Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-konsel/262

e-Konsel edisi 262 (4-10-2011)

Masa Dewasa/Muda

______________________________e-KONSEL________________________________

        Milis Publikasi Elektronik Pelayanan Konseling Kristen
______________________________________________________________________

EDISI 262/OKTOBER 2011

DAFTAR ISI
CAKRAWALA: PERKEMBANGAN MASA DEWASA
ULASAN SITUS: AMERICAN ASSOCIATION OF CHRISTIAN COUNSELORS

Salam damai,

Secara psikologi, rentang hidup manusia terbagi dalam beberapa masa.
Masa yang paling awal adalah masa bayi, kemudian berlanjut ke masa
anak-anak, remaja, pemuda/dewasa, tua, manula/lansia. Masing-masing
masa memiliki perkembangan yang berbeda-beda.

Dalam edisi ini, e-Konsel memfokuskan pembahasan tentang masa dewasa.
Selama masa dewasa, orang-orang pada umumnya memiliki tingkat
berpikir, bersosialisasi, dan bertanggung jawab yang lebih baik
daripada masa anak-anak. Pada masa ini, manusia akan mendapatkan
tantangan dan tugas yang menuntut rasa tanggung jawab yang semakin
tinggi. Perkembangan dalam hal apa saja yang terjadi pada masa muda?
Tenang saja, Anda dapat membaca definisi dan proses perkembangan masa
dewasa secara lebih detail di kolom Cakrawala. Semoga dengan membaca
artikel ini, Anda semakin terampil dalam memberikan konseling baik
kepada mereka yang beranjak dewasa, maupun orang tua yang anak-anaknya
mulai memasuki masa dewasa. Selanjutnya, untuk membantu Anda menambah
wawasan dan informasi seputar konseling Kristen, kami menghadirkan
ulasan situs konselor Kristen ke hadapan Anda. Segeralah
bereksplorasi, dan tetaplah bersemangat untuk melayani!

Pemimpin Redaksi e-Konsel,
Sri Setyawati
< setya(at)in-christ.net >
< http://c3i.sabda.org/ >

                 CAKRAWALA: PERKEMBANGAN MASA DEWASA
                    Diringkas oleh: Sri Setyawati

Dalam studi psikologi perkembangan kontemporer atau perkembangan
rentang hidup, wilayah pembahasannya tidak terbatas pada perubahan
perkembangan selama masa anak-anak dan remaja saja, tetapi juga masa
dewasa, tua, hingga meninggal dunia. Hal ini dikarenakan perkembangan
manusia tidak akan berakhir, tetapi terus berkesinambungan.
Perubahan-perubahan badaniah yang terjadi sepanjang hidup,
memengaruhi sikap, proses kognitif, dan perilaku individu. Hal ini
berarti bahwa permasalahan yang harus diatasi juga mengalami perubahan
dari waktu ke waktu sepanjang rentang kehidupan.

Seperti halnya dengan remaja, untuk merumuskan sebuah definisi tentang
kedewasaan tidaklah mudah. Apalagi di setiap kebudayaan yang ada,
masing-masing memiliki ketentuan sendiri untuk menetapkan kapan
seseorang mencapai status dewasa secara formal. Pada sebagian besar
kebudayaan kuno, status ini tercapai jika pertumbuhan pubertas telah
selesai atau setidak-tidaknya sudah mendekati selesai, atau jika organ
kelamin anak telah mencapai kematangan serta mampu berproduksi. Di
Indonesia sendiri, seseorang dianggap mencapai status dewasa jika
sudah menikah, meskipun usianya belum mencapai 21 tahun.

Terlepas dari perbedaan dalam penentuan waktu dimulainya status
kedewasaan tersebut, pada umumnya psikolog menetapkan usia 20-an
sebagai awal masa dewasa dan berlangsung sampai sekitar usia 40-45,
dan pertengahan masa dewasa berlangsung dari usia 40-45 hingga usia
65-an, serta masa dewasa lanjut/masa tua berlangsung dari usia 65-an
sampai meninggal, demikian pandangan dari Robert S. Feldman, penulis
buku "Understanding Psychology".

Berikut ini diuraikan beberapa aspek perkembangan yang terjadi selama
masa dewasa dan usia tua, yang meliputi perkembangan fisik, kognitif,
dan psikososial.

Perkembangan Fisik

Dilihat dari aspek perkembangan fisik, pada awal masa dewasa kemampuan
fisik mencapai puncaknya, dan sekaligus mengalami masa penurunan.
Adapun beberapa gejala penting dari perkembangan fisik yang terjadi
selama masa dewasa, antara lain kesehatan badan, sensor dan
perseptual, serta otak.

