Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-leadership/40

e-Leadership edisi 40 (11-2-2009)

Putus Asa: Sebab dan Obatnya (I)

 


===========MILIS PUBLIKASI E-LEADERSHIP EDISI FEBRUARI 2009===========

                    PUTUS ASA: SEBAB DAN OBATNYA (I)

                     e-Leadership 40 -- 11/02/2009

  DAFTAR ISI
  EDITORIAL
  ARTIKEL: Penyebab Putus Asa
  KUTIPAN
  TIPS: Cara Singkat Mengalahkan Keputusasaan
  INSPIRASI: Mengapa Harus Berputus Asa?
  JELAJAH SITUS: Indonesia Christian Leadership Blog
  STOP PRESS: Blog SABDA -- Melayani dengan Berbagi

==================================**==================================
EDITORIAL

  Setiap kita pasti pernah merasakan apa yang namanya putus asa. Dalam
  kepemimpinan Kristen pun kita mengalaminya. Kita menjadi mudah putus
  asa saat tantangan, masalah, dan hambatan datang. Ujungnya, usaha
  dan perjuangan kita berhenti di tengah jalan dan tidak pernah
  selesai. Karena itu, mari kita belajar dari Nehemia untuk mengatasi
  masalah putus asa ini. Dari sosoknya dan usahanya membangun kembali
  tembok Yerusalem, kita akan dapat mengenali apa yang menjadi
  penyebab timbulnya rasa putus asa dan bagaimana mengatasinya.

  Namun, sebelum kita dapat mengatasi putus asa secara efektif, akan
  lebih baik jika kita mengenali dahulu apa yang menjadi penyebab
  timbulnya rasa putus asa itu dan bagaimana kita dapat mengatasinya
  secara singkat. Anda dapat menyimak dengan lengkap dalam kolom
  Artikel dan Tips. Kami berharap seluruh sajian pada edisi ini dapat
  dapat menginspirasi Anda untuk tidak mudah merasa kecil hati dan
  kiranya menjadi berkat untuk Anda.

  Bahasan lengkap tentang bagaimana Nehemia mengatasi masalah putus
  asa, akan kami hadirkan pada edisi kedua bulan Februari ini.

  Selamat menyimak. Tuhan Yesus memberkati.

  Pimpinan Redaksi e-Leadership,
  Dian Pradana

  "Sebab itu dengan yakin kita dapat berkata: "Tuhan adalah
  Penolongku. Aku tidak akan takut. Apakah yang dapat dilakukan
  manusia terhadap aku?" (Ibrani 13:6)
  < http://sabdaweb.sabda.org/?p=Ibrani+13:6 >

==================================**==================================
ARTIKEL

                          PENYEBAB PUTUS ASA

  Kisah hidup Nehemia menggambarkan empat penyebab munculnya rasa
  putus asa. Saat Anda membuka Nehemia 4, Anda akan tahu bahwa Nehemia
  adalah seorang pemimpin berkebangsaan Yahudi yang kembali ke Israel
  dari Babilon untuk membangun kembali tembok Yerusalem. Saat mereka
  mulai membangun tembok tersebut, mereka bekerja dengan giat dan
  penuh semangat. Namun, setelah bekerja selama beberapa waktu, mereka
  mulai putus asa.

  Nehemia 4 menujukkan mengapa orang Israel menjadi putus asa.
  Perhatikan saat mereka menjadi putus asa pada ayat 6 sampai 12.

  Tetapi kami terus membangun tembok sampai setengah tinggi dan sampai
  ujung-ujungnya bertemu, karena seluruh bangsa bekerja dengan segenap
  hati. Ketika Sanbalat dan Tobia serta orang Arab dan orang Amon dan
  orang Asdod mendengar, bahwa pekerjaan perbaikan tembok Yerusalem
  maju dan bahwa lobang-lobang tembok mulai tertutup, maka sangat
  marahlah mereka. Mereka semua mengadakan persepakatan bersama untuk
  memerangi Yerusalem dan mengadakan kekacauan di sana. Tetapi kami
  berdoa kepada Allah kami, dan mengadakan penjagaan terhadap mereka
  siang dan malam karena sikap mereka. Berkatalah orang Yehuda:
  "Kekuatan para pengangkat sudah merosot dan puing masih sangat
  banyak. Tak sanggup kami membangun kembali tembok ini." Tetapi
  lawan-lawan kami berpikir: "Mereka tidak akan tahu dan tidak akan
  melihat apa-apa, sampai kita ada di antara mereka, membunuh mereka
  dan menghentikan pekerjaan itu." Ketika orang-orang Yahudi yang
  tinggal dekat mereka sudah sepuluh kali datang memperingatkan kami:
  "Mereka akan menyerang kita dari segala tempat tinggal mereka,"
  (Nehemia 4:6-12)

  Mungkin Anda pernah mengalami apa yang mereka alami. Mungkin Anda
  pernah mengalami hal semacam itu lebih sering daripada yang Anda
  ingat. Mungkin kini Anda sedang berputus asa. Kisah itu menunjukkan
  hal-hal yang membuat orang Yehuda berputus asa.

