Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-konsel/34

e-Konsel edisi 34 (15-2-2003)

Jenis/Bentuk Konseling

><>                 Edisi (034) -- 15 Februari 2003               <><

                               e-KONSEL
*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*
        Milis Publikasi Elektronik Pelayanan Konseling Kristen
*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*

Daftar Isi:
    - Pengantar    : Jenis/Bentuk Konseling
    - Cakrawala    : Bentuk-bentuk Konseling Kristen
    - Tips         : Etika Konseling Melalui Telepon
    - Stop Press   : Program Intensif 2003 -- STTRII
    - Surat        : Mendidik Anak

*REDAKSI -*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*- REDAKSI*

                    -*- PENGANTAR DARI REDAKSI -*-

  Ada banyak cara atau teknik konseling yang dapat digunakan oleh
  konselor untuk menolong konselenya. Sebelum mempelajari macam-macam
  jenis teknik konseling, seorang konselor harus sadar bahwa tidak ada
  teknik konseling tertentu yang mujarab yang pasti cocok untuk setiap
  orang. Dr. Gary R. Collins, Ph.D. dalam pendahuluan artikel yang
  kami sajikan dalam kolom Cakrawala di bawah ini memberikan contoh
  tentang kasus raja Saul. Pada saat raja Saul mengalami susah hati
  dan gangguan kejiwaan, dicatat dalam Alkitab bahwa, Daud berhasil
  menenangkan raja ini dengan memperdengarkan permainan kecapinya yang
  sangat indah. Cara atau teknik seperti yang digunakan Daud ini,
  mungkin oleh para psikolog sekarang akan disebut sebagai "musik
  terapi".

  Teknik yang digunakan oleh Daud ini sangat manjur untuk raja Saul,
  namun cara ini tentu tidak selalu dapat diterapkan pada setiap orang
  yang sedang mengalami masalah. Untuk itu seorang konselor harus
  membuka wawasan yang luas dan mengetahui berbagai bentuk konseling
  yang ada supaya pada saat yang tepat ia dapat memilih jenis
  konseling yang tepat, sesuai dengan kebutuhan konselenya. Nah,
  silakan membaca artikel utama edisi ini agar wawasan kita diperluas.

  Kolom Tips akan membahas tentang etika dalam melakukan pelayanan
  Hotline, yaitu salah satu bentuk pelayanan konseling dengan
  menggunakan telepon. Kiranya Tuhan memberkati Anda melalui
  pelayanan konseling yang Anda lakukan.

  Selamat melayani.
  Staf Redaksi


*CAKRAWALA *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* CAKRAWALA*

               -*- BENTUK-BENTUK KONSELING KRISTEN -*-

  Dr. Gary R. Collins, Ph.D., dalam bukunya yang berjudul Konseling
  yang Efektif, menuliskan: "Ahli-ahli konseling menyimpulkan, bahwa
  ada beberapa macam bentuk konseling Kristen. Dengan setiap konsele,
  kita dapat menggunakan satu atau lebih dari bentuk-bentuk konseling
  di bawah ini: 1. Supportive-Konseling
                2. Confrontational-Konseling
                3. Educative-Konseling
                4. Spiritual-Konseling
                5. Group-Konseling
                6. Informal-Konseling
                7. Preventive-Konseling.", 1. SUPPORTIVE-KONSELING

  Supportive-Konseling bukanlah dimaksudkan untuk mengikat konsele
  dalam hubungan yang tidak matang dan kekanak-kanakan supaya ia
  bergantung kepadanya, tetapi justru sebaliknya, bimbingan konselor
  itu diberikan sementara konsele mulai maju dan terbeban menghadapi
  persoalan hidup ini secara efektif. Untuk mencapai hal ini, konsele
  didorong untuk mengutarakan secara terbuka perasaan dan frustasinya.
  Konselor harus mengingatkan bila konsele memberikan respon yang
  tidak sehat, seperti menolak tanggung jawab terhadap problema yang
  ada atau tidak mengakui, bahwa problemanya betul-betul ada dengan
  mencoba menghindarkan diri dengan fantasi, alkohol, obat-obatan;
  dan menolak pertolongan dari luar, bahkan menyangkali timbulnya
  perasaan-perasaan negatif seperti kemarahan, kegelisahan, rasa
  bersalah, dan menolak untuk memikirkan alternatif-alternatif yang
  realistis dengan menjauhkan diri dari sanak keluarga dan teman-
  teman.

  Akan lebih sehat bila konsele ditolong untuk menghadapi problema
  kehidupan mereka secara realistis dan mencoba untuk memahaminya.
  Beri kesempatan kepada konsele untuk mendiskusikan kejengkelannya,
  rasa bersalah, bahkan perasaan-perasaan negatifnya dan untuk
  memikirkan kemungkinan-kemungkinan jalan keluar yang lebih
  bertanggung jawab untuk menyelesaikan persoalan tersebut. Tolong
  konsele menerima kenyataan bila suatu keadaan memang tidak dapat
  diubah lagi (misal, kematian) dan dorong konsele untuk membina
  hubungan baik dengan famili dan teman serta mengambil langkah
  praktis untuk mengatasi problemnya secara konstruktif. Yakinkan
  konsele untuk percaya atas pimpinan Tuhan dalam menghadapi
  problemnya (Matius 11:28-30) dan bahwa Tuhan sendirilah yang akan
  memimpin kita mengambil langkah-langkah praktis dalam mengatasi
  persoalan yang timbul.

  Alkitab mengajarkan kita untuk saling menguatkan dan mendukung satu
  dengan yang lain (1Tesalonika 5:11; Ibrani 3:13, 10:25). Meskipun
  konfrontasi kadang-kadang diperlukan, kita harus berbicara "dengan
  kasih" (Efesus 4:15). Konselor yang suportif memberikan perhatian,
  dorongan yang lebih peka, mencoba dengan lemah lembut menyadarkan
  konsele terhadap tantangan realita kehidupan ini dan membimbing
  konsele pada pertumbuhan iman dan kematangan emosi sehingga problema
  dapat diatasi dengan lebih mudah.

  2. CONFRONTATIONAL-KONSELING

  Dalam menghadapi orang dengan persoalan-persoalannya, Tuhan Yesus
  seringkali mengkonfrontasi langsung dosa-dosa mereka, Ia
  mengkonfrontasi orang muda yang kaya karena ia banyak memikirkan
  tentang hartanya (Lukas 18:22); perempuan Samaria dengan
  perzinahannya (Yohanes 4:17-18); murid-murid-Nya karena kurang
  percayanya (Matius 8:26, 14:31); dan peimimpin-pemimpin agama karena
  dosa-dosa mereka (Matius 12:34, 15:7-8, 23:23-33; Yohanes 8:44-45).

  Memang pantas bagi Tuhan Yesus "yang tidak mengenal dosa" untuk
  menunjukkan dosa orang lain, tetapi bagaimana dengan kita yang tidak
  sempurna dalam mengkonfrontasikan kelemahan-kelemahan orang lain?
  Saat ini cara konfrontasi seperti ini masih menjadi pro dan kontra
  dari para konselor-konselor sendiri karena pada umumnya mereka
  merasa tidak tepat jika harus membuat konsele merasa bersalah atau
  terang-terangan menunjukkan kesalahan mereka.

  Konselor Kristen memang tidak seharusnya menghakimi konsele
  (Matius 7:1) dengan maksud mengkritik. Namun, dengan penuh
  kelemahlembutan, konselor harus menolong konsele agar mampu
  menghadapi dosanya, mengakuinya di hadapan Allah dan mungkin
  juga di hadapan orang lain (Yakobus 5:16) dan menolong dia
  bergumul memperbaiki tingkah lakunya yang buruk.

  Hal yang perlu disadari konselor adalah yang dimaksud dengan
  konfrontasi ini tidak sekedar menunjukkan dosa-dosa konsele saja
  tetapi juga menolong konsele untuk lebih memahami tindakan mereka
  sendiri, mendorong mereka untuk mendengar apa yang mungkin tidak
  mereka sukai, bahkan menolong mereka untuk melakukan langkah-langkah
  perbaikan yang selama ini mereka tolak. Untuk melakukan konfrontasi,
  dibutuhkan keberanian dan ketegasan karena konsele mungkin
  memberikan respon negatif atau marah. Memberikan konfrontasi sedikit
  demi sedikit dan penuh pengertian kepada konsele dapat menjadi
  bagian yang vital dalam konseling.

  3. EDUCATIVE-KONSELING

  Pada dasarnya, cara orang berpikir, berbicara, berpakaian dan
  bergaul adalah hasil dari apa yang telah dipelajari sejak kecil.
  Demikian pula dengan cara orang menyelesaikan masalah, semuanya
  adalah hasil dari pengalaman-pengalaman yang pernah dialaminya.

  Jika kenyataannya banyak tingkah laku yang dapat dipelajari,
  sangatlah beralasan jika kita simpulkan bahwa konseling harus juga
  meliputi pengajaran dimana tingkah laku yang tidak efektif dapat
  diperbaiki dan konsele ditolong untuk belajar tingkah laku yang
  lebih baik. Dengan pendekatan seperti ini, konselor adalah seorang
  pengajar dan konseling Kristen adalah bagian istimewa dari
  pendidikan agama Kristen.

  Pekerjaan konselor pada dasarnya banyak yang menyangkut masalah
  pendidikan. Orang-orang yang datang padanya dengan pertanyaan-
  pertanyaan seputar teologia, hubungan suami-istri, karir, pergaulan,
  dan sebagainya adalah orang-orang yang benar-benar membutuhkan
  pengajaran dan tambahan pengetahuan.

  Walaupun konselor cenderung untuk memberikan nasehat pada konsele,
  adalah hal yang berlebihan jika konselor dianggap sebagai orang yang
  menguasai segala bidang. Dalam Educative-Konseling ini, kita harus
  tetap menunjukkan sikap hati yang rendah dan membiasakan diri untuk
  berpegang pada firman Tuhan dalam tiap problema yang ada. Kita harus
  mohon kebijaksanaan dari Tuhan pada waktu menolong orang lain, dan
  kita harus mengakui bila kita memang benar-benar tidak mengerti
  jawabannya, sehingga dapat bergumul bersama-sama dengan konsele
  untuk menyelesaikan persoalannya. Kunci keberhasilan konselor adalah
  keyakinan bahwa Tuhan dapat memakai kita untuk mengajar orang lain.

  4. SPIRITUAL-KONSELING

  Pada pihak tertentu, memang setiap konseling Kristen adalah
  Spiritual-Konseling. Sebagai murid-murid Kristus, kita mempunyai
  tugas untuk menjadikan semua orang menjadi murid dan menolong mereka
  yang lemah (Matius 28:19-20; Galatia 6:1-2; 1Tesalonika 5:14;
  Roma 15:1). Karena alasan inilah justru kita tidak bisa secara
  sembarangan mengemukakan hal-hal rohani, apalagi jikalau problema
  yang dikemukakan adalah non-spiritual. Sebagai konselor spiritual
  kita bisa menanyakan misalnya, "Bagaimana keadaan rohani Anda akhir-
  akhir ini?" dan ini seringkali sudah membukakan jalan pada problema
  rohani yang tersembunyi. Kadang-kadang konselor mempunyai kesempatan
  untuk memperkenalkan Tuhan Yesus sebagai Juruselamat, bahkan
  seringkali sebagai konselor kita juga berdoa atau membaca satu
  bagian dari firman Tuhan. Konseling macam ini akan membawa seseorang
  masuk dalam kehidupan yang lebih dapat dinikmati (Yohanes 10:10),
  bahkan mengalami kehidupan kekal di surga (Yohanes 3:16).

  Memang harus disadari, bahwa seringkali hal-hal rohani dipakai oleh
  konsele sebagai topeng untuk menyembunyikan problema yang
  sebenarnya. Para pasien di rumah-rumah sakit jiwa misalnya,
  seringkali membicarakan dosa yang tidak terampuni yang telah mereka
  lakukan, meskipun sifat dari problema itu sendiri mungkin jauh lebih
  dalam daripada itu. Kadang-kadang konsele lebih banyak bertanya
  mengenai hal-hal teologia supaya ia sendiri tidak perlu menceritakan
  mengenai problema yang sebenarnya ia hadapi.

  Di pihak lain, ada orang yang seringkali mengalami kesulitan dan
  problema justru karena ia menyembunyikan pergumulan dan kebutuhannya
  akan hal-hal rohani. "Saya tidak dapat konsentrasi dalam belajar"
  seolah-olah menunjuk pada problema akademis, tetapi dapat juga
  merupakan indikasi kemunduran iman yang seringkali menguras banyak
  energi. Fakta, bahwa ia memilih seorang konselor Kristen, sadar atau
  tidak sadar, mungkin merupakan indikasi ia membutuhkan hal-hal
  rohani.

  Adalah hal yang harus selalu disadari oleh para konselor, yaitu
  bahwa setiap persoalan manusia selalu menyangkut hubungan dengan
  Allah dan sesama manusia.

  5. GROUP-KONSELING

  Group-Konseling atau Konseling Kelompok juga pernah digunakan oleh
  Tuhan Yesus dalam menolong orang-orang. Tentu kita masih ingat
  tentang pertemuan Yesus dengan dua orang dalam perjalanan-Nya ke
  Emaus; akan pembicaraan-Nya dengan Petrus, Yohanes, dan Yakobus;
  akan diskusi-diskusi yang menyangkut keduabelas murid-Nya. Dalam
  jemaat yang mula-mula orang-orang bertemu dalam kelompok-kelompok
  untuk belajar, bersekutu, merayakan perjamuan kudus dan berdoa.
  Dalam pertemuan-pertemuan tersebut mereka percaya bahwa Allah juga
  hadir di antara mereka (Kisah Para Rasul 2:42-47). Selain itu mereka
  juga membicarakan persoalan-persoalan mereka dan saling tolong
  menolong dalam kebutuhan mereka. Pada perkembangan berikutnya,
  kelompok-kelompok tersebut dibagi menjadi kelompok-kelompok yang
  lebih kecil lagi, bahkan gereja-gereja belakangan ini juga membagi
  jemaatnya menjadi grup-grup yang lebih kecil lagi untuk membagikan
  pengalaman masing-masing, bersaksi, berdoa (Yakobus 5:16) dan
  mempelajari firman Tuhan bersama.

  Konseling Kelompok memiliki keunikan tersendiri, dimana konselor
  membimbing sekelompok orang untuk saling bekerjasama membagikan
  perasaannya secara jujur, saling belajar dari pengalaman masing-
  masing, saling mendukung, saling menasehati dan menolong satu sama
  lain.

  Konseling Kelompok juga dapat terbentuk tanpa bimbingan konselor
  misalnya dengan PA bersama, aktivitas bersama, kelompok doa, dan
  kegiatan-kegiatan gereja lainnya. Para anggota dalam kelompok-
  kelompok tersebut diberikan kesempatan untuk saling membagikan
  pengalaman, kebutuhan dan perhatian satu sama lain.

  Sukses tidaknya Konseling Kelompok ini tergantung dari partisipasi
  para anggotanya. Jika anggota mau saling terbuka, tidak takut untuk
  memberi dan menerima pertolongan, akan lebih mudah bagi kelompok
  tersebut untuk dapat mengatasi kesulitannya. Namun, pengakuan secara
  terbuka ini biasanya tidak mudah untuk dilakukan terutama jika
  anggota berasal dari jemaat yang kecil yang saling kenal dan tinggal
  berdekatan.

  Untuk memulai suatu Konseling Kelompok, Anda dapat memberikan
  undangan baik melalui mimbar maupun undangan perorangan. Setelah
  kelompok terbentuk, anggota dapat dipersilakan untuk saling
  memperkenalkan diri, mengungkapkan latar belakangnya, data-data
  pribadinya, dan mengemukakan masalahnya. Tahap ini dapat dilakukan
  dengan perlahan-lahan dan tanpa paksaan. Tanggung jawab konselor
  adalah menstimulasi diskusi dan sesekali menyimpulkan apa yang telah
  dibicarakan dan memberikan pengarahan agar supaya pembicaraan tidak
  melangkah terlalu jauh dari topik. Sharing seperti ini dapat diikuti
  dengan persekutuan doa. Konseling Kelompok dimana para anggotanya
  aktif untuk berpartisipasi "memikul pergumulan satu dengan yang
  lain" (Galatia 6:2) akan dapat memperkaya pengalaman, bahkan dapat
  menolong tiap anggota-anggotanya. Bila anggota-anggota kelompok
  menutup diri terpaksa harus dilanjutkan dengan konseling pribadi.

  6. INFORMAL-KONSELING

  Konseling dapat dilakukan dimana saja dan tidak terbatas di kantor
  konseling. Kita dapat melakukan konseling di ruang tunggu, di ruang
  pertemuan, dan di tempat-tempat lainnya. Pertanyaan-pertanyaan
  seperti "Apa kabar selama ini?"; "Anda kelihatan murung hari ini";
  "Bagaimana kehidupan rohani Anda selama ini?"; dan pertanyaan-
  pertanyaan memancing lainnya bila dilakukan dengan penuh perhatian
  dan serius serta disertai dengan keinginan Anda untuk mendengarkan,
  biasanya akan mendorong orang itu untuk mengeluarkan isi hatinya.

  Beberapa saran yang dapat dilakukan dalam memberikan Informal-
  Konseling:
    - mendengar dengan penuh perhatian.
    - menggunakan pertanyaan-pertanyaan tambahan untuk memperjelas
      fokus persoalannya.
    - mendorong konsele untuk menyimpulkan persoalan dan mencoba
      membicarakan apa yang sudah diusahakan pada masa-masa lalu.
    - memberi informasi yang dapat membantu.
    - menolong konsele mengambil keputusan tentang apa yang akan ia
      lakukan.
    - memberikan kepada konsele dorongan dan harapan.
    - berjanjilah pada diri sendiri, bahwa Anda akan membantu dalam
      doa dan benar-benar jangan lupa mendoakannya.
    - Bila memang diperlukan, Anda dapat mengusulkan pertemuan
      selanjutnya untuk diskusi yang lebih formal mengenai persoalan
      itu.

  Informal-Konseling memang sepertinya tidak begitu jelas peranannya,
  tetapi kenyataannya sangat menolong banyak orang. Perlu diingat,
  konseling-konseling yang dilakukan Tuhan Yesus pada dasarnya
  bersifat informal dan ternyata semuanya efektif.

  7. PREVENTIVE-KONSELING

  Konseling tidak dibuat untuk menolong yang tertindas dan menghibur
  yang susah, tetapi konseling dibuat untuk membebaskan orang dari
  problema. Karena tujuan konseling adalah membuat orang lepas dari
  problema, maka ada konseling yang dibuat untuk mengantisipasi
  hadirnya masalah tertentu dalam kehidupan orang (Preventive-
  Konseling), misalnya premarital-konseling yang ditujukan untuk
  pasangan-pasangan yang hendak menikah agar mereka mempunyai bayangan
  masalah-masalah apa saja yang akan mereka hadapi dalam pernikahan
  dan bagaimana cara mengatasinya sedini mungkin.

  Sayangnya banyak orang yang tidak begitu antusias terhadap nasehat-
  nasehat yang belum mereka perlukan. Oleh karena itu, cara paling
  baik untuk memberikan bimbingan preventif adalah melalui mimbar
  maupun ceramah-ceramah. Orang-orang biasanya lebih menaruh perhatian
  bila pengarahan diberikan dengan dasar-dasar firman Tuhan. Tidak
  asing lagi bagi para pendeta, bahwa mereka yang mempunyai banyak
  persoalan adalah mereka yang sering mangkir dari gereja atau tidak
  sungguh-sungguh mendengar dan mengaplikasikan firman dalam hidupnya.

  Banyak konselor yang tidak menyadari, bahwa seringkali orang baru
  belajar setelah berbuat banyak kesalahan. Konselor kadang-kadang
  harus seperti "bapak" dari anak yang hilang. Kita dapat memberikan
  nasehat dan peringatan-peringatan, tetapi banyak konsele seperti
  anak-anak kita sendiri yang keras kepala dan tidak mau menurut.
  Mereka baru mau belajar hanya dengan melalui pengalaman jatuh bangun
  saja. Kita hanya dapat menyerahkan dan mempercayakan mereka dalam
  tangan pemeliharaan Tuhan dan mendoakan semoga mereka dapat kembali
  ke jalan yang benar dan dipersatukan kembali dengan keluarga mereka.

-*- Diringkas dari Sumber -*-:
  Judul Buku: Konseling Kristen yang Efektif
  Judul Artikel: Bentuk-bentuk Konseling Kristen (Bab V)
  Penulis   : Dr. Gary R. Collins, Ph.D.
  Penerbit  : Departemen Literatur SAAT, Malang, Surabaya, 1998
  Halaman   : 52 - 63


*TIPS *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* TIPS*

  Salah satu sarana konseling yang telah dipakai oleh gereja/
  organisasi pelayanan untuk menolong mereka yang sedang mengalami
  kesulitan/masalah adalah melalui pelayanan telepon (hotline).
  Bagi Anda yang telah terlibat dalam pelayanan hotline atau Anda
  yang ingin terlibat dalam pelayanan hotline dapat mempelajari
  beberapa tips praktis di bawah ini.

          -*- ETIKA KONSELING MELALUI TELEPON (HOTLINE) -*-

  Petunjuk Praktis Menerima Telepon
  ---------------------------------
  - Ramah tamah dengan nada sambutan:
    "Hallo, Selamat Pagi" atau siang atau malam, lalu menyebutkan
    "Di sini .....(sebutkan nama pelayanan Hotline Anda), apakah ada
    hal yang dapat kami bantu?"
    Setelah klien menceritakan sedikit permasalahannya, tanyakan:
    "Apakah kami boleh mengenal nama Anda?"

  - Bila penelepon meragukan kerahasiaan percakapan, dengan sopan
    konselor memberi jaminannya.

  - Bila penelepon menanyakan nama konselor, dianjurkan konselor
    berhati-hati untuk tidak memberikan nama kepada sembarang orang
    (tidak setiap penelepon membutuhkan pengenalan pribadi atau nama
    konselor).

  - Bila penelepon tidak sopan, sebaiknya dengan satu kalimat yang
    pendek diingatkan (misal: "Anda tidak perlu marah-marah pada
    saya ...", "Anda tidak perlu mengatakan kata-kata yang tidak
    semestinya"), sambil ditanyakan sebetulnya apa yang ingin dia
    sampaikan. Bila ia tetap melanjutkan dengan kata-kata yang tidak
    sopan, telepon boleh ditutup.

  - Jika si penelepon mulai dengan laporan kekecewaannya terhadap
    konselor lain, Anda harus bisa menolong dia memfokuskan diri pada
    permasalahannya (jangan melayani hal-hal sampingan).

  - Kalau penelepon berbicara terus tanpa dapat dipotong, konselor
    harus bisa menghentikannya dengan sopan, dengan kata-kata: "Anda
    sudah berbicara banyak sekali, saya khawatir saya akan lupa dengan
    apa yang Anda katakan, bagaimana kalau kita mulai dengan point
    yang pertama dulu."

  - Kalau si penelepon orang beragama lain, Anda harus mematikan
    keinginan Anda (sementara) untuk membuat konseling menjadi
    penginjilan.

  - Bila penelepon itu menceritakan/menanyakan masalah orang lain dan
    bukan dirinya sendiri, Anda harus menghargai akan maksud baiknya,
    dengan mengatakan, "Anda mempunyai beban yang baik sekali
    memikirkan orang lain, tetapi kalau saya boleh tahu, apakah yang
    Anda akan lakukan setelah Anda tahu penyelesaian atas persoalan
    ini." Anda harus ingat klien Anda adalah si penelepon, meskipun
    konteks percakapan adalah masalah orang lain.

  - Bila penelepon marah terhadap Anda, dengan kata-kata apapun juga,
    jangan Anda melayani kemarahan tersebut. Akhiri percakapan dengan
    kalimat pendek: "Terpaksa saya tutup telepon ini, karena Anda
    belum siap melakukan percakapan konseling ini."

  - Kalau si penelepon mengajak Anda berdebat (misal: soal agama),
    jangan Anda melayani perdebatan tersebut, tetapi fokuskan diri
    kepada apa yang sebetulnya menjadi problem si penelepon (misal:
    kebencian terhadap orang tertentu, ketidak-puasan terhadap
    gereja).

  - Jika Anda terasa terganggu atau merasa kurang siap. (misal:
    penelepon menelepon jam dua pagi) Anda harus waspada terhadap
    apa yang terjadi pada diri Anda sendiri. Tariklah napas panjang
    dan katakan pada diri Anda sendiri: "Mungkin si penelepon betul-
    betul sedang sangat membutuhkan bantuan."

  - Bila suara klien terlalu kecil, Anda harus dengan jelas
    mengatakan bahwa Anda tidak mendengar suaranya: "Maafkan saya
    tidak dapat mendengar suara Anda dengan jelas, dapatkah Anda
    mengulang sekali lagi." (jangan sampai Anda menafsirkan keliru
    apa yang disampaikan).

  - Jika penelepon meminta Anda menelepon balik, karena tidak bisa
    melanjutkan percakapan, Anda harus menjelaskan bahwa dalam
    pelayanan Hotline Anda tidak dapat menelepon balik). Jika klien
    ingin berbicara pada rekan Anda, berikan jadwal rekan yang
    bersangkutan.

  - Tidak dibenarkan untuk perkenalan pribadi, pertemuan di luar
    konteks hotline, dan menerima hadiah secara pribadi. Namun
    demikian, pelayanan hotline adalah pelayanan konseling, sehingga
    hal di atas jangan dimutlakkan. Kadang-kadang ada orang yang
    secara tulus merasa tertolong melalui individu tertentu,
    sehingga ingin menyatakan rasa terima kasihnya dan menjalin
    hubungan yang sifatnya lebih pribadi. Dalam hal ini, menjadi
    tanggung-jawab pribadi di luar organisasi pelayanan hotline.

  - Jika penelepon ingin memberi hadiah, Anda harus memberikan
    pengertian bahwa pemberian hadiah dapat diterima dalam bentuk
    dukungan terhadap pelayanan hotline, tanpa kewajiban apapun juga
    dari pihak penerima (misalnya: tidak harus mengambil hadiah
    tersebut).

  Kerjasama dengan Pelayanan-pelayanan Kemanusiaan yang Lain
  -----------------------------------------------------------
  - Konselor harus menyadari akan keterbatasan pelayanan konseling
    pertelepon, bahkan keterbatasannya sebagai konselor (apapun juga
    latar belakang pendidikannya). Dalam kasus-kasus yang tidak
    mungkin ditanganinya sendiri, konselor harus siap bekerja-sama
    dengan orang-orang yang lebih tepat, misalnya: dokter, psikolog,
    pendeta, psikiater, pekerja sosial, polisi, dsb. Untuk maksud itu,
    konselor dalam pelayanan konseling melalui telepon, dianjurkan
    untuk mempunyai daftar referrals (rujukan) yang siap pakai,
    termasuk nama, alamat dan nomor telepon.

  - Di dalam hal menjaga kerahasiaan, konselor tetap bisa menyampaikan
    kepada orang lain, jikalau:
    o klien mengijinkan.
    o klien dalam kondisi yang sangat berbahaya, misalnya: klien akan
      bunuh diri. Dalam hal ini konselor harus menanyakan nama, alamat
      dan nomor teleponnya; dengan menanyakan: "Anda sekarang ada di
      mana?", "Apakah Anda sendiri?", sehingga konselor bisa
      menghubungi polisi, aparat keamanan, dokter, dsb.

-*- Sumber -*-:
  Judul Buku   : Pelayanan Konseling Melalui Telepon
  Judul Artikel: Etika Konseling Melalui Telepon
  Penulis      : Pdt. Dr. Yakub B. Susabda dan Tim
  Penerbit     : People Helpers Ministry Indonesia, Jakarta
  Halaman      : 57 - 58


*STOP PRESS *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* STOP PRESS*

                     -*- PROGRAM INTENSIF 2003 -*-
           Sekolah Tinggi Theologia Reformed Injili Indonesia

  Kuliah Intensif yang diselenggarakan oleh STT Reformed Injili
  Indonesia berikut ini dapat diikuti oleh mahasiswa/i S.Th., M.A.,
  dan M.Div. (untuk mendapat kredit) tetapi juga dapat diikuti sebagai
  pendengar oleh pemimpin gereja/yayasan Kristen dan hamba Tuhan yang
  terlibat dalam pelayanan konseling. Tujuan utama adalah untuk
  membekali pelayan Tuhan agar lebih siap dan efektif dalam melayani.

  KONSELING REMAJA (2 SKS)
  ------------------------
  Tanggal: 21 - 22 Februari dan 21 - 22 Maret 2003
  Jadual : Jumat pk. 10.00 - 12.00 dilanjutkan pk. 13.00 - 18.00 WIB
           Sabtu pk. 08.00 - 12.00 dilanjutkan pk. 13.00 - 16.00 WIB
  Oleh: Paul Gunadi, Ph.D.
  Deskripsi mata kuliah:
     Mata kuliah ini disediakan untuk memperlengkapi Anda dengan
     pengenalan akan kehidupan remaja dengan kompleksitas
     permasalahannya.

  * Biaya Kuliah:
    Rp. 200.000,- (belum termasuk biaya akomodasi dan konsumsi).
  * Pendaftaran dan Informasi:
    Bagian Registrasi STTRII: Iyun/Ria pada hari kerja (Senin-Sabtu),
    Jl. Kemang Utara IX/10, Warung Buncit, Jakarta Selatan 12760.
    Telp. (021) 7982819, 7990357; Fax. 7987437
==>   e-mail: < reformed@idola.net.id >


*SURAT *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* SURAT*

  Dari: "Ruth" <prayerjunkie@>
  >Shalom,
  >Saat ini saya sedang mempergumulkan 3 orang anak saya, yaitu K...
  >(9), C....(7), dan J....(5). Ketiganya sangat energik. Rumah
  >baru bisa tenang jika mereka bertiga sekolah, atau sedang tidur
  >siang/malam. Sepanjang mata mereka masih terbuka pasti selalu ada
  >ribut-ribut di rumah. Kami berdua telah mendoakan mereka dan
  >menyerahkan mereka kepada Tuhan serta belajar mempelajari karakter
  >mereka masing-masing. Satu hal yang sering terjadi dalam menangani
  >"kenakalan" mereka adalah saya dan suami merasa kehilangan/kurang
  >sabar untuk menghadapi mereka. Karena itu mohon doa untuk
  >pergumulan ini. Mohon maaf jika email ini menjadi tempat untuk
  >menumpahkan rasa "frustasi" saya. BTW, apakah e-Konsel pernah
  >membahas tentang masalah orangtua dalam mendidik anak mereka?
  >Terima kasih atas perhatiannya.

  Redaksi:
  Seperti Anda ketahui e-Konsel telah membahas tentang mendidik anak
  dalam edisi 023/September 2002 -- Parenting.
  ==>   http://www.sabda.org/publikasi/e-konsel/
  Edisi tersebut membahas tentang hal-hal yang berkaitan dengan
  bagaimana orangtua membesarkan dan mendidik anak-anaknya. Kami ingin
  membahas topik "Parenting" ini lagi dengan masalah yang berbeda di
  masa yang akan datang. Kiranya Anda dapat bersabar.


e-KONSEL*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*e-KONSEL

                          STAF REDAKSI e-Konsel
                       Yulia O., Lani M., Evie D.
                    PENANGGUNG JAWAB ISI dan TEKNIS
                         Yayasan Lembaga SABDA
                     INFRASTRUKTUR dan DISTRIBUTOR
                          Sistem Network I-KAN
                      Copyright(c) 2003 oleh YLSA

*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*
 Anda punya masalah atau perlu konseling? <masalah-konsel@sabda.org>
 Informasi/artikel/bahan/sumber konseling/surat/saran/pertanyaan/dll.
 dapat dikirimkan ke alamat:             <owner-i-kan-konsel@xc.org>
*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*
 Berlangganan: Kirim e-mail kosong ke: subscribe-i-kan-konsel@xc.org
 Berhenti:     Kirim e-mail kosong:  unsubscribe-i-kan-konsel@xc.org
 Sistem lyris: http://hub.xc.org/scripts/lyris.pl?enter=i-kan-konsel
 ARSIP publikasi e-Konsel:  http://www.sabda.org/publikasi/e-konsel/
*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org