Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-penulis/175 |
|
e-Penulis edisi 175 (3-3-2016)
|
|
__________________e-Penulis (Menulis untuk Melayani)__________________ 175/Maret/2016 Drama dan Teater (I) e-Penulis -- Drama dan Teater (I) Edisi 175/Maret/2016 DAFTAR ISI DARI REDAKSI: MENYAMPAIKAN KEBENARAN MELALUI DRAMA ATAU TEATER ARTIKEL: TEATER SEBAGAI MEDIA ALTERNATIF KHOTBAH POJOK BAHASA: PERBEDAAN MAKNA KATA "SEMUA", "SELURUH", "SEGALA", "SEKALIAN, DAN "SEGENAP" RESENSI BUKU: KITAB NABI-NABI KECIL STOP PRESS: KUMPULAN BAHAN PASKAH BERKUALITAS DARI REDAKSI: MENYAMPAIKAN KEBENARAN MELALUI DRAMA ATAU TEATER Bagi pecinta seni peran, dunia drama dan teater memang sangat menarik. Drama dan teater bisa menjadi arena istimewa untuk mengekspresikan pesan kepada orang lain. Bagaimana jika drama atau teater digunakan sebagai sarana untuk menyampaikan kebenaran? Jika ada di antara Sahabat e-Penulis yang mencintai seni peran, apa yang akan Anda lakukan melalui drama dan teater bagi kemuliaan Tuhan? Sajian e- Penulis ini akan membuka wawasan dan hati kita untuk mengembalikan seni peran, drama dan teater, bagi kemuliaan Tuhan. Apakah cukup hanya dengan berperan sebaik mungkin? Bacalah edisi ini dengan saksama dan dapatkan hal terpenting yang harus dimiliki pemain teater Kristen. Tuhan Yesus memberkati. Pemimpin Redaksi e-Penulis, Santi T. < santi(at)in-christ.net > < http://pelitaku.sabda.org > RENUNGAN: PENDERITAAN-NYA DAN JALAN MASUK KITA "Kemudian sampailah Yesus bersama murid-murid-Nya ke suatu tempat yang bernama Getsemani. Lalu Ia berkata kepada murid-murid-Nya ... "Tinggallah di sini dan berjaga-jagalah dengan Aku." (Matius 26:36,38) Kita takkan pernah memahami sepenuhnya penderitaan hebat Yesus di taman Getsemani, tetapi setidaknya kita jangan salah paham tentang hal itu. Itu adalah penderitaan Allah, dan manusia dalam satu Pribadi yang berhadapan langsung dengan dosa. Kita tidak dapat belajar tentang Getsemani melalui pengalaman pribadi. Getsemani dan Kalvari melambangkan sesuatu yang sepenuhnya unik -- kedua tempat itu merupakan jalan masuk menuju kehidupan. Bukan kematian di kayu salib yang menyebabkan penderitaan Yesus di Getsemani. Faktanya, Dia menyatakan dengan tegas bahwa Dia datang untuk mati. Yang menjadi perhatian atau `concern`-Nya di sini adalah bahwa kemungkinan Dia tidak melewati pergumulan ini dengan sempurna sebagai Anak Manusia. Dia yakin akan melewatinya sebagai Anak Allah -- iblis tidak dapat menyentuh Dia dalam hal itu. Akan tetapi, serangan iblis adalah agar Tuhan mengatasinya untuk kita dengan kekuatan-Nya sendiri sebagai Anak Manusia. Jika Yesus berbuat demikian itu, Dia tidak dapat menjadi Juru Selamat kita (lihat Ibrani 9:11-15). Bacalah catatan tentang penderitaan-Nya di Getsemani dalam kaitannya dengan pencobaan-Nya di padang gurun -- "... iblis ... mundur dari hadapan-Nya dan menunggu saat yang baik" (Lukas 4:13). Di Getsemani, iblis datang kembali dan dikalahkan lagi. Serangan akhir iblis terhadap Tuhan sebagai Anak Manusia adalah di Getsemani. Penderitaan di Getsemani adalah penderitaan Anak Allah dalam memenuhi maksud/tujuan-Nya sebagai Juru Selamat dunia. Selubung itu disingkapkan di sini untuk mengungkapkan semua yang diderita-Nya agar memungkinkan kita menjadi anak-anak Allah. Penderitaan-Nya yang mendalam adalah landasan bagi simplisitas atau "kesederhanaan" keselamatan kita. Salib Kristus adalah kemenangan bagi Anak Manusia. Itu bukan hanya sebuah tanda bahwa Tuhan kita telah menang, tetapi bahwa Dia telah menang untuk menyelamatkan umat manusia. Karena dengan apa yang oleh Anak Manusia telah lalui dengan sempurna, maka setiap manusia telah disediakan jalan masuk menuju mahahadirat Allah. Sumber asli: Nama situs: Renungan Harian My Utmost for His Highest Alamat URL: https://renunganharianmyutmostforhishighest.wordpress.com/ditetapkan-allah-untuk-kudus/penderitaan-nya-dan-jalan-masuk-kita/ Penulis renungan: Oswald Chambers Tanggal akses: 17 Februari 2016 Diambil dari: Nama situs: Situs Paskah Indonesia Alamat URL: http://paskah.sabda.org/penderitaannya_dan_jalan_masuk_kita Penulis renungan: Oswald Chambers Tanggal akses: 18 Februari 2016 ARTIKEL: TEATER SEBAGAI MEDIA ALTERNATIF KHOTBAH Teater Kristen Saya tak ingin lebih jauh membongkar masalah keprihatinan tentang iman Kristen pada saat ini. Sampai saat ini, bila dibandingkan dengan seni suara atau musik, teater di gereja masih belum dimengerti akan keberadaannya. Padahal, sebagai sarana pelayanan lewat media drama, ia tak kalah efektif bila dibandingkan dengan jenis seni yang lain. Persoalannya, mengapa teater atau seni drama belum diminati di gereja? Ketika saya "turun gunung" dari lokakarya teater rakyat di padepokan bengkel Teater Rendra di Desa Cipayung, Depok, pada tahun 1995, yang diadakan oleh Yayasan Komunikasi Masyarakat (Yakoma PGI). Kami memperkenalkan teater kepada majelis dan jemaat gereja sebagai media alternatif yang sangat komunikatif di tengah liturgi yang monolog. Di bawah bendera "Dapur Teater PRPO", kami mementaskan sebuah pementasan dengan judul "dramatisasi puisi ? Nyanyian Pujian Maria", naskah yang saya buat sendiri dengan dekorasi yang sederhana. Di depan level rendah ditutupi oleh kain berwarna merah dan di belakang dua kursi yang memanjang diselimuti kain hitam. Pada komposisi background tengah, saya sengaja menaruh salib dari kayu yang berdiri miring ke kanan sebagai simbol bahwa penderitaan Kristus tak kunjung usai atas dosa kita. Ketika pentas teater berlangsung, banyak orang tertawa, terharu, dan ada pula yang tersenyum kecut karena menyentil sebuah perilaku. Kritik tajam terhadap kehidupan kristiani dalam sebuah lakon pementasan teater awalnya tak semua majelis dan jemaat menyukai media ini. Barangkali, hal ini menjawab pertanyaan saya mengapa teater atau seni drama belum diminati di gereja. Dalam proses perjalanan teater di gereja, sebuah pementasan drama tak ubahnya firman Tuhan yang berkhotbah seperti pedang yang bermata dua. Ia tidak lagi membuat jemaat tertidur, tetapi berjaga?jaga untuk melakukan refleksi atas segala perbuatan yang kita perbuat dalam kehidupan hari lepas hari, selaku pelajar, karyawan, bahkan pengangguran. Kekuatan seni teater ini makin lama makin kental di jemaat kami. Di setiap acara Natal, Paskah, dan ulang tahun gereja, kami hadirkan teater yang terasa lebih kontekstual pada situasi tema yang tengah terjadi, mulai dari persoalan bangsa sampai persoalan umat kristiani sendiri. Kami beruntung waktu itu dapur teater kami didampingi oleh seorang dramawan senior tahun 73-an -- Arthur John Horoni. Dan, seorang pendeta yang "unik", Pdt. Glorius Bawengan, yang piawai dalam memuncakkan khotbah "ending"-nya dalam setiap pementasan drama kami. Teater sebagai Alat Komunikasi Pada masa keaktifan saya tahun 1995 sampai tahun 2000 dalam memberikan latihan dasar teater dan penyutradaraan pementasan yang pernah kami pentaskan di Wisma Pelaut, balai rakyat PGRI Depok, perusahaan besar seperti ICI, Jiwasraya, selaku pendeta muda yang mewartakan Kabar Baik melalui teater tentunya kami menyadari bahwa pesan yang baik tanpa pengomunikasian yang menarik, maka akan membosankan. Tuntutan dasar?dasar seni teater, olah vokal, olah tubuh, mencipta komposisi, ekspresi visual, improvisasi sampai pada analisis sosial ke lokasi sekitar untuk pembuatan suatu naskah terus kami gumuli. Dalam seni teater, setiap pemain dituntut untuk menjiwai dan memerankan karakter dan laku tokoh?tokohnya dengan baik. Usaha untuk mencapai hal tersebut biasanya membutuhkan latihan yang serius. Bagi mereka yang baru mengenal latihan dasar teater akan terkesan "aneh", "lucu". Loh ... latihannya kok seperti "orang gila", demikian celetuk yang muncul. Mempelajari seni teater yang terpenting bukan saja keinginan pemain menjadi seorang aktor sinetron besar seperti mas Adi Kurdi misalnya, tetapi melatih pengorganisasian (baca: teater rakyat). Membentuk sikap kerja sama dan kesetiakawanan dengan melibatkan diri kita dalam seluruh proses kelompok melalui kerja kolektif, interaksi, memberi, dan menerima kritik. Adanya kesempatan untuk menggali talenta dan menunjukkan potensi diri di lingkungan gereja dan masyarakat. Dalam proses latihan itu, latihan dasar dalam bentuk permainan rakyat merupakan pembebasan diri dari sebuah sistem yang mengungkung dan menindas. Saat ini, kita akan banyak menjumpai permainan teater rakyat digunakan oleh praktisi SDM dalam perusahaan?perusahaan besar, dalam acara "outbound", yaitu membentuk "team building". Untuk mengobati karyawannya yang mulai jenuh, suntuk, dan mulai tak bergairah. Ibaratnya, men-charge kembali batu baterai. Kesepakatan dari seorang pemain teater Kristen (baca: orang?orang yang berniat terjun dalam pelayanan teater), ia bukan pihak yang dikuasai lakon, tetapi sebaliknya. Artinya, bahwa dalam memerankan apa saja, seorang pemain teater Kristen tidak perlu khawatir, misalnya menjadi jahat karena memerankan Yudas Iskariot. Akan tetapi, mungkin saja ia menjadi jahat karena masih dikuasai oleh lakon. Berarti, di sini perlu kesadaran pribadi. Bahwa aku memerankan tokoh yang jahat ini karena aku mendukung suatu pesan yang baik, yang ingin dibagikan lewat pementasan sebuah drama. Motivasi yang memang harus lahir dan hidup bagi seorang pemain teater Kristen adalah hanya tertuju bagi kemuliaan Tuhan. Akan tetapi, akan menjadi persoalan baru jika teater Kristen dijadikan sebagai bentuk seni panggung. Tak ubahnya pendeta terkenal yang naik mimbar dan menjadi larut ke dalam penonjolan kesalehan pribadi, lupa untuk siapa? Dan, yang paling celaka, timbul krisis kesadaran misi sampai akhirnya sang "aku" yang bertakhta dan bukan Kristus. Di sinilah, doa menjadi kekuatan agar pelayanan lewat teater dimurnikan oleh Tuhan. Diambil dari: Nama situs: Rawapada Alamat URL: https://rawapada.wordpress.com/2009/03/13/teater-media-alternatif-khotbah/ Judul asli artikel: Teater: Media Alternatif Khotbah Penulis artikel: Pambudi Nugroho Tanggal akses: 10 Februari 2016 POJOK BAHASA: PERBEDAAN MAKNA KATA "SEMUA", "SELURUH", "SEGALA", "SEKALIAN, DAN "SEGENAP" Apa perbedaan kata "semua", "seluruh", "segala", "sekalian", dan "segenap"? Sebagai kata bilangan (numeralia), "semua", "seluruh", "segala", "sekalian", dan "segenap" memiliki persamaan dan perbedaan arti. Persamaan arti menyebabkan kata itu dapat saling dipertukarkan, sedangkan perbedaan arti menyebabkan kata itu tidak dapat saling dipertukarkan. - Semua: Setiap anggota terkena atau termasuk dalam hitungan dan menekankan pada jumlah yang banyak. - Seluruh: Setiap anggota termasuk dalam hitungan, tetapi dalam pengertian kelompokan atau kolektif. - Segala: Semua macam. Dipakai untuk mengacu pada benda yang beraneka ragam. - Sekalian: Keserentakan. Hanya digunakan untuk mengacu pada manusia. - Segenap: Kelengkapan. Biasanya diikuti oleh kata yang menyatakan manusia. Jadi, kata "semua", "seluruh", dan "segala" dapat dipakai untuk semua jenis kata, sedangkan "sekalian" dan "segenap" hanya digunakan untuk mengacu pada manusia. Contoh penggunaan yang tepat: a. Semua warga kota diungsikan. b. Semua ruangan akan dibersihkan dan dicat lagi. c. Seluruh bangsa Indonesia menjunjung bahasa persatuan. d. Seluruh tubuhnya terkena tumpahan minyak. e. Dewi ingin melihat segala bunga yang terdapat di kebun itu. f. Sekalian orang di ruangan itu menengok kepadanya. g. Segenap bangsa Indonesia menjunjung bahasa persatuan. Pada contoh (b), semua dapat diganti dengan seluruh, tetapi memiliki perbedaan makna: semua ruangan menyiratkan bahwa ada banyak ruangan, sedangkan seluruh ruangan menyiratkan bahwa ruangannya hanya satu. Pada contoh (e), segala bunga menyiratkan keanekaragaman, sedangkan semua bunga tidak. Contoh penggunaan yang tidak tepat: a. Semua bangsa Indonesia menjunjung bahasa persatuan. b. Segala siswa kelas enam akan menghadapi ujian akhir. c. Sekalian meja akan diangkut ke tempat lain. d. Segenap tubuhnya terkena tumpahan minyak. Pada contoh (a), semua tidak dapat dipakai karena bangsa Indonesia hanya satu. Pada contoh (b), siswa kelas enam tidak beragam. Pada contoh (c) dan (d), meja dan tubuhnya tidak mengacu pada manusia. Diambil dari: Nama situs: tanja bahasa Alamat URL: http://tanja.portalbahasa.com/apa-perbedaan-antara-semua-seluruh-segala-sekalian-dan-segenap/ Judul asli artikel: Apa perbedaan antara semua, seluruh, segala, sekalian, dan segenap? Penulis artikel: Ivan Lanin Tanggal akses: 10 Februari 2016 RESENSI BUKU: KITAB NABI-NABI KECIL Judul buku: Kitab Nabi-Nabi Kecil Judul asli: The Books of the Minor Prophets Penulis/Penyusun: Frank M. Boyd, A.B. Penerjemah: -- Editor: -- Penerbit: Gandum Mas, Malang 2006 Ukuran buku: 20,5 x 14 cm Tebal: 179 halaman ISBN: -- Buku Online: -- Download: -- Buku "Kitab Nabi-Nabi Kecil" menjelaskan tentang kemuliaan Allah dan keagungan maksud Allah untuk menebus bangsa Israel dan bangsa bukan Yahudi. Buku ini menceritakan tentang penyampaian berita para hamba Allah yang terpilih yang berasal dari Allah sendiri (2 Petrus 1:21). Nama Nabi-Nabi Kecil menunjuk kepada kedua belas buku terakhir yang menutup Alkitab Perjanjian Lama (Yoel, Yunus, Amos, Hosea, Nahum, Obaja, Mikha, Zefanya, Habakuk, Hagai, Zakharia, Maleakhi.) Mereka memiliki sifat dan berita masing-masing, tetapi mereka juga memiliki kesamaan pelayanan, yaitu menyampaikan berita atau nubuat untuk mengembalikan mereka dari jalan yang sesat menuju kepada janji Allah. Kedua belas orang ini bukanlah orang yang bersikeras melaksanakan pelayanan hanya karena tugas, melainkan dengan sedalam- dalamnya ikut merasakan emosi dan pengalaman orang-orang sebangsa mereka itu. Mereka juga berdukacita karena segala malapetaka yang dilihatnya harus datang oleh sebab ketidaktaatan. Mereka menderita karena kebutaan rohani mereka dan bersukacita akan pengharapan hari- hari yang lebih baik, yang dilihatnya lebih dahulu dalam janji anugerah Allah. Buku ini mengajak setiap pembaca untuk kembali melihat sejarah kehidupan mereka yang dipakai Allah secara luar biasa. Selain itu, penulis juga mengajak kita untuk lebih mengerti tentang kesetiaan Allah yang dibuktikan dengan mengutus orang-orang pilihan-Nya. Untuk dapat memahaminya dengan lebih baik, pembacaan buku ini harus disertai dengan membaca Alkitab. Mari kita membaca buku "Kitab Nabi-Nabi Kecil" untuk menambah wawasan serta perjuangan mereka dipakai oleh Tuhan. Peresensi: Margaretha I. STOP PRESS: KUMPULAN BAHAN PASKAH BERKUALITAS Hari Paskah sudah hampir tiba. Kini, saatnya berkunjung ke situs Paskah Indonesia untuk mendapatkan bahan-bahan bertema Paskah yang dapat kita manfaatkan untuk merefleksikan penderitaan dan kemenangan Kristus selama masa Paskah. Situs Paskah Indonesia menyediakan berbagai bahan bertema Paskah dengan berbagai kategori seperti: Artikel, Drama, Puisi, Kesaksian, Buku, Humor, Tip Paskah, Lagu Paskah, dll.. Bukan hanya itu, dalam situs Paskah Indonesia juga disediakan bahan-bahan bertema Paskah dalam format multimedia, seperti audio khotbah, gambar-gambar, lagu-lagu, dan video Paskah. Menariknya lagi, Anda juga bisa mengirimkan bahan-bahan Paskah karya Anda ke situs ini dan menuliskan ucapan Paskah untuk orang tersayang melalui situs ini. Situs Paskah Indonesia juga terintegrasi dengan situs Paskah.co yang memberi Anda referensi bahan-bahan Paskah yang berkualitas. Pastikan Anda mengunjungi tautan berikut ini: Situs Paskah Indonesia: http://paskah.sabda.org Youtube: http://youtube.com/user/sabdaalkitab Facebook: http://fb.sabda.org/paskah Situs mini: http://paskah.co Selamat menyambut Paskah 2016 dan mensyukuri penebusan Kristus. Kontak: penulis(at)sabda.org Redaksi: Santi T., Margaretha I., N. Risanti, dan Odysius Berlangganan: subscribe-i-kan-penulis(at)hub.xc.org Berhenti: unsubscribe-i-kan-penulis(at)hub.xc.org Arsip: http://sabda.org/publikasi/e-penulis/arsip/ BCA Ps. Legi Solo, No. 0790266579, a.n. Yulia Oeniyati (c) 2016 -- Yayasan Lembaga SABDA < http://ylsa.org >
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |