Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-konsel/255

e-Konsel edisi 255 (16-8-2011)

Merdeka dari Ketakutan

______________________________e-KONSEL________________________________

        Milis Publikasi Elektronik Pelayanan Konseling Kristen
______________________________________________________________________

EDISI 255/AGUSTUS 2011

DAFTAR ISI
CAKRAWALA: TAKUT
TELAGA: ANAK DAN KETAKUTAN
ULASAN BUKU: MENGANTISIPASI STRES DAN PENANGGULANGANNYA

Salam sejahtera,

Setiap orang tentu pernah mengalami ketakutan. Namun demikian,
beberapa orang bisa mengatasinya, sementara yang lain masih terikat
olehnya. Sebenarnya, apa yang membuat kita takut? Apakah kita bisa
merdeka dari ketakutan? Dalam edisi ini, e-Konsel menghadirkan artikel
yang membahas tentang hal-hal yang terkait dengan rasa takut. Selain
itu, Anda juga bisa membaca ulasan buku tentang bagaimana mengatasi
stres. Kiranya sajian kami memberkati Anda.

Pimpinan Redaksi e-Konsel,
Sri Setyawati
< setya(at)in-christ.net >
< http://c3i.sabda.org/ >

                           CAKRAWALA: TAKUT
                     Diringkas oleh: Sri Setyawati

Mungkin 1 dari 9 orang yang pernah melakukan konseling sering kali
meremehkan masalah takut. Padahal, kebanyakan orang sering bergumul
dengan rasa takut -- dalam tingkat dan bentuk yang berbeda-beda. Kita
tidak tahu berapa banyak orang yang merasa takut saat naik elevator,
takut dengan ketinggian, takut mengalami penolakan dalam menjalin
hubungan dengan orang lain, dsb.. Meskipun rasa takut bisa
disembunyikan, rasa itu akan terus menjalar dan mencengkeram.

Rasa takut yang berlebihan dapat "menghancurkan" manusia. Alkitab,
secara khusus memberikan banyak pembahasan tentang hal ini. Bahkan,
dalam banyak kesempatan, Allah menasihati umat-Nya agar "jangan
takut". Mengapa perintah ini diulang terus-menerus? Karena Allah tahu
betapa nyatanya rasa takut itu bagi manusia, dan betapa perlunya kita
diingatkan terus untuk memercayai-Nya di segala situasi dan kondisi.

Transformasi

Mungkin Anda mengerti bagaimana perasaan orang-orang yang terbelenggu
dengan perasaan takut, yang di dalamnya seolah tidak ada jalan keluar.
Anda mungkin juga mengerti seperti apa realitas siksaan yang dialami
oleh orang-orang yang terbelenggu dengan perasaan takut. Betapa
ajaibnya mengetahui bahwa Allah sanggup dan bersedia melepaskan kita
dari setiap penderitaan, serta memampukan kita agar bebas dari rasa
takut. Allah sanggup melakukan transformasi dalam hidup kita.

Macam-Macam Ketakutan

Rasa takut tidak tepat jika digolongkan sebagai penderitaan. Rasa
takut meliputi 3 area, yaitu 2 area positif dan 1 area negatif.

1. Rasa Takut yang Alami.

Allah menempatkan dalam diri seseorang suatu insting pertahanan. Rasa
takut yang alami adalah rasa takut yang muncul sebagai reaksi alami
atas keadaan yang mengancam dan situasi yang mengarah pada bahaya.
Pada saat itu, tubuh memompa adrenalin ke aliran darah, melepaskan
kekuatan fisik dan mental yang besar, untuk menghadapi dan mengatasi
bahaya.

Anda bisa mengingat kembali pengalaman Anda ketika Anda tiba-tiba
waswas dan ada energi yang menolong Anda, atau bahkan menyelamatkan
hidup Anda. Ini adalah rasa takut yang positif. Ini adalah cara
melindungi diri. Namun, jika sikap waswas ini berkecamuk dalam jangka
waktu yang cukup panjang, hal ini bisa mengakibatkan bahaya terhadap
sistem fisik. Bahkan, ada kesempatan timbulnya rasa takut yang lain,
yang disebut rasa takut yang benar.

2. Rasa Takut yang Benar.

Rasa takut ini juga untuk menyelamatkan nyawa. Alkitab menyebutnya
"takut akan Tuhan". Rasa ini muncul karena kekaguman, ketakjuban, dan
penghormatan akan Tuhan. Rasa takut ini seharusnya memenuhi hati semua
orang setelah mengakui kebesaran Sang Pencipta alam semesta. Allah
adalah Pencipta. Dialah yang menopang segala sesuatu. Dialah Allah
yang adil, yang menghakimi semua orang menurut perbuatannya.

Pertemuan Pribadi

Hanya setelah kita menyerahkan diri kepada Yesus Kristus, Putra Allah,
sebagai Tuhan dan Juru Selamat, kita bisa memiliki rasa takut akan
Allah. Dengan memohon pengampunan dari Allah, kita dimampukan-Nya
hidup dalam takut akan Allah. Rasa takut akan Allah akan terus
bertambah seiring pertumbuhan kita di dalam Dia. Mazmur 33:8
mengatakan "Biarlah segenap bumi takut kepada TUHAN, biarlah semua
penduduk dunia gentar terhadap Dia!" Berdirilah "dengan gentar
terhadap Dia"! Apakah ini respons kebanyakan manusia? Alkitab
mengajarkan kepada kita, "Takut akan TUHAN itu suci,"(Mazmur 19:9);
"Permulaan hikmat adalah takut akan TUHAN," (Mazmur 111:10); "Takut
akan TUHAN ialah membenci kejahatan," (Amsal 8:13); dan "Takut akan
TUHAN adalah sumber kehidupan..." (Amsal 14:27) Saat membaca ayat-ayat
ini, Anda mungkin berharap bisa benar-benar takut akan Allah. Nabi
Yesaya, ketika menyatakan tentang kedatangan Mesias, menubuatkan bahwa
"Roh TUHAN akan ada padanya, roh hikmat dan pengertian, roh nasihat
dan keperkasaan, roh pengenalan dan takut akan TUHAN; ya,
kesenangannya ialah takut akan TUHAN. Ia tidak akan menghakimi dengan
sekilas pandang saja atau menjatuhkan keputusan menurut kata orang."
(Yesaya 11:2-3)

3. Rasa Takut yang Merugikan.

Dalam Yeremia 49:24, nabi Yeremia berkata: "Damsyik telah menjadi
lemah semangat, berpaling untuk lari, kegemparan telah mencekam dia,
kesesakan dan sakit beranak telah menggenggam dia seperti seorang
perempuan yang sedang melahirkan."

Dalam bahasa Ibrani kata takut digambarkan sebagai sesuatu yang
"mengikat dan membelenggu". Rasa takut mengakibatkan kesengsaraan.
Kesengsaraan secara pikiran dan emosi ini, akan membelenggu kita jika
kita tidak berada di dalam Kristus. Namun, dengan menerima Yesus ke
dalam hidup kita, tidak berarti kita secara otomatis terbebas dari
semua belenggu serangan. Kita harus merebut apa yang telah Kristus
bayarkan bagi kita melalui kematian dan kebangkitan-Nya. Saat kita
belajar bekerja sama dengan Roh Allah, kita bisa menemukan realitas
kemerdekaan dari ketakutan, dari segala penderitaan jiwa, dan tubuh.
Allah menginginkan kita bisa bebas dari rasa takut yang merugikan.

Ketahuilah Kebutuhan Kita

Langkah pertama untuk mendapatkan kebebasan dari rasa takut adalah
dengan menyadari bahwa kita terbelenggu oleh rasa takut, dan kita
membutuhkan pertolongan. Jika kita tidak mau menyadari kebutuhan kita,
kita tidak akan dapat memperoleh kebebasan. Coba kita perhatikan kisah
Bartimeus dalam Lukas 18:40-42. Mengapa Yesus bertanya kepadanya, "Apa
yang kaukehendaki supaya Aku perbuat bagimu?" Yesus tentu saja tahu
apa yang menjadi kebutuhan Bartimeus, tetapi Dia ingin mendengar
pengakuan dari bibir Bartimeus sendiri. "Tuhan, supaya aku dapat
melihat!" Setelah itu, Yesus segera menyembuhkannya.

Meskipun kita sulit untuk berterus terang tentang apa yang kita
takutkan, cobalah untuk mengakuinya. Jujurlah pada diri sendiri dan
orang lain, kita membutuhkan pertolongan. Sering kali saat konseli
datang kepada konselor, dia tidak mau mengatakan apa yang seharusnya
dikatakan. Mereka hanya menceritakan masalah di permukaan, tanpa mau
menceritakan masalah yang sebenarnya. Hal ini sering terjadi karena
adanya rasa takut dan rasa malu. Syukurlah, Roh Kudus itu penuh
kemurahan dan berkenan menyingkapkan kebutuhan kita, serta memberikan
pertolongan.

Setelah kita mengetahui inti masalah kita dan bagaimana roh ketakutan
memasuki kehidupan kita, penting bagi kita untuk mengetahui bagaimana
berjalan dalam kemerdekaan Allah. Allah menghendaki kita semua bebas
dari rasa takut. Namun, kita harus ingat bahwa iblis akan selalu
mencari cara untuk mendapatkan keuntungan dalam setiap "situasi yang
menakutkan" yang terjadi dalam kehidupan kita. Ingatlah pula bahwa
selama kita hidup di dunia, kita tidak akan bebas dari serangan musuh.
Oleh karena itu, belajar bagaimana kita bisa bebas hanyalah satu hal
yang perlu kita miliki. Sedangkan belajar bagaimana menjaga diri agar
tidak dikuasai rasa takut adalah hal yang lebih penting.

Langkah-Langkah Agar Bebas dari Rasa Takut

1. Bebaskan diri dari roh takut.

Kita harus menyadari rasa takut yang kita alami lalu mengatasinya.
Jika tidak, seberapa pun kerasnya usaha kita untuk tetap berjalan
bersama Allah, kita tetap saja akan terjatuh lagi, dan lagi, dan lagi
dalam jerat musuh. Jadi, jika kita tidak mau menghadapi dan melawan
rasa takut saat kita diperintahkan untuk melakukannya, kita pasti akan
hidup dalam ketidakberdayaan.

2. Peliharalah hubungan dengan Yesus Kristus.

Menerima Kristus sebagai Tuhan dan Juru Selamat merupakan awal
perjuangan. Kita harus terus bertumbuh secara rohani, agar kita
dimampukan untuk terus melawan serangan musuh dan memperoleh
kemenangan. Kita bisa mengalami pertumbuhan di dalam Kristus dengan
cara membaca Alkitab secara teratur dan merenungkannya, menjalin
hubungan yang intim dengan Dia melalui doa dan penyembahan, bersekutu
dengan saudara-saudara seiman, taat melakukan perintah-perintah Allah,
serta hidup sesuai dengan hukum dan prinsip Kerajaan Allah (Roma
14:71).

3. Kenakan senjata Allah.

Efesus 6:13 menyebutkan, kenakan seluruh perlengkapan senjata Allah
untuk melawan serangan musuh. Senjata kita bukanlah senjata secara
lahiriah, tetapi senjata rohani; yang tidak terlihat. Dengan
mengenakan seluruh perlengkapan senjata Allah siang dan malam, kita
mampu bertahan dan melawan serangan setan. Bagaimana caranya? Katakan
bahwa kita adalah milik Kristus, nyatakan kemenangan kita karena
Kristus, dan di dalam Kristus kita kuat, terlindung, benar, penuh
dengan damai sejahtera, dan dijagai oleh Firman-Nya.

4. Dipenuhi Roh Kudus.

Dipenuhi oleh Roh Kudus bukan pilihan namun kebutuhan (Efesus 5:18).
Kita harus hidup sesuai dengan Firman Tuhan dan menang atas setan.
Setelah kita dipenuhi Roh Kudus, kita pasti bisa melawan setan dan
menang.

5. Berjaga-jagalah senantiasa.

Seperti seorang prajurit, sebagai orang Kristen kita juga harus
senantiasa berjaga-jaga. Firman-Nya berkata, "Sadarlah dan
berjaga-jagalah! Lawanmu, si Iblis, berjalan keliling sama seperti
singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya!"
(1 Petrus 5:8) Kuasai pikiran Anda, karena pikiran adalah titik utama
yang menjadi sasaran dan pintu masuk iblis.

6. Memuji Tuhan.

Puji-pujian adalah senjata penting untuk melawan ketakutan. Selain
sebagai persembahan, puji-pujian juga memiliki kuasa yang membebaskan
(Ibrani 13:15 dan Kisah Para Rasul 16:25-26).

7. Berhentilah berbuat dosa.

Apa yang kita tabur akan kita tuai. Jika kita menabur dosa, kita akan
menuai penderitaan dan kebinasaan. Jadi, jika kita sudah berbuat dosa,
segeralah mengakuinya dan bertobat.

8. Nyatakan kemerdekaan.

Pengakuan bahwa kita sudah bebas di dalam Kristus, berfungsi seperti
tembok perlindungan dari serangan setan. Nyatakan kemerdekaan kita
dengan iman, meskipun saat ini kita sedang berjuang.

9. Berpusatlah pada Kristus.

Allah adalah Pencipta dan Sumber kehidupan kita. Oleh karena itu, kita
membutuhkan Yesus sekarang dan selamanya. Dengan berserah dan melayani
Dia, kita mewarisi Kerajaan Allah dan mengalami damai sejahtera-Nya
(Filipi 4:7). (t/Setya)

Diterjemahkan dan diringkas dari:
Judul buku: Fear Free
Judul bab: The Reality of Fear, Types of Fear, dan Walking Fear Free
Penulis: Graham Powell
Penerbit: Sovereign World Ltd, Chichester 1987
Halaman: 7 -- 19 dan 133 -- 147

                       TELAGA: ANAK DAN KETAKUTAN

Adakalanya orang tua bingung melihat perubahan sikap anak yang tiba-
tiba menjadi sangat ketakutan. Apa yang terjadi dan apa yang dapat
dilakukan orang tua?

Penyebab Ketakutan dan Penanganannya

1. Anak melihat dunia sekitarnya dengan mata yang berbeda dari orang
dewasa. Acap kali, apa yang menjadi ketakutan orang tua bukanlah apa
yang menjadi ketakutan anak. Kadang anak mengalami teguran dari orang
asing dan ini cukup untuk membuatnya ketakutan. Atau, anak melihat
orang tua sakit dan ia mengembangkan ketakutan kalau-kalau orang tua
akan meninggal. Itu sebabnya, orang tua perlu memberi penjelasan
terhadap peristiwa yang tidak dimengerti oleh anak, agar ia tidak
menarik kesimpulan yang keliru atau irasional.

2. Anak memiliki fantasi yang aktif dan rentan terhadap ketakutan,
sebab bukankah ketakutan sering kali muncul dari sesuatu yang
dibayangkan? Anak dapat membayangkan sesuatu yang mengerikan dari film
yang ditontonnya atau buku yang dibacanya. Itu sebabnya, anak harus
dilindungi dari kisah-kisah yang menyeramkan, sebab apa yang telah
terekam akan sukar dihapus dari memorinya.

3. Relasi orang tua yang tidak stabil dan rawan konflik juga
berpotensi menciptakan ketakutan pada anak. Ia takut kehilangan orang
tuanya dan ia takut menyaksikan pertengkaran mereka. Itu sebabnya,
orang tua perlu membereskan pernikahannya dan berupaya keras
melindungi anak dari konflik antara mereka.

4. Penolakan teman di sekolah atau lingkungan juga dapat membuat anak
ketakutan. Teman menolak melalui pelbagai cara misalnya, ejekan,
ancaman, atau pengucilan. Penolakan dari teman-temannya atas berbagai
alasan, misalnya perbedaan fisik dan kelemahan tertentu. Alhasil, anak
hidup penuh dengan ketakutan karena membayangkan perjumpaan dengan
teman-teman. Itu sebabnya, orang tua perlu menjalin komunikasi yang
baik dengan anak tanpa menyalahkannya, agar ia berani bercerita
tentang lingkungannya.

5. Tekanan akademik yang membuat anak malu atau gagal juga bisa
menciptakan ketakutan. Ketidakmampuan dan ketidakberdayaan merupakan
perasaan yang menakutkan. Itu sebabnya, orang tua harus peka dengan
kondisi anak, agar tidak memaksakan anak masuk ke sekolah yang
memiliki tuntutan di atas kemampuan anak.

Firman Tuhan: "Takut akan Tuhan adalah didikan yang mendatangkan
hikmat." (Amsal 15:33)

Anak perlu dididik untuk takut akan Tuhan dan berani menghadapi apa
pun. Ketakutan dihilangkan melalui pendampingan atau penyertaan. Jadi,
didik anak untuk selalu ingat bahwa Tuhan menyertainya.

Diambil dari:
Nama situs: TELAGA.org
Alamat URL: http://telaga.org/audio/anak_dan_ketakutan
Judul transkrip: Anak dan Ketakutan (T156A)
Penulis: Pdt. Dr. Paul Gunadi
Tanggal akses: 23 Juni 2011

        ULASAN BUKU: MENGANTISIPASI STRES DAN PENANGGULANGANNYA

Judul buku: Mengantisipasi Stres dan Penanggulangannya
Judul asli: --
Penulis/Penyusun: E. P. Gintings
Penerjemah: --
Editor: Sulistyani
Penerbit: Yayasan ANDI, Yogyakarta 1999
Ukuran buku: 12 x 19 cm
Tebal: 74 halaman
ISBN: --
Buku Online: --
Download: --

Stres. Inilah kata yang sering diucapkan orang jika mengalami tekanan,
banyak tugas yang harus dikerjakan, kerepotan mengasuh anak, dll..
Sebagai orang Kristen, kita memang tidak kebal dengan stres. Tetapi,
hal ini tidak berarti bahwa kita tidak bisa mengatasinya. Apakah yang
harus kita lakukan untuk mengelola stres, supaya kita tetap bisa
memiliki damai sejahtera?

Buku karangan Pdt. E. P. Gintings, "Mengantisipasi Stres dan
Penanggulangannya" hadir untuk membantu Anda dalam mengatasi stres.
Melalui buku ini, Anda bisa mendapatkan pengertian stres, hubungan
stres dengan peristiwa hidup sehari-hari, hubungan stres dan kebutuhan
hidup, hingga cara-cara mengatasi stres sesuai ajaran firman Tuhan.
Meskipun buku ini sudah terbit 12 tahun yang lalu, namun penjabarannya
masih relevan dengan permasalahan manusia yang terjadi saat ini.
Selain mengambil referensi dari buku-buku yang pernah ditulisnya,
penulis juga menggunakan beberapa buku dari penulis lain dalam
menguraikan buah pikirannya. Dari segi bahasa, buku ini tidak terlalu
kaku, penjelasannya pun bersifat lugas dan tegas. Karena penulis
adalah seorang yang mengerti bahasa Karo [bahasa yang digunakan oleh
suku Karo yang mendiami Dataran Tinggi Karo (Kabupaten Karo), Langkat,
Deli Serdang, Dairi, Medan, hingga ke Aceh Tenggara di Indonesia,
Red], beberapa istilah Karo juga digunakan dalam buku ini. Secara
garis besar, melalui buku ini, penulis mengajak para pemimpin gereja
dan pelayan-pelayan gereja untuk lebih sungguh-sungguh memelihara
"kesehatan mental" jemaat dengan pelayanan khotbah dan aksi nyata yang
benar dan penuh kasih.

Pdt. E. P. Gintings adalah seorang pendeta sekaligus penulis.
Karya-karya tulisnya yang lain adalah "Keluarga Kristen" (bahasa
Karo), "Kamus Karo - Indonesia", "Khotbah dan Pengkhotbah", dan
beberapa buku lainnya.

Peresensi: Sri Setyawati

Kontak: < konsel(at)sabda.org >
Redaksi: Sri Setyawati, Tatik Wahyuningsih, dan Davida Welni Dana
(c) 2011 -- Yayasan Lembaga SABDA
< http://www.ylsa.org >
Rekening: BCA Pasar Legi Solo;
No. 0790266579
a.n. Yulia Oeniyati
< http://blog.sabda.org/ >
< http://fb.sabda.org/konsel >
Berlangganan: < subscribe-i-kan-konsel(at)hub.xc.org >
Berhenti: < unsubscribe-i-kan-konsel(at)hub.xc.org >

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org