Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-konsel/227

e-Konsel edisi 227 (1-2-2011)

Kasih Allah adalah Inti Kehidupan Kristen


______________________________e-KONSEL________________________________

        Milis Publikasi Elektronik Pelayanan Konseling Kristen
______________________________________________________________________

EDISI 227/FEBRUARI 2011

DAFTAR ISI
CAKRAWALA: MENERIMA DAN MEMBERIKAN KASIH ALLAH
ULASAN SITUS: CHRISTIAN COUNSELING CENTERS (C3)

Salam kasih,

Seperti para Pelanggan ketahui, setiap tahun pada bulan Februari,
e-Konsel selalu mengusung tema khusus bernuansa kasih untuk ikut
meramaikan Hari Kasih Sayang (Valentine`s Day). Demikian juga tahun
ini, selama bulan Februari, e-Konsel akan menyajikan hal-hal seputar
kasih, baik kasih kepada Allah maupun sesama.

Pada edisi pertama Februari, Anda akan disuguhi artikel menarik
tentang kasih Allah sebagai inti kehidupan Kristen. Selain itu,
disajikan juga informasi dari sebuah situs konseling Kristen yang
patut Anda kunjungi. Selamat menyimak sajian kami!

Pimpinan Redaksi e-Konsel,
Sri Setyawati
< setya(at)in-christ.net >
< http://c3i.sabda.org/ >

            CAKRAWALA: MENERIMA DAN MEMBERIKAN KASIH ALLAH

Kasih Allah adalah motivasi utama bagi pertumbuhan dan perubahan.
Menerima kasih Allah dan menaati "hukum yang terutama" (Matius 222:36)
adalah landasan utama dalam bimbingan maupun konseling.

Dalam bimbingan/konseling, kasih Allah menjadi kunci pertolongan dan
kekuatan. Kasih Allah menjadi alasan kita mengasihi Allah. Jika kita
meminta konseli kita untuk mengasihi Allah tanpa kita memercayai dan
menerima kasih Allah, konseli kita mungkin akan jatuh ke dalam
kedagingan. Ia berusaha mengasihi Allah supaya Allah mengasihinya.
Kasih Allah yang diberikan dengan berbagai cara dan ditunjukkan secara
dramatis melalui pengorbanan Kristus, menembus kegelapan
ketidakpercayaan.

Allah benar-benar mengenal dan mengasihi kita. Kasih-Nya tidak
bersifat sentimental atau berubah-ubah, melainkan dapat diandalkan dan
setia. Bila seseorang sadar bahwa dia dikasihi Allah dan orang lain,
ia akan lebih menurut kepada pimpinan Roh Kudus daripada hidup menurut
daging. Memercayai dan menerima kasih Allah penting sekali bagi
kehidupan Kristen. Ketika mengajarkan kasih Allah, pembimbing/konselor
harus menekankan segi-segi sifat Allah yang perlu diketahui oleh
konseli. Kasih Allah sanggup menopang, menguatkan, dan menjelaskan
setiap segi dari sifat-Nya. Pengajaran tentang kasih-Nya akan meliputi
pengajaran tentang kedaulatan, kekuasaan, kasih karunia, rahmat,
pengampunan, kesabaran, dan kelemah-lembutan-Nya. Konseli perlu
mengetahui dan mengalami kasih Allah melalui iman.

Banyak orang menderita karena memunyai konsep yang salah tentang
Allah. Ia tidak dapat mengalami kasih karunia-Nya. Ada orang berusaha
mendapatkan kasih-Nya, ada pula yang memandang diri sendiri dan merasa
tidak layak mendapat kasih-Nya. Mereka tidak mengerti bahwa mereka
dikasihi karena kasih karunia, bukan karena perbuatan baik --
berdasarkan salib Yesus dan bukan kebajikan pribadi mereka sendiri.
Ada juga yang menyalahkan Allah atau orang lain dalam jangka waktu
yang lama sehingga mereka menuntut bukti akan kasih Allah dalam
situasi dan perasaan mereka. Padahal dengan begitu, mereka menjadi
hakim terhadap Allah, dan meskipun mereka takut akan kuasa-Nya, mereka
tidak percaya bahwa Ia dapat dipercaya. Orang-orang seperti itu, hidup
dalam ikatan ketidakpercayaan dan telah menganggap diri mereka sendiri
sebagai allah. Mereka tidak memahami bahwa kasih Allah tidak akan
melanggar kehendak-Nya, yang selalu baik dan sempurna. Tidak seorang
pun dapat mengerti kasih Allah dengan melihat diri sendiri atau
situasinya. Cara yang paling efektif untuk melihat dan memercayai
kasih Allah ialah dengan memandang salib Kristus (Roma 5:6-8).