1. Kesehatan badan.

Bagi kebanyakan orang, awal masa dewasa ditandai dengan memuncaknya
kemampuan dan kesehatan fisik. Mulai dari usia sekitar 18-25 tahun,
individu memiliki kekuatan yang terbesar, gerak-gerak refleks mereka
sangat cepat. Demikian juga dengan kemampuan reproduksi mereka.
Meskipun pada masa ini kondisi kesehatan fisik mencapai puncak, namun
selama periode ini mereka juga mengalami penurunan keadaan fisik.
Sejak usia 25 tahun, perubahan-perubahan fisik mulai terlihat.
Perubahan-perubahan ini sebagian besar bersifat kuantitatif daripada
kualitatif. Secara berangsur-angsur, kekuatan fisik mengalami
kemunduran, sehingga lebih mudah terserang penyakit.

Bagi wanita, perubahan biologis yang utama terjadi selama masa
pertengahan dewasa adalah perubahan dalam hal kemampuan reproduksi,
menopause, dan hilangnya kesuburan. Bagi laki-laki, proses penuaan
selama masa pertengahan dewasa tidak begitu kentara, karena tidak ada
tanda-tanda fisiologis dari peningkatan usia seperti berhentinya haid
pada perempuan.

2. Perkembangan sensori.

Pada awal masa dewasa, penurunan fungsi penglihatan dan pendengaran
mungkin belum begitu kentara. Pada masa dewasa akhir barulah terlihat
adanya perubahan-perubahan sensori fisik dari panca inderanya.

3. Perkembangan otak.

Mulai masa dewasa awal, sel-sel otak juga berangsur-angsur berkurang.
Akan tetapi, perkembangbiakan koneksi neural, khususnya bagi
orang-orang yang tetap aktif, membantu mengganti sel-sel yang hilang.

Perkembangan Kognitif

Pertanyaan yang paling banyak menimbulkan kontroversi dalam studi
tentang perkembangan rentang hidup manusia adalah apakah kemampuan
kognitif orang dewasa paralel dengan penurunan kemampuan fisik. Pada
umumnya, orang percaya bahwa proses kognitif -- belajar, memori, dan
inteligensi -- mengalami kemerosotan bersamaan dengan terus
berkembangnya usia. Bahkan, ada yang menyimpulkan bahwa usia terkait
dengan penurunan proses kognitif ini juga tercermin dalam masyarakat
ilmiah. Akan tetapi, belakangan ini sejumlah hasil penelitian
menunjukkan bahwa kepercayaan tentang terjadinya kemerosotan proses
kognitif bersamaan dengan penurunan kemampuan fisik, sebenarnya
hanyalah salah satu stereotip budaya yang meresap dalam diri kita.

1. Perkembangan pemikiran postformal.

Sejumlah ahli perkembangan percaya bahwa pada masa dewasa,
individu-individu menata pemikiran operasional mereka. Mereka mungkin
merencanakan dan membuat hipotesis tentang masalah-masalah seperti
remaja, tetapi mereka menjadi sistematis ketika mendekati masalah
sebagai orang dewasa. D.P. Keating, penulis buku "Adolescent
Thinking", mengatakan bahwa ketika orang dewasa lebih mampu menyusun
hipotesis daripada remaja dan menurunkan suatu pemecahan masalah dari
suatu permasalahan, banyak orang dewasa yang tidak menggunakan
pemikiran operasional formal sama sekali. Sementara itu, Gisela
Labouvie-Vief (dalam buku "Understanding Human Behavior", karya
McConnell dan Philipchalk), menyatakan bahwa pemikiran dewasa muda
menunjukkan suatu perubahan yang signifikan. Pemikiran orang dewasa
muda menjadi lebih konkret dan pragmatis.

Secara umum, orang dewasa lebih maju dalam penggunaan intelektualitas.
Pada masa dewasa awal misalnya, orang biasanya berubah dari mencari
pengetahuan menjadi menerapkan pengetahuan, yakni menerapkan apa yang
diketahuinya untuk mencapai jenjang karier dan membentuk keluarga.
Akan tetapi, tidak semua perubahan kognitif pada masa dewasa mengarah
pada peningkatan potensi. Bahkan, kadang-kadang beberapa kemampuan
kognitif mengalami kemerosotan seiring dengan pertambahan usia.
Meskipun demikian, sejumlah ahli percaya bahwa kemunduran keterampilan
kognitif yang terjadi, terutama pada masa dewasa akhir, dapat
ditingkatkan kembali melalui serangkaian pelatihan.

2. Perkembangan memori.

Salah satu karakteristik yang paling sering dihubungkan dengan orang
dewasa dan usia tua adalah penurunan dalam daya ingat. Namun, sejumlah
bukti menunjukkan bahwa perubahan memori bukanlah sesuatu yang pasti
terjadi sebagai bagian dari proses penuaan, melainkan lebih merupakan
stereotip budaya.

3. Perkembangan inteligensi.

Suatu mitos yang bertahan hingga sekarang adalah bahwa menjadi tua
berarti mengalami kemunduran intelektual. Mitos ini diperkuat oleh
sejumlah peneliti awal yang berpendapat bahwa seiring dengan proses
penuaan selama masa dewasa, terjadi kemunduran dalam inteligensi umum.
Hampir semua studi menunjukkan bahwa setelah mencapai puncaknya pada
usia 18 dan 25 tahun, kebanyakan kemampuan manusia terus-menerus
mengalami kemunduran. Witherington dalam bukunya, "Educational
Psychology", menyebutkan 3 faktor penyebab terjadinya kemunduran
kemampuan belajar dewasa.

a. Ketiadaan kapasitas dasar.

Orang dewasa tidak akan memiliki kemampuan belajar bila pada usia
mudanya juga tidak memiliki kemampuan belajar yang memadai.

b. Terlampau lamanya tidak melakukan aktivitas-aktivitas yang bersifat
intelektual.

Orang-orang yang sudah berhenti membaca bacaan-bacaan yang "berat" dan
berhenti melakukan pekerjaan intelektual, akan terlihat bodoh dan
tidak mampu melakukan pekerjaan-pekerjaan semacam itu.

c. Faktor budaya.

Faktor yang dimaksud terutama dengan cara-cara seseorang memberikan
sambutan, seperti kebiasaan, cita-cita, sikap, dan prasangka-prasangka
yang telah mengakar, sehingga setiap usaha untuk mempelajari cara
sambutan yang baru akan mendapat tantangan yang kuat.

Perkembangan Psikososial

Selama masa dewasa, dunia sosial dan personal dari individu menjadi
lebih luas dan kompleks dibandingkan dengan masa-masa sebelumnya. Pada
masa dewasa, individu memasuki peran kehidupan yang lebih luas. Pola
dan tingkah laku sosial orang dewasa berbeda dalam beberapa hal dari
orang yang lebih muda. Perbedaan-perbedaan tersebut tidak disebabkan
oleh peristiwa-peristiwa kehidupan yang dihubungkan dengan keluarga
dan pekerjaan. Selama periode ini, orang melibatkan diri secara khusus
dalam karier, pernikahan, dan hidup berkeluarga. Menurut E.H. Erikson,
penulis buku "Identity: Youth and Crisis", perkembangan psikososial
selama masa dewasa ditandai dengan tiga gejala penting, yaitu
keintiman, generatif, dan integritas.

1. Perkembangan keintiman.

Keintiman dapat diartikan sebagai suatu kemampuan memerhatikan orang
lain dan membagi pengalaman dengan mereka. Menurut Erikson,
pembentukan hubungan intim ini merupakan tantangan utama yang dihadapi
oleh orang yang memasuki masa dewasa. Pada masa dewasa awal,
orang-orang sudah siap dan ingin menyatukan identitasnya dengan orang
lain. Mereka mendambakan hubungan yang intim/akrab, dilandasi rasa
persaudaraan, serta siap mengembangkan daya-daya yang dibutuhkan untuk
memenuhi komitmen-komitmen ini, sekalipun mereka mungkin harus
berkorban.

2. Nilai-nilai cinta.

Selama tahap perkembangan keintiman ini, nilai-nilai cinta muncul.
John W Santrock, penulis buku "Child Development", mengklasifikasikan
cinta menjadi 4: altruisme, persahabatan, cinta yang
romantis/bergairah, dan cinta yang penuh perasaan/persahabatan.
Perasaan cinta pada masa ini lebih dari sekadar gairah/romantisme,
melainkan suatu afeksi -- cinta yang penuh perasaan dan kasih sayang.
Cinta pada orang dewasa diungkapkan dalam bentuk kepedulian terhadap
orang lain. Orang-orang dewasa awal lebih mampu melibatkan diri dalam
hubungan bersama -- hubungan saling berbagi hidup dengan orang lain
yang intim.

3. Pernikahan dan keluarga.

Dalam pandangan Erikson, keintiman biasanya menuntut perkembangan
seksual yang mengarah pada perkembangan hubungan seksual dengan lawan
jenis yang ia cintai, yang dipandang sebagai teman berbagi suka dan
duka. Ini berarti bahwa hubungan intim yang terbentuk akan mendorong
orang dewasa awal untuk mengembangkan genitalitas seksual yang
sesungguhnya dalam hubungan timbal balik dengan mitra yang dicintai.
Kehidupan seks dalam tahap-tahap perkembangan sebelumnya terbatas pada
penemuan identitas seksual dan perjuangan menjalin hubungan-hubungan
akrab yang bersifat sementara. Agar memiliki arti sosial yang menetap,
maka organ genitalia membutuhkan seseorang yang dicintai dan dapat
diajak melakukan hubungan seksual, serta dapat berbagi rasa dalam
suatu hubungan kepercayaan. Di hampir setiap masyarakat, hubungan
seksual dan keintiman pada masa dewasa awal ini diperoleh melalui
lembaga pernikahan.

4. Perkembangan generativitas.

Generativitas adalah tahap perkembangan psikososial yang dialami
individu selama pertengahan masa dewasa. Ciri utama tahap
generativitas adalah perhatian terhadap apa yang dihasilkan dan
pembentukan, serta penetapan garis-garis pedoman untuk generasi
mendatang. Transmisi nilai-nilai sosial ini diperlukan untuk
memperkaya aspek psikoseksual dan aspek psikososial kepribadian.
Apabila generativitas lemah atau tidak diungkapkan, maka kepribadian
akan mundur, mengalami pemiskinan, dan stagnasi.

5. Perkembangan integritas.

Integritas merupakan tahap perkembangan psikososial Erikson yang
terakhir. Integritas paling tepat dilukiskan sebagai suatu keadaan
yang dicapai seseorang setelah memelihara benda-benda, orang-orang,
produk-produk, dan ide-ide, kemudian menyesuaikan diri dengan berbagai
keberhasilan dan kegagalan dalam kehidupannya. Tahap ini dimulai
kira-kira pada usia 65 tahun.

Demikianlah hal-hal yang terjadi pada masa dewasa. Setelah masa dewasa
berakhir, manusia akan mengalami masa tua. Untuk memiliki hidup yang
bermakna pada masa tua, kita sebaiknya menggunakan masa muda kita
untuk melakukan hal-hal positif sesuai kebenaran firman Tuhan.

Diringkas dari:
Judul buku: Psikologi Perkembangan
Judul bab: Perkembangan Masa Dewasa dan Tua
Penulis: Desmita
Penerbit: PT Remaja Rosdakarya, Bandung 2005
Halaman: 233 -- 253

       ULASAN SITUS: AMERICAN ASSOCIATION OF CHRISTIAN COUNSELORS

Situs berbahasa Inggris, American Association of Christian Counselors,
ini merupakan situs yang diluncurkan dan dikelola oleh sebuah Asosiasi
Konselor Kristen di Amerika yang telah memasuki usia 25 tahun. Ada
banyak logo dalam situs ini, yang akan mengarahkan Anda ke alamat
situs-situs organisasi konseling ataupun yayasan konseling di Amerika.

Situs ini sarat dengan informasi seputar dunia konseling Kristen di
Amerika Serikat. Dalam menu-menunya, situs ini menyediakan daftar
jadwal konferensi (Conferences), pembagian topik konseling
(Divisions), pelatihan-pelatihan (Light U Courses), mitra konseling
(Partners), dan bahan-bahan konseling Kristen (Resources). Dalam menu
Resources, tersedia bermacam-macam jurnal dan publikasi tentang
konseling Kristen. Situs ini benar-benar memberikan beragam fasilitas
dan keuntungan yang bisa Anda nikmati. Bahkan, kita juga bisa melacak
pranala-pranala dalam situs ini, dan langsung terhubung dengan banyak
situs konseling Kristen yang lain di Amerika. Beberapa di antaranya
menyediakan bahan-bahan yang bisa diakses secara gratis. Sayangnya,
jika Anda belum menjadi anggota situs ini, Anda tidak bisa mengakses
berbagai bahan yang dimiliki situs ini secara mendetail dan lengkap.
Untuk menjadi anggota pun, ada harga yang harus dibayarkan. Anda ingin
membaca isi situs ini lebih lengkap? Segeralah kunjungi situs ini.
(MDK)

==> < http://www.aacc.net/ >
Tanggal akses: 22 Juli 2011

Kontak: < konsel(at)sabda.org >
Redaksi: Sri Setyawati, Tatik Wahyuningsih, Mahardhika Dicky K., dan
         Davida Welni Dana
(c) 2011 -- Yayasan Lembaga SABDA
< http://www.ylsa.org >
Rekening: BCA Pasar Legi Solo;
No. 0790266579
a.n. Yulia Oeniyati
< http://blog.sabda.org/ >
< http://fb.sabda.org/konsel >
Berlangganan: < subscribe-i-kan-konsel(at)hub.xc.org >
Berhenti: < unsubscribe-i-kan-konsel(at)hub.xc.org >

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org