|
Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
https://sabda.org/https://sabda.org/publikasi/e-leadership/68 |
|
e-Leadership edisi 68 (13-4-2010)
|
|
============MILIS PUBLIKASI E-LEADERSHIP EDISI APRIL 2010=============
PELAJARAN KEPEMIMPINAN DARI MUSA (I)
e-Leadership 68 -- 13/04/2010
DAFTAR ISI
EDITORIAL
ARTIKEL: Mempersiapkan Seorang Pemimpin
KUTIPAN
INSPIRASI: Pahit Menjadi Manis
JELAJAH SITUS: Christian Leadership Academy (CLA)
==================================**==================================
EDITORIAL
Musa adalah salah seorang pemimpin besar dalam Perjanjian Lama.
Sepak terjangnya dalam dunia kepemimpinan diperolehnya dari setiap
pengalaman hidup yang menuntutnya untuk selalu belajar. Pengalaman
hidup Musa menjadi alat Tuhan untuk membentuk dan menyatakan
rencana-Nya kepada Musa, bahwa Ia bermaksud menjadikan Musa seorang
pemimpin besar yang mengantarkan bangsa Israel keluar dari tanah
perbudakan.
Allah memilih Musa menjadi pemimpin bukan hanya karena kecakapannya;
Allah juga bermaksud memperlengkapi Musa dengan semangat tidak mudah
menyerah, syarat penting yang dibutuhkan oleh setiap pemimpin besar.
Simaklah artikel yang telah kami sajikan untuk mengetahui apa
sajakah yang membuat seseorang bisa muncul sebagai seorang pemimpin
besar.
Selamat menyimak. Tuhan memberkati.
Pimpinan Redaksi e-Leadership,
Desi Rianto
http://lead.sabda.org
http://fb.sabda.org/lead
==================================**==================================
Orang yang jujur dipimpin oleh ketulusannya, tetapi pengkhianat
dirusak oleh kecurangannya. (Amsal 11:3)
< http://alkitab.sabda.org/?Amsal+11:3 >
==================================**==================================
ARTIKEL
MEMPERSIAPKAN SEORANG PEMIMPIN
Terjadinya kekosongan dan minimnya kepemimpinan bukan hanya suatu
tantangan, namun juga mengancam setiap aspek hidup masyarakat.
Kekosongan ini merupakan noda hitam yang secara timbal balik memicu
pemikiran negatif, kreativitas, dan ide-ide kita. Pada saat ini kita
memerlukan kepemimpinan yang dapat memutarbalikkan keadaan. Menurut
Reggie McNeal, perubahan ini tidak hanya berlaku di dunia sekuler,
tetapi juga berlaku di ranah gereja. Studi mengenai Musa merupakan
salah satu kajian yang menarik tentang kepemimpinan di dalam
Alkitab, khususnya di dalam Perjanjian Lama. Musa seorang pemimpin
nasionalis dan pembuat kitab hukum (legislator) yang luar biasa.
Perjalanan hidupnya dapat dibagi menjadi tiga bagian, yang
menunjukkan bahwa dia sudah sejak permulaan dipersiapkan oleh Allah
untuk menjadi pemimpin, yang mengeluarkan umat Israel dari
perbudakan di Mesir. Ia menghabiskan 40 tahun pertama hidupnya di
Mesir, tumbuh sebagai putra seorang putri Firaun, yang memberikan
dirinya pengajaran terbaik di dunia pada masa itu. Kemudian 40 tahun
berikutnya dihabiskannya di Midian. Pada masa itu dia belajar
menggembalakan ternak, agar pada waktunya nanti dia akan dapat
menjadi gembala umat Israel. Sepanjang 40 tahun terakhir hidupnya,
ia menerapkan segala sesuatu yang telah dipelajarinya ketika
memimpin keturunan Israel keluar dari Mesir hingga ke sungai Yordan
(Lockyer, Herbert, 1958). Allah menggunakan pengalaman hidup Musa
sebagai pemimpin untuk menuntun umat-Nya keluar dari perbudakan
menuju kemerdekaan. Ia membentuk Musa sebagai pemimpin yang
berkharisma; Ia juga mengutusnya agar memimpin bangsa Israel
melewati padang belantara. Musa seorang pemimpin yang memesona
karena corak kepemimpinannya yang kharismatis, administratif, dan
penyelesai konflik. Studi tentang temperamen Musa, hukum
kepemimpinan Musa, kekuatannya, kelemahannya, kesempatan yang
diambilnya, dan ancaman terhadap dirinya, berharga untuk diterapkan
oleh pemimpin mana pun.
Temperamen Musa
Temperamen kepemimpinan Musa adalah gabungan sanguin dan kolerik.
Perpaduan dua temperamen ini menciptakan pribadi yang paling
ekstrover. Oleh sebab itu, Musa menunjukkan kecenderungan untuk
berbelaskasihan dan berhati lemah lembut terhadap umat Israel.
Temperamen inilah yang membuat dia merasa resah saat membunuh
seorang Mesir yang mencambuki budak Israel dalam Keluaran 2:11-12.
Ketika ia didakwa oleh sesamanya orang-orang Ibrani dan Firaun atas
tindakan ini, ia melarikan diri ke Midian. Temperamen koleriknya
mengimbangi temperamen sanguinnya yang berkemauan lemah. Selain itu,
ciri sanguin yang penuh belas kasihan cenderung mengimbangi orang
kolerik yang tidak berbelaskasihan (Personal Temperament Test:
Profile, 2008).
Hukum kepemimpinan Musa
Sebagai pemimpin yang berkharisma, hukum kepemimpinan pertama yang
dipakai oleh Musa adalah Hukum Impian. Hukum ini mengatakan bahwa
orang-orang mengikuti pemimpin yang dapat memberikan mereka tujuan
yang mereka inginkan. Musa memberikan impian tentang Tanah
Perjanjian kepada pengikutnya -- tanah tempat mereka bisa hidup
merdeka. Hukum kedua yang diberikan Musa adalah Hukum Motivasi.
Hukum ini menyatakan bahwa pengikut akan mengikuti pemimpin yang
memberi mereka alasan-alasan untuk mencapai tujuan itu. Jika Musa
memberikan mereka alasan yang meyakinkan, mereka akan mengikuti
kepemimpinannya. Musa menawarkan motivasi kemerdekaan untuk
mengikutinya (Towns, Elmer, 2007).
Sebagai pemimpin administratif, hukum kepemimpinan pertama yang
dipakai oleh Musa adalah Hukum Penghargaan. Menurut hukum ini,
seorang pemimpin akan mendapatkan pengikut jika ia menyiapkan
penghargaan kepada pengikutnya sesuai tujuan mereka masing-masing.
Untuk mendapatkan pengikut, seorang pemimpin harus memberikan
penghargaan kepada mereka. Hukum kepemimpinan berikutnya adalah
Hukum Akuntabilitas (Kepercayaan). Melalui hukum ini, Musa
memberikan tanggung jawab kepada pengikutnya. Ia memberi Harun
tugas-tugas imamat dan menunjuk penatua-penatua untuk bertanggung
jawab mengurus peradilan. Dengan demikian, Musa mengizinkan
pengikutnya untuk berkontribusi dalam usaha mencapai Tanah
Perjanjian (Towns, Elmer, 2007).
Kekuatan Musa
Musa memunyai banyak kekuatan karena corak kepemimpinannya yang
kharismatis dan administratif. Pertama, ia mampu menyampaikan
visinya meninggalkan Mesir menuju Tanah Perjanjian. Inilah ciri
kepemimpinan yang kharismatis. Para pemimpin memberi visi yang dapat
direngkuh pengikutnya (Towns, Elm, 2007). Maxwell menyebut hal ini
sebagai Hukum Gambaran. Seperti kata Maxwell, pengikut akan
melakukan sebisa yang mereka impikan. Pemimpin dengan kemampuan ini
bukan hanya bisa mengomunikasikan visi mereka, tetapi ia juga dapat
menjadi teladan yang menghidupkan gambaran visi itu. Musa dapat
menuangkan visinya untuk pengikutnya karena ia bukan hanya mampu
mengomunikasikannya, tetapi ia juga mampu menjadikan dirinya
teladan; ini ditunjukkan dengan keberaniannya di hadapan Firaun
(Maxwell, John, 1998/2007).
Pertemuan Musa dengan Allah membuat dia tanggap terhadap kehendak
Allah dalam hidupnya. Musa mengetahui bahwa membawa umat Israel
keluar dari Mesir bukanlah sebuah pekerjaan, melainkan sebuah
panggilan dalam hidupnya. Billy Graham menyatakannya sebagai
berikut, "Ketika kita mematikan diri sendiri, kita melihat awal
pekerjaan Allah" (Shelly, Marshall & Myra, Harold, 2005). Musa
mematikan dirinya saat melihat semak belukar yang menyala-nyala dan
itulah awal pekerjaan Allah. Waktu yang dihabiskannya bersama dengan
Tuhan membawanya pada pemahaman akan Allah. Menurut Keluaran 33:18,
keakraban ini membimbing dia untuk berseru di atas gunung,
"Perlihatkanlah kiranya kemuliaan-Mu kepadaku." Hubungan
inilah yang meyakinkannya bahwa walaupun dia menghadapi perlawanan
besar dari Firaun, Allah akan memberikan kemenangan ketika ia
mengikuti panggilan Allah di dalam hidupnya. Walaupun umat Israel
meragukan Musa, Dia mengetahui bahwa Allah akan menguatkannya dengan
kemampuan, talenta, dan kecakapan yang penting untuk memenuhi
panggilannya (Towns, Elmer, 2007).
Akhirnya, Musa bertahan dan Firaun melemah serta melunak. Untuk
mengenang kemenangan ini, Musa menetapkan satu peringatan. Sejak
saat itu, ia menghantarkan kemenangan demi kemenangan (Towns, Elm,
2007). Maxwell menyebut hal ini Hukum Kemenangan. Secara sederhana,
Maxwell menyatakan bahwa seorang pemimpin mencari kemenangan untuk
kelompoknya. Contoh lain yang nyata dari hukum ini adalah Winston
Churchill, Perdana Menteri Britania saat Perang Dunia II, bahwa
ia seorang yang tidak bersedia dikalahkan. Kekalahan merupakan
sesuatu yang asing bagi pemikiran dan kepemimpinannya, ketika
negerinya sedang menghadapi masa kegelapan melawan Fasisme. Churchil
tidak bersedia menerima apa pun kecuali kemenangan telak (Maxwell,
John, 2007).
Karena Musa seorang pemimpin administratif, dia menunjukkan kekuatan
itu pada saat dia mengembalikan reputasinya dengan menurunkan tulah
ke Mesir. Musa menguatkan reputasi dan kredibilitasnya sebagai
pemimpin melalui perayaan untuk memperingati kemenangan-kemenangan
mereka dan menghitung kemenangan itu melalui cerita-cerita. Karena
nasihat bapak mertuanya, Yitro, Musa mendelegasikan kewenangan
sebagai hakim kepada orang-orang terpilih sehingga ia dapat lebih
bebas melaksanakan tugas-tugas kepemimpinan yang lebih penting.
(Towns, Elm, 2007).
Kelemahan
Ironisnya, Musa berdalih kepada Allah bahwa ia tidak pandai
berbicara dalam bahasa Mesir sehingga ia tidak bersedia pergi ke
Mesir. Temperamen Musa yang seperti itu membuat ia kadang-kadang
digambarkan sebagai seorang yang mengatakan sesuatu yang salah.
Selain itu, Musa bergumul melawan kemarahan dalam hidupnya
sebagaimana tampak ketika ia membunuh seorang Mesir dalam Keluaran
pasal 4. Kemarahan ini juga yang memicu dia untuk memukul batu,
alih-alih memerintahkan batu itu untuk mengeluarkan air, sebagaimana
digambarkan dalam Keluaran pasal 20 -- inilah yang menghambat dia
untuk masuk ke Tanah Perjanjian (Personal Temperament Test: Profile,
2008). Musa hanyalah seorang manusia biasa, yang terus-menerus
memerlukan pencurahan Roh Kudus dan berjalan dekat bersama Tuhan
seperti yang dibutuhkan oleh semua orang.
Kesempatan-kesempatannya
Walaupun Musa mengabaikan kemampuan berbicaranya pada peristiwa
semak belukar menyala, setiap kali ia berbicara, ia berbicara
tentang Allah kepada Firaun dan umat Israel. Musa menggunakan setiap
kesempatan untuk senantiasa menyalakan visinya di hadapan umat
Israel. Ia terus-menerus mendorong mereka mencapai Tanah Perjanjian.
Musa juga mengambil kesempatan untuk mengajar penerusnya, ketika ia
menarik Yosua dan melatihnya menjadi pemimpin setelah dia.
Ancaman-ancaman
Musa memastikan kebenaran impiannya mencapai Tanah Perjanjian. Ia
mengetahui bahwa ia harus mewaspadai impian yang melampaui panggilan
Allah di dalam hidupnya. Jikalau ini terjadi, impiannya tentang
Tanah Perjanjian tidak akan tercapai. Musa terlihat lebih teratur
dibanding sebelumnya. Kemudian, Yitro melihat bahaya dan ia
mengingatkan bahwa Musa akan disusahkan dengan seluruh tanggung
jawabnya. Untung saja Musa mengindahkan peringatan itu dan ia
menunjuk para hakim untuk menolongnya menjalankan aspek kepemimpinan
administratif terhadap umat Allah. Dalam Bilangan pasal 16,
kepemimpinan Musa ditantang pemberontakan yang dipimpin oleh Korah.
Korah menuduh Musa memperalat umat Israel demi rencana dan
kerajaannya. Namun, Musa mengembalikan semua dakwaan itu kepada
Allah karena ia menyadari bahwa peperangan itu milik Allah.
Akhirnya, Korah dan pengikutnya diadili dan Musa tetap menjadi
pemimpin Israel.
Kesimpulan untuk studi kepemimpinan Musa ialah jawaban atas
kosongnya kepemimpinan yang melanda gereja dan dunia sekuler pada
saat ini dapat ditemukan melalui studi kepemimpinan Musa di dalam
Alkitab, sebagai seorang tokoh pemimpin yang benar-benar memimpin.
Musa seorang pemimpin yang dipakai oleh Tuhan dalam segala aspek
hidupnya -- ia disiapkan menjadi pemimpin besar yang mengeluarkan
umat Israel dari Mesir. Musa merupakan model kepemimpinan yang
berharga karena dia memunyai corak kepemimpinan kharismatis,
administratif, dan penyelesai konflik. Studi yang menyeluruh tentang
temperamen Musa, hukum kepemimpinannya, kesempatan-kesempatan, dan
ancaman-ancaman yang dihadapinya, akan berguna untuk semua pemimpin.
(t/Uly)
REFERENSI
Lockyer, Herbert. (1958). All the Men of the Bible. Grand Rapids,
MI: Zondervan Publishing House.
Maxwell, John. (2007). The Twenty-one Irrefutable Laws of
Leadership: Follow Them an People Will Follow You (2nd ed.).
Nashville, TN: Thomas Nelson. (Original work published 1998)
McNeal, Reggie. (1998). Revolution in Leadership: Training Apostles
for Tomorrow`s Church. Nashville, TN: Abingdon Press.
Personal Temperament Test: Profile. (2008). The 12 Blends of
Temperaments from the book "Why You Act The Way You Do" by Tim
LaHaye. Retrieved 1 November 2008 from
http://www.goingthedistance.org/pages.asp?pageid=18155
Shelly, Marshall & Myra, Harold. (2005). The Leadership Secrets of
Billy Graham. Grand Rapids, MI: Zondervan Publishing House.
Towns, Elmer. (2007). Biblical Models for Leadership. Mason, OH:
Cengage Learning.
Diterjemahkan dan disunting seperlunyadari:
Nama situs: SBC (Southern Baptist Convention) Ghost Recon
Judul asli artikel: Moses: A Study in Leadership
Penulis: Quinn Hooks
Alamat URL: http://sbcghostrecon.wordpress.com/2009/07/01/moses-a-
study-in-leadership
==================================**==================================
KUTIPAN
Semua pemimpin yang berjuang untuk menghasilkan hal-hal baik
harus dapat mengeluarkan yang terbaik dari dalam dirinya
dan orang lain. Kepemimpinan sejati dimulai dari dalam diri,
yakni melalui hati yang mau melayani, lalu keluar untuk
melayani orang lain.
-Ken Blanchard-
==================================**==================================
INSPIRASI
PAHIT MENJADI MANIS
Sukacita dan dukacita sering berjalan seiring. Seperti bangsa Israel
yang merasakan getar kemenangan di Laut Merah, tetapi tiga hari
sesudahnya menjumpai air yang pahit di Mara (Keluaran 15:22,23),
sukacita kita pun dapat segera berubah menjadi kemarahan.
Di Mara, Tuhan menyuruh Musa melemparkan sepotong kayu ke dalam air,
sehingga air itu menjadi manis dan bisa diminum (ayat 25). Satu
"potongan kayu" lain yang "dilemparkan" ke dalam berbagai situasi
pahit hidup kita dapat mengubah situasi itu menjadi manis. Potongan
kayu itu adalah salib Yesus (1 Petrus 2:24). Pandangan kita akan
berubah pada saat kita merenungkan kematian-Nya yang penuh
pengurbanan dan penyerahan diri-Nya pada kehendak Allah (Lukas
22:42).
Kita dapat menderita karena dibenci orang lain, atau lebih buruk
lagi, karena mereka tidak peduli. Namun, Tuhan mengizinkan hal
itu terjadi. Kita mungkin tidak memahami alasannya, tetapi Bapa dan
Sahabat kita yang tidak terbatas kebijaksanaan serta kasih-Nya yang
menghendaki hal itu.
Ketika kita berkata "ya" kepada Allah pada saat Roh-Nya menyatakan
rencana-Nya kepada kita melalui firman-Nya, situasi pahit dalam
hidup kita berubah menjadi manis. Kita tidak perlu berkeluh kesah
tentang kejadian yang telah diizinkan Tuhan. Sebaliknya, kita harus
melakukan segala perintah-Nya. Yesus berkata bahwa kita harus
memikul salib kita setiap hari dan mengikuti Dia (Lukas 9:23).
Diambil dan disunting seperlunya dari:
Nama publikasi: e-Renungan Harian (e-RH) 27 Januari 2004
Penulis: David Roper
Alamat URL: http://www.sabda.org/publikasi/e-rh/2004/01/27
==================================**==================================
JELAJAH SITUS
Christian Leadership Academy (CLA)
< http://www.christianleadershipacademy.net >
Situs-situs kepemimpinan yang menyajikan artikel-artikel dan
kisah-kisah yang inspiratif begitu mudah kita temukan di internet.
Namun demikian, tidak banyak situs yang menawarkan sekolah
kepemimpinan Kristen yang berkualitas. Bagi Anda yang sedang mencari
sebuah akademi kepemimpinan Kristen, Christian Leadership Academy
(CLA) yang berada di Troy, Michigan, AS ini bisa menjadi salah satu
referensi pilihan.
Siapakah CLA? CLA merupakan salah satu anggota Perhimpunan
Sekolah-Sekolah Kristen Internasional (ACSI) dan Perhimpunan
Sekolah-sekolah Kristen Klasik (ACCS). ACSI adalah organisasi
terbesar di dunia dalam bidangnya. CLA memiliki staf pengajar yang
kompeten dan berpengalaman, kurikulum pendidikan yang berbasiskan
Alkitab, dan memberikan pembelajaran yang saling terintegrasi serta
berpusat pada Alkitab.
Situs lembaga pendidikan ini sederhana namun tidak melupakan semua
informasi penting. Isi menunya sangat bercirikan identitas akademi
ini, mulai dari sejarah berdirinya akademi, kelas-kelas yang ada,
formulir pendaftaran, biaya pendidikan, bahan-bahan pendidikan yang
bisa dibaca secara daring, hingga galeri kegiatan siswa-siswi
akademi ini. Jika kita mengunjungi situs ini kita bisa mengenal
lebih lanjut akademi kepemimpinan Kristen ini, siapakah orang-orang
yang berada di dalamnya, filosofi pendidikan yang dimilikinya, dan
keunggulan-keunggulan lainnya.
Bagi Anda yang tertarik pada sekolah kepemimpinan, silakan Anda
mengunjungi situs ini. (SS)
==================================**==================================
Berlangganan: < subscribe-i-kan-leadership(at)hub.xc.org >
Berhenti: < unsubscribe-i-kan-leadership(at)hub.xc.org >
Pertanyaan/saran/bahan: < owner-i-kan-leadership(at)hub.xc.org >
Kontak e-Leadership: leadership(at)sabda.org
Arsip e-Leadership: http://www.sabda.org/publikasi/e-leadership/arsip
Situs Indo Lead: http://lead.sabda.org
Facebook e-Leadership: http://fb.sabda.org/lead
______________________________________________________________________
Pemimpin Redaksi e-Leadership: Desi Rianto
Redaksi e-Leadership: Sri Setyawati dan S. Heru Winoto
Isi dan bahan adalah tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA
Didistribusikan melalui sistem network I-KAN
Copyright(c) e-Leadership 2010 / YLSA -- http://www.ylsa.org
Katalog SABDA: http://katalog.sabda.org
Rekening: BCA Pasar Legi Solo No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati
==================================**==================================
|
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |