|
Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
https://sabda.org/https://sabda.org/publikasi/e-konsel/84 |
|
e-Konsel edisi 84 (4-3-2005)
|
|
><> Edisi (084) -- 01 April 2005 <><
e-KONSEL
*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*
Milis Publikasi Elektronik Pelayanan Konseling Kristen
*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*
Daftar Isi:
- Pengantar : Keberadaan Kaum Homoseksual
- Cakrawala : Apakah Homoseksualitas itu Salah?
- TELAGA : Bagaimana Menolong dan Memahami Kaum
Homoseksual? [T 043B]
- Tips : Mencegah Homoseksual
- Info : Oleh-oleh dari Kamp Bina Keluarga 2005
- Surat : Memuat Artikel e-Konsel di Buletin Gereja
*REDAKSI -*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*- REDAKSI*
-*- PENGANTAR DARI REDAKSI -*-
Beberapa tahun yang lalu kita pernah dihebohkan dengan pernikahan
pasangan homoseksual di Amerika. Bahkan di tahun 2003, sebuah gereja
di Inggris mentahbiskan seorang Pastor yang dengan jujur mengakui
bahwa dirinya adalah seorang homoseksual. Tentu saja, banyak orang
Kristen yang bertanya-tanya apakah homoseksual itu dilegalkan oleh
Allah atau tidak, bagaimana kita harus bersikap terhadap mereka, apa
yang bisa kita lakukan untuk menolong mereka, dan yang lebih penting
lagi bagaimana pandangan iman Kristen terhadap homoseksual. Nah,
Edisi 084/2005 ini akan mencoba mengulasnya bagi pembaca semua.
Selamat Menyimak! (Ra)
Redaksi
*CAKRAWALA *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* CAKRAWALA*
-*- APAKAH HOMOSEKSUALITAS ITU SALAH? -*-
Ribuan orang dewasa ini menyatakan diri mereka sebagai orang
homoseks atau gay (bencong). Kedua istilah ini dipakai untuk
menerangkan orang yang lebih suka mengadakan hubungan seks dengan
sesama jenis kelamin.
Banyak diantara ribuan orang itu adalah orang yang percaya kepada
Yesus Kristus -- orang Kristen yang sudah dilahirkan kembali atau
yang injili. Orang-orang seperti itu terperangkap dalam dilema suatu
kecenderungan ke arah kehidupan yang dikutuk oleh Alkitab. Tidak
mengherankan jika mereka bertanya, apakah homoseksualitas itu salah?
Bukankah Allah yang menjadikan saya seperti ini? Jika tidak,
bagaimana saya menjadi seperti ini? Apa yang harus saya lakukan?
Apakah homoseksualitas itu salah?
---------------------------------
Sebagai seorang percaya yang pengasih, saya telah berusaha untuk
membaca Alkitab sedemikian rupa agar dapat bersikap toleran terhadap
homoseksualitas. Terus terang saja, hal itu tidak dapat kita
lakukan. Nafsu homoseks disebut berkali-kali sebagai dosa, dan kita
diperintahkan untuk menghindarinya sama seperti kita disuruh
menjauhi nafsu heteroseksual. Dosa homoseksual tidak lebih baik
ataupun lebih buruk daripada dosa heteroseksual. Alkitab mengutuk
keduanya.
Homoseksualitas itu salah sebab menyangkut perbuatan seks yang tidak
wajar. Satu-satunya maksud perbuatan itu adalah kenikmatan, dan
kenikmatan itulah yang menjadi tujuannya. Para homoseks tidak
memberikan keturunan, dan mereka sangat jarang setia satu dengan
yang lain. Sebenarnya, kebanyakan hubungan seks homoseksual itu
adalah hubungan tanpa nama, yaitu mengadakan hubungan seks dengan
seorang asing yang ingin tetap menjadi orang asing. Kemungkinan-
kemungkinan hubungan bagi kaum homoseks sangat terbatas.
Jadi, homoseksualitas itu salah oleh karena Alkitab mengatakannya.
Perbuatan itu salah karena membawa kepada hubungan yang tidak sehat.
Tidak ada rasa gay (senang) bagi seorang yang menjadi homoseks.
Kebanyakan sahabat saya yang homoseks adalah orang-orang yang sedih
dan sangat kecewa. Mereka tidak menyukai nasib mereka. Mereka tidak
memahaminya, dan mereka tidak tahu apa yang harus mereka lakukan
dengan keadaan itu.
Mereka bergumul dengan soal: Bukankah Allah yang membuatku seperti
ini? Alkitab dengan sangat jelas menerangkan bahwa Allah tidak
menciptakan seorang pun sebagai homoseks. Allah menciptakan laki-
laki dan perempuan, dan Ia memerintahkan mereka untuk menjadi satu
daging. Homoseksualitas adalah akibat dosa dalam dunia ini, sama
seperti materialisme atau kanker. Allah telah mengizinkan terjadinya
homoseksualitas seperti Ia mengizinkan terjadinya keserakahan dan
penyakit.
Allah tidak pernah bermaksud agar keserakahan atau homoseksualitas
dilakukan atau agar penyakit kanker dibiarkan menyebar tanpa
dikendalikan. Kita membohongi diri sendiri bila kita menyalahkan
Allah atas adanya homoseksualitas, dan kemudian menarik kesimpulan
bahwa perbuatan itu boleh dipraktikkan. Allah tidak pernah
menciptakan persoalan itu, manusia yang menimbulkannya. Allah tidak
pernah menyetujui perbuatan itu; hanya manusia yang berbuat
demikian. Jikalau Allah tidak menjadikan saya homoseks, bagaimana
saya menjadi seperti ini?
Dari pengalaman saya menangani kasus-kasus orang yang menyukai
berhubungan dengan sesama jenis, saya telah menemui bahwa para
homoseks merupakan kelompok yang sangat beraneka ragam. Para
homoseks itu tidak semua sama, dan saya tidak percaya bahwa semua
orang mengembangkan preferensi sama jenis kelamin itu dengan cara
yang sama.
Menurut pengalaman saya, sangat berguna untuk membedakan antara dua
tipe orang dengan preferensi sama jenis kelamin. (Saya telah
menerangkan kedua tipe ini dalam buku saya "Sexual Sanity" [Inter
Varsity Press, 1984].) Yang pertama saya sebut kaum homoseks yang
sesungguhnya. Mereka ini tidak pernah tertarik pada orang yang
berbeda jenis kelamin dan mungkin sekali secara biologis cenderung
akan berhubungan dengan orang yang berjenis kelamin sama. Jenis
preferensi seksual semacam ini sangat sulit untuk diubah, tetapi
untung hal ini kurang umum daripada yang kebanyakan orang percayai.
Dari semua kaum homoseks yang saya ketahui, saya kira hanya 10
sampai 20 persen adalah homoseks yang sesungguhnya. Jika demikian,
siapakah 80 atau 90 persen yang sisa itu?
Saya sebut kelompok yang lebih besar ini sebagai para pencari
kenikmatan homoseksual. Mungkin orang-orang ini biseksual - artinya
mereka bisa berhubungan seks dengan kedua jenis kelamin, tetapi
kebanyakan dengan mereka yang sama jenis kelaminnya - atau mungkin
mereka mencari kepuasan seks semata-mata dengan orang yang sama
jenis kelamin. Saya sebut mereka sebagai pencari kenikmatan sebab
mereka begitu keranjingan kenikmatan dan berani mengambil risiko
besar untuk mendapatkannya. Bagi banyak orang seperti itu penyakit
AIDS nampaknya bukan merupakan ancaman sama sekali.
Saya percaya bahwa para homoseks pencari kenikmatan ini mampu
mengubah preferensi seksualnya dan hidup normal. Kuncinya adalah
harus mematahkan obsesi seksual itu.
Gerakan Hak Asasi kaum homo dan kelompok hak-hak penduduk lainnya
telah berusaha untuk meyakinkan orang dengan preferensi sama jenis
kelamin bahwa mereka dilahirkan seperti itu dan mereka tidak bisa
berubah. Saya percaya ini merupakan dusta besar yang harus
ditentang.
