Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-leadership/159

e-Leadership edisi 159 (21-1-2014)

Pemimpin yang Inovatif (I)

==========MILIS PUBLIKASI E-LEADERSHIP EDISI JANUARI 2014============
                           Pemimpin yang Inovatif (I)
                           
e-Leadership -- Pemimpin yang Inovatif (I)
Edisi 159, 21 Januari 2014

Shalom,

Pemimpin inovatif adalah pemimpin yang tidak pernah cepat puas dengan pencapaian 
hasil kinerjanya. Ia akan terus-menerus menciptakan peluang dan ide yang baru. 
Sehubungan dengan itu, edisi e-Leadership bulan Januari dan Februari akan 
membahas tema seputar Pemimpin yang Inovatif. Dan, pembahasan dalam edisi ini 
adalah tentang karakter pemimpin yang inovatif. Apa saja kriteria pemimpin 
inovatif? Silakan menyimak dan temukan ide baru untuk diterapkan dalam kinerja 
kepemimpinan Anda tahun ini. Kiranya sajian kami tetap menjadi berkat bagi Anda 
semua. Tuhan Yesus memberkati.

Pemimpin Redaksi e-Leadership,
Ryan
< ryan(at)in-christ.net >
< http://lead.sabda.org >


Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat 
        perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga. 
                                 (Matius 5:16) 


                  ARTIKEL: LIMA BELAS SIFAT PEMIMPIN INOVATIF

Beberapa hari yang lalu, saya berkesempatan untuk berpartisipasi dalam sebuah 
konferensi kepemimpinan bersama Dr. Greg Jones, mantan dekan Sekolah Theologi 
Duke, dan Dr. John Upton, presiden Baptist World Alliance dan Dewan Misi Baptis 
Virginia. Minggu depan, saya akan membagikan pemikiran Greg Jones dalam hal 
kepemimpinan, tetapi hari ini saya pikir Anda mungkin ingin mendengar apa yang 
dikatakan oleh John Upton.

Dr. Upton membuat daftar lima belas karakteristik yang dimiliki oleh pemimpin 
gereja yang inovatif, berdasarkan pengamatannya selama membangun relasi dengan 
para pemimpin Gereja Baptis dan para pemimpin tradisi kekristenan lainnya. Dr. 
Upton mengatakan bahwa karakter dalam daftar ini tidak disusun berdasarkan 
prioritas, namun dapat diamati dalam diri para pemimpin yang telah ditemuinya di 
negara-negara tempat gereja berkembang.

1. Seorang pemimpin menciptakan peluang.

Dr. Upton mengatakan bahwa pemimpin hidup dalam konteks penemuan, eksplorasi, 
dan pembelajaran. Dari konteks keingintahuan itulah, para pemimpin membuka 
ruang-ruang bagi terciptanya hal-hal baru.

2. Seorang pemimpin boleh berkata, "Saya tidak tahu."

Mengakui dengan jujur bahwa Anda sebagai seorang pemimpin tidak memiliki semua 
jawaban, akan membuka jalan bagi orang lain untuk mengeksplorasi, bereksperimen, 
dan menemukan hal-hal yang bahkan tidak terpikirkan oleh Anda sebagai seorang 
pemimpin. Dr. Upton berpendapat bahwa saat seorang pemimpin berkata "Saya tidak 
tahu," ia memberi izin kepada orang lain untuk "mencari tahu", sementara 
pemimpin itu menawarkan masukan dan dukungan bagi mereka yang mengeksplorasi 
kemungkinan-kemungkinan baru.

3. Seorang pemimpin bukanlah pemain terbaik, tetapi lebih merupakan seorang yang 
   mengembangkan bakat setiap anggotanya.

Upton menggunakan ilustrasi sebuah orkestra yang dipimpin oleh seorang 
konduktor. Seorang konduktor mungkin tidak cukup terampil untuk duduk dalam 
bagian musik apa pun, tetapi dia menyatukan semua bakat para pemusik ke dalam 
suatu orkestra sehingga menjadi perpaduan yang indah dari harmoni dan energi.

4. Seorang pemimpin membagikan visi mengenai suatu harapan.

Saat ini, istilah "membagikan visi" berarti menyajikan program atau konsep yang 
telah tersusun rapi. Akan tetapi, Upton menentang hal itu dengan berpendapat 
bahwa para pemimpin besar seperti Churchill dan FDR (Franklin Delano Roosevelt, 
presiden Amerika Serikat pada masa perang dunia II, red.) membagikan visi 
mengenai suatu harapan. Dari sebuah harapan, seseorang akan menuju pada suatu 
kesempatan, berinovasi dalam situasi mereka. Hal ini akan memberikan hasil yang 
lebih baik dibandingkan yang dapat diharapkan dari visi tunggal seorang 
pemimpin.

5. Seorang pemimpin bertumbuh di dalam sebuah paradoks.

Para pemimpin besar mampu menerima dua pandangan yang bertentangan dalam 
pikirannya dan menghasilkan solusi yang mempertimbangkan semua kemungkinan. Saya 
merekomendasikan sebuah sumber [bacaan] yang baik mengenai hal ini: "The 
Opposable Mind: Winning Through Integrative Thinking" oleh Roger L. Martin.

6. Seorang pemimpin akrab dengan kekacauan.

John Upton mengamati bahwa pemimpin yang baik selalu memiliki sesuatu yang dapat 
digambarkan secara metafora sebagai persediaan pita perekat untuk memperbaiki 
segala sesuatu dengan cepat dalam keadaan darurat. Menurut pengamatan Upton, 
seorang pemimpin dapat "merasa nyaman di tengah-tengah kegilaan", suatu istilah 
yang, menurut saya, artinya tidak sama dengan "merasa nyaman di tengah-tengah 
kekurangan fokus".

7. Seorang pemimpin melakukan sesuatu dan mengulanginya lagi.

Tidak ada solusi yang mutlak dalam setiap organisasi. Solusi hari ini dapat 
menjadi kendala di esok hari. Seorang pemimpin menyadari perlunya meninjau dan 
mengevaluasi ulang tujuan maupun prestasi organisasinya, namun tetap terukur.

8. Seorang pemimpin tahu kapan harus menunggu.

Pemilihan waktu dapat sama pentingnya dengan visi. Belajar menunggu dengan sabar 
untuk waktu, suasana, dan orang yang tepat untuk diikutsertakan dalam suatu 
proyek dapat menjadi hal yang sangat penting untuk keberhasilan proyek itu. 
Kesabaran adalah suatu nilai yang baik, bukan hanya dalam teori, melainkan juga 
dalam hal memimpin gereja.

9. Seorang pemimpin bersifat optimis.

Menurut pendapat Upton, memiliki sifat optimis berarti "percaya bahwa dunia ini 
bisa menjadi tempat yang lebih baik, kita bisa membuat perbedaan". Optimisme 
bukanlah pengabaian realitas secara membabi-buta, melainkan suatu sikap 
pengharapan jangka panjang.

10. Seorang pemimpin menyampaikan gambaran besar, tetapi juga mengurus detail-
    detailnya.

Sebuah skema yang besar memang mengagumkan dan orang-orang membutuhkan visi yang 
menyeluruh. Namun, sebagaimana yang konon dikatakan oleh arsitek Mies van der 
Rohe, "Allah hadir dalam detail-detail kecil", rupanya, itu tak hanya berlaku 
dalam bidang arsitektur, tetapi juga dalam hal memimpin gereja.

11. Seorang pemimpin juga membuat kesalahan, tetapi menciptakan budaya tidak 
    menyalahkan.

"Saya lebih suka menghargai kegagalan besar daripada menghargai keberhasilan 
yang biasa-biasa saja," Upton berkomentar. Melakukan kegagalan tanpa terus-
menerus dipersalahkan bukanlah sesuatu yang buruk dalam berorganisasi, hal itu 
bahkan merupakan bagian dari pembelajaran dalam budaya yang inovatif.

12. Seorang pemimpin sungguh-sungguh menghargai suatu bakat.

Para pemimpin besar, menurut Jim Collins, mengelilingi diri mereka dengan orang-
orang yang sangat berbakat, dan menunjukkan pribadi yang rendah hati ketika 
berbicara tentang prestasi kelompok mereka. Menurut Upton, pemimpin besar 
menarik, memelihara, mendidik, dan menghargai suatu bakat.

13. Seorang pemimpin berjejaring untuk belajar dari pemimpin yang lain.

Pemimpin yang benar-benar baik bukanlah satu-satunya sumber ide atau informasi 
dalam organisasi mereka. Jejaring yang menghubungkan mereka dengan sesama 
pemimpin di organisasi, departemen, atau kelompok sejenis organisasi lainnya 
menciptakan budaya ingin mengetahui lebih banyak dan bereksplorasi.

14. Seorang pemimpin mengenal dirinya dengan baik.

Ini mungkin salah satu kualitas yang paling sulit dalam bidang kepemimpinan. 
Pengenalan terhadap diri sendiri yang dibarengi dengan disiplin pribadi, 
memisahkan pemimpin yang baik dengan pemimpin yang terbaik dalam bidang ini. 
Seorang pemimpin yang mengakui bahwa "Saya tidak memegang kendali" atas segala 
sesuatu, yang merupakan sepupu dari "Saya tidak mahatahu", memungkinkan orang 
lain untuk berhasil, dan menyatakan bahwa pemimpin itu memahami keterbatasan 
dirinya sendiri.

15. Seorang pemimpin mengambil waktu untuk beristirahat.

Tidak ada imbalan bagi para pendeta yang berkata, "Saya tidak pernah mengambil 
liburan." Seorang pemimpin perlu untuk beristirahat dari tekanan kepemimpinan 
supaya ia dapat mengambil jeda, mengisi ulang energinya, dan membuat evaluasi 
ulang. Pikirkan pemeliharaan preventif bagi para pendeta, maka Anda pasti dapat 
membayangkannya. Seorang pemimpin besar mengambil jarak, memiliki ketertarikan 
kepada hal yang lain, memperhatikan hubungan-hubungan yang mereka miliki, dan 
mengenali kebutuhan mereka untuk memandang dari jauh.

Hal-hal di atas merupakan lima belas karakteristik para pemimpin besar menurut 
John Upton, berdasarkan pengalaman dan pengamatannya. Adakah sifat atau tindakan 
praktis yang dapat Anda tambahkan dalam daftar tersebut? Atau, bagaimanakah Anda 
akan mengurutkannya berdasarkan prioritas sesuai dengan jenis pelayanan Anda? 
(t/Okti)

Diterjemahkan dan disunting dari:
Nama situs: ChurchLeaders.com
Alamat URL: http://www.churchleaders.com/pastors/pastor-blogs/161049-chuck_warnock_15_traits_of_innovative_leaders.html
Judul asli artikel: 15 Traits of Innovative Leaders
Penulis: Chuck Warnock
Tanggal akses: 3 Desember 2013


                                    KUTIPAN

Meskipun tak ada orang yang dapat mundur lagi dan membuat sebuah langkah awal 
baru, setiap orang mampu mulai dari sekarang dan membuat sebuah akhir yang baru. 
                                    (Anonim)


                 INSPIRASI: PERSAINGAN (1 Korintus 9:24-27)

Inilah waktu untuk berkompetisi. Di era global ini, jarang dan hampir tak ada 
yang bisa menjadi pemilik pasar. Semua lubang sudah terisi oleh persaingan yang 
ketat. Jika tak siap dalam dunia bisnis yang makin kompetitif, bisa dipastikan 
kita akan tereliminasi. Hal yang sama juga berlaku bagi kita sebagai pekerja. 
Jika potensi kita tak berkembang, atau prestasi kita sangat minim atau 
produktivitas kerja kita jauh dari kata efisien dan efektif, bersiap-siaplah 
meninggalkan kursi dan sebaliknya mempersilakan orang lain menempatinya.

Namun, sungguh bijak seandainya kita tidak membenci situasi yang mengharuskan 
kita berkompetisi, apalagi harus membenci pesaing kita. Sebab, ada banyak 
keuntungan yang bisa kita dapatkan dalam sebuah kompetisi jika kita bisa 
menyikapi dengan sudut pandang yang positif. Pertama, persaingan bisa menjadi 
bahan bakar untuk memacu perusahaan kita. Tanpa persaingan, mungkin kinerja kita 
sangat biasa, namun setelah ada ancaman dari kompetitor mau tidak mau kita harus 
meningkatkan kinerja kita sebaik mungkin. Kalau tidak, kita akan mati!

Kedua, persaingan membuat kita tahu posisi kita. Keberhasilan pesaing bisa kita 
gunakan sebagai barometer atau tolok ukur. Paling tidak, kita akan tahu apakah 
kita jauh tertinggal atau sekarang ini, kitalah yang jadi pemimpin pasar. Jika 
kita menyadari bahwa kita tertinggal, kita akan dengan cepat mengejar 
ketertinggalan itu. Ketiga, persaingan akan membuat kita makin kreatif dan 
inovatif. Tak ada istilah puas setelah mencapai titik tertentu, bahkan saat kita 
sudah menjadi pemimpin pasar sekalipun karena kita tak ingin posisi kita 
didahului oleh pesaing kita. Mau tidak mau, kita akan terus berupaya untuk 
kreatif dan inovatif. Keempat, khusus bagi Anda yang hidup dalam persaingan di 
antara sesama rekan kerja, yakinlah bahwa dengan adanya persaingan, Anda bisa 
memunculkan potensi terbaik yang Anda miliki. Anda akan terus melakukan 
perbaikan pribadi karena sebuah persaingan. Bukankah persaingan itu baik?

Tanpa persaingan, kita akan menjadi statis dan gagal mencapai yang terbaik dalam 
diri.

Diambil dan disunting dari:
Nama situs: Renungan Spirit
Alamat URL: http://www.renungan-spirit.com/kiat-sukses/persaingan.html
Penulis: Petrus Kwik
Tanggal akses: 5 Desember 2013


Kontak: leadership(at)sabda.org
Redaksi: Ryan, Berlin B., dan Yegar
Berlangganan: subscribe-i-kan-leadership(at)hub.xc.org
Berhenti: unsubscribe-i-kan-leadership(at)hub.xc.org
Arsip: sabda.org/publikasi/e-leadership/
BCA Ps. Legi Solo, No. 0790266579, a.n. Yulia Oeniyati
(c) 2014 -- Yayasan Lembaga SABDA < http://ylsa.org >

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org