  Empat Sebab Putus Asa

  1. Kelelahan

  Berkatalah orang Yehuda: "Kekuatan para pengangkat sudah merosot dan
  puing masih sangat banyak. Tak sanggup kami membangun kembali tembok
  ini" (Nehemia 4:10). Mereka telah bekerja dalam waktu yang lama dan
  mengalami kelelahan, baik secara fisik maupun emosi. Kapan kelelahan
  dan putus asa sering kali muncul? Lihat ayat 6: "Tetapi kami terus
  membangun tembok sampai setengah tinggi dan sampai ujung-ujungnya
  bertemu, karena seluruh bangsa bekerja dengan segenap hati" (Nehemia
  4:6). Kapan Anda sering kali menjadi putus asa? Saat Anda dalam
  setengah perjalanan mengerjakan sesuatu. Pernahkah Anda mengecat
  rumah? Anda bersemangat memilih warna catnya, dengan antuasias
  menyiapkan ruangan, dan mulai mengecat dengan penuh semangat.

  Anda berhenti sejenak untuk minum kopi saat sepertiga pengecatan
  telah selesai dilakukan, lalu Anda mengambil kuas cat lagi, lengan
  Anda mulai sakit, Anda melihat tetesan-tetesan cat di lantai dan
  baju Anda, dan Anda menyadari bahwa Anda baru setengah jalan. Hari
  mulai gelap dan Anda mulai khawatir. Anda melihat ke sekitar untuk
  mengetahui seberapa banyak yang masih harus dicat dan menyadari,
  bahkan jika Anda sudah selesai, Anda masih harus bersih-bersih. Lalu
  Anda mulai berputus asa. Kelelahan adalah penyebab nomor satu
  munculnya rasa putus asa. Itulah mengapa kita meninggalkan banyak
  pekerjaan yang setengah jadi, tidak utuh dan belum selesai.

  2. Frustrasi

  Perhatikan ayat 10, orang Yehuda berkata, "Kekuatan para pengangkat
  sudah merosot dan puing masih sangat banyak. Tak sanggup kami
  membangun kembali tembok ini." (Nehemia 4:10)

  Mereka bukan hanya kelelahan, mereka juga frustrasi. Mereka mencoba
  membangun tembok baru, namun yang ada di sekitar mereka adalah
  puing-puing, reruntuhan, dan bongkahan semen-semen kering. Semua itu
  membuat mereka putus asa. Mereka kehilangan tujuan mereka karena
  pikiran mereka kacau oleh puing-puing tersebut. Saat kita memusatkan
  pikiran kita pada puing-puing dan bukannya kepada tujuan, kita
  sangat mudah menjadi putus asa. Selama bertahun-tahun, saya tidak
  membiarkan satu orang pun masuk ke ruang belajarku karena semuanya
  berantakan. Saya sangat disibukkan oleh kegiatan melayani, mengajar,
  menggembalakan, memimpin pelatihan, dan melakukan penelitian. Karena
  itu, saya tidak ada waktu untuk mengarsip berkas-berkas saya dan
  merapikan rak buku. Saya terus menunda beres-beres dan menjadi
  semakin frustrasi. Sampai-sampai ruangan saya menjadi gelap dan yang
  ada hanyalah jalan kecil dari pintu menuju komputer saya.

  Maka, Paskah yang lalu, saya mulai bertindak. Saya menyingkirkan
  semuanya dari ruang belajar dan memulai lagi. Sekarang ruang itu
  rapi dan teratur karena saya menyingkirkan yang tidak penting ke
  gudang. Saya pun mulai menjual buku-buku saya. Puing-puing dalam
  hidup Anda adalah segala sesuatu yang membuat Anda berpaling dari
  prioritas yang harus Anda selesaikan. Semuanya yang membuat mata
  Anda berpaling dari misi Anda.