Jika saudara seorang homo, jangan menelan kebohongan itu tanpa
menyelidiki situasi saudara dengan seksama bersama seorang konselor
yang dapat menawarkan pengharapan. Jangan secara otomatis menghukum
diri sendiri untuk menjalani hidup seks yang tak wajar dan membenci
diri sendiri tanpa mencari kemungkinan pemecahan lain. Walaupun ada
orang yang cenderung melakukan perbuatan homoseksual, kebanyakan
mereka telah belajar untuk melakukan perbuatan itu, jadi mereka
dapat belajar untuk meninggalkannya juga. Mungkin diri saudara
sendirilah yang diselamatkan.
Apa yang dapat saya lakukan dengan homoseksualitas saya?
--------------------------------------------------------
Saya sudah memulai menjawab pertanyaan ini. Lawanlah dusta itu.
Jangan menganggap bahwa preferensi saudara sekarang ini tidak dapat
diubah. Jikalau saudara merindukan kepuasan yang lebih besar dari
hidup ini, saudara bisa memperolehnya.
Dick berkata, "Setelah saya mengetahui bahwa perubahan bisa terjadi,
saya mulai mempunyai pandangan hidup yang sama sekali baru." Belajar
suatu cara hidup yang baru memang sukar. Diperlukan waktu beberapa
bulan untuk konseling dengan saya, tetapi perubahan yang terjadi
betul-betul mengagumkan. Dick berubah dari seorang yang murung dan
putus asa menjadi orang yang bermasa depan cerah. Ia mulai menerima
dirinya sendiri sebagai seorang lelaki dan ia mulai menyukai
kecantikan kaum wanita. Sekarang ia bermaksud untuk menikah dan
berkeluarga, serta mendapatkan kesenangan dalam keamanan dan
penerimaan perkawinannya daripada di dalam hubungan seksual yang
kacau-balau dan berbahaya. Ia sekarang hidup.
Sekali lagi saya katakan, jangan percaya kebohongan itu! Berikan
Allah kesempatan untuk menunjukkan pada saudara bagaimana saudara
bisa hidup sesuai dengan kehendak Tuhan.
Jikalau saudara menginginkan bimbingan rohani, carilah seorang
konselor yang percaya bahwa keadaan saudara dapat berubah dan yang
telah berhasil menolong orang untuk berubah. Mungkin hal ini
menghabiskan banyak waktu dan uang, tetapi semuanya tak akan sia-sia
melainkan berguna bagi saudara.
Jika saudara dan konselor saudara mengatakan bahwa keadaan saudara
tidak mungkin diubah, saya mendorong saudara untuk memilih hidup
membujang. Dosa seksual hanya akan membinasakan saudara, dan saudara
terlalu berharga bagi Allah dan sesama manusia untuk dibinasakan
secara perlahan-lahan. Jadi inti semuanya ini adalah homoseksualitas
itu salah, karena membawa kepada kebinasaan. Pilihlah hidup!
-*- Sumber diambil dari: -*-
Judul Buku : Pola Hidup Kristen
Judul Artikel: Apakah Homoseksualitas itu Salah?
Penulis : Earl Wilson
Penerbit : Kerjasama Penerbit Gandum Mas, Yayasan Kalam Hidup
dan YAKIN
Halaman : 830 - 833
*TELAGA *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* TELAGA*
-*- BAGAIMANA MEMAHAMI DAN MENOLONG KAUM HOMOSEKSUAL? -*-
Tidak mudah bagi kita untuk bisa melakukan sesuatu yang berbeda bagi
orang lain, terlebih lagi kepada kaum homoseksual. Masyarakat sudah
terbiasa memperlakukan mereka sebagai orang-orang yang harus
dihindari, ditakuti bahkan harus dikucilkan dari pergaulan. Jika
demikian, bagaimana kita bisa memperlakukan mereka dengan cara yang
berbeda dengan orang lain? Simak tanya jawab berikut ini dengan
narasumber Pdt. Paul Gunadi Ph.D.!
-----
T: Bagaimana tahapan-tahapan seseorang menjadi homoseks?
J: Biasanya seseorang menyadari identitas seksualnya pada usia 3
atau 4 tahun. Namun seseorang akan menyadari seksualitasnya,
ketertarikannya, gairah, dan dorongan-dorongan seksualnya pada
waktu mereka menginjak usia remaja. Pada masa ini pulalah,
seseorang yang memang orientasinya homoseksual menyadari bahwa
dia tidak tertarik kepada lawan jenisnya, dia jauh lebih tertarik
secara seksual dengan sesama jenis.
Saat dia menyadari itu, mulailah dia masuk ke dalam FASE
KEBINGUNGAN. Kebingungan dalam pengertian mereka bertanya-tanya
mengapa saya begini dan mengapa saya berbeda. Dia tidak merasakan
bisa pas masuk ke dalam kelompoknya karena teman-temannya pasti
membicarakan tentang lawan jenisnya, sedangkan dia tidak bisa
bicara seperti itu. Dia mulai merasa berbeda dengan teman-
temannya.
Fase ini akan membawa dia ke FASE PENYANGKALAN. Saya tidak mau
menjadi seperti ini, saya normal, saya sama seperti orang lain,
saya heteroseksual, saya tidak ada bedanya dengan teman-teman
saya. Dia akan terus menggumuli dan melawannya, itulah sebabnya
kita perlu berempati, dan menyadari bahwa tidak ada satu anak
remaja pun yang akan dengan senang hati menyambut bahwa dia itu
seorang homoseksual. Mereka akan merasa ketakutan, bingung, dan
tertekan sekali sebab mereka tidak mau menjadi orang yang berbeda
dengan orang lain, mereka ingin menjadi sama seperti teman-
temannya, ini adalah suatu penderitaan tersendiri bagi mereka.
Akhirnya, mereka menyadari bahwa mereka memang berbeda dan mereka
tidak bisa mengatasinya.
Masuklah dia ke dalam FASE MENCARI. Ada suatu kerinduan mereka
untuk bertemu dengan orang yang sama atau senasib seperti
dirinya. Ini adalah kerinduan untuk dimengerti, untuk mendapatkan
teman yang sama, yang bisa memahami dilemanya. Tanpa disadari,
mulailah dia mencari. Akhirnya mereka bertemu dengan yang sama
sebab memang akan ada yang sama dalam lingkungan mereka. Waktu
bertemu, mulailah terjalin suatu hubungan yang akrab karena
mungkin sekali temannya itu menghadapi dilema yang sama dan juga
sedang mencari teman-teman yang sama sepertinya. Mereka
menceritakan bahwa inilah yang mereka alami, ketertarikan-
ketertarikan kepada sesama jenis. Setelah itu, kemungkinan besar
yang terjadi adalah eksperimen seksual. Ini seringkali menjadi
suatu titik berangkat dimana mereka sekarang akan lebih
dicenderungkan untuk mengembangkan bukan saja orientasi
homoseksual namun juga perilaku seksual, yaitu ingin terus
berhubungan seksual dengan sesama jenisnya.
Meskipun sudah tahu dan mereka menyadari bahwa mereka adalah
homoseksual dan tidak bisa lagi menghilangkannya, biasanya
setelah eksperimen seksual itu terjadi akan ada pergumulan. Fase
ini disebut FASE PERGUMULAN. Sekarang pergumulannya lebih dalam
lagi, yaitu mereka menyadari bahwa ini bukan saja keinginan tapi
sudah menjadi tindakan. Jadi ada keinginan untuk tidak seperti
itu, saya ingin kembali lagi sama, saya ingin mencoba lagi
menjadi orang yang sama. Tidak jarang ada homoseksual yang
akhirnya bertekad menikah, bukan untuk menipu pasangannya, bukan
untuk mengelabui orang lain, melainkan karena mereka ingin
mengalahkan dorongan itu dan mereka berpikir bahwa dengan menikah
mereka berharap mudah-mudahan dorongan seksual ini akhirnya bisa
hilang.
Bisa atau tidak memang tergantung dengan siapa kita berbicara.
Seseorang yang memang ingin membela keyakinan bahwa ia dilahirkan
sebagai homoseksual, dan tidak ada salahnya dengan diri seorang
homoseksual, akan berkata terimalah itu, mengapa mesti memikirkan
berubah. Tapi kita memiliki suatu titik berangkat, yaitu firman
Tuhan yang tidak mengizinkan seseorang melakukan hubungan seksual
dengan sesama jenisnya. Jadi, memang ada orang yang memasuki FASE
PENERIMAAN, menerima apa adanya, tidak usah lagi melawan saya,
dan menikmati hidup sebagai seorang homoseksual. Tapi Tuhan
menghendaki kita TIDAK MEMASUKI FASE PENERIMAAN itu,
seyogyanyalah kita terus berjalan di dalam fase pergumulan.
-----
T: Sebagai teman sepersekutuan atau teman segereja, bagaimana sikap
kita menghadapi kenyataan seperti itu?
J: Kita mesti menekankan cara Tuhan menghadapi manusia, yaitu Tuhan
sebagaimana Tuhan Yesus pernah berkata: "Aku datang bukan untuk
menghakimi tapi menyelamatkan manusia dari dosa." Jadi Tuhan
selalu menggunakan cara pendekatan cinta kasih, Tuhan melihat
kita berdosa, Tuhan terus memanggil kita, Tuhan terus menantikan
kita. Demikian pula dalam menghadapi teman kita yang homoseksual.
Respon kita haruslah tidak menjauhinya, tidak mengejeknya, tidak
menghinanya, tidak memberi dia label-label tertentu. Justru kita
harus bersimpati terhadap dia dan tetap berteman dengannya. Kita
harus menyadari bahwa seseorang menjadi homoseksual, biasanya
setelah mengalami pergumulan yang luar biasa beratnya, mereka
juga ingin sama seperti orang lain. Jadi kita mesti memahami sisi
penderitaan itu, selain itu kita juga mesti memahami bahwa
mungkin sekali ada pengaruh genetik di dalam orientasi itu
sehingga mereka lebih cenderung seperti itu. Kalaupun misalkan
faktor genetiknya tidak sekuat dengan faktor lingkungan, kita
tetap harus mengakui bahwa jika kita dibesarkan dalam lingkungan
seperti itu, kita mempunyai kecenderungan yang sama dengan dia.
Jadi kita tidak boleh mempunyai sikap benar sendiri, mempunyai
sikap sombong, saya ini suci, engkau ini tidak suci atau saya ini
bersih engkau ini kotor, kita tidak bisa mempunyai sikap seperti
itu. Kita mesti menyadari bahwa dia mengalami suatu penderitaan
yang berat dan kita mau menolongnya, itu yang harus kita lakukan,
kita mau menolongnya. Sebab saya kira kalau kita datang dengan
sikap mau menolong, mau membantu, dia akan lebih terbuka untuk
membuka diri dan membiarkan dirinya ditolong oleh kita.
-----
T: Lalu apa yang bisa dilakukan untuk menolong mereka sampai
tuntas?
J: Yang paling praktis adalah membentuk suatu kelompok, di mana
kalau bisa, terdiri dari orang-orang yang mempunyai pergumulan
tentang homoseksualitas. Di sana kita adakan kelompok tumbuh
bersama, berdoa bersama, dan menguatkan satu sama lain. Jadi
tujuan yang PERTAMA untuk mengubah orientasi mereka sehingga
mereka menjadi heteroseksual. Tujuan yang KEDUA, selama belum
menjadi heteroseksual, hiduplah kudus di hadapan Tuhan sebagai
seorang yang single yang tidak menikah. Kaum homoseksual juga
bisa hidup selibat, mempersembahkan hidup sepenuhnya kepada Tuhan
dan itu akan menjadi persembahan yang akan Tuhan terima asalkan
dia tidak melakukan hubungan seksual dengan orang lain. Jadi
orientasi itu mungkin tetap ada di dalam dirinya dan masih dalam
pergumulan untuk hilang dari dalam dirinya, tapi dia tidak
melakukan hubungan seksual dengan orang lain. Dia menjaga dirinya
kudus dan untuk ini mungkin perlu kelompok yang saling mendukung,
saling menguatkan dan saling mendoakan.
-*- Sumber: -*-
[[Sajian di atas, kami ambil/edit dari isi kaset TELAGA No. #043B
yang telah diringkas/disajikan dalam bentuk tulisan.
-- Jika Anda ingin mendapatkan transkrip lengkap kaset ini lewat
e-Mail, silakan kirim surat ke: < owner-i-kan-konsel@xc.org
atau: < TELAGA@sabda.ylsa > ]]
*TIPS *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* TIPS*7
-*- MENCEGAH HOMOSEKSUALITAS -*-
Seperti yang kita ketahui, ada bukti kuat bahwa homoseksualitas
adalah kondisi yang sedikit dipengaruhi oleh faktor genetik,
kelenjar, atau pengaruh-pengaruh psikologis. Jika hal ini ternyata
benar, maka homoseksualitas dapat dicegah dengan menyediakan
pembelajaran melalui pengalaman-pengalaman yang menstimulasi
heteroseksualitas. Tentu saja hal ini tidak berarti bahwa kita dapat
memberikan kuliah atau tugas membaca dan berharap bahwa kegiatan ini
bisa mencegah homoseksualitas. Pembelajaran ini harus dimulai di
rumah, bahkan sebelum anak itu mengetahui bagaimana caranya membaca.
1. Ciptakan Lingkungan Rumah yang Sehat
------------------------------------
Karena homoseksualitas sering muncul dari adanya hubungan yang
tidak dikehendaki antara orangtua dengan anak, maka keluarga
adalah titik awal dimana usaha pencegahan harus dimulai. Memang
benar dan tidak diragukan lagi bahwa orangtua yang memiliki
kehidupan pernikahan yang sehat tidak akan menasihati anaknya
agar memilih pasangan yang sejenis. Seorang ayah tidak akan
menolak atau mengacuhkan anak-anaknya jika ia mengalami kepuasan
dalam pernikahan, karier yang tidak menyita hampir seluruh
waktunya, dan dia merasa aman dalam kemaskulinan dan kemampuannya
sebagai laki-laki. Tidak ada anak yang bertumbuh menjadi
homoseksual jika sejak semula dia sudah mempunyai hubungan
emosional yang hangat, terutama dengan kedua orangtuanya.
Semuanya itu menyatakan bahwa gereja sebenarnya bisa mencegah
homoseksualitas jika gereja menstimulasi pola keluarga yang
Alkitabiah dimana ayah dan ibu secara jelas memiliki peran yang
berbeda; ayah menjadi pemimpin di rumah, anak-anak dihargai dan
didisiplin, serta orangtua memiliki hubungan yang saling
memuaskan. Suasana rumah yang stabil menstimulasi perilaku
heteroseksual yang sehat bagi anggota keluarga tersebut.
2. Memberikan Informasi yang Akurat Mengenai Homoseksualitas
---------------------------------------------------------
Sangat menyedihkan saat mengamati penghukuman dan ketakutan
orang-orang Kristen sebagai reaksi mereka terhadap
homoseksualitas. Dengan tumbuh dalam lingkungan semacam ini, para
pemuda justru belajar untuk takut terhadap homoseksualitas dan
menekan berbagai kecenderungan "gay" yang ada di dalam diri
mereka. Mereka bukannya mengakui dan bergaul dengan orang yang
berjenis kelamin sama, melainkan menutup rapat-rapat semuanya
itu. Mereka terdorong untuk bergabung dengan kelompok homoseksual
yang justru bisa memahami, menerima, dan mengasihi mereka karena
mereka tidak bisa mendapatkan pengertian dan pertolongan dari
orangtua atau anggota gereja. Dengan sikap menyalahkan tersebut,
maka gereja kadang-kadang justru menekan orang-orang ke dalam
situasi yang mendorong perilaku homoseksual.
Alternatif penyelesaiannya bukanlah dengan cara mengembangkan
sikap-sikap liberal yang mengabaikan dosa atas perilaku
homoseksual. Jalan keluar yang bisa diberikan adalah gereja-
gereja mengajarkan apa yang Alkitab katakan tentang kontrol
seksual, cinta, persahabatan, dan seksualitas (termasuk
homoseksualitas). Para pemimpin gereja seharusnya menunjukkan
sikap belas kasih dan membesarkan hati, dan bukannya menghukum
atau menyalahkan mereka. Pandangan miring tentang homoseksualitas
(beberapa di antaranya dibahas dalam buku-buku Kristen populer
tentang "gay") seharusnya diungkapkan apa adanya: ketidakbenaran
yang dijejalkan pada orang-orang, ketidakpedulian yang terus-
menerus, ketakutan yang dimunculkan, penyingkiran para homoseks
dari persekutuan Kristen serta pelayanan yang lebih digunakan
untuk membesar-besarkan pembenaran kritiknya. Semuanya ini
menunjukkan bahwa permasalahan-permasalahan seperti
homoseksualitas seharusnya didiskusikan di gereja dan bukannya
dihindari.
Karena homoseksualitas bisa menjadi kebiasaan yang merupakan
respon terhadap stimulasi lingkungan, maka gereja seharusnya
menekankan tentang pentingnya pengendalian seksualitas pribadi.
Hal ini bisa dilakukan melalui doa, merenungkan Firman Tuhan,
menghindari situasi atau orang yang memunculkan pemikiran
seksual, membuat keputusan dengan tenang untuk menghindari
tindakan dosa, dan kebiasaan untuk menceritakan masalah dengan
teman atau konselor yang bisa dipercaya.
3. Membangun konsep diri yang sehat.
---------------------------------
Beberapa tahun yang lalu George Gilder dalam salah satu bukunya
menunjukkan bahwa "ada jutaan laki-laki yang berada dalam kondisi
keliru yang berpeluang terhadap homoseksualitas. Penyebab yang
sering muncul adalah rendahnya penilaian diri. Kegagalan dalam
cinta atau pekerjaan bisa juga membuat para lelaki putus asa
sehingga mereka merasa tidak mampu membangun hubungan dengan
wanita. .... Untuk mendapatkan seorang wanita, seorang pria harus
benar-benar merasa bahwa dirinya adalah seorang pria." Jika
seorang pria merasa tidak puas dengan dirinya atau tidak
maskulin, dia mungkin mencari hubungan yang aman dimana dia tidak
harus berlaku sebagai seorang pria atau membuktikan
kejantanannya. Mungkin situasi yang hampir sama juga terjadi pada
wanita. Konsep diri yang rendah juga menjadi peluang bagi
seseorang untuk berperilaku homoseks.
-*- Sumber diterjemahkan dari: -*-
Judul Buku : Christian Counseling: a Comprehensive Guide
Judul Asli Artikel: Preventing Homoseksuality
Penulis : Garry R. Collins, Ph.D
Penerbit : Word Publishing, USA, 1998
Halaman : 291 - 293
*INFO *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* INFO*
Oleh-oleh dari KAMP BINA KELUARGA 2005
--------------------------------------
Berikut ini adalah oleh-oleh berkat yang disampaikan oleh Yulia
ketika mengikuti "KAMP BINA KELUARGA 2005" yang diadakan oleh
Lembaga Bina Keluarga Kristen, pada 11-13 Maret 2005 di Berlian
Cottage, Tretes, Malang.
----------------------------------------------------------------
Saya sekeluarga (suami dan anak) mendapat kesempatan yang sangat
menyenangkan mengikuti kamp keluarga, yang bertemakan, "Aku Cinta
Keluargaku". Selain suasananya yang penuh kekeluargaan (ada sekitar
35-40 keluarga), pembicara dan materi-materi yang dibahas juga
banyak memberi berkat.
Secara khusus saya mendapat berkat dari acara KKR yang dibawakan
oleh Pdt. Dr. Paul Gunadi, Ph.D., yang mengambil tema yang sama
dengan tema kamp ini, yaitu "Aku Cinta Keluargaku." Dalam
pembahasannya disinggung tentang rencana Allah bagi keluarga.
Sebagai orang Kristen, membangun dan memiliki keluarga yang
bertanggung jawab tidaklah cukup, bahkan bukan itu tujuannya.
Membangun keluarga yang saling mengasihi, sebagaimana Kristus
mengasihi Jemaat-Nya adalah tujuan Allah. Ketika Allah meminta kita
untuk saling mengasihi, hal itu bukanlah sekadar himbauan, tapi
perintah yang harus ditaati. Apabila kita mengasihi keluarga kita,
maka kita akan peduli dan peka terhadap kebutuhan masing-masing
anggota keluarga. Di dalam kasih akan ada rasa sukacita ketika
berkumpul bersama dan ada kelimpahan yang dapat kita bagikan kepada
orang-orang lain yang ada di luar hubungan keluarga kita. Keluarga
yang penuh kasih adalah keluarga yang memuliakan Tuhan.
Namun demikian, kita sering lupa bahwa keluarga yang penuh kasih
tidak terjadi secara otomatis. Dengan berjalannya waktu kehangatan
kasih dalam keluarga sering secara perlahan-lahan menjadi luntur dan
hilang. Bagaimana mempertahankannya? Ada beberapa tips yang
diberikan:
1. Jadilah orang yang layak dikasihi, jangan mau menang sendiri,
jangan saling menghina, dan berhentilah saling menyakiti. Banyak
ayat Alkitab yang menolong kita untuk bisa hidup sebagai orang
yang dapat dikasihi.
2. Fokuskan perhatian bukan pada hal-hal yang `minus` tapi yang
`plus`. Setiap orang memiliki kelemahan, namun semua orang sedang
dalam proses penyucian untuk menjadi sempurna.
3. Jangan mengasihi ketika semuanya sudah sempurna. Mulailah dengan
mengasihi apa yang ada, bukan yang tidak ada. Jika Anda tidak
dapat mengasihi pasangan Anda karena dia sering lupa dengan hari
ulang tahun Anda maka kasihilah dia karena dia selalu ingat
menjemput dan menemani Anda berbelanja.
Masih banyak berkat yang kami dapatkan, khususnya anak saya yang
senang sekali bertemu dengan teman-teman baru dari berbagai tempat
dan setiap hari selalu ada acara-acara menarik yang dibawakan oleh
guru-guru Joyful Kids. Terima kasih untuk semuanya.
*SURAT*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-DARI Anda-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*SURAT*
Dari: Daniel <mbgpps@>
>Salam sejahtera dalam kasih Tuhan Yesus Kristus
>Kami mendapat banyak berkat rohani dengan content dari SABDA dan
>christian counseling. Kami rindu untuk membagikan berkat rohani ini
>kepada jemaat yang Tuhan percayakan di gereja yang kami layani,
>karenanya bersama ini kami bermaksud untuk meminta izin pemuatan
>content artikel rohani dan konseling di dalam buletin gereja yang
>kami terbitkan setiap minggunya. Syarat apa saja yang harus kami
>penuhi untuk memuatnya di dalam buletin kami?
>Atas perhatian dan kerjasamanya, Tuhan Yesus memberkati.
>Hormat kami,
>Daniel J. Setiadarma
Redaksi:
Bersyukur sekali jika kehadiran e-Konsel bisa menjadi berkat bagi
jemaat di gereja Anda. Kami dengan senang hati memberi izin agar
Anda dapat menggunakan bahan-bahan e-Konsel untuk dimuat di buletin
gereja Anda. Persyaratan yang harus dipenuhi adalah:
1. Anda harus mencantumkan sumber dari mana bahan tersebut diambil
2. Juga cantumkan e-Konsel sebagai publikasi elektronik yang
menerbitkannya.
3. Kami akan lebih bersyukur lagi bila Anda bersedia mencantumkan
alamat subscribe e-Konsel supaya apabila ada jemaat yang ingin
berlangganan mereka bisa mendaftar sendiri.
==> subscribe-i-kan-konsel@xc.org
Demikian informasi dari kami semoga dapat membantu. Selamat
melayani!
e-KONSEL*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*e-KONSEL
STAF REDAKSI e-Konsel
Ratri, Tesa, Evie, Lisbeth
PENANGGUNG JAWAB ISI dan TEKNIS
Yayasan Lembaga SABDA
INFRASTRUKTUR dan DISTRIBUTOR
Sistem Network I-KAN
Copyright(c) 2005 oleh YLSA
http://www.sabda.org/ylsa/
Rekening: BCA Pasar Legi Solo
No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati
*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*
Anda punya masalah atau perlu konseling? <masalah-konsel@sabda.org>
Informasi/artikel/bahan/sumber konseling/surat/saran/pertanyaan/dll.
dapat dikirimkan ke alamat: <owner-i-kan-konsel@xc.org>
*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*
Berlangganan: Kirim e-mail kosong ke: subscribe-i-kan-konsel@xc.org
Berhenti: Kirim e-mail kosong: unsubscribe-i-kan-konsel@xc.org
Sistem lyris: http://hub.xc.org/scripts/lyris.pl?enter=i-kan-konsel
ARSIP publikasi e-Konsel: http://www.sabda.org/publikasi/e-konsel/
*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*
|
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |