Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-leadership/67

e-Leadership edisi 67 (24-3-2010)

Pelajaran Kepemimpinan dari Nehemia (II)

============MILIS PUBLIKASI E-LEADERSHIP EDISI MARET 2010=============

                 PELAJARAN KEPEMIMPINAN DARI NEHEMIA (II)

                      e-Leadership 67 -- 24/03/2010

   DAFTAR ISI
   EDITORIAL
   ARTIKEL KHUSUS: Kristus Menderita dan Mati untuk ...
                   Mendapatkan Kebangkitan-Nya Sendiri dari Kematian
   ARTIKEL: Profil Kepemimpinan Nabi Nehemia (Bagian II)
   JELAJAH BUKU: Kepemimpinan Kristen
   PERISTIWA

==================================**==================================
EDITORIAL

   Shalom,

   Pada edisi e-Leadership 67, kita telah menyimak pelajaran mengenai
   integritas dan sikap Nehemia sebagai pemimpin visioner. Kini, kita
   akan menyimak teladannya sebagai pembuat keputusan yang jelas, sosok
   yang bertanggung jawab, dan administrator atau pengurus yang baik.

   Semoga melalui edisi e-Leadership bulan Maret ini, Pembaca dapat
   mengambil banyak pelajaran dari karakter Nehemia sebagai salah satu
   pemimpin terkemuka dalam sejarah Perjanjian Lama.

   Dalam rangka menyambut Paskah, redaksi telah menyiapkan sebuah
   renungan Paskah untuk mengingatkan kita karya terbesar yang Allah
   sudah lakukan dan tunjukkan melalui pengorbanan Yesus Kristus
   menggantikan kita sebagai manusia berdosa yang seharusnya menerima
   penghukuman. Biarlah momen Paskah kali ini akan semakin membawa
   kita untuk memiliki kerinduan yang lebih dalam untuk mengenal-Nya.

   Selamat Paskah, Tuhan memberkati.

   Pimpinan Redaksi e-Leadership,
   Dian Pradana
   http://lead.sabda.org/
   http://fb.sabda.org/lead

==================================**==================================
ARTIKEL KHUSUS

                   KRISTUS MENDERITA DAN MATI UNTUK ...
            MENDAPATKAN KEBANGKITAN-NYA SENDIRI DARI KEMATIAN

   Kematian Kristus bukan hanya mendahului kebangkitan-Nya,
   kematian-Nya tersebut merupakan harga yang harus dibayar untuk
   mendapatkan kebangkitan. Itulah alasan mengapa Ibrani 13:20 berkata
   bahwa Allah membangkitkan Dia dari kematian "oleh darah perjanjian
   yang kekal".

   "Darah perjanjian" yang dimaksud adalah darah Yesus. Seperti kata
   Yesus, "... inilah darah-Ku, darah perjanjian, ...." (Matius 26:28)
   Ketika Alkitab berbicara mengenai darah Yesus, Alkitab mengacu
   kepada kematian-Nya. Tidak ada keselamatan yang bisa didapat hanya
   melalui Yesus yang sekadar mengucurkan darah saja. Dia mencurahkan
   darah sampai mati; itu yang menjadikan pencurahan darah-Nya penting.

   Apa hubungan antara pencurahan darah Yesus dan kebangkitan? Alkitab
   berkata, Dia dibangkitkan tidak hanya setelah pencurahan darah, tapi
   oleh pencurahan darah. Artinya, apa yang dicapai oleh kematian
   Kristus begitu lengkap dan sempurna sehingga kebangkitan merupakan
   upah dan bukti dari apa yang telah Kristus capai dalam kematian-Nya.

   Murka Allah dipuaskan oleh penderitaan dan kematian Yesus. Kutuk
   yang kudus terhadap dosa sepenuhnya telah ditanggung. Ketaatan
   Kristus telah genap sepenuhnya. Harga bagi pengampunan telah
   sepenuhnya lunas dibayar. Keadilan dan kebenaran Allah telah
   sepenuhnya ditegakkan. Satu-satunya hal yang belum dicapai adalah
   pernyataan penerimaan Allah atas karya Kristus secara terbuka.
   Pernyataan penerimaan Allah ini diberikan dengan membangkitkan Yesus
   dari kematian.

   Ketika Alkitab berkata, "Dan jika Kristus tidak dibangkitkan, maka
   sia-sialah kepercayaan kamu dan kamu masih hidup dalam dosamu."
   (1 Korintus 15:17), yang dimaksudkan bukanlah bahwa kebangkitan
   merupakan harga yang dibayar bagi dosa kita; melainkan bahwa
   kebangkitan membuktikan kalau kematian Yesus cukup untuk membayar
   segalanya. Jika Yesus tidak bangkit dari kematian, maka kematian-Nya
   merupakan sebuah kegagalan, Allah tidak meneguhkan bahwa Yesus telah
   menanggung dosa kita, dan kita masih hidup dalam dosa.

   Tetapi "... Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati oleh
   kemuliaan Bapa ...." (Roma 6:4) Keberhasilan penderitaan dan
   kematian-Nya dteguhkan. Jika kita beriman kepada Kristus, kita tidak
   lagi tinggal di dalam dosa. "Oleh darah perjanjian yang kekal,"
   Gembala yang Agung telah dibangkitkan dan hidup selamanya.

   Diambil dan disunting seperlunya dari:
   Judul buku: Penderitaan Yesus Kristus: Lima Puluh Alasan Mengapa
               Dia Datang untuk Mati
   Judul asli buku: The Passion of Jesus Christ
   Penulis: John Piper
   Penerjemah: Stevy Tilaar
   Penerbit: Momentum, Surabaya, 2005
   Halaman: 16 -- 17

==================================**==================================

                    PROFIL KEPEMIMPINAN NABI NEHEMIA
                               (BAGIAN II)

   Selain memiliki integritas dan visi yang tinggi (lihat kolom Artikel
   e-Leadership edisi 66), Nehemia juga memiliki beberapa karakter lain
   yang masih relevan untuk diterapkan pada masa kini.

   1. Pembuat Keputusan yang Jelas

   Nehemia dapat membuat keputusan-keputusan yang jelas. Ia tidak
   menghindari kata-kata keras, melainkan berbicara langsung mengenai
   inti permasalahan dan membuat penilaian. Dan keputusan-keputusannya
   tidak berat sebelah; ia tidak memandang bulu. Ketika kecaman
   dibutuhkan, ia memberikannya kepada para pejabat dan eksekutif
   sebagaimana kepada para pekerja (Nehemia 5:7). Kadang-kadang
   perlawanan mengembangkan kerendahan hati untuk melindungi kita dari
   kebanggaan yang sia-sia [26].

   Pada umumnya orang tidak menyukai masalah, cepat bosan kepada
   masalah, dan akan melakukan hampir apa saja untuk melepaskan diri
   dari masalah. Keadaan membuat orang lain meletakkan kendali
   kepemimpinan di tangan seseorang -­ kalau dia bersedia dan mampu
   menangani masalah mereka atau melatih mereka untuk memecahkan
   masalah. Keahlian memecahkan masalah seorang pemimpin harus
   dipertajam karena setiap keputusan menjadi keputusan besar [27].
   Raja Salomo merupakan satu contoh pemimpin yang memiliki fungsi
   kreativitas dalam memecahkan masalah, saat dia mengancam untuk
   membelah dua bayi.

   Dalam kepemimpinan gereja, pelatihan inovasi sangat diperlukan.
   Inovasi sebagai proses penciptaan dan pembaruan nilai sampai dapat
   dimanfaatkan atau dikonsumsi oleh masyarakat, sebagaimana Yesus
   berkata, "hendaklah kamu cerdik seperti ular dan tulus seperti
   merpati" (Matius 10:16b), artinya selalu kreatif-inovatif tetapi
   tetap menjaga ketulusan dan integritas [28].

   Kebimbangan dalam mengambil keputusan telah mengganggu efektivitas
   banyak pemimpin. Pembuat keputusan yang tidak efektif pada dasarnya
   mengandung dua masalah: keragu-raguan untuk membuat keputusan dan
   membuat keputusan yang tidak tepat. Satu keputusan yang salah dapat
   membawa pemimpin ke jalan buntu atau ke jalan yang menuju
   kehancuran. Sebagai seorang pemimpin, soal mengambil keputusan itu
   merupakan seni yang harus dikuasai [29].

   Kennet O. Gangel membagi permasalahan mengapa pemimpin ragu
   dalam membuat keputusan ke dalam empat bagian [30], yaitu:

     1. Kurangnya tujuan yang jelas.
        Kadang-kadang para pemimpin tidak bertindak karena mereka tidak
        tahu apa yang harus dilakukan.

     2. Ketidakmantapan dalam kedudukan atau otoritasnya.
        Kadang-kadang pemimpin takut bertindak karena takut akan
        akibatnya.

     3. Kurangnya informasi
        Pemimpin yang tidak secara aktif mencari semua informasi yang
        dapat ia peroleh sebelum memberikan keputusannya berarti
        melumpuhkan dirinya sendiri dalam proses pembuat keputusan.

     4. Ketakutan akan perubahan.
        Banyak pemimpin ingin mempertahankan "status quo". Karena
        sebagian besar keputusan menghasilkan semacam perubahan,
        keputusan selalu tampak sebagai ancaman terhadap
        operasi-operasi yang sedang berlaku.

   2. Pemimpin yang Bertanggung Jawab

   Di dalam usaha apa pun, pemimpinlah yang bertanggung jawab atas
   keberhasilan atau kegagalan misinya. Ada beberapa faktor yang
   memengaruhi motivasi dan semangat juang, dan salah safu faktor
   kuncinya adalah tanggung jawab [31]. Nehemia menerima tanggung jawab
   dengan maksud terus mengerjakan pembangunan tembok Yerusalem.
   Nehemia sudah siap untuk hal yang terburuk [32].

   Yesus mendefinisikan kepemimpinan sebagai pelayanan, dan itu berlaku
   baik dalam organisasi sekuler ataupun gereja. Gaya kepemimpinan
   Yesus adalah menjadi seorang hamba, meski Dia sungguh memiliki semua
   kuasa dan otoritas surgawi [33]. Ia menunjukkan simpati pada masalah
   orang lain, namun simpatinya menguatkan dan membangkitkan semangat;
   tidak melunakkan dan melemahkan. Disiplin adalah tanggung jawab lain
   dari pemimpin, tugas yang sering kali tidak disambut dengan baik.

   J. Oswald Sanders mengatakan:

   "Masyarakat Kristen apa pun membutuhkan disiplin yang benar dan
   penuh kasih untuk mempertahankan standar-standar ilahi dalam
   doktrin, moral, dan perbuatan" [34].

   Sering kali pemimpin tergoda untuk melemparkan tanggung jawab kepada
   orang lain, untuk melepaskan diri dari tanggung jawab atas sesuatu
   yang buruk dan tidak menyenangkan [35]. Seorang pemimpin memiliki
   banyak elemen dalam hal tanggung jawab. Pertama, pemimpin sejati
   terutama peduli pada kesejahteraan orang lain, bukan kenyamanan atau
   kedudukannya sendiri. Pemimpin rohani selalu mengarahkan keyakinan
   orang lain kepada Tuhan. Ia melihat dalam setiap keadaan untuk
   menolong. Kedua, disiplin adalah tanggung jawab dari pemimpin, tugas
   yang sering kali tidak disambut dengan baik. Paulus menjelaskan roh
   yang harus dimiliki para pemimpin yang memberikan disiplin. "Karena
   itu, selama masih ada kesempatan bagi kita, marilah kita berbuat
   baik kepada semua orang, tetapi terutama kepada kawan-kawan kita
   seiman" (Galatia 6:10). Ketiga, para pemimpin harus memberikan
   bimbingan. Pemimpin rohani harus tahu ke mana ia akan pergi sebelum
   memimpin orang lain. Pemimpin harus berjalan di depan kawannnya.
   Bersedia mengambil tanggung jawab merupakan tanda seorang pemimpin.
   Yosua adalah orang seperti itu. Ia tidak ragu-ragu mengikuti salah
   seorang pemimpin terbesar seperti Musa [36].

   Salomo menyebutkan lima hal yang merupakan tanggung jawab seorang
   pemimpin.

     1. Menegur atau mengoreksi. Ada kalanya seorang pemimpin melihat
        serangkaian tindakan yang salah tetapi tidak bersedia
        menegurnya karena takut tidak akan disukai orang. Salomo
        berkata, "Siapa menegur orang akan kemudian lebih disayangi
        dari pada orang yang menjilat." (Amsal 28:23)

        Yesus memperingatkan murid-murid-Nya tentang berbagai bahaya
        yang ada di depan. Dia khususnya memperingatkan Petrus bahwa
        dia akan mengkhianati dan mengecewakan-Nya, dan Petrus
        memang melakukan itu. Apa yang mengubah Petrus kembali? Yesus
        yang mengubahnya. Meskipun Petrus menyangkal Yesus tiga kali,
        tiga kali pula Petrus diberi kesempatan untuk menegaskan
        kembali kasih dan komitmennya untuk memelihara domba-domba
        Yesus. Petrus belajar sesuatu tentang kemarahan dari Yesus;
        kemarahan Yesus itu bisa menjadi hal yang paling disukai di
        dunia. Dalam mengembangkan para pemimpin, perlu mengetahui
        bahwa mereka akan gagal. Ketika itu terjadi, mereka perlu
        dikoreksi, dorongan semangat dan kesempatan untuk mulai
        lagi [37].

     2. Bertindak dengan tegas. Salomo mengatakan bahwa apabila
        seseorang membiarkan tingkah laku yang tidak benar dengan
        mengatakan ia tidak mengetahuinya, ia masih harus bertanggung
        jawab di hadapan Allah yang menguji hati, dan membalas manusia
        menurut perbuatan-Nya (Amsal 24:11-12). Pemimpin perlu
        mendorong orang untuk lebih baik, atau bila perlu memecat yang
        tidak produktif [38].

        Dalam kepemimpinan Nehemia, dia terus menggalakkan kerja sama
        di antara bangsa itu. Ia menghentikan praktik lintah darat dan
        ia menciptakan persatuan di antara penguasa yang kaya dengan
        orang-orang yang merasa tertindas. Ia juga mempersatukan
        orang-orangnya dan memberi mereka makan dari uangnya sendiri.
        Tanpa kerja sama, tembok Yerusalem itu takkan berhasil dibangun
        kembali [39].

     3. Mendengarkan kritik. Pemimpin bertanggung jawab untuk
        mendengarkan kritik dari rekan-rekannya. "... siapa
        mengindahkan teguran adalah bijak." (Amsal 15:5) Menangani
        pengkritik, pengeluh, dan bahkan sering kali si mulut besar
        adalah pelayanan rutin. Tetapi tidak semua kecaman keras
        merupakan kritik rutin. Ada batas yang halus antara mudah
        tersinggung dan keras kepala. Untuk menjadi seorang pemimpin,
        terutama pemimpin rohani yang berhasil, seseorang harus
        memiliki pikiran seorang sarjana, hati seorang anak, dan kulit
        seekor badak [40].

     4. Bersikaplah jujur. Pemimpin bertanggung jawab untuk menjaga
        agar setiap hal terbuka dan jujur. "Orang bebal dibinasakan
        oleh mulutnya, bibirnya adalah jerat bagi nyawanya." (Amsal
        18:7) Keterbukaan berarti tidak mengandalkan kekuatan dan
        pengertian sendiri. Pemimpin yang tidak mau diajar hampir
        selalu putus hubungan dengan Allah serta orang-orangnya [41].

     5. Bersikaplah adil. Pemimpin bertanggung jawab untuk bertindak
        adil terhadap bawahannya. "Neraca serong adalah kekejian bagi
        Tuhan, tetapi Ia berkenan akan batu timbangan yang tepat."
        (Amsal 11:1) Keprihatinan adalah hasrat untuk melakukan
        sesuatu yang menguntungkan bagi orang lain. Kalau hati terusik
        untuk melayani, kecil kemungkinannya bersikap untuk
        mementingkan diri sendiri [42].

   3. Administrator yang Baik

   Administrasi adalah pengaturan orang-orang dalam perkumpulan untuk
   meraih tujuan bersama. Salah satu unsur penting dalam administrasi
   adalah kesanggupan untuk bergaul dengan orang secara benar-benar
   ramah, sopan, tetapi mantap [43].

   Nehemia adalah seorang pemimpin yang tidak melakukan pekerjaan
   dengan serampangan. Nehemia mengorganisasikan orang-orangnya menurut
   keluarga dan menurut prioritas yang telah direncanakannya, mulai
   dari gerbang kota tersebut. Tembok Yerusalem berhasil dibangun
   kembali karena kemampuan Nehemia untuk bekerja sama dengan orang
   lain dan memimpin mereka ke mana mereka harus menuju. Dia berupaya
   melibatkan sebanyak mungkin orang dalam prosesnya dan bergerak maju
   dengan mereka yang sudah siap. Dia organisasikan mereka dalam
   kelompok-kelompok alami berdasarkan hubungan [44].

   Persatuan mendorong pengaruh yang kuat. Persatuan penting bagi suatu
   tim agar menjadi terfokus pada tujuan. Hati, kemauan, dan kekuatan
   anggota tim harus dipersatukan dengan tujuan dan arah yang sama
   [45]. Mendengarkan masukan atau dorongan dari bawahan merupakan
   suatu karakter kepemimpinan yang demokratis. Kepemimpinan jenis ini
   lebih bertahan lama daripada pemimpin yang menggunakan otoritas
   tanpa mau bekerja sama dengan orang lain terutama untuk membuat
   suatu keputusan.

   Kesimpulan

   Nabi Nehemia telah menunjukkan gaya kepemimpinan yang dapat menjadi
   salah satu teladan di antara banyak tokoh pemimpin dalam Alkitab.
   Integritas merupakan kriteria utama dalam diri seorang pemimpin
   Kristen yang baik dan besar. Keputusan-keputusan yang memengaruhi
   banyak orang diawali dari karakter.

   Nehemia adalah pemimpin yang memiliki kasih dan tanggung jawab dan
   yakin akan visinya bahwa Allah menuntunnya untuk melaksanakan satu
   pekerjaan yang menurut orang lain merupakan sesuatu pekerjaan yang
   tidak mungkin. Namun apa pun kritik banyak orang kepada Nehemia, dia
   tetap teguh dan fokus kepada tujuan dengan tetap rendah hati meminta
   kekuatan dan petunjuk dari Allah lewat doa.

   Nabi Nehemia berhasil membangun kembali tembok Yerusalem. Pekerjaan
   berat namun dia menjadi seorang pemimpin yang mampu sampai pada
   sasaran. Kepuasan total dia peroleh bersama dengan orang-orang yang
   mendukungnya.

   Daftar Pustaka:

   Barna, George. 2002. "Leaders On Leadership". Malang: Gandum Mas.

   Eims, Leroy. 2003. ",12 Ciri Kepemimpinan yang Efektif". Bandung:
     Kalam Hidup, 2003.

   Gangel, Kenneth O. 1998. "Membina Pemimpin Pendidikan Kristen".
     Malang: Gandum Mas.

   Gordon, Bob. 2000. "Visi Seorang Pemimpin". Jakarta: Nafiri Gabriel,
     2000.

   Harefa, Andrias. 2001. "Kepemimpinan Kristiani". Jakarta: UPI STT,
     2001.

   Maxwell, John C. 2002. ",21 Menit Paling Bermakna dalam Hari-hari
     Pemimpin Sejati". Batam Centre: Interaksara.

   Meyer, Joyce. 2002. "Membangkitkan Roh Kepemimpinan". Jakarta:
     Trinity Publishing.

   Rinehart, Stacy T. 2003. "Paradoks Kepemimpinan Pelayan". Jakarta:
     Immanuel.

   Sanders, Oswald, J. 2002. "Kepemimpinan Rohani". Batam Centre:
     Gospel Press.

   Sinamo, Jansen H. 2001. "Kepemimpinan Kristiani". Jakarta: UPI STT,
     2001.

   Tomatala, Yacob. 2005. "Anda Juga Bisa Menjadi Pemimpin Visioner".
     Jakarta: YT Leadership Foundation.

   Zenger, John H., and Joseph Folkman. 2004. "The Handbook For
     Leaders". New York: McGrawHill.

   Catatan kaki:

   [26] George Barna, Op. Cit., hlm. 137.
   [27] John C. Maxwell, Op. Cit., hlm. 87-88).
   [28] Jansen H. Sinamo, Kepemimpinan Kristiani. (Jakarta: UPI STT,
        2001, hlm. 143-144.)
   [29] Leroy Eims, Op. Cit., hlm. 143
   [30] Kenneth O. Gangel, Op. Cit., hlm. 164-165.
   [31] Leroy Eims, Op. Cit., hlm. 14.
   [32] John C. Maxwell, Op. Cit., hlm. 84.
   [33] Stacey T. Rinehart, Op. Cit, hlm. 76.
   [34] J. Oswald Sanders, Op. Cit., hlm. 217.
   [35] Leroy Eims, Op. Cit., hlm. 15.
   [36] J. Oswald Sanders, Loc. Cit.
   [37] George Barna, Op. Cit., hlm. 159.
   [38] John H. Zenger and Joseph Folkman, Op. Cit., hlm. 38.
   [39] John C. Maxwell, Op. Cit., hlm. 85.
   [40] George Barna, Op. Cit., hlm. 136.
   [41] John C. Maxwell, Op. Cit., hlm.115
   [42] Ibid., hlm. 77.
   [43] Kenneth O. Gangel, Op. Cit., hlm. 142-143.
   [44] John C. Maxwell, Op. Cit., hlm. 82-84.
   [45] George Barna, Op. Cit., hlm. 291.

   Diambil dan disunting seperlunya dari:
   Nama situs: Wisdom from Heaven
   Pengirim: Jonni Arifson Gultom, M. Th.
   Alamat URL: http://jonarifgultom.blogspot.com/2007/11/profil-
   kepemimpinan-nabi-nehemia.html

==================================**==================================
KUTIPAN

    Adalah sangat mudah untuk kita menyerah kecuali kita tahu bahwa
         di mata Juru Selamat dunia kita berharga dan penting.

==================================**==================================
JELAJAH BUKU

   Judul Buku: Kepemimpinan Kristen
   Penulis: Dr. Yakob Tomatala
   Penerbit: YT Leadership Foundation, Jakarta, 2002
   Ukuran: 14 x 21 cm
   Tebal: 103 halaman

   Pemimpin yang kompeten sangat dibutuhkan dalam segala aspek
   kehidupan. Pengertian ini menegaskan bahwa substansi kepemimpinan
   berhubungan erat dengan kualitas kehidupan dan kinerja.

   Didalam buku "kepemimpinan Kristen" yang ditulis oleh Dr. Yakob
   Tomatala menyebutkan bahwa kepemimpinan Kristen harus memahami dasar
   sebagai pemimpin yang memunyai visi dan misi yang jelas. Jika Anda
   sebagai seorang pemimpin atau yang ingin belajar menjadi seorang
   pemimpin, buku ini akan menolong Anda untuk menjadi seorang pemimpin
   yang berkualitas. Setiap bab dalam buku ini menyoroti tinjauan yang
   cukup tajam tentang aspek-aspek penting yang harus dimiliki seorang
   pemimpin Kristen untuk memunyai kredibilitas dan kapasitas sebagai
   landasan yang kompeten.

   Dalam bab yang ke-2 khusus membahas seputar pandangan Alkitab
   tentang kepemimpinan. Walaupun pada dasarnya Alkitab tidak secara
   eksplisit memberikan penjelasan yang cukup gamblang tentang masalah
   ini, namun secara umum Alkitab mengungkapkan fakta kepemimpinan
   tersebut. Dari beberapa contoh tokoh Alkitab dalam Perjanjian Lama
   Nabi Nehemia merupakan salah satu contoh dari beberapa kepemimpinan
   yang memiliki karakteristik kepemimpinan visioner, kharismatik,
   tranformatif, dan manajer dengan kinerja kepemimpinan yang tinggi.
   Dalam kepemimpinannya Nehemia memiliki visi dan misi yang jelas
   sebagai landasan membangun perencanaan yang tinggi. Selain itu
   Nehemia juga menerapkan manajemen performasi yang tinggi dengan
   kualitas dan kuantitas yang baik.

   Apakah Anda juga ingin memiliki kepribadian kepemimpinan seperti
   Nehemia? Setiap pemimpin tentunya mendambakan menjadi seorang
   pemimpin yang memiliki karakter kepemimpinan yang ideal dalam
   menjalankan tugasnya menjadi seorang pemimpin yang kompeten.
   Bagaimana dengan Anda? Temukan jawabannya setelah Anda membaca buku
   ini. (DR)

==================================**==================================
PERISTIWA

   24 Maret ...
   1. 1882 - Robert Koch mengumumkan penemuan bakteri yang menyebabkan
      penyakit TBC.
   2. 1976 - Perang Kotor: Presiden Argentina Isabel Peron diculik dan
      diberhentikan pada sebuah kudeta tidak berdarah.
   3. 1989 - Kapal minyak Exxon Valdez menumpahkan lebih dari 11 juta
      galon minyak ke Prince William Sound, Alaska, menyebabkan musibah
      lingkungan yang sangat besar.

   Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/24_Maret

==================================**==================================
Berlangganan: subscribe-i-kan-leadership(at)hub.xc.org
Berhenti: unsubscribe-i-kan-leadership(at)hub.xc.org
Kontak e-Leadership: leadership(at)sabda.org
Arsip e-Leadership: http://www.sabda.org/publikasi/e-leadership/arsip/
Facebook e-Leadership: http://fb.sabda.org/lead/
Situs Indo Lead: http://lead.sabda.org/
Network Kepemimpinan: 
http://www.in-christ.net/komunitas_umum/network_kepemimpinan/
______________________________________________________________________
Redaksi e-Leadership: Dian Pradana dan Sri Setyawati
Kontributor: Desi Rianto
e-Leadership merupakan kerjasama antara Indo Lead, YLSA, dll.
Didistribusikan melalui sistem network I-KAN
Bahan ini dapat dibaca secara on-line di:
http://www.sabda.org/publikasi/e-leadership/
Copyright(c) 2010 oleh YLSA
http://www.ylsa.org/ ~~ http://katalog.sabda.org/
Rekening: BCA Pasar Legi Solo No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati
Kunjungi Blog SABDA di http://blog.sabda.org/
==================================**==================================

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org