  3. Kegagalan

  Alasan ketiga mengapa rasa putus asa dapat muncul adalah karena
  adanya provokator. Dalam ayat 10 dikatakan, "Tak sanggup kami
  membangun kembali tembok ini." Pikirkan hal tersebut. Siapa yang
  mengatakan "Kami tak sanggup membangun tembok ini"? Pasti ada
  seseorang yang memulainya. Sepertinya tidak mungkin mereka secara
  spontan bersama-sama mengatakan "Tak sanggup kami membangun tembok
  ini". Pasti ada seseorang yang berputus asa dan mengatakannya dengan
  kata "Kami", dan lainnya kemudian menerima hal tersebut dan mulai
  mengatakan hal yang sama -- mereka telah gagal dan hal itu akan
  segera menjadi kenyataan. Karena mereka tidak dapat menyelesaikan
  tugas mereka sesuai dengan waktu yang telah mereka tetapkan
  sebelumnya, mereka hilang semangat dan menjadi tidak percaya diri.
  Hanya membutuhkan satu orang provokator seperti itu untuk
  menghancurkan moral sebuah tim. Jika orang-orang seperti itu ada di
  sekitar kita, sinisme, dan rasa putus asa tidak akan terelakkan.

  Faktanya hal itu tidak benar. Mereka dapat membangun kembali tembok
  itu. Hal ini bukan masalah kemampuan, namun motivasi. Bukan tidak
  bisa membangun, namun tidak mau membangun. Bagaimana Anda menangani
  kegagalan dalam hidup Anda? Apakah Anda berkata, "Aku tidak dapat
  menyelesaikan pekerjaan ini"? Apakah Anda mulai mengeluh? "Ini
  mustahil. Tidak bisa dilakukan. Mencoba melakukannya adalah suatu
  kebodohan. Ini konyol." Atau Anda menyalahkan orang lain? "Semua
  orang mengecewakanku. Mereka tidak melakukan bagian mereka."
  Perbedaan pemenang dan pecundang adalah bahwa pemenang melihat
  kegagalan sebagai suatu ketidaknyamanan yang sifatnya sementara.
  Kegagalan bukan akhir, namun dapat menjadi suatu kesempatan untuk
  belajar.

  4. Ketakutan

  "Tetapi lawan-lawan kami berpikir: `Mereka tidak akan tahu dan tidak
  akan melihat apa-apa, sampai kita ada di antara mereka, membunuh
  mereka dan menghentikan pekerjaan itu.`" (Nehemia 4:11)

  Perhatikan siapa yang mengatakan hal tersebut. Musuh mereka? Bukan,
  merekalah yang mengatakannya. Orang-orang Nehemia berkata
  "Lawan-lawan kami berpikir ...". Sebuah tembok yang mengitari kota
  melambangkan keamanan dan pertahanan, maka lawan-lawan itu tidak
  ingin temboknya selesai dibangun. Mereka awalnya mengkritik,
  kemudian mengejek, lalu mengancam orang Yehuda: "Kami akan membunuh
  kalian jika kalian terus membangun tembok." Perhatikan siapa yang
  menjadi putus asa. Mereka adalah orang-orang Yahudi yang tinggal
  dekat lawan (Nehemia 4:12). Lalu mereka membuat yang lain menjadi
  kecil hati dengan mengatakan, "Mereka akan menyerang kita dari
  segala tempat tinggal mereka."

  Hal itu disebut "sindrom ayam kecil". Saat Anda bergaul lama dengan
  orang yang berpikiran negatif, Anda tahu apa yang akan terjadi? Anda
  akan terpengaruh pikiran negatif mereka. Pikiran tersebut menular.
  Jika Anda terus mendengar seseorang terus mengatakan kepada Anda,
  "Ini tidak dapat dilakukan", "kamu akan gagal", "kamu membuang
  waktu", cepat atau lambat kamu akan memercayai mereka. (t/Dian)

  Diterjemahkan dan disesuaikan dari:
  Nama situs: Christ Church Virginia Water, UK
  Judul asli artikel: How Can I Handle Discouragement?
  Penulis: Rick Warren
  Alamat URL: http://www.cc-vw.org/sermons/nehamiah4.htm

==================================**==================================
KUTIPAN

      Masalah seharusnya jangan menjadi sumber rasa putus asa,
                        namun sumber motivasi.

==================================**==================================
TIPS

                CARA SINGKAT MENGALAHKAN KEPUTUSASAAN

  Berikut adalah beberapa langkah singkat yang dapat dipelajari dari
  Nehemia dalam mengalahkan rasa putus asa (Nehemia 4).

  1. Beristirahatlah

  Jika Anda membutuhkan istirahat, maka beristirahatlah! Anda akan
  lebih efektif bekerja sekembalinya Anda dari beristirahat. Jika Anda
  menyulut sebuah lilin pada kedua sumbunya, Anda tidak akan menjadi
  seterang yang Anda pikirkan!

  2. Atur Hidup Anda

  Putus asa bukan berarti Anda melakukan hal yang salah. Mungkin, Anda
  melakukan hal yang benar dengan cara yang salah. Cobalah cara baru.

  3. Ingat Tuhan Akan Membantu Anda

  Mintalah pada-Nya. Ia dapat memberikan Anda kekuatan baru. Ada kuasa
  motivatif yang besar dalam iman.

  4. Lawan Rasa putus asa

  Lawan! Putus asa adalah sebuah pilihan. Jika Anda merasa kecil hati,
  itu karena Anda memilih untuk merasa demikian. Tidak seorang pun
  yang memaksa Anda untuk berputus asa. Bertahanlah! Lakukan apa yang
  benar tanpa memedulikan perasaan. Tidak suatu jenis perasaan pun
  yang abadi; semua sifatnya sementara. (t/Dian)

  Diterjemahkan dan disesuaikan dari:
  Nama situs: CBN.com
  Judul asli artikel: Some Cures for Discouragement
  Penulis: Rick Warren
  Alamat URL: http://www.cbn.com/spirituallife/BibleStudyAndTheology/Discipleship/Warren_Discouragement.aspx

==================================**==================================
INSPIRASI

                      MENGAPA HARUS BERPUTUS ASA?
                     Diringkas oleh: Sri Setyawati

  Setiap manusia tidak pernah luput dari masalah, kegagalan, dan
  keputusasaan. Apalagi saat kita sudah sungguh-sungguh berusaha untuk
  menjadi lebih baik, tapi tetap saja tidak berhasil. Atau saat kita
  sudah melakukan yang terbaik, tapi masih saja dikritik orang lain.
  Sering kali, hal-hal semacam itu membuat kita merasa berputus asa.

  Bangkitlah! Jangan hanya berdiam diri. Ingatlah bahwa masing-masing
  kita memiliki potensi besar untuk menjadi pemenang. Jangan pernah
  biarkan rasa cemas dan takut mengusai pikiran dan hati kita.
  Berdoalah kepada Tuhan dan lakukan `self-talk` -- berbicara dengan
  diri sendiri. Ini adalah suatu cara untuk mengakui ketidakberdayaan
  kita pada suatu situasi secara transparan dan meminta Tuhan untuk
  ikut serta menuntun kita.

  Dengan "self-talk", kita bisa mengontrol, menyinergikan, dan
  mengharmonisasikan alam pikiran, alam emosi, alam kehendak, dan alam
  perilaku kita. "Self-talk" juga mengajarkan kepada kita untuk berani
  menghadapi dan menantang masalah; bukan malah takut dengan masalah.
  Selain itu, kita juga perlu melatih diri untuk mengenali seluruh
  potensi yang ada dalam diri kita masing-masing. Kenali diri secara
  objektif dan lihatlah bahwa ada banyak orang yang mengasihi kita.
  Mengunjungi saudara seiman dan berbagi cerita dengannya bisa menjadi
  solusi yang baik pula. Selain itu, kita harus menguatkan iman kita
  dengan membaca dan melakukan firman Tuhan. Self-talk bisa
  menjembatani kondisi riil yang sedang kita hadapi, yang belum
  berubah, dengan Tuhan yang sanggup membantu kita menghadapi kondisi
  riil kita.

  Hal ini penting dilakukan mengingat kita masih sering menyangkali
  perasaan kita. Sikap tidak mau menerima realita justru membuat kita
  lelah. Lebih baik kita mengakui apa yang kita pikirkan atau rasakan
  dan setelah itu bangkit dari keterpurukan. Pengakuan yang sejati
  akan menghasilkan pemulihan hidup, demikian ungkapan Yakobus
  (Yakobus 5:16). Setiap orang juga memiliki potensi untuk pulih.
  Jadi, mengapa harus berputus asa?

  Diringkas dari:
  Judul buku: Self Healing & Counseling (Seni Pemulihan Diri)
  Judul asli artikel: Peran Roh Kudus dan Fiman dalam Konseling
  Penulis: Julianto Simanjuntak
  Penerbit: LK3, Jakarta 2008
  Halaman: 49 -- 69

==================================**==================================
JELAJAH SITUS

                  INDONESIA CHRISTIAN LEADERSHIP BLOG
                    http://indonesia99.blogspot.com/

  Di tengah jarangnya situs blog yang khusus bermaterikan
  kepemimpinan, situs blog milik Samuel David Immanuel yang bernama
  Indonesia Christian Leadership Blog ini hadir mengisi ruangnya.
  Memang beberapa artikel yang ada di dalam situs ini ditulis dengan
  menggunakan bahasa Inggris, namun artikel yang ditulis dalam bahasa
  Indonesia juga tidak sedikit.

  Jika diamati, Pak Samuel David sebagai pengasuh situs cukup
  produktif dalam menulis. Artikel-artikel yang ada di situs ini cukup
  banyak. Semua itu diharapkan dapat membantu pemenuhan tujuan
  dibuatnya situs blog ini, yakni untuk menjadi wadah komunitas
  pemimpin Kristen Indonesia. Melalui situsnya ini, Pak Samuel
  mengajak orang-orang yang peduli dan berminat dengan hal-hal yang
  berkaitan dengan kepemimpinan alkitabiah, baik dari dalam maupun
  luar negeri, untuk berdiskusi bersama-sama.

  Situs blog ini adalah salah satu dari sedikit situs blog yang cocok
  untuk orang-orang yang getol dengan dunia kepemimpinan Kristen.

==================================**==================================
STOP PRESS

                               BLOG SABDA
                        MELAYANI DENGAN BERBAGI

  Kejutan baru!! Yayasan Lembaga SABDA (YLSA) meluncurkan satu lagi
  situs baru, yang diberi nama "Blog SABDA". Situs ini sangat unik
  karena situs ini merupakan blog yayasan yang dibangun dengan tujuan
  agar para Pembaca, Pengunjung, Pendukung, dan Sahabat YLSA mengenal
  yayasan tercinta ini dengan lebih transparan lagi.

  Jika selama ini orang hanya bisa mengenal YLSA melalui
  produk-produk pelayanannya (CD SABDA, situs-situs dan
  publikasi-publikasi YLSA, kelas teologia online, dan CD-CD Alkitab
  Audio), maka kini Anda juga dapat mengikuti kegiatan dan pergumulan
  para staf yang bekerja di balik layar, dan bahkan bisa terlibat
  memberikan masukan/nasihat/dorongan secara langsung tanpa harus
  menjadi staf penuh waktu YLSA.

  Untuk memudahkan, isi Blog SABDA dibagi dalam beberapa kategori,
  yaitu: Alkitab, Publikasi, Pelayanan, Teknologi, dan Umum. Secara
  berkala, staf YLSA akan membagikan informasi dan pergumulan seputar
  pelayanan YLSA. Besar harapan kami para pengunjung situs ini bisa
  ikut berperan serta dengan memberikan komentar dan masukan yang
  membangun. Untuk memberi komentar, Anda tidak perlu login terlebih
  dahulu, langsung isi saja form komentar di bawah blog yang ingin
  Anda komentari. Nah, bagi Anda yang ingin bergabung dalam pelayanan
  YLSA tanpa harus menjadi staf penuh waktu, silakan bergabung di
  Blog SABDA untuk ikut bersama-sama berbagi mengembangkan pelayanan
  YLSA. Selamat berkunjung.

  ==> http://blog.sabda.org/

==================================**==================================

Berlangganan: subscribe-i-kan-leadership(at)hub.xc.org
Berhenti: unsubscribe-i-kan-leadership(at)hub.xc.org
Kontak e-Leadership: leadership(at)sabda.org
Arsip e-Leadership: http://www.sabda.org/publikasi/e-leadership/arsip
Situs Indo Lead: http://lead.sabda.org/
Network Kepemimpinan: http://www.in-christ.net/komunitas_umum/network_kepemimpinan
______________________________________________________________________
Redaksi e-Leadership: Dian Pradana dan Sri Setyawati
e-Leadership merupakan kerjasama antara Indo Lead, YLSA, dll.
Didistribusikan melalui sistem network I-KAN
Bahan ini dapat dibaca secara on-line di:
http://www.sabda.org/publikasi/e-leadership/
Copyright(c) 2009 oleh YLSA
http://www.ylsa.org/ ~~ http://katalog.sabda.org/
Rekening: BCA Pasar Legi Solo No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati
==================================**==================================

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org