Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-konsel/305

e-Konsel edisi 305 (7-8-2012)

Konselor yang Berkarakter Kristus

______________________________e-KONSEL________________________________

        Milis Publikasi Elektronik Pelayanan Konseling Kristen
______________________________________________________________________

Edisi 305/Agustus 2012

DAFTAR ISI
CAKRAWALA: SIKAP YANG PERLU DIKEMBANGKAN KONSELOR
ULASAN SITUS: CHRISTIAN COUNSELING & EDUCATIONAL FOUNDATION (CCEF)

Salam damai,

Berkembangnya berbagai bentuk pelayanan konseling saat ini menunjukkan
besarnya kebutuhan manusia akan "petunjuk hidup". Hal ini terbukti
dengan banyaknya pemirsa yang mengikuti dan aktif bertanya dalam
acara-acara konseling umum yang disiarkan di stasiun televisi. Peran
konselor menjadi sangat penting karena mereka akan dilihat sebagai
"kiblat" oleh para konselinya, untuk menghadapi situasi kehidupan
mereka. Oleh sebab itu, para konselor sendiri juga membutuhkan figur
yang dapat mereka pakai sebagai contoh konselor yang baik.

Tidak ada figur konselor yang melebihi sang Konselor Agung, yaitu
Yesus Kristus. Oleh karena itu, meneladani Yesus Kristus dalam
memberikan konseling merupakan keputusan bijaksana bagi seorang
konselor. Dalam artikel e-Konsel kali ini, kita akan melihat teladan
apa saja yang ditinggalkan Yesus bagi para konselor dan bagaimana Ia
memberikan konseling. Semoga sajian kami bermanfaat bagi Anda. Selamat
membaca.

Staf Redaksi e-Konsel,
Berlian Sri Marmadi
< http://c3i.sabda.org/ >

           CAKRAWALA: SIKAP YANG PERLU DIKEMBANGKAN KONSELOR

Berdasarkan 1 Petrus 5, kita menemukan tiga sikap utama yang perlu
dimiliki oleh seorang konselor. Namun, selain itu kita seharusnya
memiliki sekurangnya sepuluh sikap yang perlu dikembangkan sebagai
konselor.

1. Kasih dan Penghargaan

Kasih adalah segala hal yang dipikirkan, direncanakan, dikatakan, dan
dilakukan untuk diri sendiri dan orang lain yang membawa kebaikan.
Kasih adalah kekuatan yang amat besar di dunia, yang selalu membawa
hal-hal baik bagi manusia. Lawan kasih adalah dosa. Dosa adalah
kekuatan besar yang selalu membawa hal-hal buruk bagi manusia.

"Kita mengasihi karena Allah lebih dahulu mengasihi." (1 Yohanes 4:19)
Yesus Kristus, sang Konselor Agung telah datang untuk mengasihi
manusia. Ia telah mengorbankan diri-Nya sebagai wujud kasih yang
sejati. Kita tinggal menyambut dan menerimanya. Kalau kita sudah
memiliki kasih, kita dapat membagikan dan meneruskan kasih itu kepada
orang lain.

Konselor seharusnya menyambut, menerima, dan memiliki kasih sejati
seperti itu. Kasih memungkinkan konselor untuk mampu menghargai,
mengasihi, menolong, dan memberi pelayanan terbaik bagi konseli.

2. Lemah Lembut

"Saudara-saudara, kalau seorang kedapatan melakukan suatu pelanggaran,
maka kamu yang rohani, harus memimpin orang itu ke jalan yang benar,
dalam roh lemah lembut, sambil menjaga dirimu sendiri, supaya kamu
juga jangan kena pencobaan." (Galatia 6:1)

Dalam proses konseling, konselor tidak boleh menghakimi, menuduh,
memaksa, atau memerintah konseli. Namun, konselor perlu menciptakan
suasana yang nyaman, bersahabat, hangat, dan terbuka. Kelemahlembutan
yang mewarnai suasana percakapan membuat konseli merasa dihargai dan
dimengerti. Hal ini akan mendorong konseli untuk berani terbuka kepada
konselor.

3. Rendah Hati

Rendah hati adalah menganggap orang lain lebih utama dan penting. Ia
tidak meninggikan dan menyombongkan diri dengan apa yang ia miliki,
baik itu ilmu pengetahuan, kepandaian, keterampilan, maupun harta
kekayaan. Ia menerima semua itu dengan ucapan syukur. Apa yang
dimiliki diakui sebagai anugerah Tuhan.

Dalam proses konseling, konselor perlu mengembangkan sikap rendah
hati. Pendapat, pemikiran, dan sikap konseli haruslah dihargai. Jika
percakapan membawa hasil yang baik, itu pun diterima dengan rendah
hati dan ucapan syukur. Bukan menepuk dada sebagai tanda prestasi
dirinya.

4. Sabar dan Tabah

Sikap sabar dan tabah sangat perlu dikembangkan konselor, sebab para
konselor sering berputus asa dalam melaksanakan tugasnya. Rumitnya
persoalan, kurangnya kerja sama dari konseli, dan hasil konseling yang
kurang menggembirakan kerap membuat konselor putus asa.

Sikap sabar dan tabah akan memampukan konselor untuk bertahan, tidak
mudah putus asa, dan kuat menanggung beban berat persoalan. Konselor
tidak bisa mengandalkan kekuatannya sendiri karena ia terbatas. Untuk
itu, konselor perlu datang dan minta kekuatan dari Konselor Agung.
Dialah sumber kekuatan yang tidak pernah habis. "Kekuatan yang
melimpah-limpah itu berasal dari Allah, bukan dari diri kami."
(2 Korintus 4:7) Dengan kekuatan Tuhan, konselor diharapkan mampu
bertahan terhadap seluruh kesulitan yang dihadapinya dalam proses
konseling pastoral.

5. Bersahabat dan Hangat

Konselor perlu menciptakan suasana yang penuh kehangatan dan
persahabatan. Sikap acuh tak acuh harus dihindari. Kedekatan dan
kehangatan perlu dirasakan oleh konseli. Konselor bukan orang asing
yang membuat suasana percakapan terasa asing. Tentu tidak semua
konselor dapat menciptakan suasana seperti ini dengan mudah. Namun,
hal ini perlu diusahakan. Dengan kehangatan dan persahabatan ini,
konseli merasa nyaman, percaya, dan berani untuk terbuka.

6. Suka Menolong

Jiwa seorang konselor adalah jiwa yang suka menolong. Suka menolong
adalah sikap peka dan tanggap terhadap keadaan konseli. Ketika
konselor mendengar ada konseli yang sedang dilanda persoalan dan
pergumulan, konselor tidak akan berdiam diri. Hatinya tergerak untuk
mencari, menemui, mengunjungi, dan berusaha mendampingi konseli untuk
mencari solusi yang terbaik.

Jiwa suka menolong ini muncul karena konselor sudah mengalami kasih
dan pertolongan sang Konselor Agung. Ia mengalami hal itu secara
cuma-cuma pula. "Kamu telah memperolehnya dengan cuma-cuma, karena
itu berikanlah pula dengan cuma-cuma." (Matius 10:8)

7. Rela dan Tulus

Seharusnya, tugas pelayanan pastoral tidak dilakukan dengan terpaksa.
Kalau terpaksa, kita akan melakukan tugas dengan hati yang amat berat,
tidak rela, dan tidak tulus. Badan dan tubuh kita bertindak, tetapi
tidak keluar dari hati.

"Gembalakanlah kawanan domba Allah yang ada padamu, jangan dengan
paksa, tetapi dengan sukarela sesuai dengan kehendak Allah, dan jangan
karena mau mencari keuntungan, tetapi dengan pengabdian diri."
(1 Petrus 5:2) Sikap sukarela haruslah menjiwai diri konselor dalam
pelayanan konseling pastoral.

8. Terbuka

Terbuka di sini mengandung tiga sisi. Pertama, konselor berusaha
menolong konseli sehingga ia dapat melihat masalahnya dengan jernih.
Harapannya, konseli dapat menemukan solusinya. Untuk itu, konselor
memberi kesempatan konseli untuk dapat dan berani mengungkapkan
pikiran dan perasaannya. Persoalan dan perasaannya yang dapat meracuni
hati dan pikirannya, dapat ia tumpahkan dalam percakapan dengan
konselor. Tidak ada yang dipendam, disimpan, ditutupi, dan
disembunyikan. Konselor memberi kebebasan kepada konseli untuk
mencurahkan isi hati yang membebaninya. Di sini, konselor perlu sikap
terbuka kepada konseli.

Kedua, konselor terbuka terhadap segala masukan tentang kekurangan dan
kelemahan dirinya. Kritik membangun sangat penting untuk perbaikan,
peningkatan, dan kemajuan diri. Kita kerap belajar banyak hal tentang
diri kita dari kacamata orang lain. Bila kita terbuka, kita akan
menjadi orang yang maju. Berbahagialah kalau orang lain bersedia
memberi masukan. Itu tanda kasih dan perhatiannya kepada kita.

Ketiga, konselor perlu terbuka dalam mengikuti perkembangan dan
kemajuan ilmu pengetahuan, khususnya wawasan ilmu dan keterampilan
konseling pastoral. Setiap kesempatan jangan disia-siakan. Pengetahuan
yang ada kaitannya dengan konseling perlu kita kuasai. Lagi pula,
belajar adalah proses seumur hidup.

9. Pengorbanan

Karena kasih-Nya, Konselor Agung telah mengurbankan jiwa dan raga bagi
domba-domba-Nya. Ia membela domba-domba yang ada dalam bahaya, bahkan
sampai menyerahkan nyawa-Nya. "Gembala yang baik memberikan nyawanya
bagi domba-dombanya. Aku memberikan nyawa-Ku bagi domba-domba-Ku."
(Yohanes 10:11,15)

Teladan Konselor Agung itu memberi inspirasi bagi konselor masa kini.
Jiwa pengorbanan itu diperlukan oleh para konselor. Dalam menjalankan
tugas, pasti ada waktu, tenaga, pikiran, dan perasaan yang harus
dikorbankan. Kadang-kadang konselor ditolak oleh konseli, ataupun
dipandang sebelah mata. Konselor sudah berjuang, konseli kurang
bersedia bekerja sama, sehingga hasil yang diharapkan masih jauh.
Kadang konselor putus asa dan kecewa. Karena itu, pengorbanan memang
sangat penting bagi konselor.

10. Perhatian

Anak kecil sering melakukan sesuatu yang sedikit aneh untuk menarik
perhatian orang tuanya. Seorang remaja juga kerap melakukan hal yang
dinilai sangat berani dengan motif ingin mendapat perhatian
teman-temannya, sehingga istilah "MPO" (Mencari Perhatian Orang)
pernah menjadi populer di kalangan remaja.

Pada dasarnya, semua orang membutuhkan perhatian. Siapa pun
orangnya -- tua, muda, anak-anak, semua membutuhkan perhatian. Kalau
orang tidak mendapat perhatian, hal itu akan melahirkan kesedihan dan
kesunyian karena merasa kurang dihargai.

Dalam konseling pastoral, konselor perlu menanamkan sikap penuh
perhatian kepada konseli. Apalagi jika konseli sedang dililit problem,
ia sangat peka akan kebutuhan perhatian. Lewat perhatian-perhatian
yang diberikan, konseli merasa mendapat dukungan.

Diambil dan disunting seperlunya dari:
Judul buku: Dasar-Dasar Konseling Pastoral -- Panduan bagi
            Pelayanan Konseling Gereja
Judul bab: Ciri-ciri Konselor Efektif
Penulis: Tulus Tu`u, S.Th, M.Pd
Penerbit: Penerbit ANDI, Yogyakarta 2007
Halaman: 52 -- 58

                  ULASAN SITUS: CHRISTIAN COUNSELING &
                    EDUCATIONAL FOUNDATION (CCEF)

Lika-liku kehidupan seseorang dengan yang lain mungkin tidak sama.
Cara pemecahan masalah untuk seseorang pun belum tentu bisa digunakan
untuk menolong orang lain. Namun, dengan memiliki kekayaan bahan
konseling dan cara menolong konseli, setidaknya kita lebih mudah dalam
membantu konseli mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya.

Untuk memperlengkapi pelayanan Anda sebagai konselor, Anda dapat
menjelajahi situs the Christian Counseling & Educational Foundation
(CCEF). Situs ini menyediakan banyak bahan yang dapat Anda gunakan
untuk menolong konseli, yang dikategorikan berdasarkan topik-topik
mulai dari masalah diri, dosa, pernikahan, pengasuhan, seks, berbagai
macam ketagihan, dan sakit-penyakit. Selain bahan-bahan konseling,
situs ini juga menawarkan kursus konseling, pelayanan konseling, dan
buku-buku konseling. Pada halaman pertama, Anda bisa langsung melihat
video konseling dari beberapa konselor yang melayani di CCEF. Bahkan,
Anda juga dapat berlangganan publikasi, membeli buku-buku konseling,
petunjuk belajar dan seri kurikulum yang diterbitkan oleh CCEF.
Apabila gereja Anda ingin mengundang konselor dari CCEF, Anda dapat
menghubungi admin situs ini. Lengkap, bukan? Selamat menjelajah! (SS)

Tanggal akses: 31 Mei 2012

==> < http://www.ccef.org/ >

Kontak: < konsel(at)sabda.org >
Redaksi: Sri Setyawati, Tatik Wahyuningsih, dan Berlian Sri Marmadi
Tim Editor: Davida Welni Dana, Berlian Sri Marmadi, dan Santi Titik Lestari
(c) 2012 -- Yayasan Lembaga SABDA
< http://www.ylsa.org >
Rekening: BCA Pasar Legi Solo;
No. 0790266579
a.n. Yulia Oeniyati
< http://blog.sabda.org/ >
< http://fb.sabda.org/konsel >
Berlangganan: < subscribe-i-kan-konsel(at)hub.xc.org >
Berhenti: < unsubscribe-i-kan-konsel(at)hub.xc.org >

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org