegiatan menulis yang bisa dikerjakan guna menumbuhkan budaya menulis pada anak. 1. Menulis Puisi Menulis puisi merupakan cara yang mudah untuk memulai usaha menumbuhkan budaya menulis pada anak. Penulisan puisi bisa menggugah rasa kebahasaan lewat permainan dengan kata-kata dan struktur kalimat. Meskipun menulis puisi mungkin tidak disukai oleh semua anak, kita bisa menyediakan berbagai bentuk puisi untuk menunjukkan pada anak-anak bahwa membuat puisi itu mudah dan menyenangkan untuk mengekspresikan perasaan dan ide pikiran. 2. Menulis Kalimat Deskripsi Kegiatan menulis ini dilakukan dengan cara, anak menuliskan kalimat-kalimat deskripsi dari gambar-gambar yang mereka miliki. Misalnya, gambar kuda. Ajak anak menjelaskan seekor kuda lewat tulisan. Tulisan tersebut bisa dipasang di bawah gambar kuda yang dimiliki anak. Kegiatan menulis deskripsi ini dapat merangsang anak untuk mengungkapkan suatu bentuk/benda yang dipahami anak melalui tulisan. 3. Menulis Doa Menuliskan doa tidak dimaksudkan untuk menunjukkan bagaimana cara anak berkomunikasi dengan Allah. Namun, hal ini dapat menolong anak untuk lebih mengerti permohonan doa yang disampaikan dan mengatur cara penyampaian idenya. Menulis doa sekaligus juga dapat menolong anak-anak untuk mengetahui bagaimana Allah menjawab doa-doa mereka. 4. Menulis Jurnal atau Catatan Harian Menulis buku harian atau jurnal bisa menjadi aktivitas menulis yang baik bagi anak. Kegiatan ini bisa menciptakan hubungan intim antara anak dan kegiatan tulis-menulis. Hal ini juga bisa membuat anak melihat betapa kuatnya tulisan dan banyaknya wawasan tentang pengalaman sehari-hari yang diperoleh anak dari tulisan. Pada akhirnya, untuk menumbuhkan budaya menulis pada anak, anak perlu dibiasakan dengan tulis menulis itu sendiri dan menjadikan kegiatan menulis sebagai suatu hal yang menyenangkan. Perlu kerja keras, kesabaran, dan bimbingan untuk meraihnya. Namun hasilnya, anak akan memetik keuntungan sepanjang hidupnya melalui kegiatan ini. Sumber bacaan: Choun, Robert J. dan Michael S. Lawson. 1993. "The Complete Handbook of Children`s Ministry". Nashville: Thomas Nelson Publishers. Haystead, Wes dan Sheryl Haystead. 1992. "Sunday School Smart Pages". Ventura: Gospel Light. Leonhardt, Mary. 2001. ",99 Cara Menjadikan Anak Anda Bergairah Menulis:. Bandung: Kaifa. Mirriam-Goldberg, Caryn. 2003. "Daripada Bete Nulis Aja!". Bandung: Kaifa. ARTIKEL 2 --------- BIARLAH ANAK MENGEKSPRESIKAN DIRINYA DENGAN MENULIS Oleh: Kristina Dwi Lestari Ada orang tua yang menganggap bahwa tingkat kecerdasan anak diukur dari IQ-nya saja. Anak yang mempunyai tingkat intelektual yang tinggi adalah anak yang mampu mengerjakan soal matematika atau pelajaran eksakta daripada pelajaran lainnya. Hal ini jelas sebuah pandangan yang harus sedikit diubah dalam masyarakat kita, khususnya para orang tua. Tingkat kecerdasan anak sekarang ini tidak hanya diukur dari IQ saja, namun juga tingkat spiritualitas (SQ) dan emosionalnya (EQ). Kita juga harus menyadari bahwa seorang anak mempunyai tingkat kecerdasan dan bakat, serta minat yang berbeda-beda. Berbicara masalah bakat, ada anak yang berbakat dalam hal seni, menulis, olahraga, dan lain sebagainya. Dalam hal ini, peranan orang tua dalam memupuk bakat anak sejak usia dini agar berkembang secara optimal adalah sangat penting. Pada artikel di atas kita mendapat pemahaman betapa menumbuhkan budaya menulis kepada anak merupakan hal yang perlu kita lakukan kepada anak-anak kita. Beberapa penulis cilik yang bermunculan akhir-akhir ini membuktikan bahwa budaya menulis mulai diminati oleh anak. Sebut saja Izzati, seorang novelis termuda asal Bandung yang berhasil dinobatkan sebagai novelis termuda oleh MURI. Gadis kelas VI SD ini telah menghasilkan beberapa karya, di antaranya novel berjudul "Powerful Girls", "Kado untuk Ummi", dan lain-lain. Ada juga A. Ataka A.R., salah satu penulis cilik yang telah membuat dua novel. Ia menuturkan bahwa menulis dilakukannya saat merasa frustasi atau bosan. Dalam keadaan inilah dia menyalurkan idenya dengan membiarkan jarinya menari di atas kertas. Jangan pernah takut salah atau takut cerita kita jelek. Dan jangan menanti mood datang, tapi kitalah yang harus menciptakan mood itu, kata Ataka dalam pernyataannya seperti dikutip dari majalah Matabaca. BUDAYA MEMBACA SEBAGAI MODAL PENTING DALAM MENULIS Apa betul kegiatan membaca dapat membantu seseorang untuk kreatif? Jordan E. Ayan menjelaskan bahwa membaca dapat memicu kreativitas. Buku mengajak kita membayangkan dunia beserta isinya, lengkap dengan segala kejadian, lokasi, dan karakter. Bayangan yang terkumpul dalam tiap buku yang melekat dalam pikiran, membangun sebuah bentang ide dan perasaan yang menjadi dasar dari ide kreatif (Hernowo 2003: 37). Padahal salah satu faktor yang mendorong agar anak mempunyai minat menulis ialah kebiasaan membacanya. Sudahkah minat baca anak kita tinggi? Ini merupakan pertanyaan yang sedikit ironis karena pada kenyatannya, minat baca anak-anak Indonesia sangatlah rendah. Banyak fakta menunjukkan bahwa anak-anak kita lebih suka bermain video game daripada duduk berlama-lama untuk membaca sebuah buku. Murti Bunanta menganjurkan, sedari kecil, anak-anak perlu didekatkan pada bacaan. Penelitian Prof. Benyamin Bloom mengungkapkan, saat berusia empat tahun, anak berada dalam periode suka meniru perbuatan orang tuanya tanpa terkecuali. Jadi dapat diharapkan, jika orang tua suka membaca, anak juga akan melakukan hal yang sama. Sebagai contoh, jika sejak kecil anak sudah dibiasakan dengan bacaan (sastra), mereka akan didekatkan dengan kehidupan manusia (Bunanta 2004: 85). Dengan membaca karya sastra seperti cerpen, puisi, dll., mereka akan belajar banyak hal dan memuliakan perasaan (Kartono 2001: 116). Boleh dikatakan, membaca dan menulis bak dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan. Dengan membaca, wawasan anak akan semakin berkembang. Negara yang terencana dan tersistematis membangun negara dan bangsanya melalui gerakan pendidikan massal dengan sikap ilmiah, rasional, kritis, dan rajin membaca apa saja dan di mana saja, tegas Suryopratomo, pemimpin redaksi/penanggung jawab harian "Kompas" dalam pernyataannya yang dikutip dalam Matabaca edisi Juli 2004. MENULIS ADALAH SENI Kita mungkin masih ingat ketika sewaktu kecil kita suka sekali menulis suatu kejadian dalam sebuah diari. Dengan mudahnya kita meluapkan segala perasaan itu ke dalam sebuah untaian kata-kata dan akhirnya sebuah cerita. Kita tidak menyadari bahwa kegiatan itu merupakan bagian dari proses kreatif yang sedang kita ciptakan sebagai salah satu bentuk seni. Jika bakat tersebut sudah terlihat pada anak Anda, jangan sia-siakan. Berikan ruang buat mereka untuk mengembangkan bakat tersebut. Menulis merupakan sebuah seni. Karena dalam menuangkan ide seorang penulis ke dalam sebuah tulisan itu bebas, sesuai dengan kreativitas dan daya seni seseorang. Kata "seni" mengandung arti keahlian membuat karya yang bermutu atau kesanggupan akal untuk menciptakan sesuatu yang bernilai tinggi dan luar biasa. Menulis, sesuai dengan pendapat Tony Tedjo, berarti menuangkan isi hati si penulis ke dalam bentuk tulisan sehingga maksud hati penulis bisa diketahui banyak orang melalui tulisan yang disajikan. Setiap anak mempunyai potensi untuk menulis. Biarkan imajinasinya mereka tumpahkan dalam cerita yang mereka ciptakan. A. Ataka A.R. mengatakan bahwa dia seperti mempunyai dunia sendiri manakala dia sedang menulis sebuah cerita. Novel pertama yang dia ciptakan dengan judul "Misteri Pedang Skinhead# 1" yang diterbitkan oleh Penerbit Alenia, dia selesaikan dalam waktu satu tahun. Kita dapat membayangkan betapa luar biasa imajinasi yang ada di otak mereka. "Yang dibutuhkan dari seorang penulis adalah 10% bakat, sisanya 90% adalah kemauan dan latihan," begitulah pengakuan dari Gary Provost sebagaimana dikutip Tony Tedjo. BEKERJA SAMA DENGAN PENERBIT Benar jika nanti akan banyak karya dari anak untuk anak. Anak tidak lagi membaca karya yang orang dewasa ciptakan bagi mereka. Bisa jadi mereka dapat menciptakan karya bagi anak yang lain. Hal ini tidak menutup kemungkinan bahwa karya-karya mereka akan memberikan motivasi bagi teman-teman sebayanya yang mempunyai minat yang sama, namun malu untuk mengekspresikan dirinya dengan menulis. Sebuah stimulus yang bagus jika banyak penerbit yang mau menerbitkan karya dari penulis anak-anak. Bukan tidak mungkin nanti banyak penerbit yang akan kerepotan dengan banyaknya naskah yang ditulis oleh anak-anak masuk ke meja penerbit. Ali Muakhir, manajer penerbitan DAR!Mizan, mengatakan bahwa anak-anak harus didengar dan diapresiasi keinginannya sambil sedikit diarahkan, bukan diberi masukan, karena akan meningkatkan adrenalin mereka untuk menghasilkan karya yang optimal. Dan satu lagi, jangan ada pemaksaan terhadap mereka. Dia menambahkan bahwa penerbitannya tidak akan mengedit karya mereka seperti penulis dewasa. Penerbit ingin menjaga keorisinalan karya mereka. Oleh karenanya, penerbitnya hanya akan mengedit 5% dari naskah yang ada. Itupun harus didiskusikan terlebih dahulu dengan penulis maupun dengan orang tuanya. Potensi-potensi kecil itu menurut Ali Muakhir harus senantiasa dipupuk, baik secara individu, yaitu dengan melibatkan orang tua untuk memberi motivasi dan fasilitas untuk terus berkarya, atau secara bersama-sama dengan mengadakan temu penulis atau memberikan info- info yang diperlukan mereka. Mel Levine, salah seorang pakar pendidikan anak, menekankan bahwa sangatlah penting untuk menumbuhkan dan meningkatkan kelebihan pada anak. Lebih lagi pada minat yang terfokus, perlu juga dipupuk. Pikiran manusia itu berkembang dengan minat yang mendalam pada bidang yang menarik baginya. Minat pada suatu bidang bisa membuat kita mahir dalam hal tersebut (Levine 2004: 363-365). Oleh sebab itu, orang tua dan guru perlu membantu menemukan hal yang diminati anak dengan sepenuh hati. Kalau ada beberapa penerbit yang menaruh perhatian pada perkembangan para penulis cilik yang notabene adalah calon penulis di masa mendatang, maka kita patut menyambut gembira hal tersebut. Selamat mendukung anak Anda dalam proses kreatif yang sedang mereka ciptakan. Daftar bacaan: Bunanta, Murti. 2004. "Buku, Mendongeng dan Minat Membaca". Jakarta: Penerbit Tangga. Hernowo. 2003. "Quantum Reading". Bandung: Mizan Learning Centre. Kartono, ST. 2001. "Menabur Benih Keteladanan". Yogyakarta: KEPEL Press. Levine, Mel. 2004. "Menemukan Bakat Istimewa Anak". Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Muakhir, Ali. 2006. Kecil-Kecil Punya Karya, dalam "Matabaca" Vol.4/No.7/Maret 2006. Hlm. 11. Parera, Frans.M. 2004. Buku Sebagai Kultur Product, dalam "Matabaca" Vol.2/No.11/Juli 2004. Hlm. 10 -- 11. Tedjo, Tony. "Menulis Seni Mengungkapkan Hati", dalam http://www.sabda.org/pelitaku/node/225. ASAH PENA --------- ENID BLYTON Diringkas oleh: Raka Sukma Kurnia Enid Mary Blyton lahir di flat kecil di atas sebuah toko di Lordship Lane, East Dulwich, South London pada tanggal 11 Agustus 1897. Ia merupakan putri pertama dari pasangan Thomas Carey Blyton dan Theresa Mary Hamilton. Belum genap setahun usianya, Enid menderita sakit parah dan hampir meninggal. Namun, ia kembali sehat. Keluarga ini kemudian pindah ke Beckenham, Kent. Di sinilah Hanly, anak kedua Thomas dan Theresa lahir, tepatnya pada tahun 1899. Tiga tahun kemudian, Carey, anak terakhir keluarga ini pun lahir. Saat itu, keluarga Blyton telah pindah ke rumah yang lebih besar di Clockhouse Road 31. Enid mulai bersekolah ketika berusia sepuluh tahun. Di sekolah, ia menjadi murid yang populer. Bersama Mirabel Davies dan Mary Attenborough, Enid membuat sebuah majalah bernama "Dab". Bila Mirabel menulis puisi dan Mary menggambar ilustrasinya, Enid menulis cerita pendek. Sejak kecil, Enid sangat gemar membaca. Ia sangat menyukai "Alice In Wonderland" karya Lewis Carroll, "Little Women" karya Louisa Alcott, "The Princess and the Goblin" karya George Macdonald, dan "The Coral Island" karya R.N. Ballantyne. Namun, setelah menjalani hidup yang tidak harmonis, kedua orang tua Enid akhirnya bercerai. Kondisi ini jelas sangat memukul Enid. Tak heran bila kemudian ia sering menulis, "ayahnya tak memerhatikan keluarganya", "ayahnya pergi", "ayahnya meninggal", dan ungkapan-ungkapan sejenis lainnya dalam cerita-ceritanya. Kemudian Enid dan adik-adiknya dibawa pindah ke Elm Road 14 di Beckenham, Kent. Diliputi kesedihan, Enid mulai menulis. Sejumlah puisi dan cerita-ceritanya ia kirim ke media massa. Sayangnya selalu ditolak. Meski demikian, pada usia empat belas, Enid memenangi lomba menulis puisi anak-anak. Ketika itu ia mendapat pujian dari Arthur Mee, seorang penulis yang mendorongnya untuk terus menulis. Ketika mendapat kesempatan untuk melanjutkan sekolah ke Sekolah Musik Guildhall, Enid menampiknya. Meski hal itu merupakan impian ayahnya, Enid merasa jalur menulis merupakan jalan hidupnya. Hubungan Enid dengan ibunya tidak sebaik hubungan Enid dengan ayahnya, bahkan tidak pernah baik. Sebaliknya, Enid malah menemukan sosok ibu idaman pada diri Mabel Attenborough, bibi teman sekolahnya, Mary Attenborough. Bibi Mabel inilah yang mendorong Enid untuk terus menulis cerita dan puisi. Masih diliputi kebingungan untuk melanjutkan sekolahnya, Enid disarankan untuk berlibur ke tanah pertanian keluarga Hunt di Suffolk. Di sanalah Enid bertemu Ida Hunt yang mengajaknya untuk terlibat mengajar anak-anak. Ida pulalah yang menyarankan Enid untuk melanjutkan ke sekolah guru. Akhirnya, pada bulan September 1916, Enid menempuh pendidikan sebagai guru TK di Sekolah Menengah Ipswich. Meskipun mendapat banyak pengetahuan seputar dunia anak-anak, Enid harus menghentikan kesukaannya menulis cerita fiksi. Tapi ia tidak pernah berhenti menulis puisi. Malahan, puisinya yang berjudul Have You dimuat di "Nash`s Magazine" pada 1917. Ia pun semakin giat menulis. Setelah lulus pada 1918, Enid menjadi guru privat anak-anak. Ia sangat disenangi, terutama dongengnya. Dan ia selalu mengarang sendiri setiap dongeng yang ia sampaikan di ruang kelasnya. Dari ruang kelasnya pulalah ia mengetahui selera anak-anak. Melihat reaksi murid-muridnya terhadap cerita dan dongengnya, Enid memberanikan diri untuk mengirimkan karya-karyanya ke majalah. "Teachers` World" menjadi tempat menampung karya-karya Enid, mulai dari fiksi hingga lagu-lagu karangannya. Bahkan redaksi majalah tersebut mengangkat Enid menjadi penulis tetap dengan kolom sendiri yang bernama From My Window. Sejak buku kumpulan puisi, "Child Whisper", dibukukan pada 1922, karier Enid sebagai penulis semakin berkembang. Buku-buku selanjutnya pun menyusul, seperti "Real Fairies Poems", "Responsive Singing Games", "The Enid Blyton Book of Fairies", "Songs of Gladness", "The Zoo Book", dan buku-buku lainnya yang diterbitkan oleh J. Saville & Newnes. Ketika berada di penerbitan J. Saville & Newnes, Enid bertemu dengan Mayor Hugh Alexander Pollock, veteran perang sekaligus editor di sana. Enid jatuh cinta padanya meskipun Pollock sudah menikah. Meski demikian, mereka akhirnya menikah juga pada 28 Agustus 1924, setelah rumah tangga Pollock akhirnya berantakan. Setelah menikah, mereka tinggal di Elfin Cottage, di Shortlands Road, Beckenham, Kent. Di sana Enid memiliki sejumlah hewan peliharaan yang kemudian memberi banyak inspirasi dalam cerita-ceritanya. Beberapa tahun setelah pernikahan mereka, Enid belum juga mendapat anak. Ketika memeriksakan diri ke dokter, barulah diketahui bahwa uterus Enid sangat kecil, seperti gadis belasan tahun. Namun, kehidupan mereka tetap mesra. Akhirnya, pada tahun 1931, dalam usianya yang ke-34, Enid melahirkan Gillian. Setelah Gillian lahir, Enid yang masih menyimpan obsesinya untuk menulis novel dewasa, mulai menulis "The Caravan Goes On". Dengan kecepatan tujuh ribu kata per hari, novel itu selesai pada 25 Januari 1932. Namun, karyanya itu ditolak penerbit sehingga ia kembali menulis cerita anak-anak. Akan tetapi, hubungan Enid dengan suaminya menjadi buruk. Kesuksesan Enid membuatnya minder sehingga ia sering mabuk-mabukan. Di tengah kondisi itu, putri kedua mereka, Imogen, lahir. Hubungan keduanya ternyata tidak dapat dipertahankan lagi. Pada 1942, Pollock menceraikan Enid dengan catatan tetap diizinkan menemui kedua putri mereka. Kemudian Enid menikahi Kenneth Darrell Waters, seorang ahli bedah setahun setelah bercerai. Sedangkan Pollock menikahi Ida Crowe, novelis wanita, enam hari setelah pernikahan Enid. Pada 1942 itu juga, serial terkenal "Famous Five" mulai ditulis. Ia menulis kisah Julian, Dick, George, Ann, dan seekor anjing bernama Timmy ini setiap tahun. Ia menulis 21 judul dalam serial ini. Tokoh Georgina, yang lebih suka dipanggil George dan berpenampilan seperti laki-laki ini sering disebut menyerupai Enid. Produktivitas Enid masih terus berlangsung. Ia juga menulis "Secret Seven", "The Adventurer series", "The Mystery series" dan "The `Barney` Mystery Books". Dan ketika Perang Dunia II berlangsung, ia mengurus pencetakan setiap karyanya. Bahkan saat itu ia menulis sepuluh ribu kata per hari. Kadang ia menggunakan nama Mary Pollock, seperti dalam "Three Boys and a Circus" dan "Children of Kidillin". Pada 1945, ia berhenti mengisi kolom di "Teachers` World". Lalu menerbitkan "Little Noddy Goes to Toyland" yang kemudian menjadi seri terkenal. Lalu pada 1952, ia mengundurkan diri dari "Sunny Stories" dan menerbitkan "Enid Blyton Magazine". Ia juga bukannya tidak diserang kritik. Antara 1950 dan 1960, karya-karyanya dianggap menekankan peranan gender secara kaku dan menampilkan nilai-nilai kelas menengah yang santai. Karya-karyanya pun dianggap tidak mendidik dan ditarik dari perpustakaan umum, bahkan dilarang di sekolah-sekolah. Beberapa tulisannya juga disebut-sebut tidak ditulis sendiri. "The Summer Storm" menjadi novel dewasa keduanya. Namun seperti yang pertama, novel ini pun ditolak penerbit. Setelah "Enid Blyton Magazine" berhenti terbit pada akhir 1959, konsentrasi Enid untuk menulis mulai hilang. Lalu suaminya meninggal pada 1967. Ia sendiri menyusul pada 28 November 1968 setelah menulis sekitar tujuh ratus buku, tersebar di seluruh dunia. Mengenai keberhasilannya, Michael Woods, seorang psikolog berujar, "Enid pernah menjadi seorang anak, dia berpikir seperti anak-anak, menulis sebagai anak-anak". Diringkas dari: Judul buku: 10 Kisah Hidup Penulis Dunia Penyunting: Anton W.P. dan Yudhi Herwibowo Penerbit : KATTA, Solo 2005 Halaman : 36 -- 48 ______________________________________________________________________ Penanggung jawab: Kristina Dwi Lestari Berlangganan : Kirim e-mail ke subscribe-i-kan-penulis(at)hub.xc.org Berhenti : Kirim e-mail ke unsubscribe-i-kan-penulis(at)hub.xc.org Kirim bahan : Kirim e-mail ke staf-penulis(at)sabda.org Arsip e-Penulis : http://www.sabda.org/publikasi/e-penulis/ Situs CWC : http://www.ylsa.org/cwc/ Situs Pelitaku : http://pelitaku.sabda.org/ ______________________________________________________________________ Isi dan bahan adalah tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA. Didistribusikan melalui sistem network I-KAN. Copyright(c) e-Penulis 2007 YLSA -- http://www.sabda.org/ylsa/ http://katalog.sabda.org/ Rekening: BCA Pasar Legi Solo No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |