Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-konsel/310

e-Konsel edisi 310 (11-9-2012)

Dosa Seksual

______________________________e-KONSEL________________________________

        Milis Publikasi Elektronik Pelayanan Konseling Kristen
______________________________________________________________________

Edisi 310/September 2012

DAFTAR ISI
BIMBINGAN ALKITABIAH: BAGAIMANA KITA MENGATASI DOSA SEKSUAL?
TIP: PILIHLAH KEMERDEKAAN BUKAN KETERIKATAN

Salam damai dalam Kristus,

Seks adalah sesuatu yang Tuhan berikan kepada manusia untuk digunakan
sesuai rencana-Nya: meneruskan keturunan. Oleh karena itu, hubungan
seks hanya boleh dilakukan dalam pernikahan. Namun demikian, kita
tidak bisa menutupi kenyataan bahwa ada beberapa orang yang telah
jatuh dalam dosa seks, entah itu pasangan yang sudah menikah maupun
yang masih lajang. Dalam edisi ini, e-Konsel menghadirkan artikel dan
tip yang terkait dengan mengatasi dosa seksual dan membereskannya di
hadapan Tuhan. Semoga apa yang kami sajikan ini dapat membantu Anda
dalam memberikan konseling kepada orang-orang yang bermasalah dengan
dosa seksual. Selamat membaca!

Pemimpin Redaksi e-Konsel,
Sri Setyawati
< setya(at)in-christ.net >
< http://c3i.sabda.org/ >

     BIMBINGAN ALKITABIAH: BAGAIMANA KITA MENGATASI DOSA SEKSUAL?

Bayangkanlah seorang konseli, jemaat, atau teman rohani yang datang
kepada Anda dengan kisah seperti berikut ini:

"Saya sedang bergumul. Saya sudah menikah sebanyak 5 kali. Sekarang,
saya selingkuh dengan seorang laki-laki. Saya merasa seakan-akan saya
harus memiliki seorang laki-laki [dalam hidup saya]. Saya putus asa
dan merasa hampa tanpa seorang laki-laki dalam hidup saya."

Jika kita melayani pada tahun 1980-an dan terpengaruh oleh suasana
konseling masa itu, kita mungkin akan mendiagnosis bahwa wanita ini
menghadapi "masalah ketergantungan". Ketika kita melayani di
lingkungan konseling saat ini, kita mungkin akan menentukan bahwa dia
mengalami "masalah kecanduan".

Penyimpangan Pemujaan

Yesus memastikan bahwa wanita tersebut mengalami masalah pemujaan.
Wanita itu, tentu saja, adalah "wanita Samaria" yang dikisahkan dalam
Yohanes 4.

Banyak orang tidak dapat melihat hubungan antara Yohanes 2:23-25,
Yohanes 3, dan Yohanes 4. Bagian akhir dari Yohanes 2 seharusnya
tampak seperti lampu petunjuk yang berkedip-kedip. "Tetapi Yesus
sendiri tidak percaya mereka, sebab Ia mengenal semua orang. Tidak
perlu orang memberi keterangan kepada-Nya tentang siapa pun, sebab Ia
sendiri tahu apa yang ada di dalam hati manusia." (Yohanes 2:24-25,
BIS)

Yesus mengenal kita secara lahiriah dan batiniah. Dia adalah Dokter
Jiwa yang ilahi. Dia adalah Pencipta dan Perancang jiwa kita. Untuk
menggambarkan kenyataan ini, Yohanes menunjukkan kedalaman pemahaman
Yesus yang sempurna akan sifat manusia, dengan membandingkan dan
mengontraskan dua orang yang berbeda.

Contoh A: seorang laki-laki, orang Farisi, pemimpin agama, orang
          benar, Nikodemus seorang Yahudi.
Contoh B: seorang wanita, tidak beragama, bukan orang benar, perempuan
          Samaria.

Yesus mengetahui segala hal tentang kita. Sebagai Pencipta kita, Dia
tahu bahwa masalah kita yang paling mendasar adalah masalah pemujaan.
Itulah sebabnya, dengan perempuan Samaria, Dia tidak memfokuskan
diri-Nya pada "masalah ketergantungan" atau pada "masalah kecanduan
seksual" perempuan itu, tetapi pada kehausan rohaninya.

"Jikalau engkau tahu tentang karunia Allah dan siapakah Dia yang
berkata kepadamu: Berilah Aku minum! niscaya engkau telah meminta
kepada-Nya dan Ia telah memberikan kepadamu air hidup." (Yohanes 4:10)
Karena tidak memahami maksud-Nya, perempuan Samaria itu berfokus pada
air secara harfiah. Oleh sebab itu, Yesus kembali membawanya melihat
jiwanya yang bersyukur. "Barangsiapa minum air ini, ia akan haus lagi,
tetapi barangsiapa minum air yang akan Kuberikan kepadanya, ia tidak
akan haus untuk selama-lamanya. Sebaliknya air yang akan Kuberikan
kepadanya, akan menjadi mata air di dalam dirinya, yang terus-menerus
memancar sampai kepada hidup yang kekal." (Yohanes 4:13-14)

Kolam Penampungan dan Mata Air

Meskipun perempuan Samaria itu tidak menyadari hal ini, perkataan
Yesus mengingatkan kembali pada Yeremia 2:13, "...; mereka
meninggalkan Aku, sumber air yang hidup, untuk menggali kolam bagi
mereka sendiri, yakni kolam yang bocor, yang tidak dapat menahan air."

Kita adalah makhluk yang memiliki rasa rindu. Kita adalah makhluk
rohani. Kita adalah makhluk pemuja. Kita adalah makhluk yang bisa
merasakan kehausan. Rasa haus adalah ide Allah. Allah menciptakan kita
untuk memiliki hubungan dengan Dia -- untuk berjalan bersama Dia pada
suatu hari yang sejuk.

Allah menciptakan kita untuk merindukan Dia. "Seperti rusa yang
merindukan sungai yang berair, demikianlah jiwaku merindukan Engkau,
ya Allah. Jiwaku haus kepada Allah, kepada Allah yang hidup. Bilakah
aku boleh datang melihat Allah?" (Mazmur 42:1-2)

Rasa rindu dan rasa haus, di dalam pengertiannya sendiri, bukanlah
dosa -- karena itu adalah pemberian Allah. Seperti yang Yeremia
ingatkan pada kita, ini adalah petunjuk relasi yang kita kejar, yang
mengindikasikan apakah kita bisa menangani kerinduan kita dengan cara
yang benar atau tidak.

Bagian akhir dari Yeremia 2, seperti Yohanes 4 dan Yakobus 4:1-4,
menyebutkan pesan yang jelas dan konsisten: Kita bisa menelusuri akar
dari perzinahan fisik dan dosa seksual, hal itu selalu kembali kepada
perzinahan rohani dan dosa relasi yang melawan Allah. Dosa di dalam
relasi kita seorang dengan yang lain, selalu disebabkan oleh dosa di
dalam hati kita -- dosa dalam relasi kita dengan Allah.

Dari Rasa Haus atas Kolam Penampungan kepada Kerinduan atas Sumber
Mata Air yang Hidup

Ketika Yesus berkata kepada perempuan Samaria tersebut, "Pergilah,
panggillah suamimu dan datang ke sini." (Yohanes 4:16), Ia beralih
dari membahas tentang rasa haus kepada pembahasan tentang kolam itu
sendiri; dari perasaan rindu yang diciptakan Allah kepada
pilihan-pilihan yang tidak benar untuk memuaskan rasa rindu itu.

Banyak konselor Kristen/alkitabiah zaman ini, yang tampaknya hanya
menekankan salah satu dari kedua faktor ini; rasa haus atau kolam air,
rasa rindu atau pemberhalaan. Akan tetapi, Yesus menekankan pada
keduanya.

Beberapa konselor menghindari penyelesaian dosa dan hanya berfokus
pada rasa rindu. Konselor-konselor lainnya khawatir jika diskusi apa
pun yang membahas tentang kehausan dan kerinduan itu akan berkembang
ke arah "teologi kebutuhan" -- bahwa masalah utama yang dihadapi ini
adalah "kebutuhan yang tidak terpenuhi". Bukan. Masalah utama kita
adalah dosa. Namun demikian, kerinduan utama kita tetap Kristus.
Sayangnya, kerinduan yang diciptakan untuk mendambakan sesuatu
tersebut tercemar karena kejatuhan manusia dalam dosa sehingga
kerinduan itu mencari pemenuhan dari kolam air yang rusak.

Yesus menggunakan rasa rindu yang tercipta itu sebagai "jalan masuk",
yang melaluinya Tuhan menolong perempuan yang putus asa ini, untuk
menemukan air hidup yang benar-benar dinantikannya. Hasil akhirnya
adalah bahwa dia dan orang-orang lainnya datang untuk mengenal Dia
sebagai "Juruselamat dunia" (Yohanes 4:42). Perempuan Samaria itu
memiliki kerinduan (seperti yang diciptakan Allah); dia melakukan dosa
(dalam kejatuhannya); dan dia mengalami penebusan (sebagai anggota
keluarga Allah yang telah ditebus).

Konseling Alkitabiah

Yesus menggunakan rasa haus untuk mengungkapkan kolam dan untuk
mengarahkan orang pada Sumber mata air yang hidup. Apakah kita juga
seperti itu?

Sebagai seorang pendeta, konselor, atau teman rohani, jika seseorang
yang datang kepada kita adalah orang yang telah terperangkap oleh
jerat "dosa seksual", apakah diagnosis kita dan rencana pemulihan yang
akan kita berikan? Apakah kita prihatin melihat "orang-orang yang
terlibat dalam dosa seksual", sebagai makhluk rohani yang memuja,
merindukan, dan kehausan? Apakah kita dengan lemah lembut dan
bijaksana membimbing mereka kepada Mata Air yang Hidup, yang akan
mengampuni dosa-dosa mereka, sekaligus memuaskan rasa haus dalam jiwa
mereka yang diciptakan oleh Allah?

Datanglah dan Minumlah

Jika Anda sedang membaca artikel ini dan Anda sedang bergumul dengan
"dosa seksual", entah itu terkait dengan nafsu dan/atau kebiasaan
heteroseksual atau homoseksual, sadarilah bahwa semua dosa seksual
sebenarnya merupakan gejala dari dosa rohani. Sadarilah bahwa
sesungguhnya semua dosa seksual adalah kolam air yang pecah dan tidak
dapat menampung air.

Pada zaman Yeremia, ada sebuah kolam yang menampung aliran air yang
sebelumnya telah melewati jalanan berlumpur yang bercampur dengan
kotoran unta. Kemudian, air itu menetap dalam bak tanah liat dan tidak
mengalir ke mana pun. Selain membuat airnya tidak layak diminum, bak
air ini sering retak dan membuat orang-orang yang kehausan semakin
mengalami kekeringan. Pilihan Anda yang lain, pada masa Yeremia,
adalah minum dari mata air yang jernih, sejuk, segar, dan
bergelembung... yang mengalir, air yang memuaskan dahaga yang muncul
dari dalam bumi dan yang tidak akan pernah kering.

Dosa seksual berarti lebih memilih meminum air dari got daripada dari
sumber mata air. Dosa seksual adalah keyakinan bahwa kita dapat
memuaskan standar rasa haus Allah dengan standar rasa haus manusia.
Namun, ini adalah keyakinan yang salah dan berdosa. Ini adalah
pemujaan dan harapan yang salah. Usaha untuk memuaskan dahaga rohani
kita akan Kristus dengan melakukan hubungan seksual adalah sia-sia dan
najis.

"Barangsiapa haus, baiklah ia datang kepada-Ku dan minum! Barangsiapa
percaya kepada-Ku, seperti yang dikatakan oleh Kitab Suci: Dari dalam
hatinya akan mengalir aliran-aliran air hidup." (Yohanes 7:37-38)
Datanglah dan minumlah. (t/Setya)

Diterjemahkan dari:
Nama situs: Biblical Counseling Coalition
Alamat URL: http://biblicalcounselingcoalition.org/blogs/2011/09/06/
            how-do-we-overcome-sexual-sin/
Judul asli artikel: How Do We Overcome Sexual Sin?
Penulis: Bob Kellemen
Tanggal akses: 17 Juli 2012

               TIP: PILIHLAH KEMERDEKAAN BUKAN KETERIKATAN
                        Disadur oleh: Sri Setyawati

Godaan untuk melakukan dosa seksual bisa menyerang siapa saja dan
kapan saja. Kabar baiknya adalah di dalam Tuhan, kita dapat dibebaskan
dari godaan, bahkan dari belenggu dosa yang telah mengikat kita.
Berikut adalah langkah-langkah untuk mendapatkan kemerdekaan dari dosa
seksual.

1. Mengatasi kebiasaan dosa Anda.

Langkah untuk menuju kelepasan atau kemerdekaan adalah mengatasi
kebiasaan berdosa. Orang-orang yang terjebak dalam perangkap
"berdosa-mengakui-berdosa-mengakui", perlu mengikuti
petunjuk-petunjuk yang ada dalam Yakobus 5:16. Jika perlu, carilah
orang-orang yang bersedia mendoakan dan mengawasi Anda, agar Anda
tidak lagi melakukan kebiasaan dosa Anda.

2. Akuilah dosa-dosa Anda.

Dalam 1 Yohanes 1:9, dijelaskan bahwa siapa pun yang mengaku dosa di
hadapan Tuhan, ia akan diampuni dan disucikan. Jadi, setelah berbuat
dosa kita harus berani mengakuinya di hadapan Tuhan. Maksud mengakui
bukan sekadar berkata "Maafkan saya", melainkan "Saya melakukannya."
Kemudian, ucapkanlah doa berikut ini.

"Bapa Surgawi, Engkau sudah memberitahukan kepada saya untuk
mengenakan Yesus Kristus dan tidak memberikan kesempatan pada daging
untuk memuaskan hawa nafsu saya (Roma 13:14). Saya mengakui bahwa saya
sudah memberi diri pada hawa nafsu daging, yang berperang melawan jiwa
saya (2 Petrus 2:11). Saya berterima kasih kepada-Mu karena di dalam
Kristus dosa-dosa saya diampuni, tetapi saya sudah melanggar
ketetapan-ketetapan-Mu yang kudus dan memberikan kesempatan kepada
musuh, untuk berperang di dalam anggota-anggota tubuh saya
(Roma 6:12-13; Efesus 4:27; Yakobus 4:1; 1 Petrus 5:8). Saya datang
ke hadapan hadirat-Mu untuk mengakui dosa-dosa dan memohon
penyucian-Mu (1 Yohanes 1:9) dan supaya saya dibebaskan dari
perbudakan dosa. Sekarang, saya memohon kepada-Mu untuk menyatakan
kepada pikiran saya, cara-cara saya yang sudah melanggar
ketetapan-ketetapan-Mu dan sudah mendukakan Roh Kudus. Dalam nama
Yesus, saya berdoa. Amin."

Kita tahu bahwa perbuatan dosa sangat banyak (Galatia 5:19-21). Oleh
karena itu, mintalah supaya Tuhan menunjukkan secara jelas dalam hal
apa Anda telah berdosa dan mohon ampunlah kepada-Nya.

3. Pergunakanlah tubuh Anda sebagai alat kebenaran.

Tuhan telah menebus hidup dan tubuh kita. Kita wajib mengabdikan diri
kepada Tuhan dan tidak membiarkan dosa menguasai kita (Roma 6:12-13).
Jika Anda terikat dengan kebiasaan dosa seks sehingga memengaruhi
pernikahan Anda, nyatakanlah doa ini:

"Tuhan, saya mohon Engkau menyatakan pada pikiran saya setiap
penggunaan seksual dari tubuh saya sebagai alat ketidakbenaran. Dalam
nama Yesus yang indah saya berdoa. Amin.",
4. Lepaskan dan tinggalkan setiap kejadian penggunaan seksual yang
tidak benar dalam hidup Anda.

Ketika Tuhan memunculkan setiap penggunaan seksual secara tidak benar
dari tubuh Anda ke dalam pikiran Anda, baik itu dilakukan terhadap
Anda (pemerkosaan, hubungan seksual dengan anggota keluarga sendiri,
atau pelecehan seksual) maupun Anda melakukannya dengan sukarela,
lepaskan dan tinggalkan setiap kejadian itu. Ucapkanlah doa di bawah
ini:

"Tuhan, saya melepaskan dan meninggalkan ___ (sebutkan penggunaaan
yang salah secara spesifik dari) ___ dengan ___ (tubuh Anda/nama
orang) dan saya mohon Engkau memutuskan ikatan itu. Dalam nama Yesus,
Amin. [Mungkin ada dosa kebiasaan lain; Homoseksual, Aborsi,
Bunuh/Melukai Diri, Kecanduan...]",
5. Serahkan diri dan hidup Anda kepada Tuhan.

Sekarang, serahkanlah tubuh Anda kepada Tuhan dengan berdoa seperti ini:

"Tuhan, saya melepaskan dan meninggalkan semua penggunaan tubuh saya
sebagai alat ketidakbenaran dan dengan demikian saya memohon
kepada-Mu, untuk memutuskan semua ikatan dan perbudakan yang Iblis
sudah hasilkan dalam kehidupan saya melalui keterlibatan itu. Saya
mengakui keterlibatan saya. Sekarang, saya menyerahkan tubuh saya
kepada-Mu sebagai satu korban persembahan yang hidup, kudus, dan
berkenan kepada-Mu, dan saya akan melakukan hubungan seksual hanya di
dalam pernikahan. Saya singkirkan kebohongan Iblis yang mengatakan
bahwa "tubuh saya tidak tahir", yang mengatakan bahwa "tubuh saya
kotor", atau apa pun yang tidak bisa diterima sebagai akibat dari
pengalaman- pengalaman seksual saya pada masa lalu. Tuhan, saya
berterima kasih kepada-Mu karena Engkau secara menyeluruh sudah
menyucikan dan mengampuni saya, karena Engkau mengasihi dan menerima
saya tanpa syarat. Oleh karena itu, saya dapat menerima diri saya.
Dan, saya memilih untuk menerima diri sendiri dan tubuh yang sudah
disucikan. Dalam nama Yesus. Amin."

Sesudah Anda mengakui semua dosa yang Anda ketahui, berdoalah seperti
berikut: "Saya sekarang mengakui dosa-dosa ini kepada-Mu dan meyakini
pengampunan dan penyucian-Mu atas diri saya, melalui darah Tuhan Yesus
Kristus. Saya batalkan semua pintu masuk yang sudah didapatkan roh-roh
jahat melalui keterlibatan kehendak saya dalam dosa. Saya mohonkan ini
dalam nama Tuhan dan Juru Selamat saya, Yesus Kristus. Amin.

Disadur dari:
Nama situs: Christian Counseling Center Indonesia (C3I)
Alamat URL: http://c3i.sabda.org/
            langkah_6_pilihlah_kemerdekaan_bukan_keterikatan
Judul asli artikel: Langkah 6 Pilihlah Kemerdekaan Bukan Keterikatan
Penulis: Tidak dicantumkan
Tanggal akses: 27 Juli 2012

Kontak: < konsel(at)sabda.org >
Redaksi: Sri Setyawati, Tatik Wahyuningsih, dan Berlian Sri Marmadi
Tim Editor: Davida Welni Dana, Berlian Sri Marmadi, dan
            Santi Titik Lestari
(c) 2012 -- Yayasan Lembaga SABDA
< http://www.ylsa.org >
Rekening: BCA Pasar Legi Solo;
No. 0790266579
a.n. Yulia Oeniyati
< http://blog.sabda.org/ >
< http://fb.sabda.org/konsel >
Berlangganan: < subscribe-i-kan-konsel(at)hub.xc.org >
Berhenti: < unsubscribe-i-kan-konsel(at)hub.xc.org >

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org