Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-konsel/71

e-Konsel edisi 71 (16-9-2004)

Seks Pra Nikah

><>                Edisi (071) -- 15 September 2004               <><

                               e-KONSEL
*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*
        Milis Publikasi Elektronik Pelayanan Konseling Kristen
*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*

Daftar Isi:
    - Pengantar         : Perubahan Pandangan Masyarakat tentang Seks
    - Cakrawala         : Seks Pra Nikah
    - TELAGA            : Seks dalam Berpacaran
    - Bimbingan Alkitab : Seks: Sebelum dan Sesudah Menikah
    - Stop Press        : Ralat Info e-Konsel Edisi 070/2004
    - Surat             : Masukan untuk Koreksi

*REDAKSI -*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*- REDAKSI*

                    -*- PENGANTAR DARI REDAKSI -*-

  Apa kabar pembaca e-Konsel? Seperti biasanya, setiap tanggal 15,
  e-Konsel hadir dengan setia di mailbox Anda. Kali ini, kami hadir
  untuk melengkapi tema bulan September dengan topik bahasannya
  SEKS PRA NIKAH.

  Topik yang kami sajikan saat ini, memang selalu menjadi sorotan
  masyarakat pada umumnya, terutama sekali karena budaya kita
  merupakan budaya timur, yang menganggap tabu segala hal yang
  berhubungan dengan seks. Namun demikian, dekade terakhir ini keadaan
  sudah berubah. Tayangan-tayangan televisi dan film-film yang
  beredar, justru mendorong kita untuk tidak lagi mengindahkan norma-
  norma lama yang ada. Tapi yang lebih parah lagi, saat ini, rupanya
  seks sudah dianggap sebagai hal yang biasa bagi pasangan yang belum
  menikah.

  Lalu, bagaimana kita sebagai orang Kristen harus menyikapi perubahan
  yang sangat drastis ini? Kami akan segera membawa Anda untuk
  mendapatkan jawabannya di sajian e-Konsel Edisi 071/2004 ini!

  Selamat membaca dan Tuhan memberkati!

  Redaksi


*CAKRAWALA *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* CAKRAWALA*

                        -*- SEKS PRA NIKAH -*-

  Beberapa tahun terakhir ini, persepsi masyarakat terhadap seks telah
  mengalami perkembangan (perubahan) yang drastis. Perilaku seks telah
  beranjak dari posisi nilai moral menjadi budaya. Dengan kata lain,
  jika sebelumnya seks sarat dengan kaidah moral, sekarang seks telah
  merambah ke segala penjuru kehidupan sebagai gaya hidup yang nihil
  moralitas. Seks, yang pada mulanya diidentikkan dengan cinta dan
  pernikahan, sekarang lebih diasosiasikan dengan suka dan kencan
  belaka. Salah satu ruang kehidupan yang telah dimasuki oleh perilaku
  seks adalah masa berpacaran. Seks bukan lagi pergumulan yang harus
  dilawan dan dimenangkan pada masa berpacaran, namun seks telah
  menjadi salah satu agenda dalam berpacaran, sama seperti budaya
  mencium yang kita kenal sampai dua dasawarsa yang lalu. Dewasa ini,
  seks telah menggantikan tempat berpegangan tangan dan berciuman
  dalam berpacaran.

  Berikut ini, saya akan menjelaskan beberapa alasan, mengapa seks pra
  nikah itu tidak boleh dan tidak baik.

  PERTAMA: Seks pra nikah bertentangan dengan kehendak Tuhan.
  -----------------------------------------------------------
  Perjuangan anak-anak Tuhan melawan godaan seksual pada masa
  berpacaran akan semakin mengendor karena para pejuang kesucian akan
  semakin langka pula. Tatkala kita dikelilingi oleh 10 rekan sesama
  pejuang kesucian, semangat juang kita pun akan mengalami penguatan.
  Sebaliknya, jika 6 dari 10 rekan seperjuangan telah menyerah kalah,
  godaan untuk angkat tangan semakin besar pula. Pada akhirnya, makin
  banyak anak-anak Tuhan yang hidup di celah-celah dua dunia yang
  kotomis, antara "yang diketahui" dan "yang dilakukan". Kita tahu 8
  bahwa Tuhan melarang seks pra nikah (atau segala bentuk hubungan
  seksual di luar pernikahan, Keluaran 20:14; 1Korintus 5:1, 6:12-20; 1Tesalonika 4:3-8), namun kita tetap melakukannya karena tak kuasa
  membendung nafsu. Kita pun mulai hidup di tengah-tengah kenikmatan
  sekaligus rasa bersalah. Di satu pihak, kita hidup berpegang pada
  Firman Tuhan, di pihak lain kita mengampuni perbuatan dosa sendiri.

  Dosa menjauhkan si pelaku dari Tuhan, termasuk dosa seksual pada
  masa pra nikah. Konflik rohani yang muncul akibat dosa seks akhirnya
  berkobar menjadi peperangan rohani dan membakar setiap energi rohani
  yang semula ada dalam diri kita. Kehidupan rohani menjadi seperti
  roda yang berputar tersendat-sendat; rasa tidak layak berhadapan
  dengan Tuhan, akhirnya mendinginkan animo untuk sama sekali dekat
  dengan Tuhan. Bagi saya, reaksi seperti ini masih lebih sehat
  ketimbang membutakan mata rohani dan akhirnya hidup dalam kepura-
  puraan. Dosa tetap dosa -- betapa pun sulit kita melawannya -- dan
  lebih baik kita mengakui kelemahan kita daripada mendistorsi
  realitas rohani ini. Langkah pertama dalam pertobatan adalah
  pengakuan dosa, yakni mengakui perbuatan itu sebagai pelanggaran
  terhadap perintah Tuhan yang kudus; pendistorsian dosa menghilangkan
  esensi pertobatan sejati.

  KEDUA: Seks pra nikah mencemari proses dan tujuan berpacaran.
  -------------------------------------------------------------
  Nafsu dan rasio tidak dapat duduk berdampingan, sebab yang satu akan
  mengurangi efektivitas kerja yang lain. Hikmat tidak dapat muncul
  dari nafsu; hikmat hanya bisa tumbuh dari rasio yang jernih. Saya
  mendefinisikan hikmat sebagai kemampuan melihat dengan jelas dan
  bertindak dengan tepat. Hikmat bukan saja dimulai dengan pengetahuan
  yang benar, namun perlu ditindaklanjuti dengan perilaku yang benar
  pula.

  Apabila nafsu (seksual) sudah menjadi bagian dari masa berpacaran,
  maka ia akan membutakan kejelian dalam menelaah kondisi hubungan
  kita yang jelas. Tujuan berpacaran adalah untuk memberikan gambaran
  yang sejelas-jelasnya akan keadaan pasangan kita dan sekaligus
  memastikan kecocokan kita berdua. Jadi, proses berpacaran seyogyanya
  diisi dengan upaya-upaya untuk saling menyesuaikan diri, yakni dalam
  hal-hal yang berkenaan dengan nilai hidup, pola berpikir, dan gaya
  hidup kita.

  Keberadaan seks pada masa penyesuaian awal ini akan menodai proses
  berpacaran, sehingga pada akhirnya, tujuan berpacaran pun tidak
  tercapai. Nafsu meminta pemuasan dan demi memenuhi nafsu, kita rela
  dan berani membayar harga yang mahal, yaitu mengesampingkan dan
  meremehkan ketidakcocokan yang ada di depan mata. Seks mengikat
  kedua insan secara badani, namun seks tidak menyatukan kedua pribadi
  secara menyeluruh. Seks pada masa berpacaran mendistorsi realita
  kecocokan karena seks menulikan telinga untuk mendengar perbedaan
  dan membutakan mata untuk melihat ketidakserasian.

  Seks pada masa berpacaran merusak kerja rasio dan mematikan hikmat
  untuk melihat dengan jelas dan bertindak dengan tepat. Seks pra
  nikah merupakan investasi yang terlalu dini, sehingga tidak jarang
  ada pasangan yang melanjutkan hubungan yang tidak sehat itu hanya
  karena telanjur sudah berhubungan seks. Singkatnya, seks pada masa
  berpacaran membuka kemungkinan yang lebar akan terjadinya bencana di
  masa mendatang. Tepatlah Firman Tuhan yang mengingatkan kita,
     "Tetapi siapa mendengarkan aku (hikmat), ia akan tinggal dengan
     aman, terlindung dari pada kedahsyatan malapetaka." (Amsal 1:33)
  Hikmat dari Tuhan akan melindungi kita dari bencana yang ada di
  depan kita, sedangkan nafsu hanya akan memastikan kita berjalan ke
  arah kehancuran.

  KETIGA: Seks pra nikah mengurangi respek terhadap pasangan kita.
  ----------------------------------------------------------------
  Respek dibangun bukan di atas kegagalan, melainkan di atas
  kemenangan. Penguasaan diri yang kuat adalah salah satu
  karakteristik yang mengundang kekaguman dan membuahkan respek.
  Hubungan pernikahan yang sehat perlu dilandasi dengan respek; tanpa
  respek, relasi pernikahan akan berkualitas buruk serta membuka pintu
  masuk bagi problem yang lebih banyak. Seks pada masa berpacaran
  tidak akan membangun respek, justru secara diam-diam malah
  menciptakan rasa kurang respek. Bayangkan, suatu situasi hipotesis
  yang menempatkan kita pada sisi yang berseberangan. Misalkan, kita
  yang telah menjaga kesucian mendengar pengakuan dari pasangan kita
  bahwa ia sudah melakukan hubungan seksual dengan pacarnya yang
  terdahulu. Saya sadar bahwa sebagai orang Kristen dengan cepat kita
  akan memaafkan perbuatannya, namun yang perlu saya tanyakan adalah
  "Apakah pengakuannya itu menambah respek kita terhadapnya atau
  tidak?" Saya khawatir bahwa di balik pemberian maaf, hati kita
  terluka dan citra tentang dirinya yang telah terbentuk mulai berubah
  menjadi negatif. Kita bisa berdalih dan mencoba meyakinkan diri kita
  bahwa tidak ada yang sempurna di dunia ini. Semua bisa melakukan
  kesalahan, termasuk pasangan kita yang telah berhubungan seks. Namun
  demikian, kesalahan seksual tidak dapat disamakan dengan kesalahan
  lainnya, misalnya berkelahi atau mencuri uang. Kesalahan seksual
  menohok jantung hati kita karena seks secara kodrati adalah suatu
  bagian hidup yang sakral -- sebagaimana dimaksudkan oleh
  penciptanya, yaitu Tuhan sendiri.

  KEEMPAT: Seks pra nikah menciptakan keraguan akan penguasaan dirinya
  dengan orang lain.
  --------------------------------------------------------------------
  Alasan keempat ini berkaitan erat dengan hal kepercayaan dan
  kepercayaan merupakan salah satu tonggak pernikahan. Satu pertanyaan
  yang membutuhkan jawaban teguh dan positif adalah, "Dapatkah saya
  mempercayainya, jika dia bersama dengan orang lain?" Saya kira, rasa
  percaya akan sulit bertumbuh jika kita menyaksikan kelemahan
  pasangan kita dalam menguasai dirinya. Dalam benak kita mungkin akan
  muncul keragu-raguan, "Dapatkah dia menguasai dirinya, jika bersama
  dengan orang lain?" Pertanyaan ini timbul karena kita sudah menjadi
  salah satu "korban" dari kelemahannya itu. Apalagi jika ia pernah
  berbuat hal yang sama dengan pacarnya yang terdahulu. Kepercayaan
  tidak diberikan dengan cuma-cuma; kita harus membuktikan diri
  terlebih dahulu sebelum layak untuk menerimanya. Seks pra nikah
  mencemari kepercayaan kita dan menumbuhkan keraguan akan daya
  tahannya dalam menghadapi pencobaan seksual di masa mendatang.

  KELIMA: Seks pra nikah melebarkan kemungkinan adanya kehamilan
  dan kehamilan sebelum pernikahan menciptakan pernikahan yang
  belum matang.
  ---------------------------------------------------------------
  Pernikahan yang didahului oleh kehamilan berisiko tinggi menghadapi
  perceraian karena tidak adanya kesiapan pernikahan pada saat itu.
  Atau, kalau pun tidak bercerai, pernikahan ini rawan dirundung
  masalah karena kurangnya kesiapan pernikahan. Masalah mudah muncul,
  sebab mungkin saja, hubungan berpacaran tidak pernah mencapai
  tujuannya oleh karena campur tangan seks. Dengan kata lain,
  pernikahan ini bermasalah karena penyesuaian diri tidak pernah
  tuntas dan dalam keadaan tidak tuntas ini, kita terpaksa menikah
  karena telah hamil terlebih dulu.

-*- Sumber: -*-
  Judul Buku: Seri Psikologi Praktis -- Seks Pra Nikah
  Penulis   : Pdt. Dr. Paul Gunadi, Ph.D.
  Penerbit  : Seminari Alkitab Asia Tenggara, Malang, 2001
  Halaman   : 1 - 6


*TELAGA *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* TELAGA*

                    -*- SEKS DALAM BERPACARAN -*-

  Masa berpacaran adalah masa untuk saling mengenal bagi dua pribadi
  dengan tujuan akhir untuk menjadi pasangan hidup yang saling
  melengkapi. Pada masa-masa ini, tentu saja ada batasan-batasan yang
  tidak boleh dilanggar oleh kedua individu tersebut. Namun, seiring
  dengan perkembangan zaman, batas-batas itu lama-kelamaan menjadi
  samar-samar dan bahkan dilanggar. Seks adalah batas utama, tetapi
  juga merupakan batas yang saat ini sudah menjadi hal yang biasa
  dilanggar. Bagaimana kita menyikapinya agar kita tidak semakin
  tergoda untuk melanggar batasan ini? Simak tanya-jawab berikut ini
  dengan nara sumber: Pdt. Dr. Paul Gunadi, Ph.D.

------
  T : Panggilan Tuhan terhadap kita adalah untuk menjaga kesucian
      kehidupan ini, baik pria maupun wanita, tetapi dorongan atau
      godaan untuk hidup tidak suci begitu besar, lalu apa yang harus
      kita lakukan?

  J : Kita harus melakukan beberapa hal yang bersifat pencegahan.
      PERTAMA, saya anjurkan bagi yang sedang berpacaran agar sejak
      awal, baik pria maupun wanita, harus menentukan batas fisik,
      seberapa dekat mereka akan mendekatkan diri. Keduanya harus
      menyepakati hal-hal apa saja yang boleh dan tidak boleh
      dilakukan. Misalnya, sudah tentu baik si pria maupun si wanita
      harus menyepakati bahwa mereka tidak boleh menyentuh bagian-
      bagian tubuh yang erotis, seperti payudara atau pun alat-alat
      kelamin mereka. Jadi, dua daerah itu menjadi daerah yang
      tertutup, mereka harus saling mengingatkan bahwa dua daerah ini
      adalah daerah yang tidak boleh mereka langgar.

      KEDUA, mereka juga harus membatasi diri dalam hal, misalnya
      berpelukan, sebab waktu pria dan wanita berpelukan, sudah tentu
      pada bagian depan akan ada sentuhan dengan anggota tubuh yang
      erotis, itu juga perlu dicegah. Jauh lebih baik ketika
      berpelukan dari samping atau tidak mengenai bagian tubuh yang
      erotis tersebut.

      KETIGA, menjaga seberapa jauh si pria dan si wanita boleh
      berciuman. Ciuman bisa menjadi sesuatu yang sangat lembut, tapi
      bisa menjadi sesuatu yang bersifat sangat erotis atau panas
      sekali. Ciuman-ciuman ke arah erotis itu yang harus dihindari.

      Jadi, saya menganjurkan bagi pasangan yang sedang berpacaran,
      agar sejak awal membicarakan batas-batas yang harus dipatuhi
      oleh kedua belah pihak.
------
  T : Biasanya kaum pria itu lebih cepat terangsang dan untuk
      mencegahnya, wanita harus pandai-pandai menjaga jarak atau
      bahkan menolak. Tetapi, seringkali yang menjadi permasalahan
      adalah kekhawatiran dari pihak wanita, nanti kalau ditolak
      malah ditinggalkan, bagaimana kita menyikapinya?

  J : Betul sekali. Jadi, adakalanya wanita memberikan tubuhnya karena
      takut kehilangan pacarnya. Ini adalah hal yang sangat keliru dan
      ada pria yang sengaja memanfaatkan hal ini. Misalnya, pria yang
      mengancam, "Kalau engkau mencintai saya, serahkan tubuhmu. Jika
      engkau tidak memberikan tubuhmu berarti engkau tidak mencintai
      saya!" Hal-hal seperti itu adalah tipuan, kalau ada pria yang
      mengatakan seperti itu, si wanita harus langsung dengan tegas
      berkata, "Engkau sedang menipu dirimu sendiri dan engkau tidak
      bisa menipu saya, sebab cinta tidak identik dengan penyerahan
      tubuh sebelum pernikahan." Cinta mengandung unsur menghormati.
      Kalau kita mau memakai atau mencemari tubuh orang, berarti kita
      tidak menghormati orang tersebut. Jadi, wanita juga harus
      bersikap tegas, jangan sampai terperangkap oleh tipu daya pria
      semacam itu. Jika sudah berhubungan seks dan putus sebelum
      menikah, wanita yang akan secara langsung mengalami kerugian
      terbesar, sampai-sampai ada yang kehilangan jati dirinya,
      depresi, bahkan ada yang akhirnya berpikiran untuk mengakhiri
      hidupnya karena merasa hidupnya tidak lagi berguna karena semua
      yang berharga telah diberikan kepada pacarnya. Yang terutama,
      seorang pria pada umumnya akan menghormati wanita yang tidak
      bersikap sembarangan. Justru kalau wanita itu bersikap
      sembarangan, maka pria akan menikmatinya, sebab dia akan
      mendapatkan kepuasan yang dia inginkan itu. Tapi, di dalam lubuk
      hatinya dia tidak lagi menghormati wanita itu. Jadi di hadapan
      si pria, wanita itu tidak lagi berharga.
-----
  T : Apa yang dikatakan Firman Tuhan sebagai bekal atau pedoman bagi
      yang sedang berpacaran?

  J : Saya akan memberikan prinsip Firman Tuhan dari 1Korintus 6:19,
         "Atau tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah bait Roh Kudus
         yang diam di dalam kamu, Roh Kudus yang kamu peroleh dari
         Allah, -- dan bahwa kamu bukan milik kamu sendiri?"

      Firman Tuhan menegaskan bahwa tubuh kita adalah rumah Allah,
      oleh karena itu, kita tidak bisa berbuat sembarangan terhadap
      rumah Allah. Kalau kita membaca Firman Tuhan pada Perjanjian
      Lama, kita tahu bahwa Tuhan sangat tegas terhadap kekudusan
      rumah Allah, terhadap persembahan-persembahan di rumah Allah.
      Itulah sebabnya, kedua anak Harun langsung meninggal karena
      memberikan persembahan dengan cara yang tidak benar. Anak-anak
      Imam Eli juga dihukum dengan kematian karena melakukan hal yang
      tidak benar dalam peribadatan rumah Allah. Raja Manasye
      mengotori rumah Allah dan Tuhan menghakiminya. Jadi Tuhan sangat
      serius dengan rumah-Nya.

      Tubuh kita adalah rumah Allah. Jadi kita harus sadar bahwa kita
      tidak boleh main-main dengan rumah Allah, yakni tubuh yang Tuhan
      huni ini. Meskipun kita bergumul, jangan menyerah! Hari ini kita
      menyerah, besok lawan lagi! Jangan sampai kita berkata, "Ya,
      memang sudah nasib saya, saya tidak bisa menguasai nafsu saya,
      memang inilah saya, malangnya saya!" Jangan menyerah dan jangan
      menurunkan standar Tuhan: yang tidak boleh, tetap tidak boleh.
      Meskipun kita bergumul, jangan sampai kita menyerah!

-*- Sumber: -*-
  [[Sajian di atas, kami ambil/edit dari isi kaset TELAGA No. #61B
    yang telah diringkas/disajikan dalam bentuk tulisan.
    -- Jika Anda ingin mendapatkan transkrip lengkap kaset ini, lewat
       email, silakan kirim surat ke: < TELAGA@sabda.org >
       atau mengunjungi Situs TELAGA di alamat:
  ==> http://www.telaga.org/transkrip.php?seks_dalam_berpacaran.htm ]]


*BIMBINGAN *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*--*-*-*-*-*-*-*-*-* ALKITABIAH*

               -*- SEKS: SEBELUM DAN SESUDAH MENIKAH -*-

  AYAT ALKITAB
  ============
  Yesaya 1:16,18         1Korintus 6:13         1Yohanes 2:1
  Yesaya 55:7            1Yohanes 1:9

  LATAR BELAKANG
  ==============
  Zaman sekarang bisa dijuluki sebagai zaman revolusi seks. Semangat
  yang tadinya ditandai oleh perlawanan terhadap norma Firman Tuhan
  dan adat Timur, kini telah berubah menjadi genderang perang para
  penganjur kebebasan nafsu: "Lakukan apa saja yang kau anggap benar,
  sejauh itu tidak merugikan orang lain!" Gaya hidup ini dihias pula
  oleh penampilan menawan, seolah-olah hidup yang demikianlah yang
  benar-benar bebas, dewasa, nikmat, bahkan sehat.

  Tetapi, bila kita selidiki baik-baik akan terlihat betapa mengerikan
  dan jahatnya akibat-akibat yang ditimbulkan dari perilaku seks yang
  tidak bertanggung jawab. Kelahiran anak-anak di luar hukum,
  kepribadian yang hancur, perceraian, pengguguran kandungan, dan
  berbagai penyakit kelamin yang sebagian tidak akan mungkin lagi
  diperbaiki atau disembuhkan.

  Dengan jelas, Allah melarang perilaku seksual yang tidak bertanggung
  jawab untuk menghindarkan kita dari akibat-akibat yang membawa
  bencana.
     "... Tetapi tubuh bukanlah untuk percabulan, melainkan untuk
     Tuhan, dan Tuhan untuk tubuh. ... Jauhkanlah dirimu dari
     percabulan! Setiap dosa lain yang dilakukan manusia, terjadi di
     luar dirinya. Tetapi orang yang melakukan percabulan berdosa
     terhadap dirinya sendiri." (1Korintus 6:13,18)

  Allah menghakimi pelanggaran susila, tetapi Dia juga menawarkan
  kelepasan. Dalam 1Korintus 6:9-11, rasul Paulus menekankan bahwa
  tidak seorang pun pelanggar susila yang akan mewarisi Kerajaan
  Allah. Tetapi dia juga menambahkan,
     "Dan beberapa orang di antara kamu demikianlah dahulu. Tetapi
     kamu telah memberi dirimu disucikan, kamu telah dikuduskan, kamu
     telah dibenarkan dalam nama Tuhan Yesus Kristus dan dalam Roh
     Allah kita." (1Korintus 6:11)

  Seperti halnya dengan dosa-dosa lain, Allah membereskan masalah
  pelanggaran susila melalui salib Kristus.

  STRATEGI BIMBINGAN
  ==================
  1. Nyatakan kepadanya bahwa Anda senang dapat melayani dia.
     Berusahalah untuk menunjukkan bahwa Anda memperhatikan dia
     dan tidak meremehkannya. Jangan menghakimi.

  2. Berusahalah untuk mengerti permasalahannya. Dengarkan dengan
     peka dan bertanyalah kepadanya, supaya mengerti permasalahannya.
     Jangan menarik kesimpulan atau menyodorkan jalan keluar rohani
     apa pun, sebelum Anda memperoleh gambaran yang lengkap.

  3. Bertanyalah mengenai sikapnya terhadap seks. Perasaan-perasaannya
     itu akan menjelaskan mengapa dia bersikap demikian. Apakah yang
     menyebabkan dia terlibat dalam permasalahan tersebut? Merasa
     bersalahkah dia atas keterlibatan tersebut? Dosakah hal tersebut
     menurut anggapannya?

  4. Tanyakan kepadanya, apakah Anda boleh membacakan bagian-bagian
     Firman Tuhan tentang seks sebelum atau di luar nikah; tegaskan
     bahwa Alkitab adalah dasar yang layak dipercaya dalam
     menyelesaikan masalah-masalah moral. Bacakan sebagian atau semua
     bagian Alkitab berikut:
     Keluaran 20:14             1Korintus 6:13,15-20     Kolose 3:5
     Kisah Para Rasul 15:20     Efesus 5:3

  5. Dalam terang Firman Tuhan, tindakan yang tidak sesuai dengan
     moralitas jelas tidak berkenan kepada Allah. Supaya berkenan
     kepada Allah, ia harus bertobat dan membuang tindakan-tindakan
     tidak bermoralnya itu (Baca 1Korintus 6:9-11). Allah menghukum
     perilaku yang tidak bermoral, tetapi Dia mengasihi dan mau
     mengampuni kita, jika kita mengakui dosa kita dan dengan iman
     menerima Tuhan Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat.
     Jelaskan "Damai dengan Allah", [["Damai dengan Allah" -- Traktat
     untuk menolong/menuntun orang non-Kristen agar dapat menerima
     Kristus (dari LPMI/PPA); atau Buku Pegangan Pelayanan, halaman 5;
     atau CD-SABDA: Topik 17750]].

  6. Tegaskan bahwa dia harus memutuskan hubungan-hubungan yang
     mendorongnya terlibat dalam pelanggaran moral.
        "Janganlah kamu sesat: Pergaulan yang buruk merusakkan
        kebiasaan yang baik." (1Korintus 15:33)

     Cara terbaik untuk menjalin persahabatan yang akan menguatkan dia
     melawan pencobaan adalah melibatkan diri dalam kehidupan
     bergereja yang berpegang pada Firman Tuhan. Dia harus berusaha
     menjadi seorang Kristen yang sungguh-sungguh. Tidak adanya
     hubungan yang baik dengan Kristuslah yang menjadi penyebab utama
     permasalahannya ini.

  7. Anjurkan dia agar menghubungi seorang pendeta untuk mendapatkan
     kekuatan dan bimbingan. Dalam jangka waktu yang cukup lama, dia
     perlu bersedia dibimbing terus, agar benar-benar mengalami
     kebebasan dari pencobaan dan mulai berjalan di dalam Tuhan.

  8. Berdoalah dengannya, agar dia mengalami cara bersikap yang baru
     dan menjalani kehidupan yang memuliakan Allah.

     Jika dia seorang Kristen, jelaskan tentang "Pemulihan",
     [["Pemulihan" -- Traktat bagi orang yang sudah menerima
     Kristus, namun undur dari-Nya dan kini mencari pengampunan
     (dari LPMI/PPA); atau Buku Pegangan Pelayanan, halaman 11-12;
     atau CD-SABDA: Topik 17753]].

     Kemudian, sambil mengikuti langkah-langkah yang sudah dijelaskan
     di atas, anjurkanlah dia untuk membaca dan menelaah Firman Tuhan,
     agar sikap dan kehidupannya dibentuk sesuai dengan Firman Tuhan.
     Sebagai seorang Kristen, dia harus terlibat penuh dalam
     gerejanya, dan mencari hubungan-hubungan yang akan menguatkan dia
     untuk melayani Kristus.

  -----------------------------Kutipan--------------------------------
  Menurut Billy Graham:
  "Hubungan-hubungan seksual sebelum atau di luar nikah, selalu tidak
  benar .... Alkitab menyalahkan segala macam hubungan seks di luar
  ikatan pernikahan. Kenyataan bahwa norma-norma seks dalam masyarakat
  makin kendor dan sikap terhadap kehidupan seks makin bebas, tidak
  berarti bahwa tindakan itu benar!"
  --------------------------Kutipan_Selesai---------------------------

-*- Sumber: -*-
  Judul Buku: Buku Pegangan Pelayanan
  Penulis   : Billy Graham
  Penerbit  : Persekutuan Pembaca Alkitab (PPA)
  Halaman   : 225 - 228
  CD-SABDA  : Topik 17735


STOP PRESS*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*STOP PRESS*

                -*- RALAT e-KONSEL EDISI 070/2004 -*-

  Dalam e-Konsel Edisi 070/2004, tercantum informasi yang kurang tepat
  dalam kolom CAKRAWALA mengenai negara asal Dr. Sigmund Freud.
  Sebelumnya tertulis:

     "E": ENERGI
     -----------
     Dr. Sigmund Freud, seorang neorolog AUSTRALIA ....

  Informasi yang BENAR seharusnya adalah:

     "E": ENERGI
     -----------
     Dr. Sigmund Freud, seorang neorolog AUSTRIA ....

  Informasi di atas kami harap dapat diterima sebagai ralat dari
  Redaksi. Terima kasih atas perhatiannya.


*SURAT*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-DARI Anda-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*SURAT*

  Dari: Himawan Hadirahardja <himawan1408@>
  >Shallom,
  >Saya ingin memberikan masukan untuk koreksi. Pada artikel tentang
  >seks, ditulis bahwa "Psikolog Sigmund Freud dari Australia ....
  >Yang benar Sigmund Freud berasal dari Austria. Demikian masukan
  >dari saya. Tuhan memberkati.

  Redaksi:
  Kami sangat berterima kasih untuk informasi yang Anda berikan. Kami
  telah membuat ralat untuk merevisi kesalahan tersebut di Kolom Stop
  Press. Kami sungguh menghargai perhatian yang Anda berikan untuk
  publikasi e-Konsel.


e-KONSEL*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*e-KONSEL

                         STAF REDAKSI e-Konsel
                      Yulia, Ratri, Natalia, Tesa
                    PENANGGUNG JAWAB ISI dan TEKNIS
                         Yayasan Lembaga SABDA
                     INFRASTRUKTUR dan DISTRIBUTOR
                          Sistem Network I-KAN
                      Copyright(c) 2004 oleh YLSA
                      http://www.sabda.org/ylsa/

*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*
  Anda punya masalah atau perlu konseling? <masalah-konsel@sabda.org>
  Informasi/artikel/bahan/sumber konseling/surat/saran/pertanyaan/dll.
  dapat dikirimkan ke alamat:             <owner-i-kan-konsel@xc.org>
*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*
  Berlangganan: Kirim e-mail kosong ke: subscribe-i-kan-konsel@xc.org
  Berhenti:     Kirim e-mail kosong:  unsubscribe-i-kan-konsel@xc.org
  Sistem lyris: http://hub.xc.org/scripts/lyris.pl?enter=i-kan-konsel
  ARSIP publikasi e-Konsel:  http://www.sabda.org/publikasi/e-konsel/
*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org