Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-leadership/75

e-Leadership edisi 75 (21-7-2010)

Pelajaran Kepemimpinan dari Abraham (II)

============MILIS PUBLIKASI E-LEADERSHIP EDISI JULI 2010==============

                  PELAJARAN KEPEMIMPINAN DARI ABRAHAM (II)

                     e-Leadership 75 -- 21/07/2010

   DAFTAR ISI
   EDITORIAL
   ARTIKEL: Abraham Pemimpin Perubahan
   KUTIPAN
   JELAJAH BUKU: Mastering Planning: Pendekatan Pintar dalam
                 Merencanakan Untuk Memasuki Masa Depan Sukses
   PERISTIWA

==================================**==================================
EDITORIAL

   Ada dua macam kriteria orang yang dapat disebut pemimpin. Yang
   pertama adalah orang-orang yang mampu memprediksi
   perubahan-perubahan pada masa yang akan datang, dan yang kedua
   adalah orang-orang yang mengubah prediksi tentang masa yang akan
   datang. Abraham adalah contoh pemimpin yang mampu melihat perubahan
   yang terjadi dengan cepat dan dapat menyesuaikan dirinya dengan
   cepat pula. Tipe seperti ini dapat disebut sebagai "pemimpin
   perubahan" atau "pemimpin transformasional" yang dengan cepat dapat
   memahami arah dan tujuan yang jelas.

   Berkaitan dengan pembahasan ini tokoh Abraham merupakan sosok yang
   menjadi tokoh sentral dalam edisi kali ini. Bukan hanya sebagai
   pemimpin yang memiliki visi dan misi yang jelas tetapi dia juga
   merupakan pemimpin perubahan yang sanggup melampaui setiap perubahan
   yang ada pada zamannya. Untuk itu, jangan lewatkan sajian kali ini
   yang akan lebih membawa Anda memahami kriteria seorang pemimpin
   perubahan yang jelas akan sangat menantang dan menuntut sebuah
   tanggung jawab dalam pelaksanaannya.

   Selamat menyimak. Tuhan memberkati.

   Pimpinan Redaksi e-Leadership,
   Desi Rianto
   http://lead.sabda.org
   http://fb.sabda.org/lead

==================================**==================================
Aku tahu, bahwa Engkau sanggup melakukan segala sesuatu, dan tidak
ada rencana-Mu yang gagal. (Ayub 42:2)
< http://alkitab.sabda.org/?Ayub+42:2 >

==================================**==================================
ARTIKEL

                     ABRAHAM PEMIMPIN PERUBAHAN

   Kisah tentang orang Yahudi berawal dari Abraham, kepala suku
   sederhana yang percaya pada satu Allah. Abraham meninggalkan
   Ur-Kasdim dan menjadi "bapa sejumlah besar bangsa" (Kejadian 17:5).
   Abraham menanamkan bibit-bibit yang kemudian membantu menghancurkan
   penyembahan berhala, menanamkan bibit tiga agama monoteis yang utama
   (Yudaisme, Kristen, dan Islam), dan mengubah dunia selamanya dengan
   konsep-konsep tentang monoteisme, keadilan, dan rasa belas kasihan
   yang ia wariskan. Paling tidak setengah dari penduduk dunia saat ini
   telah terpengaruh oleh visi Abraham. Tidak heran bahwa Paus Yohanes
   Paulus II pernah menyatatakan keinginannya yang kuat untuk
   mengunjungi Ur (di Irak), tempat kelahiran Abraham.

   Karakteristik apakah yang Abraham miliki yang menjadikannya pemimpin
   yang sangat mumpuni? Kita akan membahas bahwa Abraham memunyai
   ciri-ciri yang melekat dalam pemimpin-pemimpin perubahan.

   1. Abraham memiliki visi.

      Visi Abraham adalah mendirikan negara baru -- Tanah Perjanjian --
      tanah tempat keturunannya akan tinggal sebagai satu umat yang
      menganut monoteisme, kepedulian terhadap yang tidak berdaya, dan
      keadilan bagi semua. Walaupun Yakub, cucu Abraham, tinggal di
      Mesir, dia ingin dikuburkan di gua Makhpela, yang merupakan
      kuburan Abraham dan Ishak. Yakub meminta Yusuf berjanji agar
      menguburkannya di Tanah Suci. Yusuf dan saudara-saudaranya
      menguburkan Yakub di sana. Dia menyalurkan rasa cintanya terhadap
      Tanah Suci kepada semua anak-anaknya. Kita juga membaca bahkan
      Yusuf pun meminta saudara-saudaranya berjanji untuk membawa
      tulang-tulangnya kembali ke Tanah Perjanjian. Yusuf berkata,
      "Tidak lama lagi aku akan mati; tentu Allah akan memerhatikan
      kamu dan membawa kamu keluar dari negeri ini, ke negeri yang
      telah dijanjikan-Nya dengan sumpah kepada Abraham, Ishak dan
      Yakub... Tentu Allah akan memperhatikan kamu; pada waktu itu kamu
      harus membawa tulang-tulangku dari sini." (Kejadian 50:24-25)
      Visi ini, diwariskan dari Abraham ke Ishak ke Yakub dan ke
      anak-anak Yakub, membuat Israel bertahan melewati perbudakan
      selama beberapa dekade lamanya.

      Abraham adalah seorang monoteis dalam masyarakat penyembah
      berhala dan menyebarkan nama Allah ke mana pun dia pergi
      (Kejadian 12:8; Kejadian 13:4; Kejadian 13:18). Abraham
      menanamkan hutan kecil [di Alkitab disebut sebatang pohon
      tamariska, Red.] di Bersyeba "dan memanggil di sana nama TUHAN,
      Allah yang kekal." (Kejadian 21:33) Tampaknya hutan kecil ini
      ditanam untuk memberikan keramahan bagi para pengembara dan untuk
      menyebarkan monoteisme dalam dunia kuno penyembah berhala.
      Kenyataannya, Midrash dan Talmud [1] menyebutkan bahwa Abraham
      dan Sara biasa mengundang para pelancong ke dalam rumah mereka
      dan melayani mereka. Setelah makan, mereka didorong untuk
      mengucap syukur kepada Allah. Pendekatan ini memampukan Abraham
      untuk menyebarkan monoteisme dan nilai-nilai keramahan dan
      kepedulian kepada yang lain dalam dunia kuno.

      Tidak mengejutkan jika dia dikenal di dunia kuno sebagai "amir
      Allah" (Kejadian 23:6, Terjemahan Lama). Abraham tidak hanya
      sekedar memiliki visi, tetapi dia juga mampu mengekspresikan visi
      ini kepada keturunan-keturunannya yang hidup selama ratusan
      generasi kemudian. Kira-kira dua ribu tahun setelah kematiannya,
      Talmud mengatakan bahwa, "Siapa pun yang memiliki ketiga ciri
      berikut adalah murid-murid dari bapa Abraham ... mata yang baik
      [sifat murah hati], roh kerendahan hati, dan jiwa yang sederhana
      [keinginan yang sederhana]." [2]

   2. Abraham memiliki keberanian dan keyakinan.

      Alkitab (Kejadian 14) menghubungkan bagaimana Abraham
      menggerakkan sukunya dan, hanya dengan 318 orang, pergi berperang
      melawan empat raja yang kuat demi menyelamatkan keponakannya,
      Lot. Jumlah pasukan Abraham sangat tidak sebanding, tetapi dia
      mengalahkan dan mengejar empat musuh kuat yang baru saja menang
      telak mengalahkan lima raja yang kuat lainnya (Raja Sodom dan
      Gomora dan ketiga sekutu mereka). Abraham tidak hanya berani, dia
      juga setia dengan warga sukunya, bahkan dengan seseorang yang
      "ditinggalkan" di Sodom. Para pemimpin perubahan membutuhkan
      keberanian untuk mengambil risiko dan membutuhkan keyakinan untuk
      melaksanakan visi mereka. [3]

   3. Abraham memedulikan orang-orang dan memunyai rasa keadilan yang
      tinggi.

      Abraham merupakan orang pertama yang memberikan persepuluhan dari
      semua hartanya (Kejadian 14:20). Abraham juga sangat ramah kepada
      orang-orang asing. Kejadian 18 mengisahkan pada suatu hari yang
      panas ketika Abraham sedang duduk di depan tendanya, ia melihat
      tiga orang asing. Dia belari menuju mereka dan mengundang mereka
      untuk datang ke rumahnya untuk membasuh kaki mereka dan menyantap
      sepotong roti. Abraham tidak menawarkan mereka banyak hal agar
      mereka mau untuk datang. Tetapi nyatanya, dia menghidangkan
      mereka roti yang baru dipanggang, dadih dan susu, dan daging anak
      lembu yang empuk. Selain itu, Abraham berdiri di dekat mereka dan
      berlaku sebagai tuan rumah serta pelayan. Abraham adalah orang
      yang sudah berumur, tetapi Alkitab menyatakan, "Lalu Abraham
      segera pergi ke kemah.... Lalu berlarilah Abraham kepada lembu
      sapinya." (Kejadian 18:6, 18:7) Ketika mereka pergi, Alkitab
      mengatakan, "Abraham berjalan bersama-sama dengan mereka untuk
      mengantarkan mereka." (Kejadian 18:16) Abraham juga memberikan
      tamu-tamunya tersebut penghormatan dengan mengantarkan mereka.
      Keponakannya, Lot, juga bersikap ramah di Sodom, tempat yang
      sangat tidak memperlakukan orang asing dengan keramahan.

      Kepedulian Abraham untuk orang lain juga terlihat saat dia
      mendengar bahwa Allah bermaksud menghancurkan Sodom dan Gomora.
      Abraham sangat kecewa sehingga dia berani meminta kepada Allah,
      "Masakan Hakim segenap bumi tidak menghukum dengan adil?"
      (Kejadian 18:25) Tawar-menawar Abraham dengan Allah untuk
      menyelamatkan Sodom dan Gomora dari kehancuran menunjukan
      kasihnya yang besar kepada manusia dan sifatnya yang optimis:

      Abraham: "Seandainya ada 50 orang yang tidak bersalah di dalam
               kota itu, apakah seluruh kota itu akan TUHAN
               binasakan?"

      Allah: "Jikalau kiranya Kudapati akan 50 orang yang benar dalam
             negeri Sodom itu, maka karena mereka itulah niscaya
             Kupeliharakan kelak segenap tempat itu."

      Abraham: "Tetapi barangkali hanya ada 45 orang yang tidak
               bersalah.... Apakah Tuhan akan membinasakan seluruh kota
               itu...?"

      Allah: "Jikalau Kudapati akan 45 dalamnya, maka tiada Aku
             membinasakan tempat itu."

      Abraham: "Bagaimana kalau hanya ada 40 orang?"

      Allah: "Karena sebab orang 40 itu maka tiada Aku akan
             membinasakan dia"

      Seraya percakapan ini berlanjut, Abraham mengajukan permintaan
      dan Allah mengijinkan 30, 20, 10 orang berturut-turut, sampai
      akhirnya Abraham menyerah karena tampaknya tidak ada 10 orang
      yang bersih ditemukan di seluruh kota Sodom, maka dihancurkanlah
      kota itu (Kejadian 18:23-33).

      Cerita ini menunjukan kasih Abraham yang besar terhadap
      kemanusiaan dan optimismenya. Abraham tidak dapat memercayai
      bahwa ada beberapa orang sangat jahat sehingga tidak
      berpengharapan. Pemimpin perubahan memedulikan pengikutnya.
      Pemimpin perubahan adalah pemimpin yang bisa mendidik dan
      mendukung pengikutnya.

   4. Abraham adalah seorang yang rendah hati.

      Abraham merupakan individu yang sangat rendah hati. Dia
      menganggap dirinya sebagai "debu dan abu" (Kejadian 18:27).
      Ketika istrinya, Sara, meninggal, Abraham mendekati orang Het
      karena dia ingin membeli sebuah tempat pemakaman. Abraham berkata
      tentang dirinya sendiri: "Aku ini orang asing dan pendatang di
      antara kamu." (Kejadian 23:4) Tetapi, orang Het mengenali Abraham
      dan menyatakannya sebagai "amir Allah" (Kejadian 23:6, Terjemahan
      Lama). Abraham berbicara kepada orang-orang Het dengan penuh rasa
      hormat dan bahkan bersujud kepada mereka beberapa kali. Pada
      akhirnya dia bisa memembayar Efron, orang Het itu, sebesar 400
      syikal perak untuk tanahnya. (Yeremia dalam Yeremia 32:9 membayar
      hanya 17 syikal untuk sebidang tanah seperti itu.) Abraham tahu
      apa yang Efron inginkan untuk tanah itu karena dia mengatakan
      harganya pada saat yang sama ketika dia menawarkannya dengan
      cuma-cuma, "Tuanku, dengarkanlah aku: sebidang tanah dengan harga
      empat ratus syikal perak, apa artinya itu bagi kita? Kuburkan
      sajalah isterimu yang mati itu." (Kejadian 23:14) Abraham
      mengerti bahwa Efron hanya berbasa-basi dan sebenarnya
      menginginkan 400 uang perak; Abraham menolak mengambil keuntungan
      dari penawaran yang tidak tulus.

      Ketika Abraham dan keponakannya, Lot, meninggalkan Mesir, mereka
      memiliki sejumlah besar ternak. Gembala-gembala mereka masing
      masing mulai bertengkar karena tanah berumput yang ada tidak
      cukup untuk kedua kawanan domba. Abraham adalah orang yang cinta
      damai dan mengatakan kepada Lot, "Janganlah kiranya ada
      perkelahian antara aku dan engkau, dan antara para gembalaku dan
      para gembalamu, sebab kita ini kerabat. Bukankah seluruh negeri
      ini terbuka untuk engkau? ... jika engkau ke kiri, maka aku ke
      kanan, jika engkau ke kanan, maka aku ke kiri." (Kejadian 13:8-9)
      Walaupun Abraham adalah pamannya Lot dan kepala suku, dia tidak
      sombong. Dia justru mengijinkan keponakannya memutuskan
      pilihannya terlebih dahulu.

      Kebanyakan orang-orang yang sombong sulit memberikan bawahan
      mereka dengan perhatian secara pribadi dan sering kurang peka
      terhadap kebutuhan yang lain. Jelas sekali, ukuran kerendahan
      hati merupakan karakteristik penting dari pemimpin perubahan.
      Tidak mengejutkan ketika sikap dingin dan sombong menjadi
      penyebab utama kegagalan kepemimpinan.

   5. Abraham memunyai karisma.

      Pemimpin yang berkarisma memunyai kemampuan memengaruhi orang
      lain karena kualitas mereka yang menginspirasi. Kata Ibrani
      "karisma" berarti "karunia ilahi" dan individu-individu yang
      memiliki karisma memunyai kekuatan untuk menjaga kesetiaan
      sejumlah besar orang. Conger dan Kanungo (1988, hal. 79)
      mengatakan bahwa pengikut-pengikut para pemimpin yang berkarisma
      menganggap mereka memiliki sifat kepahlawanan dan kemampuan yang
      luar biasa setelah mengamati sikap-sikap tertentu dari mereka.
      Mereka adalah inspirasi bagi pengikut mereka; mereka sendiri
      adalah teladan dari sikap-sikap yang didambakan.

      Abraham memiliki karunia ilahi yang penting sejak Allah
      meyakinkannya bahwa, "Aku akan memberkati orang-orang yang
      memberkati engkau, dan mengutuk orang-orang yang mengutuk
      engkau." (Kejadian 12:3) Selain itu, hampir 4.000 tahun setelah
      kematiannya, dia tetap menjadi teladan bagi miliaran orang.
      Kuburannya, gua Makhpela di Hebron, merupakan tempat suci yang
      dikunjungi oleh ratusan orang setiap hari.

      Jelas bahwa Abraham dapat menarik pengikut dan, seperti yang
      telah disebutkan di atas, 318 orang bergabung dalam pertempuran
      berbahaya melawan empat raja yang kuat. Orang-orang Het
      menghormatinya dan menganggapnya sebagai "amir Allah" ketika dia
      melakukan pendekatan untuk membeli tanah kuburan untuk Sara.
      Pengikutnya sangat setia kepadanya. Selain itu, Abraham bisa
      mengirimkan hambanya dengan sepuluh unta yang memuat dengan
      barang-barang ke negeri yang jauh tanpa takut hambanya akan
      membawa lari hartanya (Kejadian 24). Hambanya melakukan tugasnya
      dengan baik -- mencarikan istri bagi anak tuannya -- dan membawa
      pulang Ribka.

      Pastinya, Abraham cukup berpengaruh karena bahkan raja Abimelekh
      dan kaptennya, Pikhol, ingin membuat persekutuan dengannya.
      Alasan utama mereka menginginkan bersekutu dengan Abraham karena
      "Allah menyertai engkau dalam segala sesuatu yang engkau
      lakukan." (Kejadian 21:22- 33) Jelas sudah, Abraham, seorang pria
      dari Ur, sangat terkenal dan namanya tersebar ke seluruh dunia
      sehingga seorang raja pun ingin mengadakan perjanjian dengannya.

   6. Abraham bersedia mempersembahkan kurban demi kepercayaannya.

      Cerita tentang pengujian Abraham -- Allah memintanya mengurbankan
      anak terkasihnya, Ishak -- menunjukan kesediaan Abraham
      memberikan kurban pribadi kepada Allah (Kejadian 22). Menarik
      sekali menyaksikan rekasi Abraham setelah malaikat Tuhan berkata,
      "Jangan bunuh anak itu dan jangan kauapa-apakan dia, sebab telah
      Kuketahui sekarang, bahwa engkau takut akan Allah." (Kejadian
      22:12) Abraham tidak berbicara kepada anaknya, tetapi "menoleh
      dan melihat seekor domba jantan di belakangnya," Abraham mencari
      persembahan lain karena dia sungguh-sungguh berdedikasi kepada
      Allah.

      Apakah alasan pencobaan Abraham ini? Bisa saja pencobaan ini
      menyatakan cara Allah menunjukan kepada Abraham bahwa menyebarkan
      monoteisme membutuhkan pengurbanan besar dari orang yang percaya.
      Tentu saja, ada ribuan martir sebelum monoteisme menang atas
      penyembahan berhala. Pemimpin-pemimpin perubahan yang berkarisma
      perlu bersedia membuat pengurbanan demi organisasi mereka. [6]
      Selain itu, pemimpin-pemimpin perubahan memotivasi
      pengikut-pengikut mereka untuk mengurbankan kepentingan diri
      untuk manfaat yang lebih besar. [7] Abraham adalah orang yang
      bersedia memberikan kurban yang besar dan itulah sebabnya dia
      membuktikan bahwa dia adalah pilihan yang tepat sebagai kepala
      pertama yang disegani. Selama berabad-abad tahun,
      pengikut-pengikut Abraham -- pemeluk monoteisme -- juga
      memberikan pegurbanan yang besar untuk menyebarkan nilai-nilainya
      di dunia penyembah berhala.

   7. Abraham berani berbeda. Dia adalah agen perubahan.

      Tidaklah mudah -- dan bahkan terkadang berbahaya -- tampil
      berbeda di antara orang-orang sekitar Anda. Suku Abraham berbeda
      dan sangat lain dengan orang-orang di sekitar mereka. Salah satu
      perbedaan yang nyata adalah bahwa mereka adalah monoteis di
      tengah-tengah masyarakat penyembah berhala.

      Pandangan Abraham tetang keramahan terhadap orang asing juga
      sangat bertentangan dengan filsafat Sodom dan Gomora, tempat-
      tempat yang membenci orang asing. "Keramahan" orang-orang Sodom
      adalah pemerkosaan terhadap orang asing yang masuk ke negara
      mereka (Kejadian 19:4-5); Abraham menunjukan keramahan kepada
      orang asing dengan melayani mereka secara pribadi. Orang-orang
      asing tidak diperlakukan dengan baik dalam dunia kuno dan Abraham
      sendiri tidak diperlakukan dengan baik ketika pergi bersama
      istrinya ke Mesir. Dia takut akan dibunuh sehingga istrinya dapat
      diambil (Kejadian 12:11-13).

      Pemimpin-pemimpin perubahan adalah agen perubahan yang memiliki
      kemampuan untuk mengubah arah organisasi sepenuhnya. Abraham
      tidak hanya berani bersikap beda pada masanya, tetapi juga
      mengubah direksi keagamaan kemanusiaan.

   Kesimpulan

   Pencapaian utama Abraham adalah menyebarkan kepercayaan terhadap
   satu Allah di dalam dunia yang dipenuhi oleh penyembahan berhala.
   Dunia saat ini telah berubah drastis karena Abraham menyebarkan
   monoteisme dan juga filsafat yang mengiringinya tentang memerhatikan
   sesama manusia. Filsafatnya kemudian dijadikan sebagai hukum:
   "kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri" (Imamat
   19:18). Ciri-ciri apa sajakah yang dimiliki banyak
   pemimpin-pemimpin Alkitab yang berpengaruh, terutama Abraham?
   Karakteristik yang demikianlah yang diperlukan pemimpin perubahan
   manapun untuk mengubah suatu organisasi: sebuah visi, karisma,
   keyakinan, keberanian, kesediaan untuk tampil beda, perhatian untuk
   orang lain, dan kesediaan untuk memberikan pengurbanan besar untuk
   visinya. Filsafat Abraham dapat menjadi paradigma atau tolak ukur
   bagi pemimpin sukses saat ini. (t/Uly)

   Catatan kaki:
   [1] (Midrash Genesis Rabbah 54:5; Ethics of the Fathers of Rabbi
       Nathan 7; Bava Metzia 86b)
   [2] (Ethics of the Fathers 5:19)
   [3] (Black and Porter 2000, pp. 434-435; Nahavandi 2000, p. 189;
       Northouse 1997, pp. 141- 143).
   [4] (Black and Porter 2000, p. 434; Nahavandi 2000, p. 188-189;
       Ross and Offerman 1997)
   [5] (Nahavandi 2000, p. 65)
   [6] (Black and Porter 2000, pp. 431-434)
   [7] (Northouse 1997, hal. 134-136)
   [8] (Northouse 1997, hal. 143)

   Referensi:

   Black, J. S. and L. W. Porter (2000), Management: Meeting New
   Challenges. Upper Saddle River, NJ: Prentice Hall.

   Nahavandi, A. (2000), The Art and Science of Leadership. Upper
   Saddle River, NJ: Prentice Hall.

   Northouse, P. G. (1997), Leadership: Theory and Practice. Thousand
   Oaks, CA: Sage Publications.

   Ross, S.M. and L. R. Offerman, (1997), "Transformational Leaders:
   Measurement of Personality Attributes and Work Group Performance,"
   Personality and Social Psychology Bulletin, 23(October), 1078-1086.

   Diterjemahkan dan disunting dari:
   Judul artikel: Abraham as a Transformational Leader
   Nama situs: -
   Penulis: Hershey H. Friedman, Ph.D. & Mitchell Langbert, Ph.D.
   Alamat URL: 
http://academic.brooklyn.cuny.edu/economic/friedman/Abraham-GreatTransformLeader

==================================**==================================
KUTIPAN

    Orang paling menyedihkan di dunia ini ialah orang yang memiliki
       penglihatan namun tidak memiliki visi. (Helen Keller)

=================================**===================================
JELAJAH BUKU

   Judul buku: Mastering Planning: Pendekatan pintar dalam merencanakan
               untuk memasuki masa depan sukses
   Penulis: Dr. Yakob Tomatala
   Penerbit: YT Leadership Foundation, Jakarta 2001
   Ukuran buku: 14 x 21 cm
   Tebal: 112 halaman

   Tidak seorang pun ingin mengalami kegagalan, jatuh bangkrut, atau
   terpuruk. Semua orang ingin dan berjuang mati-matian untuk mencapai
   sukses dalam segala hal, termasuk dengan usaha yang digelutinya.
   Namun sebagian besar orang berpikir bahwa keberhasilan hanya bisa
   diperoleh beberapa orang saja. Orang-orang yang gagal kemungkinan
   besar tidak menyadari bahwa mereka sudah terkungkung oleh "kacamata
   kuda" yang dipakainya sehingga mereka sering berpikir dan mengatakan
   "mana mungkin, tidak mungkin, atau mana bisa aku berhasil!"
   Hasilnya, mereka benar-benar gagal. Padahal pemikiran semacam itulah
   yang menjadi hambatan terbesar yang dibangun di dalam kebanyakan
   orang, itulah penghalang terbesar untuk sukses.

   Dr. Yakob Tomatala, Alumnus STT Jaffray yang pernah mengajar di
   Sekolah Alkitab dan Kejuruan Kupang, menghadirkan satu buku yang
   bisa membantu Anda memperbarui persepsi dan paradigma Anda tentang
   kesuksesan. Sedikit berbeda dibanding buku-buku pada umumnya, buku
   "Mastering Planning: Pendekatan Pintar dalam Merencanakan untuk
   Memasuki Masa Depan Sukses" ini tidak hanya menyajikan penjelasan
   berupa tulisan melulu tapi juga melampirkan gambar, diagram, dan
   format formulir. Bagian awal buku, Penulis pun memberikan daftar
   pertanyaan (survei) untuk dijawab. Baru setelah itu Dr. Yakob
   memulai penjelasannya, yang disebut dengan pendekatan "PINTAR".
   Pendekatan PINTAR yang dimaksud adalah sebagai berikut:
   - P: buatlah daftar Pertanyaan penting untuk mencari fokus kehidupan
   - I: lakukan Identifikasi dasar-dasar perencanaan
   - N: lakukan tindakan Nyata dengan pengorganisasian yang jelas
   - T: Tetapkan anggaran yang menopang kesuksesan
   - A: Adakan evaluasi untuk melacak kemajuan
   - R: melakukan penyaringan ("Refine") demi kemajuan selanjutnya

   Sangat menarik! Begitulah isi buku ini, bukan hanya materi yang
   disampaikan namun juga cara penyampaiannya. Penulis banyak sekali
   menggunakan akronim-akronim yang dibuatnya sendiri untuk mempermudah
   pembaca dalam mengingat dan memahami topik penting yang ada dalam
   buku ini. Dasar-dasar kekristenan pun mewarnai buku ini sekalipun
   tidak terlalu kental. Satu yang disayangkan, yakni segi teknik
   penulisan, misalnya kata "anda" yang ditulis dengan huruf kecil,
   selain itu terlalu banyak kata-kata yang dicetak dengan huruf
   kapital dan bergaris bawah. Selebihnya ada juga beberapa ejaan yang
   tidak sesuai kaidah bahasa Indonesia sekarang dan terjemahan yang
   kurang sesuai tata bahasa Indonesia. Bagi beberapa pembaca hal-hal
   kebahasaan seperti ini mungkin ini akan membuat tidak nyaman dalam
   membaca.

   Peresensi: Sri Setyawati

======================================================================
PERISTIWA

   21 Juli...

   1. 1831 - Leopold I dilantik sebagai raja pertama Belgia
   2. 1954 - Konvensi Jenewa membagi Vietnam menjadi Vietnam Utara dan
             Vietnam Selatan.
   3. 1969 ­ Neil Armstrong dan Edwin Aldrin menjadi orang pertama yang
             berjalan di bulan

   Sumber: http://en.wikipedia.org/wiki/July_21

======================================================================
Berlangganan: < subscribe-i-kan-leadership(at)hub.xc.org >
Berhenti: < unsubscribe-i-kan-leadership(at)hub.xc.org >
Pertanyaan/saran/bahan: < owner-i-kan-leadership(at)hub.xc.org >
Kontak e-Leadership: leadership(at)sabda.org
Arsip e-Leadership: http://www.sabda.org/publikasi/e-leadership/arsip
Situs Indo Lead: http://lead.sabda.org
Facebook e-Leadership: http://fb.sabda.org/lead
Twitter e-Leadership: http://twitter.com/sabdaleadership
______________________________________________________________________
Redaksi e-Leadership: Desi Rianto dan Sri Setyawati
Isi dan bahan adalah tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA
Didistribusikan melalui sistem network I-KAN
Copyright(c) e-Leadership 2010 / YLSA -- http://www.ylsa.org
Katalog SABDA: http://katalog.sabda.org
Rekening: BCA Pasar Legi Solo No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati
==================================**==================================

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org