Kasih Allah begitu besar sehingga Ia bersedia membayar lunas harga
dosa manusia untuk menyampaikan dan menyatakan kasih-Nya dan hidup-Nya
kepada umat manusia. Kasih merupakan kebenaran yang terpenting bagi
orang Kristen; meskipun demikian, kata kasih telah dirusak dan
diperlemah. Karena itu, orang Kristen perlu memandang kasih secara
terus menerus sesuai dengan ajaran Alkitab dan penyataan kasih Allah
yang ditunjukkan melalui Yesus. Kasih alkitabiah jauh dari paham
sentimental. Kasih alkitabiah berkuasa dan lembut. Inilah kasih yang
tidak akan menyimpang dari kebenaran atau keadilan dan kebajikan.
Gambaran terlengkap tentang kasih dalam Alkitab terdapat di 1 Korintus
13. Gambaran ini merupakan gambar paling tepat bagi Yesus dan
kehidupan Roh Kudus yang mendiami seorang konselor/pembimbing sehingga
memunyai kasih yang sama. Kasih seperti inilah yang seharusnya
dimiliki oleh seorang konselor Kristen. Selain itu, semua bimbingan
harus sedapat mungkin cocok dengan gambaran kasih ini. Sebab, kasih
semacam ini memberikan kehidupan kepada orang yang dibimbing. Ketika
kasih seperti ini diberikan kepada konseli oleh Tuhan dan konselor,
dan saat kasih itu diterima oleh konseli maka perubahan akan terjadi.
Hasilnya, konseli akan bertumbuh secara emosional dan rohani
sedemikian rupa sehingga mencerminkan Allah dan menghadapi tantangan
hidup.

Karena kasih Allah merupakan segi kehidupan Kristen yang begitu
penting dan mendalam, konselor perlu menghabiskan banyak waktu untuk
berdoa bagi konselinya agar ia mengenal, memercayai, dan menerima
kasih Allah. Seperti nasihat Paulus bagi jemaat Efesus
(Efesus 3:14-19).

Kasih Allah mengalir melalui salib Kristus supaya manusia dapat masuk
kembali ke dalam hubungan yang dimaksudkan Allah dan supaya Ia dapat
masuk ke dalam kehidupan seseorang untuk memberikan kepada orang itu
segi-segi dari sifat-Nya, yakni kesucian, kebajikan, kebenaran, iman,
tanggung jawab moral, kasih, pengampunan, dan belas kasihan. Suatu
pengertian tentang sifat Allah merupakan langkah awal dalam mengenal
Dia, mengalami kasih dan kehidupan-Nya, menjadi saluran bagi
sifat-Nya, dan bertumbuh menjadi serupa dengan Dia. Hanya kasih Allah
yang dapat membalikkan akibat kejatuhan dalam dosa dan memampukan
manusia untuk percaya kepada-Nya, bertindak secara bertanggung jawab
sesuai dengan iman kepada-nya dan mengasihi Allah dalam ketaatan.

Menaati Hukum yang Terutama

Karena hubungan kasih dengan Allah merupakan inti kekristenan, kasih
kepada Allah merupakan tanggapan yang terpenting. Kasih kepada Allah
merupakan dorongan kekuatan hidup sesuai dengan kehendak Allah. Untuk
itu, "hukum yang terutama" adalah pusat bagi bimbingan
alkitabiah/konseling Kristen.

"Hukum yang terutama" didasarkan pertama-tama pada kasih Allah bagi
manusia. Rasul Yohanes menulis, "Inilah kasih itu: Bukan kita yang
telah mengasihi Allah, tetapi Allah yang telah mengasihi kita dan yang
telah mengutus Anak-Nya sebagai pendamaian bagi dosa-dosa kita" (1
Yohanes 4:10). Hukum untuk mengasihi Allah menetapkan respons orang
percaya terhadap kasih Allah. Pilihan perubahan yang mendasar dan
hakiki bagi orang Kristen adalah memberi respons secara aktif terhadap
kasih Allah dengan memercayai kasih-Nya dan dengan mengasihi Allah
dengan segenap kehidupannya, termasuk pikiran, perasaan, dan tindakan.
Manusia diciptakan bagi hubungan kasih dengan Allah dan agar menjadi
saluran kasih satu kepada yang lain. Sebelum seseorang bergerak dalam
hubungan ini, ia tidak akan mengalami keharmonisan dengan hidupnya
sendiri.

Mengasihi Allah itu lebih daripada sekadar tanggapan emosional dari
perasaan mengasihi. Mengasihi adalah suatu aktivitas yang melibatkan
seluruh pikiran, kehendak, hati, dan kekuatan seseorang. Oleh karena
itu, perlu dipraktikkan setiap saat. Dalam membicarakan cara-cara
seseorang mengasihi Allah, konselor pertama-tama perlu menekankan
pentingnya beriman dan menaruh percaya kepada Allah. Tanpa iman,
seseorang tidak akan berkenan kepada Allah (Ibrani 11:6). Sementara
itu, kasih akan Allah dinyatakan melalui keinginan untuk menaati
kehendak-Nya. Kasih Allah benar-benar suatu sumber kehidupan dan kuasa
ilahi yang memampukan orang percaya untuk hidup sesuai dengan tujuan
Allah menciptakan dia -- dalam hikmat, penyerahan kepada Allah,
kerendahan hati, kuasa, iman, pengharapan, dan kasih. Di dalam
tanggapan inilah timbul penyerahan diri. Yesus memberikan hidup-Nya
kepada setiap orang percaya karena kasih. Maka dari itu, sebagai
tanggapan terhadap kasih itu, orang-orang percaya sepatutnya
menyerahkan dirinya kepada Allah (Roma 12:1-2).

Pemberian dan penerimaan seperti itu menyebabkan timbulnya perubahan.
Ketika seorang percaya menyerahkan dirinya kepada Roh Kudus, ia
semakin lama semakin serupa dengan Yesus (Matius 16:24-25). Kasih akan
Allah mungkin juga dinyatakan melalui sikap menghormati Dia sebagai
Allah, lebih memercayai Dia dibanding siapa pun dan apa pun. Satu cara
praktis lain dari mengasihi Allah yaitu dengan berterima kasih
kepada-Nya. Ajaklah konseli untuk mendaftarkan semua hal yang patut
disyukuri. Dengan begitu, kita akan dibawa dari keadaan-keadaan yang
sukar dan negatif pada perspektif yang suci. Dengan mendekat kepada
Allah kita bisa merasakan kehadiran-Nya yang sangat berharga dan
mensyukuri kebaikan-Nya.

Cara mengasihi Allah yang paling mendasar adalah tinggal di dalam Dia,
bergantung kepada-Nya sebagai sumber kehidupan dan pelayanan, dan
memilih untuk tidak bertingkah laku lepas dari Dia. Mengabaikan hidup
Allah dalam diri seorang percaya sama saja dengan melakukan
ketidakadilan yang sangat besar terhadap Dia, tetapi hidup dalam
persekutuan dengan kehadiran-Nya sama dengan mengasihi-Nya.
Kebergantungan kepada Tuhan menunjukkan kerendahan hati, sikap seperti
itu berarti lebih mengakui dan memuliakan Allah daripada mengakui
dirinya. Ketika seorang pembimbing/konselor mengajarkan
prinsip-prinsip ini untuk mengasihi Allah, ia akan mampu menyesuaikan
prinsip-prinsip tersebut dengan bidang-bidang kebutuhan konseli.
Meskipun sebagian konseli bertindak menurut kemauan dirinya karena
memunyai kepribadian yang kuat, yang lain berbuat demikian karena
mereka tidak mengerti prinsip-prinsip hidup dalam Roh dan hubungan
kebergantungan kepada Tuhan adalah proses bertahap yang berkembang
dengan pengalaman.

Cara membimbing konseli agar bisa mengasihi Allah adalah dengan
memercayai kasih-Nya, sekalipun perasaan mereka tidak menegaskan kasih
itu. Perasaan tidak selalu seiring dengan kebenaran kasih Allah yang
konstan. Karena itu, seorang konselor boleh menyarankan bahwa
mengingat kenyataan kasih Allah dan memberi tanggapan terhadap
kebenaran itu akan menguatkan kemampuan orang itu untuk menerima kasih
Allah maupun untuk membalas kasih-Nya. Cara lain bagi konseli untuk
menegaskan hubungan kasih adalah menceritakan kepada orang lain
tentang kesetiaan, kebaikan, dan kasih Allah dalam kehidupan
pribadinya. Sebenarnya, seorang pembimbing/konselor boleh bertanya,
"Dalam cara-cara apakah Allah telah menunjukkan kasih-Nya kepada Anda
selama akhir minggu ini?"

Akhirnya, memercayai dan menaati Allah adalah tanda-tanda mengasihi
Allah yang sangat penting. Ketaatan yang benar sebenarnya adalah hasil
dari hubungan kasih (Yohanes 14:21). Meskipun Allah mengasihi lebih
dulu, respons ketaatan seorang Kristen membuat kasih terus mengalir.
Allah tidak pernah berhenti mengasihi, namun ketaatan memampukan
seseorang untuk terus menerima kasih Allah. Karena itu, ketaatan
adalah suatu tindakan kasih yang ditujukan kepada Allah.

Seorang konselor sebaiknya menganjurkan ketaatan atas dasar kasih
Allah dan atas kebenaran bahwa prinsip-prinsip Allah adalah bagi
kebaikan seseorang. Semua hukum Allah adalah baik. Semua kebaikan dan
kebenaran berasal dari kasih Allah dan mengalir melalui kasih
seseorang kepada Allah dan sesama. Kasih adalah motivasi bagi ketaatan
kepada Allah dan ketaatan kepada Allah adalah tindakan kasih.

Diringkas dari:
Judul asli buku: How To Counsel From Scripture
Judul buku terjemahan: Bimbingan Berdasarkan Firman Allah
Judul asli artikel: Menerima dan Memberikan Kasih
Penulis: Martin dan Deidre Bobgan
Penerjemah: Dra. Tan Giok Lie
Penerbit: Yayasan Kalam Hidup, Bandung 1996
Halaman: 159 -- 167

           ULASAN SITUS: CHRISTIAN COUNSELING CENTERS (C3):
                TEMPATNYA KONSELING KRISTEN ONLINE
             < http://www.christiancounseling.net/ >

Christian Counseling Centers (C3) adalah sebuah situs konseling
Kristen yang bersifat interdenominasi dan tidak berorientasi pada
keuntungan. C3 didirikan oleh Jonathan "Sunny" Arnold, Ph.D. di
Kalifornia Utara pada tahun 1983. Situs ini dibentuk untuk menyediakan
pelayanan komprehensif dan efektif yang terintegrasi dengan
kepercayaan dan nilai-nilai kekristenan melalui media internet.

Sekilas, menu dalam situs ini tidak tampak istimewa, namun jika
ditelusuri lebih lanjut isinya cukup padat dan berbobot. Dengan
mengakses situs ini Anda dapat memperoleh artikel-artikel dengan
topik-topik seputar konseling dan psikoterapi yang berakar pada
kebenaran Alkitab dan etik, termasuk program pendidikan yang
ditawarkannya dan rekaman audio. Bagi Anda yang saat ini berada di
Amerika, Anda bisa menemukan beberapa alamat kantor C3 yang bisa Anda
kunjungi melalui situs ini. Bagi Anda yang tidak berada di Amerika pun
tidak perlu kecewa, Anda tetap bisa melakukan konseling via email.
Sayangnya, situs ini tidak memiliki pilihan bahasa selain bahasa
Inggris. Anda ingin berkonseling? Cobalah kunjungi situs ini. (SN)

Kontak: < konsel(at)sabda.org >
Redaksi: Sri Setyawati, Tatik Wahyuningsih, Samuel Njurumbatu, dan
         Yulia Oeniyati
(c) 2011 -- Yayasan Lembaga SABDA
< http://www.ylsa.org >
Rekening: BCA Pasar Legi Solo;
No. 0790266579
a.n. Yulia Oeniyati
< http://blog.sabda.org/ >
< http://fb.sabda.org/konsel >
Berlangganan: < subscribe-i-kan-konsel(at)hub.xc.org >
Berhenti: < unsubscribe-i-kan-konsel(at)hub.xc.org >

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org