Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-leadership/62

e-Leadership edisi 62 (14-1-2010)

Pelajaran Kepemimpinan dari Yesus (I)

===========MILIS PUBLIKASI E-LEADERSHIP EDISI JANUARI 2010============

                 PELAJARAN KEPEMIMPINAN DARI YESUS (I)

                     e-Leadership 62 -- 13/01/2010

  DAFTAR ISI
  EDITORIAL
  ARTIKEL: Bandingkan Balok dengan Selumbar, atau Pimpinlah Dirimu
           Terlebih Dahulu
  KUTIPAN
  INSPIRASI: Meniru Yesus
  JELAJAH SITUS: Growing Leaders: Mengubah Pelajar Biasa Menjadi
                 Pemimpin yang Bertumbuh
  STOP PRESS: Baru Dari YLSA: Publikasi KADOS (Kalender Doa SABDA)

==================================**==================================
EDITORIAL

  Shalom,

  Halo, apa kabar Pembaca pada tahun yang baru ini? Semoga baik-baik
  saja dan tetap bersukacita.

  Selama tahun 2010 ini, e-Leadership akan menyajikan
  pelajaran-pelajaran kepemimpinan dari tokoh-tokoh Alkitab. Nah,
  untuk mengawalinya, di dua edisi perdana tahun ini kami sudah
  menyiapkan beberapa prinsip kepemimpinan yang diambil dari
  teladan yang diberikan Tuhan Yesus.

  Dalam edisi perdana tahun ini, kami sudah menyiapkan sebuah pelajaran
  kepemimpinan dari Yesus di Matius 7:3-5. Di situ dikatakan bahwa
  sebelum memimpin orang lain, kita seharusnya bercermin dan memimpin
  diri sendiri terlebih dahulu.

  Semoga artikel yang kami siapkan tersebut, serta sebuah tulisan
  inspirasi dan sebuah ulasan situs kepemimpinan, dapat menambah
  wawasan kepemimpinan Anda.

  Selamat menyimak. Tuhan memberkati.

  Pimpinan Redaksi e-Leadership,
  Dian Pradana
  http://lead.sabda.org/
  http://fb.sabda.org/lead

==================================**==================================

  Jalan terbaik untuk berhasil sebagai seorang pemimpin adalah dengan
  bersikap rendah hati dan berusaha menghargai orang lain.

  "Orang yang tak dapat mengendalikan diri adalah seperti kota yang
  roboh temboknya." (Amsal 25:28)
  < http://alkitab.sabda.org/?Amsal25:28 >

==================================**==================================
ARTIKEL

                  BANDINGKAN BALOK DENGAN SELUMBAR,
               ATAU PIMPINLAH DIRIMU TERLEBIH DAHULU

  "Mengapakah engkau melihat selumbar di mata saudaramu, sedangkan
  balok di dalam matamu tidak engkau ketahui? Bagaimanakah engkau
  dapat berkata kepada saudaramu: Biarlah aku mengeluarkan selumbar
  itu dari matamu, padahal ada balok di dalam matamu. Hai orang
  munafik, keluarkanlah dahulu balok dari matamu, maka engkau akan
  melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar itu dari mata
  saudaramu." (Matius 7:3-5).

  Jika Anda mencermati kutipan di atas, apakah para pemimpin Anda atau
  orang-orang yang pernah bekerja sama dengan Anda sudah melaksanakan
  hal tersebut? Apakah Anda pernah mengenal beberapa orang munafik
  yang menjengkelkan? Hal ini tampaknya sudah menjadi reaksi umum.
  Namun mungkin pertanyaan yang lebih penting adalah: apakah Anda
  sendiri adalah salah seorang yang membutuhkan nasihat seperti yang
  ditawarkan pada kutipan di atas? Jika tidak, kemungkinan besar
  kutipan tersebut akan sangat bermanfaat bagi Anda.

  Mari kita merenungkan sejenak. Apakah Anda ingin menjadi pemimpin
  yang efektif? Apakah Anda ingin memiliki dampak yang signifikan dan
  positif terhadap orang lain, baik pada masa kini, maupun masa
  mendatang? Yesus memberikan beberapa sarana yang ampuh untuk
  mencapai hal tersebut. Salah satu kunci pelajaran yang

  dianjurkan-Nya jika Anda ingin memimpin orang lain adalah: apa yang
  pertama kali harus Anda lakukan? Apakah dengan menyampaikan lebih
  banyak perintah sehingga Anda memperoleh apa yang Anda ingin orang
  lain lakukan? Bukan, bukan itu. Apakah dengan menggunakan karisma
  Anda sehingga dapat membuat orang lain melakukan segala sesuatu
  sesuai keinginan Anda? Juga tidak demikian. Apakah dengan
  mengembangkan kemampuan untuk mengidentifikasi apa yang diinginkan
  orang-orang dan kemudian memberikannya sebagai suatu insentif
  agar mereka patuh terhadap keinginan Anda? Tidak, bukan hal itu
  juga. Apakah dengan belajar untuk mengungkapkan kekurangan orang
  lain serta mencaci-maki mereka atas kesalahan yang mereka lakukan
  sehingga mereka melaksanakan apa yang Anda inginkan? Tidak, tidak,
  tidak! Semua anjuran itu bisa saja memungkinkan Anda untuk
  memengaruhi orang lain, paling tidak untuk jangka pendek, namun
  semua itu tidak akan menjadi sebuah landasan yang kuat untuk
  kepemimpinan yang efektif. Langkah pertama, seperti yang dikatakan
  Yesus adalah: "Bercerminlah".

  Biasanya, ketika kita berpikir tentang kepemimpinan, maka kita akan
  mengarahkan pikiran kita pada satu orang tertentu (sang pemimpin)
  yang memengaruhi orang-orang lainnya (para pengikut). Ketika kita
  berada dalam posisi memimpin, biasanya kita langsung berpikir bahwa
  pekerjaan kita adalah menyampaikan kepada pihak lain mengenai apa
  yang harus mereka lakukan. Hal itu memang benar karena para pemimpin
  diharapkan dapat mengevaluasi bawahannya dan mengatakan kepada
  mereka bagaimana mereka harus berubah dan melakukan perbaikan,
  hingga pada akhirnya mereka diharapkan akan melakukan semua hal yang
  diperintahkan. Sebaliknya, ajaran Yesus menyampaikan sebuah
  pandangan yang berbeda tentang bagaimana seharusnya pendekatan kita
  terhadap subjek kepemimpinan. Terlebih dahulu kita ditantang untuk
  mencermati dan memperbaiki diri kita sendiri sebelum memimpin orang
  lain. Pelajaran ini sangat sulit diterapkan. Kita sering tergoda
  untuk mengabaikan langkah ini. Biasanya, setelah kita menunjukkan
  semua permasalahan yang dimiliki orang lain dan memberikan jalan
  keluarnya, kemudian kita mengarahkan dan memberikan perintah kepada
  orang lain sesuai dengan keinginan kita, dan semua hal itu membuat
  kita puas. Selanjutnya, kita akan merasa begitu kompeten,
  tersanjung, dan bahkan bersikap superior.

  "Keluarkanlah dahulu balok dari matamu, maka engkau akan melihat
  dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar itu dari mata saudaramu."
  Ungkapan ini memperlihatkan kenyataan bahwa sering kali kita melihat
  kekurangan orang lain, dan kita merasa kita memiliki jalan keluar
  terhadap semua permasalahan mereka, yang mengharuskan kita untuk
  mengarahkan mereka sesuai dengan solusi yang kita ajukan. Hal ini
  merupakan suatu masalah tersendiri yang bisa menjadi balok yang
  dapat membutakan kita terhadap kekurangan kita sendiri. Yesus
  menunjukkan bahwa jika kita berfokus terhadap selumbar di mata orang
  lain yang relatif kecil, maka kita menganggap bahwa kitalah yang
  seharusnya mengarahkan dan mengendalikan orang lain. Jika kita
  berbuat demikian, kita akan mengabaikan balok besar yang ada di mata
  kita; kita tidak merasa tersentuh untuk menggali kelemahan dan
  kekurangan kita sendiri. Kita sungguh tidak mampu melihat apa
  kekurangan kita karena kita sudah terpuaskan oleh kekuasaan atas
  orang lain; kita menjadi lupa akan apa pun kekurangan dan
  kesemrawutan yang ada di dalam diri kita. Maka, lakukanlah mawas
  diri secara saksama dengan keinginan tulus untuk mencari berbagai
  cara memperbaiki diri kita sendiri sehingga dapat membentuk landasan
  yang kuat bagi sebuah kepemimpinan yang efektif. Jika kita tidak
  berniat untuk secara jujur melaksanakan proses mawas diri dan
  perbaikan ini, maka kita akan makin tersesat.

  Semua ini tidak berarti kita dilarang untuk memengaruhi dan memimpin
  orang lain. Sebaliknya, menampilkan suatu kepemimpinan yang
  konstruktif, efektif, dan beretika merupakan bagian terbesar dari
  sikap melayani yang dapat kita lakukan. Namun, kepemimpinan terhadap
  orang lain harus datang dari suatu apresiasi yang jujur dari
  kelemahan kita sendiri dan dari sikap kerendahan hati yang wajar
  serta suatu pemahaman praktis bahwa setiap orang berusaha untuk
  menjalani kehidupan di dunia ini dengan benar. Yesus menunjukkan
  suatu kepemimpinan yang ramah dan memahami nilai yang dianut setiap
  orang. Yesus juga melaksanakan hal tersebut dengan cara yang penuh
  perhatian dan berkomitmen terhadap semua orang yang dipimpinnya.
  Juga harus dipahami bahwa semua orang merupakan pemimpin terhadap
  dirinya sendiri ketika kepemimpinan itu dilaksanakan pada taraf
  spiritual yang lebih tinggi.

  Saya melihat bahwa perjuangan pribadi yang mengarahkan dan
  memotivasikan diri kita sendiri secara konstruktif harus berasal
  dari hati nurani untuk mendapatkan suatu kehidupan yang lengkap dan
  memuaskan. Dalam konsultasi dan pengembangan eksekutif yang saya
  berikan, saya menyadari bahwa hasil yang dicapai akan lebih baik
  manakala saya mengurangi usaha untuk mengarahkan dan "memimpin".
  Biasanya, hasil terbaik yang dapat saya capai berasal dari
  mendengarkan secara tulus dan membantu klien saya untuk menentukan
  sendiri apa yang terbaik bagi mereka, yaitu membantu dan mendorong
  mereka untuk memecahkan masalah mereka sendiri. Ketika saya mencoba
  bersikap bijaksana dan menunjukkan keahlian serta memaksakan seluruh
  konsep, gagasan, dan pengetahuan yang saya miliki, maka hal itu akan
  mengganggu kemampuan klien saya dalam mengenali diri mereka sendiri.
  Akibatnya menjadi buruk, saya kehilangan pegangan dan menjadi ragu
  terhadap pendapat dan pengamatan saya secara menyeluruh.

  Saya mempelajari bahwa banyak konsultan terbaik adalah mereka yang
  mampu mengenali keterbatasan pengetahuan mereka, sehingga perlu
  terus belajar dan menyempurnakan diri mereka. Lebih dari itu semua,
  ahli yang sesungguhnya adalah para klien itu sendiri dengan berbagai
  permasalahan mereka dalam hidup kesehariannya. Cara terbaik bagi
  konsultan untuk mengalihkan atau menetralisasi semaksimal mungkin
  balok di mata yang tidak disadari para klien adalah dengan membantu
  mereka menyisihkan selumbar kecil yang menghalangi pemecahan masalah
  tersembunyi mereka sendiri. Saya percaya bahwa prinsip yang sama
  dapat diterapkan pada hampir semua pihak yang memimpin atau membantu
  orang lain: bersikaplah rendah hati dan mengasumsikan bahwa
  kebanyakan orang mengabaikan lebih banyak persoalan mereka sendiri
  dibandingkan yang Anda lakukan.

  Dengan menjadi lebih efektif dalam kepemimpinan Anda, kita tidak
  hanya memperoleh wawasan yang lebih luas dan empati bagi orang lain
  yang juga berjuang untuk membuat berbagai pilihan terbaik dan juga
  memperbaiki diri mereka sendiri, tetapi kita juga membentuk sebuah
  model yang berpusat pada kepemimpinan. Menjadi model kepemimpinan
  seperti ini tidak berarti kita menginginkan agar orang lain meniru
  dan bersikap seperti kita. Sebaliknya, kita dapat menjadi contoh
  bagaimana kita melayani seseorang yang telah tulus berusaha menjadi
  pribadi yang efektif dan telah menemukan caranya sendiri. Hasilnya,
  kita akan berada di dalam posisi yang lebih baik untuk membantu
  orang-orang lain untuk menemukan cara yang terbaik bagi mereka. Pada
  saat saya menyelesaikan suatu program pelatihan atau proyek
  konsultasi, seorang klien mengatakan kepada saya, "Anda sungguh
  mempraktikkan apa yang Anda khotbahkan. Anda membawa kami untuk
  memecahkan masalah kami sendiri." Bagi saya hal tersebut adalah
  sanjungan tertinggi yang pernah saya terima sebagai seorang
  konsultan.

  Pelajaran tentang kepemimpinan yang paling berharga adalah ketika
  Yesus mengajarkan kita bahwa jika kita tidak mengambil langkah
  penting untuk bercermin dan terlebih dahulu menelaah dan memimpin
  diri kita sendiri, maka kita akan menjadi buta karena kelemahan ini.
  Tentunya hal ini sama sukarnya dengan memiliki balok di mata kita
  sehingga kita tidak dapat melihat orang lain dengan jelas.
  Pertama-tama, kita harus menyingkirkan balok, bertindak benar,
  menjadi teladan, dan menjadi sumber pedoman bagi orang lain.

  Prasyarat utama untuk memimpin memiliki kesamaan dengan prasyarat
  utama untuk memberikan CPR (bantuan pernapasan buatan). Sebelum kita
  mulai menyadarkan orang lain melalui pernapasan buatan, kita harus
  hidup, sadar, dan menarik napas terlebih dahulu. Kita hidup dan kita
  memberikan pernapasan buatan sama dengan kita memimpin diri kita
  sendiri dan kita memimpin orang lain. Banyak orang percaya bahwa
  kepemimpinan hanya sebatas pada proses memengaruhi dari luar saja
  yang menuntut para pemimpin untuk memimpin, dan para pengikut harus
  mengikutinya; mereka percaya bahwa kepemimpinan bukanlah sesuatu
  yang dapat kita lakukan untuk diri kita sendiri. Sebaliknya, yang
  paling inti dari proses kepemimpinan adalah: para pemimpin dan
  pengikut adalah satu dan sama; kita dapat dan mampu memimpin diri
  kita sendiri. Memimpin diri sendiri sama dengan bernapas. Jika tidak
  melakukan hal tersebut seorang pemimpin perlu refleksi serius
  tentang makna kepemimpinan yang sesungguhnya.

  Hal itu membawa kita kembali kepada ajaran Yesus mengenai balok dan
  selumbar di mata. Bagaimana seseorang dapat memimpin orang lain
  secara efektif jika kenyataannya mereka tidak menggunakan kesempatan
  dan tidak memiliki semangat hidup, serta justru menolak untuk
  berusaha terlebih dahulu memimpin diri mereka sendiri secara
  positif dan konstruktif? Menurut Yesus, mereka tidak akan mampu
  melakukannya. Melakukan semacam itu berarti berusaha melakukan
  sesuatu tanpa menarik napas terlebih dahulu.

  Diambil dan disunting dari:
  Judul buku: The Leadership Wisdom of Jesus
  Penulis: Charles C. Manz
  Penerjemah: Rere Johanes
  Penerbit: PT. Bhuana Ilmu Populer, Jakarta 2004
  Halaman: 9 -- 14

==================================**==================================
KUTIPAN

         Untuk menjadi pemimpin yang efektif bagi orang lain,
       terlebih dahulu Anda perlu belajar memimpin diri sendiri.

==================================**==================================
INSPIRASI

                             MENIRU YESUS

  Setiap kali kisah Perjamuan di Kana dikhotbahkan, iman kita
  diteguhkan dengan mukjizat yang Yesus lakukan. Kerinduan untuk
  mengundang Yesus ke dalam hidup kita semakin besar. Memang benar
  bahwa jika Yesus hadir, maka kekurangan dalam hidup kita pasti dapat
  Yesus atasi. Namun lebih dari sekadar mengharap mukjizat-Nya, kita
  patut mengamati dan meniru sikap hidup Yesus dalam peristiwa ini.

  Pertama, Dia mau hadir dalam pesta pernikahan. Artinya, Yesus mau
  bergaul, tidak menyendiri atau di Bait Suci saja. Kita pun mesti
  hadir di masyarakat dan lingkungan, berada di tengah orang banyak,
  mungkin di sana kita dapat melakukan sesuatu yang berguna.

  Kedua, Maria meyakini-Nya (Yohanes 2:4-5) sebagai Pribadi yang bisa
  dimintai pertolongan. Maria tidak meminta tolong kepada orang lain.
  Ia langsung datang kepada Yesus karena yakin Yesus pasti dapat
  menolong. Semoga setiap kita sebagai anak-anak-Nya juga dipercaya
  sebagai tempat ke mana orang dapat datang meminta pertolongan. Orang
  boleh merasa yakin mereka tidak akan ditolak oleh orang kristiani.

  Ketiga, Yesus rela berkorban bagi orang lain. Memang belum saat-Nya
  Yesus "dikenali" orang banyak lewat mukjizat yang Dia buat. Bila
  publik mulai mengetahui hal itu, kemungkinan besar akan muncul
  berbagai reaksi yang dapat menyulitkan Yesus. Walaupun demikian, Dia
  tetap membuat mukjizat agar pesta pernikahan di Kana terselamatkan.
  Begitulah Yesus berkorban dan menolong, agar orang lain
  terselamatkan.

  Belajar dari sikap hidup Yesus, biarlah hari ini kita meniru Dia!

  Diambil dan disunting seperlunya dari:
  Nama publikasi: e-RH
  Penulis: MNT
  Alamat URL: http://www.sabda.org/publikasi/e-rh/2008/10/08/

==================================**==================================
JELAJAH SITUS

                           GROWING LEADERS:
        MENGUBAH PELAJAR BIASA MENJADI PEMIMPIN YANG BERTUMBUH
                  < http://www.growingleaders.com/ >

  Pemuda sekarang belajar lebih banyak lewat ilustrasi. Kenyataan
  itulah yang mendorong Dr. Tim Elmore menyusun ulang penjabaran
  karakter dan kepemimpinan Kristen. Hasilnya? Sebuah buku yang kaya
  akan gambar dan ilustrasi, namun mendalam pembahasannya. Judulnya
  "Habitudes". "Pikiran kita seperti laptop ...", "Karakter dalam
  kepemimpinan itu laksana dasar dari sebuah gunung es ...", "Jangan
  mau menjadi `kamikaze` setengah hati ...", itulah contoh-contoh
  ilustrasi yang dibuat untuk memudahkan calon pemimpin muda menyadari
  tanggung jawabnya. Ilustrasi-ilustrasi cerdas itu pulalah yang
  mengibarkan nama Growing Leaders sebagai pusat pelatihan pemimpin
  pemuda di berbagai kampus Amerika dan kawasan Pasifik.

  Situs dengan tampilan elegan ini menjadi "wajah" resmi institusi
  Growing Leaders yang dipimpin Dr. Elmore tadi. Di dalamnya, kita
  bisa melihat kegiatan lembaga ini, persiapan acara-acara terbaru,
  video presentasi, serta program dan produk pelatihan. Jika Anda
  mencari sumber-sumber pembelajaran gratis, Anda bisa mendapatkan
  artikel bulanan Growing Leaders (menu "Articles") yang juga bisa
  dikirim ke e-mail pribadi. Kalau mau mengeluarkan biaya, pesanlah
  program Habitudes (menu "Store"); ada banyak materi pelatihan untuk
  umum maupun untuk pelayanan Kristen di sana. Interaksi lebih
  personal juga dimungkinkan lewat jaringan sosial yang diikuti
  lembaga ini (khususnya Facebook dan Twitter).

  Para pemimpin pelayanan pemuda dan para pemuda yang akan menjadi
  pemimpin berbagai bidang seharusnya tak melewatkan situs ini.

  Diambil dan disunting seperlunya dari:
  Nama publikasi: Indonesian Christian Webwatch (ICW)
  Penulis: Risdo Maulitua Simangunsong
  Alamat URL: http://sabda.org/publikasi/icw/1131/

==================================**==================================
STOP PRESS

         BARU DARI YLSA: PUBLIKASI KADOS (KALENDER DOA SABDA)

  Puji Tuhan, satu lagi milis publikasi baru diterbitkan oleh Yayasan
  Lembaga SABDA (YLSA). Publikasi yang diberi nama KADOS
  (singkatan dari Kalender Doa SABDA) ini lahir dari kerinduan YLSA
  untuk membagikan pokok-pokok doa harian bagi para pendoa syafaat
  yang terbeban berdoa bagi Indonesia dan pelayanan YLSA. Semoga
  melalui kesatuan hati untuk berdoa ini, Tuhan akan melawat umat-Nya
  dan nama-Nya dimuliakan.

  Publikasi KADOS yang akan terbit secara mingguan, bersifat terbuka
  untuk semua denominasi gereja. Dengan menjadi pelanggan KADOS,
  maka secara otomatis Anda juga menjadi pelanggan e-Doa, Open Doors,
  dan 30 Hari Doa. Jadi, bagi pendoa-pendoa Kristen Indonesia yang
  ingin dibekali untuk menjadi pendoa yang setia dan memiliki visi,
  segera daftarkan nama Anda dan jadilah berkat.

  Kontak redaksi:
  ==> <doa(at)sabda.org>

  Untuk berlangganan, kirimkan email kosong ke:
  ==> <subscribe-i-kan-buah-doa(at)hub.xc.org>

==================================**==================================
Berlangganan: < subscribe-i-kan-leadership(at)hub.xc.org >
Berhenti: < unsubscribe-i-kan-leadership(at)hub.xc.org >
Pertanyaan/saran/bahan: < owner-i-kan-leadership(at)hub.xc.org >
Kontak e-Leadership: leadership(at)sabda.org
Arsip e-Leadership: http://www.sabda.org/publikasi/e-leadership/arsip
Situs Indo Lead: http://lead.sabda.org/
Facebook e-Leadership: http://fb.sabda.org/lead
______________________________________________________________________
Redaksi e-Leadership: Dian Pradana dan Sri Setyawati
Isi dan bahan adalah tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA
Didistribusikan melalui sistem network I-KAN

Copyright(c) e-Leadership 2010 / YLSA -- http://www.ylsa.org/
Katalog SABDA: http://katalog.sabda.org/
Rekening: BCA Pasar Legi Solo No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati
==================================**==================================

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org