Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-leadership/74

e-Leadership edisi 74 (15-7-2010)

Pelajaran Kepemimpinan dari Abraham (I)

============MILIS PUBLIKASI E-LEADERSHIP EDISI JULI 2010==============

                 PELAJARAN KEPEMIMPINAN DARI ABRAHAM (1)

                     e-Leadership 74 -- 14/07/2010

  DAFTAR ISI
  EDITORIAL
  ARTIKEL: Abraham Seorang Pemimpin?
  KUTIPAN
  INSPIRASI: Ujian Iman
  JELAJAH SITUS: STT Ekklesia: Mempersiapkan Hamba Tuhan Sebagai
                 Pemimpin yang Berkemauan dan Berkepribadian

==================================**==================================
EDITORIAL

  Shalom,

  Alkitab memberikan banyak pelajaran mengenai kepemimpinan melalui
  tokoh-tokoh nenek moyang bangsa Israel, mulai dari Abraham, Ishak,
  Yakub, hingga keturunannya. Tokoh-tokoh tersebut telah dipilih Tuhan
  untuk menyatakan rencana-Nya bagi dunia ini dan semuanya
  diperlengkapi Allah untuk mengemban tugas tersebut. Namun, bukan
  berarti mereka bebas dari segala godaan kedagingan dan keinginan
  diri sendiri. Banyak pergumulan yang harus mereka hadapi dalam
  memilih antara taat kepada Allah atau kepada kenyamanan diri
  sendiri. Selain belajar untuk memimpin umat Allah, mereka pun
  belajar memimpin diri sendiri untuk taat kepada sang Pemberi Tugas,
  Allah.

  Abraham merupakan salah satu contoh pemimpin dalam Perjanjian Lama
  yang menjalankan kepemimpinannya berdasarkan perintah Allah.
  Ketaatannya pada Allah membawa dia menjadi pemimpin yang semakin
  hari semakin diberkati oleh Tuhan. Dalam edisi ini kita akan belajar
  prinsip-prinsip kepemimpinan yang diterapkan oleh Abraham, sehingga
  ia begitu dikasihi oleh Allah dan menjadi pemimpin yang berhasil
  pula. Redaksi yakin bahwa Pembaca e-Leadership pun akan mendapatkan
  banyak pelajaran penting melalui sajian-sajian dalam edisi ini,
  khususnya pelajaran untuk melakukan tugas kepemimpinan secara total,
  sesuai dengan kehendak Tuhan.

  Selamat menyimak. Tuhan memberkati.

  Redaksi Tamu e-Leadership,
  Davida Dana
  http://lead.sabda.org
  http://fb.sabda.org/lead

==================================**==================================

Dengan nasihat-Mu Engkau menuntun aku, dan kemudian Engkau mengangkat
aku ke dalam kemuliaan. (Mazmur 73:24)
< http://alkitab.sabda.org/?Mazmur+73:24 >

==================================**==================================
ARTIKEL

                      ABRAHAM SEORANG PEMIMPIN?

  Alkitab tidak banyak memuat contoh kepemimpinan yang nyata.
  Teladan-teladan yang diberikan oleh Musa dan Yesus tidak mudah
  ditiru oleh orang-orang biasa seperti kita. Saat menelusuri tempat
  lain dalam Alkitab, acapkali kita menemukan contoh-contoh yang tidak
  patut diteladani. Coba Anda luangkan beberapa menit membaca kitab
  Hakim-Hakim dengan saksama.

  Mungkin, tidak disangka-sangka sumber perenungan tentang
  kepemimpinan ditemukan dari Abraham yang menjadi panutan dalam tiga
  agama besar dunia. Ellen F. Davis dari Duke Divinity School
  menggambarkan panggilan Abram [nama Abraham saat ia dipanggil Allah]
  dalam Kejadian pasal 12, sebagai bagian dari pola yang terdapat
  dalam seluruh Kitab Kejadian. Allah memunyai inisiatif (contohnya,
  saat penciptaan). Allah memulai hubungan dengan manusia (Adam dan
  Hawa). Kemanusiaan menghalangi keharmonisan hubungan Allah dengan
  ciptaan-Nya. Allah menghukum (pengusiran, pedang berapi, dan
  semacamnya). Dan kemudian Allah memulai inisiatif baru (Nuh,
  Abraham, dan "ad infinitum" sampai sekarang).

  Bagi Davis, Abraham bertindak sebagai pemimpin tiga peristiwa dalam
  Kitab Kejadian: berkat-berkatnya, doa-doanya untuk Sodom dan Gomora,
  dan ketaatannya mengurbankan anaknya.

  Pertama-tama, Abraham menerima berkat Allah. Bagaimana? Allah
  mencurahkan berkat kepada Abraham sebagaimana dia mencurahkan hujan ke
  bumi pada zaman Nuh. Dalam Kejadian 12:2-3 Allah mengutarakan
  berkatnya sebanyak lima kali kepada kepala keluarga baru tersebut.
  Menurut terjemahan Davis: "Aku akan membuat engkau menjadi bangsa
  yang besar dan memberkati engkau serta membuat namamu masyhur; dan
  jadilah berkat! Aku akan memberkati orang-orang yang memberkati
  engkau, dan mengutuk orang-orang yang mengutuk engkau, dan olehmu
  semua kaum di muka bumi akan mendapat berkat."

  Sebelumnya, Allah menyatakan berkat sebanyak lima kali dalam kitab
  Kejadian -- hewan-hewan di laut dan udara (Kejadian 1:22), manusia
  (Kejadian 1:28), hari Sabat (Kejadian 2:3), Nuh dan keluarganya
  (Kejadian 9:1), dan Sem (Kejadian 9:26). Nah, kelima berkat ini
  disebutkan dan dijumlahkan menjadi lima berkat bagi Abraham.
  Sebelumnya, Allah bekerja lewat seluruh kemanusiaan, namun saat ini
  Allah menyempitkan fokus mulia untuk satu keluarga -- melalui
  keluarga itu Allah memberkati yang lain. Serupa dengan penciptaan
  baru.

  Davis mengatakan bahwa berkat kedua (Kejadian 12:2-3) dari kelima
  berkat Abraham sering disalahterjemahkan, sebagaimana terjemahan
  Alkitab BIS mengatakan, "... sehingga engkau akan menjadi berkat."
  Davis menerjemahkannya dalam bentuk perintah: "jadilah berkat!"
  Ini adalah sebuah perintah untuk memberkati orang lain -- sebagai
  panggilan untuk menjadi seorang pemimpin. Dengan berani, oleh Davis
  Abraham disebut sebagai, "inkarnasi berkat". Dia adalah sebuah
  prisma; melalui prisma tersebut orang lain bisa melihat cahaya
  berkat menyinari mereka. Dia adalah sebuah saluran; Allah
  menjanjikan melaluinya seluruh bangsa akan diberkati.

  Berkat, atau dengan analogi, kepemimpinan, bukanlah sesuatu barang
  yang dapat dimiliki seseorang untuk dirinya sendiri. Contohnya, roti
  manna akan rusak jika disimpan semalaman. Kepemimpinan diberikan
  untuk diberikan dan dibagikan dengan melimpah seperti minyak yang
  mengalir ke janggut Harun atau sisa-sisa roti dan ikan saat Yesus
  bersama ribuan orang.

  Kedua, Abraham adalah pemimpin yang -- menurut perkataan Davis --
  "mempertaruhkan nyawanya untuk umat [Allah]". Sebelum Allah turun
  untuk menghancurkan Sodom, Dia memutuskan untuk melibatkan Abraham
  dalam rencana-Nya untuk menghukum Sodom. "Sebab Aku telah memilih
  dia," ujar Allah. "Apakah Aku akan menyembunyikan kepada Abraham apa
  yang hendak Kulakukan ini?" (Kejadian 18:19, 18:17) Allah memiliki
  hubungan yang intim dengan Abraham seperti Adam dengan Hawa
  (Kejadian 4:1), atau sebagai sekutu politik yang terikat dengan
  perjanjian dan yang saling mengenal dan memercayai satu sama lain
  (Yesaya 41:8 dan 2 Tawarikh 20:7). Abraham adalah orang pertama yang
  menerima jalinan persahabatan yang akrab dengan Tuhan seperti ini.
  Apa yang akan dilakukannya dengan hubungannya ini?

  Dia akan tawar-menawar dengan Allah demi orang lain. Abraham dengan
  berani mengambil sikap dalam rencana Allah: "Apakah Engkau akan
  melenyapkan orang benar bersama-sama dengan orang fasik? Bagaimana
  sekiranya ada lima puluh orang benar dalam kota itu? ... tidakkah
  Engkau mengampuninya karena kelima puluh orang benar yang ada di
  dalamnya itu?"

  Latar belakang cerita itu adalah sebuah pasar di Timur Tengah.
  "Abraham adalah penawar yang ulung," kata Davis. Dia berhasil
  bergulat dengan Allah sehingga Allah bersedia mengampuni kota
  tersebut jika ada 10 orang benar di antara mereka. Bukan kesalahan
  Abraham jika tidak ditemukan 10 orang seperti itu di kota tersebut.
  Tindakan membela orang di hadapan Tuhan, menjadi jembatan antara
  orang berdosa dengan Allah, dan menyampaikan keberatan terhadap
  rencana penghancuran sebuah kota, akan terus-menerus menjadi
  karakter tersendiri dari kepemimpinan Israel di sepanjang Alkitab.
  Musa, Yeremia, Yehezkiel, dan yang lainnya memohon belas kasihan,
  bukan untuk kota fasik, namun bagi kelepasan Israel, dengan
  mempertanyakan keadilan Allah dan memohon pengampunan dari Allah.

  Bagi orang Kristen, pembelaan yang berisiko ini mencapai puncaknya
  pada salib Kristus: "Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak
  tahu apa yang mereka perbuat." Kepemimpinan mempertaruhkan nyawa
  untuk orang lain. Kepemimpinan berani mendekati takhta Allah yang
  berbahaya tetapi penuh anugerah, memegang janji Allah, dan meminta
  sebuah jawaban, seperti seorang penawar dalam basar.

  Ketiga, kepemimpinan mengakui bahwa harga mengikuti Allah adalah --
  dalam kata-kata T.S. Eliot -- "harus memberikan seluruhnya!" Dalam
  Kejadian 22, Abraham memiliki pengalaman perjalanan Kalvarinya
  sendiri di Gunung Moria. Perintah untuk mengurbankan Ishak telah
  menjadi sumber inspirasi karya-karya seni yang mengesankan, mulai
  dari keprihatinan filsafat eksistensial Kierkegaard hingga ke
  lukisan Rambrandt. Bagaimana tidak? Dengarlah pengulangan Allah
  tentang siapa yang dikurbankan menurut perintah-Nya di Kejadian
  22:2: "Ambillah anakmu yang tunggal itu, yang engkau kasihi, yakni
  Ishak, pergilah...."

  Seluruh janji Allah untuk menjadikan orang tua ini bangsa yang
  sangat banyak -- sebanyak bintang dan pasir yang tidak terhitung
  jumlahnya -- benar-benar dipertanyakan. Dalam bukunya, "Getting
  Involved with God: Rediscovering the Old Testament", Davis
  menggambarkan bagaimana rabi-rabi zaman dahulu membayangkan
  percakapan antara Allah dan kepala keluarga tersebut sebagai
  percakapan yang cukup berbeda dengan peristiwa tawar-menawar
  mengenai nasib kota Sodom. Abraham mencoba menawarkan Ismail,
  alih-alih Ishak.

  "Ambillah anakmu!"

  "Saya memiliki dua anak."

  "Anakmu yang tunggal itu."

  "Yang satu ini adalah anak tunggal ibunya, dan yang lain juga
  merupakan anak tunggal ibunya!"

  "Yang engkau kasihi."

  "Aku mengasihi kedua-duanya!"

  "Ishak!"

  Maka pergilah Abraham. Ishak berpura-pura bertanya, "Di sini sudah
  ada api dan kayu, tetapi di manakah anak domba untuk kurban bakaran
  itu?" (Kejadian 22:7). Seniman telah menggambarkan Ishak dengan
  benar, yakni memegang alat yang akan menghancurkan dirinya dan
  ayahnya ketika mereka mendaki gunung bersama. "Allah yang akan
  menyediakan anak domba untuk kurban bakaran bagi-Nya, anakku...."
  (22:8) Dan Allah memang menyediakannya -- tetapi hanya sesudah
  Abraham mengulurkan tangannya untuk pisau untuk menyembelih Ishak.

  Pelajaran kepemimpinan apakah ini? Kurban seorang anak tidaklah
  terpuji di bagian mana pun dalam Alkitab -- cerita ini memang dibaca
  sebagai peralihan dari ritual-ritual keagamaan berhala atau
  keagamaan sebelumnya di Israel. Hal ini merupakan kisah tentang
  tuntutan dari Allah yang sulit dan mudah marah. Apakah Abraham akan
  berpegang teguh pada janji Allah dan mengabaikan perintah Allah
  untuk mengurbankan seseorang? Atau, akankah dia berpegang teguh pada
  Allah saja? Bagi orang Kristen, cerita ini menandakan satu
  pengurbanan yang tidak bisa dibayangkan, pengurbanan Anak oleh Bapa,
  yang memberi kita semua kehidupan.

  Menurut Davis, ada gambaran lainnya: pandangan tentang Allah yang
  rentan. Kami tidak memunyai catatan yang menggambarkan respons
  Abraham terhadap intervensi malaikat ini, namun sebaliknya, Davis
  berkata, kelegaan Allah meledak-ledak di lembaran kisah ini: Telah
  Kuketahui sekarang, bahwa engkau takut akan Allah, dan engkau tidak
  segan-segan untuk menyerahkan anakmu yang tunggal kepada-Ku."
  (Kejadian 22:12)

  Allah memunyai alasan bersikap waspada. Manusia telah mengecewakan-
  Nya sebelumnya, dan akan mengecewakan-Nya lagi, hingga tidak
  terhitung banyaknya. Akan tetapi, Abraham tidak mengecewakan-Nya.
  Pada saat itulah Allah tahu bahwa dia tidak akan mengecewakan-Nya.
  Kepemimpinan yang diajarkan secara alkitabiah tidak melayani Allah
  yang jauh, bukan Allah yang menuntut pengurbanan manusia, bukan
  Allah yang dapat atau enggan mengirimkan kilat jika Dia dibangunkan
  dari tidur-Nya. Allah yang kita layani adalah Allah yang kepedulian-
  Nya sangat dalam dan dekat dengan kemanusiaan ketika Dia sendiri
  memasuki sejarah manusia. Pertama-tama dalam pemilihan Israel dan
  kemudian dalam inkarnasi Yesus. Kepemimpinan dalam gambaran ini
  mencerminkan kerentanan, kerendahan hati, bahkan kesiapan mati yang
  ilahi.

  Setelah Davis menunjukan pemikiran-pemikiran kepemimpinan ini untuk
  para pendengar di Duke, seorang murid merasa keberatan: Anda berkata
  Abraham mempertaruhkan nyawanya untuk orang-orang, namun menurut
  saya dia hanya mempertaruhkan nyawa orang lain: Sarah, Hagar,
  Ismail, dan sekarang Ishak.

  Davis menjelaskan: kisah tentang doa Abraham untuk Sodom adalah
  salah satu tindakan yang berani mempertaruhkan nyawa. Kisah
  mengurbankan Ishak adalah kisah yang lebih menekankan tentang
  ketaaatan yang sungguh-sungguh kepada perintah ilahi yang mustahil.
  Namun Abraham mengawali pemikiran awal kepemimpinan alkitabiah.
  Kepemimpinan yang menjadi saluran berkat bagi yang lain.
  Kepemimpinan yang mempertaruhkan nyawanya untuk orang lain, dan yang
  berani membayar berapa pun harganya. (t/Uly)

  Diterjemahkan dan disunting seperlunya dari:
  Judul asli artikel: Abraham as leader?
  Nama situs: Faith & Leadership
  Penulis: Jason Byassee
  Alamat URL: http://www.faithandleadership.com/content/abraham-leader
  Tanggal akses: 14 Juli 2010

==================================**==================================
KUTIPAN

 Seperti Abraham, kepemimpinan menjadi saluran berkat dan bersedia
 berkorban bagi orang lain. Seorang pemimpin bersedia untuk membayar
 harga apa pun. (Jason Byassee)

=================================**===================================
INSPIRASI

                             UJIAN IMAN

  Ketika masih kanak-kanak, saya tidak suka dengan kisah Abraham yang
  pergi ke Gunung Moria untuk mengurbankan putranya, Ishak. Mengapa
  Allah menyuruh Abraham melakukan hal itu? Saya juga anak tunggal
  dalam keluarga, dan saya tidak ingin hal semacam itu terjadi pada
  saya! Orang tua saya berkata bahwa saat itu Allah sedang menguji
  iman Abraham. Dan, ia berhasil melewati ujian itu. Bahkan, ketika
  pisau sudah tergenggam di tangannya, Abraham masih memercayai Allah
  (Kejadian 22:8-10). Ia telah belajar bahwa Allah dapat dipercaya.

  Membuat pernyataan iman adalah hal yang mudah. Ujian yang sebenarnya
  adalah ketika Allah meminta kita untuk mempertaruhkan milik kita
  yang paling berharga. Bagi Abraham, masalahnya adalah mengenai
  ketaatan. Pada masa kini, seorang wanita karier bergaji tinggi
  dipecat karena menolak meninggalkan standar imannya. Dan, seorang
  pendeta diusir dari gerejanya karena menaati firman Allah yang
  menyuruhnya berbicara tentang rasisme di tengah jemaatnya.

  Bukankah seharusnya orang-orang tersebut mendapat penghargaan karena
  mereka telah melakukan hal yang benar? Ujian iman yang terberat
  sesungguhnya adalah ketika kita merasa Tuhan tidak menghargai
  kesetiaan kita.

  Mungkin saat ini Anda sedang diminta untuk mengembalikan kepada
  Allah sesuatu yang menurut perasaan Anda telah diberikan-Nya bagi
  Anda. Belajarlah untuk melihat bahwa ujian ini adalah suatu peluang
  untuk menyatakan iman Anda kepada Pribadi yang selalu memegang
  janji-Nya itu -- bahkan ketika Anda tidak dapat memahaminya
  sekalipun. HWR

  Diambil dan disunting seperlunya dari:
  Nama publikasi: e-RH
  Penulis: HWR
  Alamat URL: http://www.sabda.org/publikasi/e-rh/2000/01/08/

======================================================================
JELAJAH SITUS

            STT EKKLESIA: MEMPERSIAPKAN HAMBA TUHAN SEBAGAI
            PEMIMPIN YANG BERKEMAMPUAN DAN BERKEPRIBADIAN
                       < http://stte.webs.com >

  Dunia masa kini ditandai dengan kelangkaan pemimpin yang
  berkualitas. Kita diperhadapkan kepada problem-problem yang berat.
  Dari segi sosial, kita dilanda oleh tragedi pengangguran yang
  berkepanjangan karena krisis global. Dari segi moral, kita disergap
  oleh berbagai kekuatan yang berusaha merongrong stabilitas
  perkawinan dan kehidupan keluarga oleh tantangan-tantangan peranan
  dan tata susila. Dari segi spiritual, kita diancam oleh bahaya
  meluasnya materialisme dan sebagai dampak langsung yaitu hilangnya
  kepekaan kita terhadap realitas yang transenden. Melihat hal itu
  membuat pendiri STT Ekklesia merasa terbeban untuk mengajak dan
  membantu gereja Tuhan untuk lebih siap menghadapi dan mengatasi
  masalah-masalah tersebut.

  Berdasar pada motto "...capable but humble..." (mampu tapi tidak
  tinggi hati) STT Ekklesia didirikan untuk mempersiapkan dan
  memperlengkapi calon-calon pemimpin Kristen untuk memiliki kecakapan
  tinggi/mumpuni serta rendah hati untuk mengatasi tantangan dalam
  pelayanan. Situs ini merupakan situs institusi pendidikan, sehingga
  hampir keseluruhan isinya berbicara seputar visi misi dan hal-hal
  lain berkaitan dengan institusi. Sayangnya, bahan-bahan bertema
  kepemimpinan tidak ditampilkan di sini. Anda dapat memperoleh materi
  kepemimpinan jika Anda bergabung dengan STT Ekklesia secara
  langsung. Anda akan mendapatkannya dengan mengambil pendidikan S-1
  dan S-2 yang memiliki kurikulum misi perkotaan dan kepemimpinan
  Kristen.

  Situs ini sedang dalam proses pengembangan. Jika Anda mengharapkan
  adanya bahan-bahan kepemimpinan untuk ditampilkan di situs ini,
  barangkali webmaster situs ini dapat mengabulkan permintaan Anda.
  Silakan berkunjung dan kirimkan saran yang membangun bagi
  pengembangan situs ini. (SS)

======================================================================
Berlangganan: < subscribe-i-kan-leadership(at)hub.xc.org >
Berhenti: < unsubscribe-i-kan-leadership(at)hub.xc.org >
Pertanyaan/saran/bahan: < owner-i-kan-leadership(at)hub.xc.org >
Kontak e-Leadership: leadership(at)sabda.org
Arsip e-Leadership: http://www.sabda.org/publikasi/e-leadership/arsip
Situs Indo Lead: http://lead.sabda.org
Facebook e-Leadership: http://fb.sabda.org/lead
Twitter e-Leadership: http://twitter.com/sabdaleadership
______________________________________________________________________
Redaksi e-Leadership: Desi Rianto dan Sri Setyawati
Redaksi Tamu: Davida Dana
Isi dan bahan adalah tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA
Didistribusikan melalui sistem network I-KAN
Copyright(c) e-Leadership 2010 / YLSA -- http://www.ylsa.org
Katalog SABDA: http://katalog.sabda.org
Rekening: BCA Pasar Legi Solo No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati
==================================**==================================

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org