Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-leadership/173

e-Leadership edisi 173 (17-2-2015)

Kepemimpinan Transformasional (II)

==========MILIS PUBLIKASI E-LEADERSHIP EDISI FEBRUARI 2015===========
                 Kepemimpinan Transformasional (II)
                      
e-Leadership -- Kepemimpinan Transformasional (II)
Edisi 173, 17 Februari 2015

Salam semangat para Pemimpin,

Sebagai seorang pemimpin yang berkarakter Kristus, sudah semestinya 
kita bukan hanya menjadi pemimpin yang mau melayani, tetapi juga mampu 
menjadi pemimpin yang dapat mengubah kondisi yang tidak baik menjadi 
baik. Bahkan, dapat mengubah cara berperilaku dan berpikir orang-orang 
yang kita pimpin. Itulah yang kita sebut kepemimpinan 
transformasional. Untuk menjadi pemimpin yang transformasional, kita 
perlu banyak membaca dan belajar. Salah satunya dapat Anda peroleh di 
kolom Tip dalam edisi ini. Selain tip menjadi pemimpin 
transformasional, redaksi juga membagikan info tentang situs 
kepemimpinan manca yang pantas Anda jadikan referensi untuk melengkapi 
diri sebagai seorang pemimpin. Selamat membaca, dan pastikan bahwa 
Anda termasuk pemimpin transformasional yang berkualitas.

Staf Redaksi e-Leadership,
S. Setyawati
< http://lead.sabda.org >


Sebab Aku telah memberikan suatu teladan kepada kamu, supaya kamu juga 
berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu. (Yohanes 13:15)
< http://alkitab.mobi/tb/Yoh/13/15/ >


              TIP: FONDASI KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL
                       Ditulis oleh: Berlin B.

Gagasan mengenai pemimpin yang membawa perubahan atau pemimpin 
transformasional sudah mendengung sejak beberapa tahun yang lalu. 
Berbagai definisi pun muncul mengenai pemimpin transformasional. Satu 
dari sekian definisi mengatakan bahwa kepemimpinan transformasional 
adalah suatu proses di mana pemimpin dan yang dipimpin saling menolong 
untuk mengembangkan diri menuju level moral dan motivasi yang lebih 
tinggi (James MacGregor Burns, pakar kepemimpinan dan penulis yang 
pertama kali memunculkan konsep kepemimpinan transformasional pada 
tahun 1978). Secara implisit, definisi ini menunjukkan bahwa 
transformasi/perubahan yang diharapkan tidak terjadi hanya pada 
bawahan/pengikut saja, tetapi juga pada pemimpin itu sendiri. 
Pemikiran yang sering kali salah dalam diri pemimpin adalah dia 
mengharapkan pengikutnya berubah, tanpa dia sendiri berubah.

Kunci perubahan yang pemimpin harapkan terjadi sebenarnya terletak 
pada kepemimpinannya itu sendiri. Saat ini, ada banyak model 
kepemimpinan yang dikembangkan di seluruh dunia. Namun, sebenarnya 
kita, sebagai pemimpin Kristen, telah memiliki teladan kepemimpinan 
yang sempurna dalam diri Yesus. Tidak ada pemimpin lain yang memiliki 
pengaruh sedemikian besar sehingga melebihi pengaruh yang diberikan 
oleh Yesus Kristus. Dia telah mengubahkan banyak orang, tradisi yang 
salah, pemikiran yang keliru, dan sebagainya. Oleh karena itu, 
merupakan langkah yang tepat jika kita menjadikan kepemimpinan Yesus 
sebagai pola yang perlu kita ikuti untuk menjadi seorang pemimpin yang 
transformasional. Jelas ada banyak hal yang dikerjakan Yesus dalam 
kepemimpinan-Nya, tetapi di sini hanya akan diambil tiga poin dasar 
kepemimpinan-Nya sebagai tip untuk mengembangkan kepemimpinan kita 
untuk menjadi pemimpin yang transformasional.

1. Mengetahui Visi

Secara sederhana, visi dapat didefinisikan sebagai titik akhir yang 
hendak dituju. Seorang pemimpin harus mengetahui ke arah mana dia akan 
membawa para pengikutnya. Visi akan menjadi panduan atau petunjuk yang 
membuat pemimpin tidak keluar dari jalurnya. Ketika Yesus pertama kali 
membangun tim-Nya (memanggil murid-murid-Nya), Dia menyampaikan visi-
Nya kepada mereka: "... Mari, ikutlah Aku, dan kamu akan Kujadikan 
penjala manusia" (Matius 4:19). Yesus dengan jelas mengetahui 
transformasi/perubahan apa yang Dia inginkan terjadi pada orang-orang 
yang akan menjadi bagian dalam tim-Nya, yaitu perubahan pola pikir.

Sebelum dipanggil Yesus, para murid adalah penjala ikan, yaitu orang-
orang yang lebih sering menyibukkan diri untuk memenuhi kebutuhan 
jasmani daripada hal-hal rohani atau tentang Kerajaan Allah. Sehari-
hari, mungkin mereka lebih banyak berpikir tentang apakah cuaca hari 
ini bagus untuk melaut atau tidak, apakah jala yang mereka punya masih 
baik atau sudah koyak, apakah perahu mereka perlu diperbaiki atau 
tidak. Semua pemikiran itu lebih tertuju kepada diri mereka sendiri. 
Namun, ketika Yesus mengatakan bahwa Ia akan menjadikan mereka penjala 
manusia, detik itu menjadi awal dari proses perubahan yang akan mereka 
alami. Pada akhirnya, Yesus membawa mereka menjadi orang-orang yang 
hidup untuk Kerajaan Allah. Yesus mentransformasi para pengikut-Nya 
menuju visi yang sudah diberitahukan-Nya kepada mereka. Ingat, 
pemimpin yang buruk adalah pemimpin yang tidak memiliki visi.

2. Mengetahui Jalan Menuju Perubahan

Dalam suatu perjalanan, para murid memperdebatkan tentang siapa yang 
terbesar di antara mereka. Tampaknya, para murid mulai menyadari 
perubahan yang mereka alami sejak mengikut Yesus. Mereka mungkin sudah 
memprediksi bahwa mereka akan menjadi orang yang lebih "hebat" 
daripada sebelumnya. Masalah muncul ketika mereka berpikir siapa dari 
kedua belas murid itu yang akan menjadi "yang terbesar". Meski sudah 
mengikut Yesus, para murid rupanya belum mengetahui jalan yang tepat 
menuju puncak perubahan itu. Yesus menunjukkan jalan menuju perubahan 
itu dengan berkata, "... Barangsiapa ingin menjadi besar di antara 
kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu," (Markus 10:43). Pada kesempatan 
lain, Yesus menjelaskan dengan, "Sedangkan barangsiapa merendahkan 
diri dan menjadi seperti anak kecil ini, dialah yang terbesar dalam 
Kerajaan Sorga" (Matius 18:4).

Pada banyak jenis kepemimpinan sekuler, "rendah hati" hampir tidak 
pernah menjadi bagian dari sebuah kepemimpinan. Rendah hati tidak 
dilihat sebagai nilai yang dapat menghasilkan pengaruh dan perubahan 
dalam sebuah kepemimpinan. "Saya ingin memiliki pengaruh yang besar 
dalam kepemimpinan. Bagaimana mungkin Anda menyuruh saya "membasuh 
kaki" para pengikut saya?" Mungkin seperti itu tanggapan yang sering 
kita jumpai dari para pemimpin. Namun, Yesus berpendapat lain. Ia 
berpendapat bahwa "rendah hati" adalah fondasi utama menuju 
kepemimpinan yang transformasional.

Kata kunci dalam definisi kepemimpinan transformasional tadi adalah 
"saling". Pemimpin dan yang dipimpin saling menolong menuju suatu 
level yang lebih tinggi. Tahukah Anda bahwa kita tidak akan dapat 
"saling" tanpa memiliki kerendahan hati? Kita akan dengan mudah 
menerima pujian, penghargaan, dan kata-kata positif lain yang 
ditujukan kepada kita. Namun, tidak demikian dengan kritik, masukan, 
saran, ide dari orang lain. Anda akan membutuhkan "kerendahan hati" 
untuk bisa menerima semua itu, terutama saat kritik, saran, masukan, 
dan ide itu datang dari orang-orang yang kita anggap "lebih rendah" 
dari kita. Yesus dengan jelas mengetahui fondasi utama yang dibutuhkan 
para pemimpin untuk menciptakan transformasi. Ingat, perubahan selalu 
dimulai dari diri sendiri. Dan, pemimpin tidak akan berubah atau 
membawa perubahan apa pun dalam kepemimpinannya tanpa kerendahan hati. 
Kerendahanhatilah yang memberi Anda ruang untuk mengubah hidup, cara 
berpikir, dan kepemimpinan Anda.

3. Jiwa Penatalayan, Bukan Pemilik

Menawarkan opsi kepemilikan saham, baik sebagian ataupun seluruhnya, 
sudah banyak dilakukan oleh para pemimpin perusahaan dalam membangun 
tim dalam perusahaan tersebut. Tujuannya jelas adalah supaya setiap 
orang yang membeli saham yang ditawarkan merasa "memiliki" perusahaan 
tersebut. Ini merupakan suatu gambaran nyata betapa dunia membiasakan 
kita untuk mempunyai jiwa "memiliki". Kebiasaan inilah yang pada 
akhirnya mengaburkan kita dari prinsip penatalayan yang Yesus ajarkan 
dalam Matius 25:14-30. Kita merasa bahwa semua yang ada pada kita 
adalah milik kita sehingga kita merasa keberatan jika kekayaan kita, 
baik kekayaan intelektual, moral, ataupun material, digunakan bahkan 
untuk pelayanan. Betapa banyaknya pemimpin yang enggan "mentransfer 
ilmu" mereka ke bawahan ataupun sesama pemimpin, tetapi mengharapkan 
transformasi/perubahan terjadi dalam kepemimpinannya.

Yesus memandang penatalayan sebagai sikap dasar yang harus dipelajari 
pemimpin transformasional. Penatalayan adalah orang yang dipercaya 
mengelola dan memelihara milik orang lain. Inilah perintah yang sejak 
awal disampaikan Allah kepada manusia (Kejadian 2:15). Artinya, 
seorang penatalayan memiliki kewajiban untuk bertanggung jawab kepada 
pemilik yang memberikan kepercayaan kepadanya. Pola pikir inilah yang 
akan mengubahkan seorang pemimpin Kristen untuk mau dibentuk, berbagi, 
dan merelakan semuanya untuk kebesaran sang pemilik harta yang 
sesungguhnya, yaitu Tuhan. Dunia mungkin mengajarkan bahwa seorang 
pemimpin transformasional haruslah kreatif, inovatif, memiliki banyak 
ide, berpengetahuan luas, memiliki banyak pengalaman, dsb., tetapi 
tanpa jiwa penatalayan, semua itu tidak akan dikembangkan, baik dalam 
diri sendiri ataupun dalam tim. Hamba yang menerima satu talenta dalam 
Matius 25 adalah contoh orang seperti itu. Ia dipercaya dengan satu 
talenta, tetapi ia memilih untuk memendamnya, tidak mengembangkannya. 
Seorang pemimpin tidak akan mengubah apa pun ketika dia hanya 
"memendam" apa yang dipercayakan oleh Tuhan kepadanya. Coretlah 
jabatan apa pun yang terdapat dalam kartu nama Anda dan gantilah itu 
dengan "penatalayan", kemudian perhatikan perubahan apa yang akan 
terjadi dalam kepemimpinan Anda. Aplikasikan ini juga pada tim Anda, 
maka tim Anda akan meningkatkan tanggung jawab bukan hanya kepada 
Anda, melainkan juga kepada Tuhan.

Menarik untuk diperhatikan bahwa dalam perumpamaan tentang talenta 
tersebut, ketiga hamba tidak diceritakan melakukan apa pun sebelumnya 
yang menentukan banyaknya jumlah talenta yang dipercayakan kepada 
mereka. Sang pemilik memercayakan talentanya bukan berdasarkan apa 
yang dilakukan para hamba itu. Artinya, para hamba tersebut menerima 
karunia "kepercayaan" dari tuan mereka secara cuma-cuma. Inilah yang 
kemudian mendorong hamba yang menerima dua dan lima talenta untuk 
mengembalikan seluruh pengembangan yang mereka hasilkan kepada sang 
pemilik. Sekali lagi, jiwa seorang penatalayan yang baik tidak akan 
menggunakan keuntungan/pengembangan yang telah mereka lakukan untuk 
kepentingan mereka sendiri, tetapi mengembalikan seluruhnya kepada 
sang pemilik.

Pemimpin mungkin pernah merasa bahwa dialah yang sejak awal telah 
bekerja keras sehingga tim/perusahaannya berkembang. Perasaan ini 
membuatnya enggan untuk mengembalikan seluruh keuntungan kepada 
pemilik yang sebenarnya. Dan, ketika kita tidak mengembalikannya 
kepada Tuhan, kita tidak akan dipercaya untuk melakukan hal yang lebih 
besar. Jika hamba itu tidak mengembalikan semuanya kepada pemiliknya, 
sang pemilik tidak akan berkata, "... engkau telah setia dalam perkara 
kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang 
besar ...." (Matius 25:21). Jika kita mengklaim bahwa perubahan yang 
terjadi dalam tim/perusahaan adalah usaha/perjuangan kita sendiri, 
sehingga kita tidak bersedia mengembalikan hasilnya kepada Tuhan, 
tanggung jawab yang akan menghasilkan perubahan yang lebih besar tidak 
akan lagi dipercayakan Tuhan kepada kita. Ingat, penatalayan hanya 
bertanggung jawab untuk memelihara dan mengembangkan, bukan untuk 
menghaki yang Tuannya percayakan kepadanya.

Sumber bacaan:
1. Jones, Laurie Beth. 2002. "Teach Your Team to Fish". Jakarta: PT. 
   Bhuana Ilmu Populer.
2. "Mengembangkan Karakter Pemimpin Kristen". Dalam 
   http://www.danielronda.com/index.php/kepemimpinan/56-mengembangkan-karakter-pemimpin-kristen.html
3. "Tips on Becoming a Transformational Leader". Dalam 
   http://www.carolynstern.com/tips-on-becoming-a-transformational-leader/

                               KUTIPAN

Seorang pemimpin akan mewariskan satu hal kepada penggantinya: 
keluhuran atau kehancuran. (Anonim)


                   JELAJAH SITUS: CROSS LEADERSHIP

Saat ini, gereja memiliki kebutuhan yang begitu besar akan pengetahuan 
yang dapat diterapkan untuk memberi solusi atas berbagai masalah yang 
sedang dihadapi. Di sisi lain, ada begitu banyak pemimpin Kristen 
hebat, mulai dari pendeta, guru, teolog, musisi, seniman, dan para 
konselor, memiliki kekayaan pengetahuan di bidang panggilan mereka. 
Didasari dengan latar belakang tersebut, situs Crossleadership hadir 
untuk menjadi saluran di mana hikmat, pengetahuan praktis, dan saran 
Alkitab dalam bentuk audio dapat diakumulasikan dan dibagikan kepada 
jutaan orang di seluruh dunia. Tujuan situs ini adalah untuk 
memberikan wawasan dari dan untuk pemimpin.

Dilengkapi dengan menu Wawancara dengan Para Pemimpin Kristen 
terkenal, Rekomendasi Buku-Buku Kekristenan, dan Pelajaran 
Kepemimpinan, situs ini dapat menjadi salah satu pilihan menarik bagi 
Anda yang haus untuk mempelajari dan mendapat bahan-bahan kekristenan 
yang bermutu dengan topik kepemimpinan Kristen. Anda juga dapat 
bergabung dengan komunitas mereka di Facebook, Twitter, dan YouTube, 
serta berlangganan buletin Crossleadership secara rutin dengan 
mendaftarkan alamat email Anda. Tertarik untuk mengetahui lebih lanjut 
tentang situs ini? Silakan berkunjung ke < http://crossleadership.com/ 
>, dan dapatkan berkat dari apa yang mereka bagi dan sampaikan. (N. 
Risanti)

==> http://crossleadership.com/
Tanggal akses: 10 September 2014


    STOP PRESS: E-WANITA: PUBLIKASI BAGI WANITA KRISTEN INDONESIA

Dapatkan publikasi e-Wanita < http://wanita.sabda.org > yang 
diterbitkan oleh Yayasan Lembaga SABDA < http://ylsa.org > khusus 
untuk wanita Kristen di Indonesia. Kembangkan wawasan dan kehidupan 
rohani Anda dengan bahan-bahan yang lengkap dan alkitabiah seputar 
dunia wanita dalam e-Wanita.

Anda dapat berlangganan e-Wanita untuk mendapatkan artikel, tips, 
kesaksian, kisah tokoh-tokoh wanita Kristen, dan informasi-informasi 
lain seputar wanita Kristen secara GRATIS! Caranya sangat mudah! Anda 
hanya perlu mengirimkan email Anda ke: < subscribe-i-kan-
wanita(at)hub.xc.org > atau < wanita(at)sabda.org >

Dapatkan juga arsip e-Wanita sejak tahun 2008 di halaman: < 
http://sabda.org/publikasi/e-wanita/arsip/ >.

Mari, kembangkan dan perluas wawasan Anda bersama e-Wanita!


Kontak: leadership(at)sabda.org
Redaksi: Ryan, Berlin B., dan S. Setyawati
Berlangganan: subscribe-i-kan-leadership(at)hub.xc.org
Berhenti: unsubscribe-i-kan-leadership(at)hub.xc.org
Arsip: http://sabda.org/publikasi/e-leadership/arsip
BCA Ps. Legi Solo, No. 0790266579, a.n. Yulia Oeniyati
(c) 2015 -- Yayasan Lembaga SABDA < http://ylsa.org >

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org