Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-leadership/169

e-Leadership edisi 169 (18-11-2014)

Filsafat Kepemimpinan Kristen

==========MILIS PUBLIKASI E-LEADERSHIP EDISI SEPTEMBER 2014===========
                      Kepemimpinan di Gereja


e-Leadership -- Filsafat Kepemimpinan Kristen
Edisi 169, 18 November 2014

Shalom,

Filsafat kepemimpinan Kristen tentu berbeda dengan filsafat
kepemimpinan dunia. Mengapa? Kepemimpinan Kristen menekankan bahwa
seorang pemimpin adalah orang yang melayani. Sementara itu,
kepemimpinan dunia lebih mengedepankan kekuasaan dan mengembangkan
sikap ingin dilayani.

Seperti yang diteladankan oleh Kristus, kepemimpinan Kristen
menonjolkan kerendahan hati untuk melayani dan mengarahkan orang yang
dipimpin dengan kasih tanpa mengabaikan ketegasan dan kedisiplinan.
Dalam edisi ini, e-Leadership mengetengahkan artikel dan kisah
inspiratif tentang filsafat kepemimpinan Kristen. Selamat menyimak dan
kiranya menjadi berkat bagi Pembaca e-Leadership yang terkasih. Segala
kemuliaan hanya bagi Tuhan Yesus Kristus, Pemimpin kita yang sempurna.

Staf Redaksi e-Leadership,
S. Setyawati
< http://lead.sabda.org >


dan yang dengan rela menjalankan pelayanannya seperti orang-orang yang
melayani Tuhan dan bukan manusia. (Efesus 6:7)
< http://alkitab.mobi/tb/Efe/6/7/ >


            ARTIKEL: FILSAFAT KEPEMIMPINAN YANG ALKITABIAH

Esensi kepemimpinan yang alkitabiah adalah kepemimpinan yang melayani.
Yesus menitikberatkan hal ini dalam Yohanes 13:1-17 dengan memberikan
contoh pembasuhan kaki kedua belas murid. Dengan melakukannya, Ia
memberi contoh yang dapat dilihat oleh para murid untuk menolong
mereka memahami tindakan seorang pemimpin yang melayani dengan lebih
baik.

Kepemimpinan Pelayan Berarti Ketaatan terhadap Kepemimpinan

Biasanya, kita melihat seseorang sebagai seorang pemimpin atau seorang
pelayan, bukan keduanya sekaligus. Akan tetapi, Yesus menggabungkan
dua ide tersebut. Seorang pemimpin yang meneladani Kristus harus
berpikir dan bertindak dengan cara pikir seorang pelayan. Yesus tidak
mengabaikan kepemimpinan. Dalam Lukas 22:26, Yesus mengajarkan bahwa
seseorang yang memerintah harus melakukannya dalam sikap seorang
pelayan. Ia tidak mengatakan kita harus berhenti memerintah/memimpin.
Memberi pengarahan, mencoba untuk mencapai sasaran-sasaran,
mengharapkan akuntabilitas, mengambil tanggung jawab, memperbaiki
kesalahan, dan membuat berbagai keputusan adalah baik.

Ketika Allah telah memanggil Anda ke dalam pelayanan tertentu dalam
kerajaan-Nya, merupakan tanggung jawab Anda untuk memimpin. Mungkin
ada alasan-alasan lain yang Anda ragukan, mungkin Anda merasa tidak
aman dengan kepribadian Anda atau Anda tidak merasa berbakat
(misalnya, Musa merasa dia tidak pandai berbicara). Kemungkinan, Allah
memanggil Anda untuk menghadapi ketakutan-ketakutan ini dan memperoleh
kepercayaan diri.

Kepemimpinan Pelayan Berarti Melayani

Yesus membasuh kaki kedua belas murid. Ini adalah tugas seorang budak.
Yohanes mengungkapkan secara detail bagaimana Yesus melepaskan
pakaiannya, berbalut handuk, dan menuangkan air ke dalam baskom
(Yohanes 13:4-5). Petrus pada awalnya menolak. Pada kejadian-kejadian
sebelumnya, para murid telah dibuat heran atas tindakan-tindakan dan
kata-kata Yesus. Sebagai contoh, Yesus mengatakan tentang "anak-anak
kecil" dalam Markus 9:42,  "Barangsiapa menyesatkan salah satu dari
anak-anak kecil yang percaya ini, lebih baik baginya jika sebuah batu
kilangan diikatkan pada lehernya lalu ia dibuang ke dalam laut."
Sangat mudah untuk memanfaatkan anak-anak atau mengambil keuntungan
atas mereka. Kepemimpinan yang melayani termasuk menyambut anak-anak
kecil.

Ketika para murid datang kepada Yesus dan bertanya siapakah yang
paling besar, Yesus memanggil seorang anak kecil dan menyuruhnya
berdiri di antara mereka (Matius 18:1-9). Sikap yang melayani mudah
ditemukan ketika kita melihat bagaimana seseorang memperlakukan anak
-anak kecil. Hal ini juga mencakup perlakuan terhadap orang-orang yang
lapar, haus, asing, serta mereka yang sakit dan berada dalam penjara
(Matius 25:32).

Melayani berarti melakukan sesuatu untuk orang lain tanpa mengharapkan
keuntungan. Hati dan pikiran kita harus murni dan rendah hati.

Namun, contoh kepemimpinan pelayan yang paling menakjubkan bukanlah
pembasuhan kaki itu, melainkan kematian Yesus di kayu salib. Ia pergi
ke Yerusalem untuk mati di kayu salib bagi dosa-dosa dunia. Itu adalah
untuk keuntungan pihak lain, termasuk kita. Markus  10:45 berkata,
"Karena Anak Manusia juga datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk
melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak
orang."  Ia yang tidak berdosa menyerahkan diri-Nya sendiri untuk
membebaskan orang lain.

Apakah kita bersedia mengesampingkan hak-hak, kebutuhan, dan harapan
kita sendiri untuk kepentingan orang lain?  Leighton Ford pernah
menggambarkan hal ini sebagai kemerdekaan untuk menyerahkan apa yang
diharapkan seseorang dengan tujuan untuk melayani maksud Allah dan
kebaikan orang lain.

Kepemimpinan yang Melayani Dimulai dengan Panggilan dari Allah

Kita harus menjawab sejumlah pertanyaan ini dengan jujur:

- Mengapa kita memimpin?
- Apakah motivasi kita seperti Yakobus dan Yohanes, yang meminta agar
 dapat duduk di sebelah kanan dan kiri Yesus (Markus 10:36-37)?
- Apakah kita memimpin karena kita ingin menjadi orang spesial atau
 penting?
- Apakah kita ingin memimpin karena kita senang memiliki kekuasaan?
- Apakah kita ingin menjadi pemimpin-pemimpin Kristen yang berhasil,
 terkenal, dan termasyur?

Apabila hal-hal tersebut menjadi motivasi kita, kita memilih posisi
untuk diri kita sendiri. Ini semua tentang apa yang kita inginkan.
Yang sebaliknya adalah apa yang Allah kehendaki. Ini adalah panggilan
dari Allah. Perbedaannya kelihatannya sangat kecil, tetapi
kenyataannya, itu cukup penting.

Dua poin yang harus diingat:

Pertama, ketika kita dipimpin oleh sebuah panggilan Allah dan bukan
oleh kekuasaan kita sendiri, kita sesungguhnya memiliki kekuasaan. Ini
adalah kerajaan Allah, dan kita hanyalah pengurus. Akan tetapi, kita
dapat bertindak dengan kekuasaan Raja. Kita tidak memosisikan diri
kita sendiri di tempat yang utama. Segala kemuliaan adalah bagi Dia.
Kita mendapatkan kemerdekaan untuk bertindak sesuai dengan prinsip
-prinsip kerajaan. Karena kita tidak peduli dengan reputasi kita
sendiri, kita dapat membuat keputusan-keputusan yang sulit atau tidak
umum karena kita memiliki kekuasaan yang sejati.

Kedua, ketika kita dipimpin oleh panggilan Allah dan bukan oleh
kekuasaan kita sendiri, hal itu memberi kita identitas yang saleh.
Identitas-identitas kita mungkin didasarkan pada karunia-karunia atau
status sosial kita sendiri, tetapi ketika kita sadar bahwa Allah telah
memanggil kita, Ia adalah intinya, dan kita benar-benar aman dalam
identitas-Nya.

Kepemimpinan Pelayan adalah Mengenai Penggembalaan

Kepemimpinan pelayan menemukan motif yang menarik dan jelas dalam
penggembalaan. Seorang gembala menjaga kawanan ternak. Ia memberi
mereka makan (Yohanes 21:15) dan mencari padang rumput yang hijau dan
air segar (Mazmur  23). Ia mencari seekor domba yang tersesat (Lukas
15:4)  
dan bahkan bersedia menyerahkan nyawanya sendiri  (Yohanes
10:11).

Setelah kebangkitan-Nya, Yesus memberi tahu Petrus, "Gembalakanlah
domba-domba-Ku"  (Yohanes  21:16). Zaman sekarang, menjadi pendeta
memiliki konotasi yang sama:  menjangkau keluar demi kebaikan orang
-orang di gereja-gereja kita, memelihara manusia rohani jemaat,
waspada terhadap bahaya, dan mencari mereka yang tersesat dan
bertanggung jawab atas kehidupan mereka. Fokusnya bukan pada gembala,
tetapi pada domba.

Kepemimpinan Pelayan Mencakup Pernyataan Misi yang Jelas

Dengan tidak memandang keberadaan orang-orang yang kepadanya kita
bertanggung jawab, kita lebih sering melupakan misi yang harus kita
jalankan. Kepemimpinan tanpa misi yang jelas mengenai arah dan tujuan
yang jelas adalah kepemimpinan yang buruk. Yesus tahu bahwa Ia diutus
(Yohanes 4:34, 6:29, 20:21). Di sinagoge di Nazaret, Ia menceritakan
misi-Nya: "untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin,
untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan
penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang
tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang" sebagai
penggenapan nubuatan Perjanjian Lama (Lukas 4:18-21; Yesaya 61:1-2).

Ia juga mengetahui mengapa Ia diutus: "untuk memanggil orang berdosa,
supaya mereka bertobat" (Lukas 5:32); "bukan untuk dilayani, melainkan
untuk melayani" (Markus 10:45); "untuk mencari dan menyelamatkan yang
hilang"  (Lukas  19:10), dst.. Yesus memiliki pemikiran yang jelas
tentang takdir. Bahkan, Ia memberi petunjuk kepada murid-murid,
terutama setelah kematian-Nya: ada misi global untuk digenapi  
(Matius 28:18-20).

Sebagai pemimpin-pemimpin pelayan zaman sekarang, kita harus
mengetahui pernyataan misi kita. Jika tidak, kita bisa saja melakukan
banyak hal, tetapi kita tidak akan memenuhi misi global Allah. Sebagai
pemimpin, kita harus memiliki hubungan yang sangat dekat dengan Allah
supaya kita tahu ke mana kita pergi. Kita perlu mempelajari firman-Nya
untuk mengerti prinsip-prinsip kerajaan, kita juga harus menerapkan
prinsip-prinsip ini, atau kita akan menjadi penuntun yang buta  
(Lukas 15:14).

Ketika Yesus membasuh kaki para murid-Nya, Petrus awalnya menolak.
Yesus menanggapi dengan berkata,  "Jikalau Aku tidak membasuh engkau,
engkau tidak mendapat bagian dalam Aku." Sebelum kita dapat melayani
orang lain dan membasuh kaki mereka, kita harus mengizinkan Yesus
membasuh kaki kita. Dia ingin melayani, menyegarkan, menghibur, dan
menyucikan kita.

Ini adalah undangan untuk duduk di meja perjamuan dengan Yesus. Dari
komunitas yang disegarkan akan mengalir pelayanan. Yesus, di atas
segalanya, tidak ingin memiliki budak-budak, tetapi anak-anak 
(Lukas 15:31). (t/S. Setyawati)

Diterjemahkan dari:
Nama situs: Lausanne World Pulse
Alamat URL: http://www.lausanneworldpulse.com/perspectives.php/1440/08-2011?pg=2
Judul asli artikel: Biblical Philosophy of Leadership
Penulis artikel: Oliver Lutz
Tanggal akses: 23 Mei 2014


                              KUTIPAN

Harga dari sebuah kebesaran adalah tanggung jawab. (Winston Churchill)


INSPIRASI: PEMIMPIN YANG RENDAH HATI
Bacaan: 2 Tawarikh 10
Nats: Dan rendahkanlah dirimu seorang kepada yang lain di dalam takut
akan Kristus. (Efesus 5:21)

Seorang pria yang bertemperamen lembut membaca buku tentang bagaimana
menjadi orang yang tegas. Lalu, ia memutuskan untuk mulai
mempraktikkannya di rumah. Maka, ia pun menerjang masuk ke rumah,
menunjuk wajah istrinya, dan berkata, "Mulai sekarang saya adalah bos
di sini, jadi kamu harus menuruti kata-kata saya. Saya ingin kamu
menyiapkan makanan enak dan air mandi buat saya. Kemudian, setelah
saya selesai makan dan mandi, coba tebak siapa yang akan mendandani
dan menyisir rambut saya." "Petugas penguburan," jawab istrinya.

Raja Rehabeam mencoba ketegasan yang serupa. Namun, hal itu justru
membuat bangsa Israel berbalik melawannya.

Ketika ia naik takhta, rakyat memohon pengurangan beban pajak. Para
penasihat yang lebih tua mendesaknya untuk memenuhi permintaan rakyat,
tetapi teman-temannya yang masih muda menasihatinya agar bersikap
lebih tegas daripada ayahnya. Karena ia menuruti nasihat teman
-temannya, akibatnya sepuluh dari dua belas suku Israel memisahkan
diri dan membentuk sebuah kerajaan baru (2 Tawarikh 10:16-17).

Pemimpin yang baik tidak mengandalkan ketegasan yang mendominasi  -
- baik di rumah, di gereja, atau dalam pekerjaan. Sebaliknya, mereka
menyeimbangkan ketegasan itu  (yang sesungguhnya bukan sesuatu yang
salah) dengan prinsip saling merendahkan diri  (Efesus 5:21). Mereka
mendengarkan dengan rasa hormat, mengakui kesalahan mereka,
menunjukkan kesediaan untuk berubah, dan menggabungkan kelembutan
dengan ketegasan. Itulah kepemimpinan yang rendah hati, dan itu manjur
untuk dilakukan!

Pemimpin yang Layak Memimpin adalah Mereka yang Telah Belajar Melayani

Diambil dari:
Nama situs: Alkitab SABDA
Alamat URL: http://alkitab.sabda.org/illustration.php?id=1272
Penulis artikel: Herb Vander Lugt
Tanggal akses: 30 Juli 2014


            STOP PRESS: BERGABUNGLAH DI FACEBOOK E-JEMMI

Bergabunglah menjadi penggemar Facebook e-JEMMi untuk mendapatkan
informasi mengenai dunia pelayanan misi dan juga artikel-artikel yang
terkait dengan pelayanan Amanat Agung. Tidak hanya mendapatkan
informasi seputar dunia misi, di sini Anda juga dapat saling mendoakan
dan meneguhkan dengan sesama orang percaya yang lain.

Jangan tunda lagi, segeralah bergabung di:

==> http://fb.sabda.org/misi


Kontak: leadership(at)sabda.org
Redaksi: Ryan, Berlin B., dan S. Setyawati
Berlangganan: subscribe-i-kan-leadership(at)hub.xc.org
Berhenti: unsubscribe-i-kan-leadership(at)hub.xc.org
Arsip: sabda.org/publikasi/e-leadership/
BCA Ps. Legi Solo; No. 0790266579 a.n. Yulia Oeniyati
(c) 2014 Yayasan Lembaga SABDA < http://ylsa.org >

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org