Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-penulis/106 |
|
e-Penulis edisi 106 (22-3-2012)
|
|
__________________e-Penulis (Menulis untuk Melayani)__________________ Edisi 106/Maret/2012 Tema: Cara Kreatif Disiplin Menulis (II) DAFTAR ISI DARI REDAKSI: DISIPLIN DENGAN CINTA TIP MENULIS: TERTIB MENGARANG DENGAN SISTEM KARTU DAN LEMBAR CATATAN TOKOH PENULIS: GEORGE MACDONALD PENA MAYA: INDONESIABUKU.COM STOP PRESS: KUMPULAN BAHAN PASKAH DARI YLSA DARI REDAKSI: DISIPLIN DENGAN CINTA Bagaimana usaha Sahabat e-Penulis untuk tetap disiplin menulis? Memuaskan? Atau justru mengecewakan? Jangan merasa bersalah jika tak sesuai dengan harapan, karena rasa cinta dalam mengerjakan sesuatu memang tidak dapat dipaksakan. Hanya dengan kemauan yang muncul dari diri Sahabat sendirilah yang mampu mendorong rasa cinta itu muncul. Karena cinta, Sahabat dapat memiliki kemauan untuk mendorong diri sendiri tanpa menimbulkan rasa terpaksa atau tertekan ketika melakukannya. Karena cinta pula, Sahabat akan menyadari bahwa ketekunan dan penguasaan diri akan menjadi langkah-langkah kecil yang akan membawa Sahabat menikmati perjalanan dalam dunia kepenulisan. Di edisi ini, kami membawa ke hadapan Sahabat e-Penulis, tip yang diharapkan dapat menolong Anda menyediakan waktu untuk menulis. Sekali lagi, sistem ini bukanlah satu-satunya cara untuk mendorong keteraturan dalam menulis, tetapi salah satu cara yang dapat menimbulkan kebiasaan dalam menulis karangan. Di kolom Tokoh Penulis, redaksi mengangkat biografi seorang penulis Inggris, yang karyanya memberikan pengaruh yang cukup besar kepada penulis-penulis di generasi setelahnya, walaupun nama dan karyanya sempat pudar. Kiranya sajian kami di edisi ini menjadi berkat bagi Sahabat sekalian. Selamat membaca dan berkarya. Tuhan Yesus memberkati! Pemimpin Redaksi e-Penulis, Yosua Setyo Yudo < yudo(at)in-christ.net > < http://pelitaku.sabda.org > "Tuliskan sekarang juga apa pun yang ingin Anda tulis. Sedetik saja Anda berpikir untuk menundanya, maka keinginan itu akan menjadi pudar." ST TIP MENULIS: TERTIB MENGARANG DENGAN SISTEM KARTU DAN LEMBAR CATATAN Tertib Mengarang dengan Sistem Kartu dan Lembar Catatan Agar dapat mengarang dengan lancar, kondisi jasmani harus sehat, kemampuan berkonsentrasi harus kuat, pikiran harus cerah, semangat kerja harus tinggi, waktu yang tersedia harus cukup, di samping bahan-bahan karangan juga harus siap di tangan. Bilamana salah satu saja dari persyaratan tersebut tidak terpenuhi, orang memunyai kecenderungan untuk menunda kegiatan mengarang, dan kecenderungan itu lama-lama dapat menjadi kebiasaan untuk menunda-nunda dengan macam-macam dalih atau alasan. Orang yang ingin menjadi penulis perlu menyadari hal-hal khas yang menyangkut dirinya pada waktu mengarang: pena yang disukai, mesin ketik atau komputer yang membuatnya produktif, pakaian yang terasa enak dikenakan sewaktu melakukan pekerjaan mengarang, dsb.. Sesudah itu, manjakanlah sepenuhnya diri sendiri dengan pilihan-pilihannya itu, sehingga tidak ada alasan untuk menunda-nunda pekerjaan. Jadi, perlu kita membangun tertib mengarang, yaitu menerapkan "kekerasan" atau pemaksaan diri secukupnya dan selayaknya. Tertib mengarang dengan sistem kartu dan lembar catatan dalam garis besarnya berlangsung sebagai berikut. 1. Sesudah topik, pokok soal, atau judul sementara karangan ditemukan, pustaka-pustaka yang diperlukan dibaca dan semua butir pengetahuan yang penting atau menarik dicatat pada kartu catatan atau lembar catatan. 2. Kerangka karangan hendaknya dibuat secara cukup terinci dengan pembagiannya dalam paragraf-paragraf. 3. Semua kartu dan lembar catatan dipelajari dengan memerhatikan kerangka karangan yang telah dibuat. Diperiksa apakah antara kartu yang satu dan kartu yang lain, antara lembar yang satu dan lembar yang lain, antara kartu catatan dan lembar catatan, dsb., ada pertalian gagasan yang akan menjadi bahan karangan. 4. Kalau ternyata bahan-bahan itu tidak mencukupi (misalnya karena ada satu paragraf dalam kerangka karangan yang tidak didukung oleh sejumlah kartu atau lembar catatan), hendaknya dicari pustaka tambahan dan dibuat kartu catatannya atau lembar catatannya. 5. Bahan karangan berupa kartu-kartu dan lembar-lembar catatan yang sudah mencukupi, kemudian dikelompok-kelompokkan menurut pertaliannya dalam pembagian paragraf yang akan ditulis. Mungkin kartu dan lembar catatan perlu diolah. Pengolahan ini dapat dilakukan dengan menambahkan catatan di bagian bawah kartu atau lembar catatan. 6. Kerangka karangan juga dapat disempurnakan, misalnya dengan menggabungkan dua paragraf karena bahan-bahan kartunya menunjukkan pertalian yang erat sekali. 7. Kelompok kartu atau lembar catatan yang sudah definitif hendaknya dimasukkan dalam amplop tersendiri yang diberi catatan paragraf berapa. Kartu-kartu dalam setiap amplop hendaknya diurutkan sesuai dengan alur ide-ide yang akan ditulis dari awal sampai akhir. 8. Tahap berikutnya ialah proses menulis karangan (ditulis tangan, diketik dengan mesin ketik atau komputer). Tidak usah menunggu sampai terkumpul bahan selengkap-lengkapnya untuk mengarang. Mulai saja menulis karangan setelah suatu bagian topik tampak menunjukkan pertalian tertentu. Kerangka karangan ditaruh di sebelah kanan, bahan-bahan berupa kartu atau lembar catatan dikeluarkan dari amplop dan ditaruh di sebelah kiri, dan pikiran mulai diarahkan dan dikerahkan untuk mengarang, kalimat demi kalimat, paragraf demi paragraf, berdasarkan kerangka karangan dan bahan-bahan yang tersedia (kartu catatan dan lembar catatan). 9. Jangan merasa takut untuk menuliskan ide-ide di atas kertas atau di layar komputer, meskipun kemudian ide-ide itu mungkin akan diubah-ubah seperlunya. Jangan ragu-ragu untuk menuliskan bagian-bagian karangan yang sudah masak lebih dahulu dalam pikiran. Urutan tak usah dipusingkan dahulu. Dengan mudah, bagian-bagian karangan akan dapat diurutkan kembali, apalagi kalau menggunakan komputer. 10. Karena kalimat-kalimat permulaan merupakan bagian karangan yang sukar, berilah perhatian khusus kepada bagian awal itu. Sewaktu membaca kepustakaan, perhatikan ide, fakta, atau perkataan yang dapat dimanfaatkan untuk membangun kalimat permulaan yang baik. 11. Sekali kegiatan telah berjalan, teruslah mengarang. Lawanlah godaan untuk bangun dari tempat duduk untuk mengecek atau mencari-cari sesuatu (fakta, data, pendapat, perkataan, ungkapan, dsb.) yang kurang jelas. Kosongkan saja dulu tempat itu; kelak diisi pada waktu membaca kembali naskah yang sudah selesai. Bila terjadi kemacetan di tengah jalan, bacalah kembali 2-3 halaman yang terakhir untuk menemukan alur pemikiran yang dapat menembus kebuntuan itu. 12. Dalam mengarang naskah panjang yang memakan waktu berhari-hari, akhirilah kegiatan mengarang pada suatu hari di tengah-tengah uraian sebelum suatu bagian karangan selesai. Dengan demikian, pada hari berikutnya penulis tidak akan menghadapi dua front (memulai kerja mengarang pada atau medan pertempuran hari itu dan mencari kalimat awal yang memuaskan) dan langsung dapat meneruskan uraian atau menyambung kalimat yang diputus setengah jalan kemarin. 13. Langkah terakhir proses mengarang ialah membaca ulang karangan, mencocokkan kutipan langsung dengan kartu catatan, dengan melakukan perbaikan-perbaikan yang diperlukan (dalam hal pemakaian kutipan, penulisan kata, pemakaian tanda baca, pemakaian kata, penyusunan kalimat, dst.). Diambil dari: Judul buku: Menjadi Penulis Penulis: Dra. Vero Sudiati dan Aloys Widyamartaya, Lic.Phil Penerbit: Pustaka Widyatama, Yogyakarta 2005 Halaman: 31 -- 37 TOKOH PENULIS: GEORGE MACDONALD George MacDonald adalah seorang penulis novel, penyair, pendeta, dan penulis cerita anak-anak berkebangsaan Skotlandia. Ia lahir di Huntly, daerah sebelah barat Aberdeenshire. Ia adalah putera George MacDonald dengan Helen MacKay. Semasa kecilnya, ia bersekolah di desa dan kemudian meneruskan sekolahnya ke Universitas Aberdeen pada tahun 1840-1841, dan 1844-1845 di bidang kimia dan filosofi alam. Setelah belajar di sana, ia pun mengajar di London selama 3 tahun, dan setelah itu ia berkuliah di Independent College di Highbury dengan bidang Pelayanan Kongregasional. Pada tahun 1850, dirinya ditahbiskan menjadi pendeta di Arundel. Di sana, ia mengecewakan jemaatnya karena khotbahnya kurang dipadati oleh materi dogmatika. Setelah 3 tahun yang tidak memuaskan, ia memutuskan untuk mengundurkan diri. Dari sana ia pergi ke Manchester; diharuskan pergi ke Algiers karena kesehatannya, dan kemudian kembali ke Inggris serta memutuskan untuk menjadi penulis profesional. Setelah itu, MacDonald berpindah ke Gereja Inggris dan menjadi jemaat biasa pada tahun 1860. Namun, ia tetap berkhotbah sendirian pada waktu-waktu tertentu. Puisinya yang berjudul "Within and Without" diterbitkan pada tahun 1855, menyusul kemudian "Poems" pada tahun 1857, dan novel berjudul "Phantastes" pada tahun 1858. Namun demikian, kesuksesannya justru datang seiring dengan novelnya yang bercerita tentang kehidupan desa di Skotlandia yang berjudul David Elgindbrod (1862), Alec Forbes (1865), dan Robert Falconer (1868). Pada tahun yang sama, ia memperoleh gelar L.L.D. (gelar doktor dalam bidang hukum) dan menarik perhatian Lady Byron yang berteman dengannya, dan yang kemudian meninggalkan warisan untuknya. Ia juga bertemu dengan Ruskin, Arnold, Carlyle, Tennyson, dan penulis-penulis lainnya. Perjalanan mengajarnya ke Amerika pada tahun 1872 membuatnya memiliki banyak sahabat, termasuk Emerson. MacDonald lebih banyak mengajar di Burns, dan layanan berlangganan atas tulisannya dibuat untuk mengganti kerugian yang dialaminya akibat pembajakan atas hasil karyanya di negara tersebut. Meskipun novel-novelnya yang bernuansa Skotlandia dan buku-buku anak-anaknya yang memesona seperti "At the Back of the North Wind", "The Princess and the Goblin, dan "The Princess and Curdie" adalah buku-buku yang termasuk berhasil, namun pendapatan yang diperolehnya dari karya-karyanya itu tidak cukup untuk menyediakan kebutuhan istri dan keluarganya. Pada tahun 1877 ia menerima tunjangan pensiun atas permintaan Ratu Victoria. MacDonald bukanlah orang yang memiliki tubuh yang kuat. Ia harus menjaga kesehatannya selama hidupnya. Ketika anak perempuannya harus pindah ke Italia oleh karena penyakit yang dideritanya pada tahun 1877 -- perjalanan yang akhirnya merenggut nyawa putrinya itu -- MacDonald menemukan bahwa iklim di Italia sangat menguntungkan bagi kesehatannya, sehingga ia menghabiskan sebagian besar waktunya di Bordighera (tahun 1881 sampai 1902), di rumah yang diberi nama Casa Corraggio, yang dibangun atas bantuan sahabat- sahabatnya. Istrinya menjadi pemain organ di gereja Katolik, tempat di mana konser-konser organ sering kali diadakan di tempat itu guna memberi pemasukan kepada paroki tersebut. Di tempat ini, keluarga MacDonald hidup dengan riang. Meskipun MacDonald memiliki sifat melankolis yang dimiliki oleh nenek moyangnya yang berdarah Kelt, ia hidup dengan riang dan ramah. Pembacaan puisi serta teater amatir sering diadakan di rumahnya (pujian anak-anak MacDonald terhadap naskahnya adalah hal yang mendorong Lewis carrol untuk menerbitkan karyanya). Nyonya MacDonald, Louisa Powell, meninggal satu tahun setelah pernikahan emas mereka, pada tahun 1902. Sedangkan MacDonald meninggal pada tahun 1905 setelah mengidap penyakit berkepanjangan. Jasadnya kemudian dikremasi dan dimakamkan di Bordhigera, di makam yang sama dengan istrinya. Keluarga MacDonald memiliki enam anak laki-laki dan lima anak perempuan. Salah seorang anak laki-lakinya menjadi seorang penulis. Dialah yang menulis biografi ayahnya. George MacDonald menulis lebih dari lima puluh volume fiksi, puisi, cerita anak-anak, dan khotbah. Puisinya sangat halus, anggun, dan lembut dengan kualitas spiritual yang merembes di antaranya. Buku yang berjudul "The Diary of an Old Soul" menancapkan catatan yang lebih dalam mengenai pemikirannya. Cerita yang ditulisnya untuk anak-anak, sejajar dengan buku-buku klasik dalam literatur remaja. (t/Yudo) Diambil dan diterjemahkan dari: Nama situs: Victorian Web Alamat URL: http://www.victorianweb.org/authors/gm/bio.html Judul asli artikel: George Macdonald: Biography Penulis: Tidak dicantumkan Tanggal akses: 27 Februari 2012 PENA MAYA: INDONESIABUKU.COM Indonesia Buku atau sering disebut "Iboekoe" adalah salah satu situs berbahasa Indonesia yang memberi fasilitas untuk memuaskan hasrat para pecinta buku Indonesia, untuk dapat mengetahui perkembangan dunia tulis-menulis dan buku-buku yang beredar di masyarakat. Sesuai dengan slogan situs ini, "Hak Buku untuk Semua", pengelola situs ini memberi fasilitas bagi pengunjungnya untuk meresensi buku, berdiskusi tentang sebuah buku, atau bahkan mengkritisinya. Jadi, jika Anda adalah seorang pecinta buku atau seseorang yang sedang belajar mencintai buku, tak ada salahnya mengunjungi situs ini. Selamat berkunjung, Tuhan Yesus memberkati. (YSY) ==> http://www.indonesiabuku.com STOP PRESS: KUMPULAN BAHAN PASKAH DARI YLSA Apakah Anda sedang bingung mempersiapkan acara Paskah di gereja, persekutuan, atau komunitas Anda? Yayasan Lembaga SABDA (YLSA) < http://www.ylsa.org > menyediakan sejumlah sumber bahan Paskah pilihan dan alkitabiah untuk membantu Anda menemukan pengetahuan Alkitab dan inspirasi untuk menyambut Paskah. Anda bisa berkunjung ke Situs Paskah Indonesia < http://paskah.sabda.org/ > yang memuat segudang bahan menarik seputar Paskah, antara lain artikel, drama, puisi, kesaksian, dan buku. Anda juga bisa menyumbangkan bahan-bahan Paskah karya Anda di situs ini dan membagikannya kepada orang lain. Jika waktu Anda terbatas dan membutuhkan referensi tepercaya seputar bahan Paskah, berbagai link dan daftar kategori di situs mini < http://paskah.co/ > akan menolong Anda menyeleksi bahan-bahan yang Anda butuhkan. YLSA juga menghadirkan kisah-kisah Paskah dalam bentuk video yang memadukan unsur teks, audio, dan grafis menarik yang dapat diunduh secara gratis di YouTube < http://youtube/user/sabdaalkitab >. Selain itu, Anda juga kami undang untuk berinteraksi dengan anak-anak Tuhan yang lain melalui "sharing" dan diskusi seputar perayaan Paskah di Facebook Paskah < http://fb.sabda.org/paskah >. Paskah segera datang, jangan menunda lagi. Segera kunjungi keempat pranala kami dan dapatkan bahan-bahan Paskah dari YLSA! Kontak: < penulis(at)sabda.org > Redaksi: Yosua Setyo Yudo, Santi Titik Lestari (c) 2012 -- Yayasan Lembaga SABDA < http://www.ylsa.org/ > Rekening: BCA Pasar Legi Solo; No. 0790266579 a.n. Yulia Oeniyati < http://blog.sabda.org/ > < http://fb.sabda.org/penulis > Berlangganan: < subscribe-i-kan-penulis(at)hub.xc.org > Berhenti: < unsubscribe-i-kan-penulis(at)hub.xc.org >
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |