|
Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
https://sabda.org/https://sabda.org/publikasi/e-konsel/59 |
|
e-Konsel edisi 59 (17-3-2004)
|
|
><> Edisi (059) -- 15 Maret 2004 <><
e-KONSEL
*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*
Milis Publikasi Elektronik Pelayanan Konseling Kristen
*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*
Daftar Isi:
- Pengantar : Terbelenggu oleh Dosa
- Cakrawala : Empat Relasi Universal Dosa
- Bimbingan Alkitabiah : Buah-buah Dosa
- Tips : Penyesalan: Menolong atau Menghambat?
- Surat : Berkat dari Artikel e-Konsel
*REDAKSI -*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*- REDAKSI*
-*- PENGANTAR DARI REDAKSI -*-
Tidak dapat dipungkiri sebenarnya dosa selalu mempengaruhi kehidupan
kita sehari-hari. Namun kita seringkali kurang mengerti seberapa
mengerikannya dosa, sampai kita jatuh dalam dosa dan harus
menanggung akibat dan buah-buahnya. Yang lebih mengerikan lagi
adalah bahwa akibat-akibat dosa itu tidak hanya kita tanggung satu
kali saja tapi sering akan menghantui kita sepanjang hidup dan terus
menerus menjerat hidup kita. Kemudian kita mulai menyesal dan
bertanya-tanya "mengapa saya sulit melepaskan diri dari dosa
tersebut padahal saya ingin sekali melepaskan kebiasaan dosa saya
itu?" Mengapa bisa demikian? Artikel yang kami ambil dari buku yang
berisi ceramah dari Pdt. Stephen Tong, yang berjudul "Dosa Keadilan
dan Penghakiman", akan menolong kita mendapatkan jawabannya.
Melalui sajian-sajian edisi ini kami harap para pembaca menjadi
semakin waspada untuk tidak lagi bermain-main dengan dosa. Namun
jika sekarang Anda sudah jatuh dalam dosa, bagaimana kembali ke
jalan yang benar? Orang dunia berkata bahwa menyesal justru
menunjukkan bahwa kita lemah? Bagaimana kita sebagai orang Kristen?
Tips yang kami sajikan kali ini menolong kita untuk melihat apakah
penyesalan itu bersifat menolong atau malah menghambat pertumbuhan
rohani kita.
Redaksi
*CAKRAWALA *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* CAKRAWALA*
Artikel berikut ini menolong kita mengerti sifat-sifat dosa yang
sangat merusak hidup manusia, terutama dalam hidup kita sehari-hari.
Salah satu yang dibahas dalam artikel ini adalah sifat dosa yang
merupakan kuasa yang dapat membelenggu manusia. Barangsiapa terjerat
olehnya sulit untuk melepaskan diri dari kebiasaan hidup dalam dosa.
Mengapa? Selamat menyimak uraian berikut ini:
-*- EMPAT RELASI UNIVERSAL DOSA -*-
1. Dosa sebagai kuasa yang membelenggu.
------------------------------------
Relasi yang pertama adalah relasi antara aku dengan aku, diriku
dengan diriku. Hubungan ini dirusak oleh dosa karena di dalam
dosa aku mendapatkan sesuatu kekuasaan yang mengikat, dimana aku
tidak sadar itu dosa. Maka bagi diri, dosa merupakan suatu kuasa
yang membelenggu aku, yang melawan kehendak Allah. Ini adalah
relasi pertama yang dirusak. Pada saat sesuatu yang aku kerjakan
membelenggu aku, tetapi tidak melawan kehendak Allah, itu bukan
dosa.
Jadi pertama, dosa dimengerti di sini sebagai satu istilah yang
saya sebut sebagai kuasa. Dosa bukan hanya dimengerti sebagai
sesuatu kekuatan atau suatu kelakuan melainkan suatu kuasa yang
membelenggu dan mengikat kita. Itu disebut dosa. Di dalam Surat
Roma, Paulus mengatakan dengan jelas sekali, "Yang kuinginkan aku
tak bisa melakukan, yang aku tak inginkan justru aku lakukan."
Apa artinya? "Aku tidak mempunyai kebebasan." Karena di dalam
diri ini ada sesuatu yang begitu berkuasa sehingga kebebasan diri
dipengaruhi oleh kekuatan itu. Itu disebut dosa. Jadi dosa
dimengerti sebagai suatu kuasa yang membelenggu dan menghancurkan
kebebasan kita.
Barangsiapa sedang memakai kebebasan untuk berbuat segala
sesuatu, menganggap bahwa dirinya adalah orang bebas, ia salah.
Karena begitu kebebasan itu dipakai untuk pertama kali dan hak
itu dipakai, langsung hak itu menjadi tuan untuk membelenggu
Saudara. Misalnya, pada waktu Saudara ingin menjadi seorang
perokok, pertama kali Saudara mengatakan, "Saya mau menjadi
seorang perokok", Saudara seolah-olah bebas. Setelah Saudara
merokok satu kali, dua kali, tiga kali, Saudara telah menjual
kebebasan Saudara kepada kuasa rokok yang sedang membelenggu
Saudara, dan tanpa disadari Saudara sudah kecanduan dan sulit
melepaskan darinya. Demikian pula pada waktu Saudara mengatakan,
"Saya bebas, saya mau pergi mencari pelacur", Saudara sedang
mempergunakan kebebasan Saudara yang kelihatannya netral. Namun
begitu Saudara menggunakan kebebasan itu, saat itu juga, Saudara
sedang menjual kebebasan Saudara kepada ketidakbebasan yang
sedang membelenggu Saudara. Seperti juga seorang yang berjalan,
lalu berhenti di perempatan. Pada waktu ia memilih ke kanan, ia
telah menjual kebebasan ke arah itu, dan tidak bisa lagi membuat
keputusan yang lain. Maka di sini dosa dimengerti sebagai suatu
kuasa yang membelenggu setelah Saudara menggunakan kebebasan yang
pertama.
2. Dosa sebagai kelakuan yang merugikan.
-------------------------------------
Relasi kedua adalah relasi antara diriku dan orang lain. Di sini
dosa dimengerti sebagai suatu kebebasan yang merugikan orang
lain, baik sadar atau tidak sadar. Kelakuan dan dosa dimengerti
selain sebagai kuasa kini juga dimengerti sebagai kelakuan, "an
action", "behaviour", "conduct", "an expressed living style".
Suatu cara hidup, kelakuan, perbuatan dan tindakan yang sudah
merugikan orang lain. Ini dimengerti sebagai dosa. Perlu kita
perhatikan bahwa baik istilah pertama: kuasa yang membelenggu,
lalu istilah kedua: kelakuan yang merugikan, keduanya adalah
merupakan pengertian yang diambil dari hukum negara.
3. Dosa sebagai alat pemersatu dengan setan.
-----------------------------------------
Dosa juga dimengerti dari relasi universal yang ketiga. Diriku
dengan setan yang tidak kelihatan. Justru karena setan tidak
kelihatan, itu menunjukkan ia hebat. Kalau setan setiap hari
membuat dirinya terlihat, ia kurang pandai. Kalau seorang maling
berkata, "Berjaga-jagalah, nanti malam jam 2 saya datang," dia
maling yang bodoh. Jika seorang tukang copet memasang tulisan
besar di bajunya "Aku adalah tukang copet, hati-hati denganku,"
IQ nya rendah.
Setan begitu pintar sampai dia mengatakan, "Sebab tidak ada
setan, maka tidak perlu takut kepada setan; sebab tidak ada
setan, pasti juga tidak ada Allah." Maka akhirnya Saudara tidak
percaya setan, juga tidak percaya Allah. Saudara sudah masuk ke
dalam jerat setan.
Prof. Kurtkoch dari Stuttgart University mengatakan, "Orang
Jerman segan, malu, tidak mau ke gereja karena mereka merasa
modern. Tetapi justru pemimpin-pemimpin Jerman yang tertinggi
yang biasanya tidak mau ke gereja, takut dipermalukan orang lain,
takut dianggap terlalu ketinggalan, pada waktu menemukan
kesulitan-kesulitan paling hebat di dalam menjalankan
kebijaksanaan-kebijaksanaan pemerintah, mereka selalu ke rumah
dukun-dukun untuk mendapatkan petunjuk dari para dukun. Ini
gejala yang aneh. Manusia yang percaya Tuhan seolah-olah
ketinggalan jaman, tapi jika dalam keadaan krisis pergi mencari
dukun, mereka tidak takut. Demikian juga banyak pendeta-pendeta
seolah-olah mereka memimpin orang lain, tetapi pada waktu
menghadapi kesulitan-kesulitan, mereka tidak bisa mengambil
prinsip Alkitab untuk membereskan persoalan. Mereka pergi mencari
psikiater-psikiater yang bukan Kristen.
Penipuan-penipuan seperti ini terus-menerus terjadi karena kita
tidak percaya jawaban yang sesungguhnya adalah Firman Tuhan dan
bagaimana mendapatkan jawaban melalui pimpinan Roh Kudus dan
Firman dan prinsip yang benar. Hubungan aku dengan setan
ditiadakan oleh setan dengan penipuan "tidak ada setan", sehingga
karena Saudara kira tidak ada, Saudara tidak berjaga-jaga. Pada
saat itu dia sedang mengaitkan diri dengan Saudara. Ini merupakan
sesuatu alat yang mempersatukan manusia dengan setan.
Dosa dimengerti sebagai suatu kuasa, dosa juga dimengerti sebagai
kelakuan dan dosa dimengerti sebagai suatu alat yang
mempersatukan kita dengan setan. Dosa sedang menjadi suatu alat
yang mengaitkan Saudara dengan dia, sehingga tanpa Saudara
sadari, Saudara sedang bersatu dengan si jahat itu. Itulah
sebabnya kalau membaca buku yang baik, Saudara tertidur, membaca
buku porno, mata Saudara besar sekali. Itulah sebabnya kalau
Saudara pergi ke gereja tidak ada waktu, tetapi kalau mencari
pelacur waktunya banyak. Mengapa? Karena Saudara sedang
dipersatukan dengan suatu alat. Alat yang mempersatukan itu
disebut dosa. Dan Saudara tidak melihatnya karena penipuan ini
merupakan suatu alat yang mempersatukan dengan oknum yang
menyangkal bahwa dia ada, itu dosa.
4. Dosa sebagai sikap melawan Allah.
---------------------------------
Dosa dimengerti sebagai relasi universal keempat yaitu dosa
merupakan sikap melawan Allah; antara manusia dengan Allah.
Relasi ini seharusnya mempunyai poros sesuai dengan status asli
yang ditetapkan oleh Tuhan, tetapi sekarang sudah
dikacaubalaukan, diputarbalikkan. Yang utama menjadi tidak utama,
yang tidak utama menjadi yang utama, yang mutlak menjadi tidak
mutlak, yang tidak mutlak menjadi mutlak.
Sekarang manusia sudah berada dalam kekacauan, kerusakan di dalam
seluruh relasi total seperti ini, sehingga manusia berani kepada
Tuhan Allah. Terhadap Tuhan Allah manusia begitu keras, tapi
terhadap setan begitu lembut. Pada saat diminta percaya kepada
Tuhan Yesus atau diajak ke gereja, manusia selalu berdebat dengan
begitu keras, menggunakan berbagai macam argumen, tetapi anehnya,
ketika diajak ke pelacur, ia tidak memakai cara yang sama, ia
tidak berdebat keras tentang apa pentingnya ke pelacur dan
sebagainya. Waktu disuruh ke gereja, menjadi filsuf; waktu
disuruh cari pelacur, langsung pergi. Saya tidak pernah
menghargai orang semacam demikian. Itu disebut sebagai: dengan
status tidak adil berusaha melawan Allah yang adil. Di dalam
perlawanan inipun telah membuktikan secara lebih tegas bahwa dia
sedang melayani dosa. Saya tidak mau melayani perdebatan seperti
ini, meskipun saya tahu, saya cukup dan bisa menjatuhkan segala
argumen yang mungkin dia keluarkan, tapi saya kira Firman dan
kebenaran Allah jangan dilempar ke hadapan babi, mutiara jangan
diberikan kepada anjing.
Dibandingkan dengan Saudara, mungkin saya lebih banyak bertemu
dengan kaum intelektual. Saya sudah berkotbah kepada doktor-
doktor, profesor-profesor, beratus-ratus orang termasuk yang tua-
tua, yang senior di negara Atheis. Tidak ada pertanyaan yang
begitu sulit yang tidak bisa dijawab oleh Firman Tuhan. Kalimat-
kalimat ini tidak berhenti sebagai kalimat klise seperti banyak
orang mengatakan, "Jesus is the answer, but I don't know what is
the question." (Yesus adalah jawaban, tetapi saya tidak tahu apa
pertanyaannya) Tidak! I know the question.
Dari umur 21 sampai umur 41, dalam waktu 20 tahun itu, saya sudah
menjawab begitu banyak pertanyaan, tiap tahun kira-kira 6000
sampai 10000 pertanyaan, sebab dalam satu tahun itu kadang-kadang
saya berkhotbah sampai 600 kali. I know what's going on. Saya
tahu apa yang sedang terjadi. Saya tahu apa yang ditanyakan. Yang
Saudara mau tanya, kira-kira sudah bisa saya tangkap. Dalam waktu
2 detik, setelah membaca pertanyaan, saya sudah harus menentukan
tiga hal. Pertama: motivasinya. Kedua: asal pikirannya. Ketiga:
jawabannya. Selesai membaca, saya langsung menjawab. Bukan karena
kehebatan saya, tetapi karena Tuhan begitu mengasihani saya,
memberi kesempatan begitu banyak. Jika Saudara mendapatkan
kesempatan seperti saya, mungkin Saudara jauh lebih terampil
daripada saya. Pertanyaan-pertanyaan dari pemuda/pemudi atau kaum
intelektual tidak terlalu jauh berbeda. Banyak yang mau melawan,
kenapa begini, kenapa begitu. Manusia mengira waktu ia bertanya,
Tuhan langsung jatuh. Tuhan akan berkata, "Silakan bertanya
terus, nanti setelah selesai, Aku akan bertanya satu kali, maka
engkau langsung jatuh." Tuhan tidak mau berdebat.
Mengapa Saudara tidak memakai cara dan metode yang sama untuk
melawan setan? Kenapa dengan setan Saudara begitu mudah pergi
berjudi, pergi melacur, pergi berbuat dosa, pergi menerima segala
ajaran yang salah. Saudara begitu mudah menyerahkan diri Saudara
untuk itu, tetapi mengapa menerima Firman Tuhan begitu sulit?
Saudara tidak mau. Bukan saja tidak mau, bahkan banyak pemimpin-
pemimpin gereja pun tidak bisa menerima dengan baik, mereka hanya
mau menggunakan untuk mempertahankan harga diri saja, supaya
jangan dikritik.
Inilah 4 relasi universal dari dosa yang kita lihat.
-*- Sumber: -*-
Judul Buku : Seri Pembinaan Iman Kristen: Dosa, Keadilan dan
Penghakiman
Judul Artikel: Empat Relasi Universal Dosa
Penulis : Pdt. Stephen Tong
Penerbit : Lembaga Reformed Injili Indonesia, Jakarta, 1993
Halaman : 63 - 68
*BIMBINGAN *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*--*-*-*-*-*-*-*-*-* ALKITABIAH*
-*- BUAH-BUAH DOSA -*-
Setiap perbuatan dosa selalu diikuti oleh akibat-akibatnya. Di dalam
Alkitab Allah sudah memberikan kepada kita apa saja akibat dari
dosa. Berikut ini ayat-ayat yang terdapat dalam Alkitab yang
menyatakan akibat-akibat dari dosa.
Perjanjian Lama:
----------------
Kejadian 3:7-24, 4:11-14, 6:5-7
Ulangan 29:18
Ayub 4:8, 5:2, 13:26, 20:11
Mazmur 5:10, 9:15-16, 10:2, 94:23, 141:10
Amsal 1:31, 3:35, 5:22-23, 8:36, 10:24,29-31;
Amsal 11:5-7,18-19,27,29, 12:13-14,21,26, 13:5,15, 22:8;
Amsal 27:8, 28:1, 29:6, 30:20
Yesaya 3:9,11, 9:18, 14:21, 50:11, 57:20-21
Yeremia 2:17,19, 4:18, 5:25, 7:19, 14:16, 21:14
Yehezkiel 11:21, 23:31-35
Hosea 8:7, 10:13, 12:14, 13:9
Mikha 7:13
Perjanjian Baru:
----------------
Markus 7:21-23
Kisah Para Rasul 9:5
Roma 5:12-21, 7:5
1Korintus 3:3, 6:9-11
Galatia 5:19-21, 6:7
1Petrus 4:3
-*- Sumber -*- :
Judul : Dua Ratus Topik Penting (CD SABDA)
Nomor Topik : 09227
Copyright : Yayasan Lembaga SABDA
*TIPS *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* TIPS*
-*- PENYESALAN: MENOLONG ATAU MENGHAMBAT? -*-
Coba perhatikan pernyataan yang tidak umum ini: Penyesalan tidak
seluruhnya buruk.
Pada zaman kita ini ketika orang didorong untuk merasa senang, tidak
peduli apa pun yang terjadi, penyesalan dipandang sebagai satu emosi
yang negatif, satu halangan bagi mental yang sehat, satu beban yang
harus dibuang.
Susahnya adalah penyesalan merupakan akibat perbuatan yang salah.
Demikianlah Allah menciptakan kita. Saya ingat beberapa waktu yang
lalu ketika mengucapkan kata-kata tajam dalam satu percakapan--
pilihan kata-kata itu baik sekali, tetapi mengandung sengat.
Perkataan itu melukai hati orang lain dan saya menyesal telah
mengatakannya. Seharusnya saya tidak berkata sepedas itu dan
bersikap lebih baik lagi.
Penyesalanlah yang mendorong saya untuk meminta maaf pada orang yang
terluka hatinya. Penyesalanlah yang mendorong saya untuk mengakuinya
kepada Tuhan. Penyesalan yang mendorong saya untuk menjaga lidah ini
dengan lebih seksama pada masa yang akan datang.
Jikalau saya menolak untuk menghadapi rasa penyesalan, maka saya
tidak dapat hidup terus sebagai orang Kristen.
Dalam sebuah buku yang berjudul, "Another Chance: How God Overrides
Our Big Mistakes", saya menguraikan secara ringkas empat tahap dalam
menghadapi dosa:
1. Pertama-tama kepercayaan diri timbul kembali, dengan pengertian
Allah dapat melakukan sesuatu dalam keadaan yang buruk ini.
2. Kemudian timbul keinginan untuk menghadapi kesalahan itu. Apa
yang terjadi tidak dapat dilupakan, disembunyikan dalam tumpukan
kayu, atau di bawah karpet ataupun di tempat lainnya. Kita tetap
bertanggung jawab.
3. Berikutnya, tibalah saatnya untuk mengaku -- mengutarakan
kesalahan itu. Biasanya kita enggan untuk membicarakan dan
melakukan hal ini. Tetapi kita harus berbuat demikian. Kita harus
mengatakan hal yang sama yang Tuhan katakan -- bahwa hal yang
terjadi itu melanggar perintah-Nya.
4. Akhirnya, kita dapat bergerak maju kepada hal-hal yang baru,
harga diri yang diperbaharui, masa depan yang terbuka. Kita bisa
tersenyum lagi sebab kita telah diampuni dan diperbaharui oleh
Dia yang kasih setia-Nya itu untuk selama-lamanya.
Penyesalan adalah kekuatan pendorong, yang mendesak kita untuk masuk
ke tahap yang kedua. Ini merupakan satu bagian yang penting dalam
proses ini.
Akan tetapi, kita tidak boleh berhenti pada tahap kedua ini.
Beberapa orang Kristen mengalami kesulitan untuk maju ke tahap yang
berikutnya. Berulang-ulang mereka membangkitkan kembali dosa-dosa
masa lalu, membesarkan, dan memutarbalikkan ceritanya. Allah tidak
bermaksud demikian.
Setelah kita menyelesaikan tahap pengakuan ini, "sekarang tidak ada
penghukuman bagi mereka yang ada di dalam Kristus," (Roma 8:1),
karena "Roh yang memberi hidup telah memerdekakan kamu." Penulis
yang sama, Paulus, menulis kepada jemaat di Galatia, "Supaya kita
sungguh-sungguh merdeka, Kristus telah memerdekakan kita. Karena
itu berdirilah teguh dan jangan mau lagi dikenakan kuk perhambaan"
(Galatia 5:1).
Paulus menuliskan hal-hal di atas dari pengalaman pribadinya tentang
penyesalan. Masa lalu Paulus mungkin akan membuat seorang ahli
penyakit jiwa sibuk selama bertahun-tahun. Sewaktu-waktu Paulus
dapat menutup matanya dan melihat dirinya sedang menjaga setumpukan
jubah, sedangkan hanya beberapa meter saja dari tempatnya ia melihat
Stefanus sedang dilempari dengan batu. Malah ia bisa mengingat
sejumlah penggerebekan pada tengah malam terhadap keluarga-keluarga
Kristen - mendobrak pintu, menyentak para suami, istri dan anak-anak
dari tempat tidur mereka, dan menggiring mereka ke penjara. Ia telah
menteror seluruh daerah mulai dari Yerusalem sampai Damaskus,
sehingga tidak ada satu orang Kristen pun yang tidak gemetar ketika
mendengar namanya disebutkan.
Bagaimana ia dapat mengatasi rasa bersalah itu? Penyesalan? Mimpi
yang mengerikan?
Kepada gereja di Filipi ia menulis, "Bukan seolah-olah aku telah
memperoleh hal ini atau telah sempurna, melainkan aku mengejarnya,
kalau-kalau aku dapat juga menangkapnya, karena aku pun telah
ditangkap oleh Kristus Yesus. Saudara-saudara, aku sendiri tidak
menganggap bahwa aku telah menangkapnya, tetapi ini yang kulakukan:
aku melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri
kepada apa yang di hadapanku, dan berlari-lari kepada tujuan untuk
memperoleh hadiah, yaitu panggilan sorgawi dari Allah dalam Kristus
Yesus" (Filipi 3:12-14).
Seorang penasihat rohani di Akron, Ohio yang juga seorang mantan
pendeta, Dr. Richard Dobbins, bercerita tentang seorang wanita yang
berumur empat puluhan yang datang kepadanya. Sepanjang dua
kunjungan, Evelyn (bukan nama sebenarnya), berbicara secara umum
mengenai persoalan dan hidupnya, tetapi pada kunjungannya yang
ketiga kebenaran pun timbul. Pada waktu berumur belasan tahun ia
telah hamil dan telah menikah dengan pimpinan kelompok pemuda di
gereja mereka tiga bulan sebelum anak mereka lahir.
Yang mengherankan ialah mereka tetap tinggal di daerah yang sama
selama tahun-tahun itu dan hidup baik-baik sehingga akhirnya orang
melupakan perbuatan yang tercela itu. Mereka pun masih terus menjadi
anggota gereja yang sama. Tetapi Evelyn selalu ragu-ragu apakah
suaminya sungguh-sungguh mencintainya atau telah mengawininya karena
merasa berkewajiban berbuat itu. Suaminya mengatakan bahwa ia
mengasihinya, ia seorang suami yang baik, tetapi toh ....
Sekarang terjadi suatu komplikasi yang menakutkan. Sahabat baiknya
di SMA, yang mengetahui seluruh persoalannya, segera setelah
kejadian itu pindah ke kota lain - tetapi sekarang ia akan kembali
lagi ke kota itu. Dalam pikiran Evelyn, waktu dan keadaan seakan-
akan tetap sama saja. Ia dan sahabatnya itu menjadi remaja kembali,
dan hanya beberapa minggu saja kisah ini akan tersebar lagi ke
seluruh kota.
Di kantor Dr. Dobbins ia mulai menangis tersedu-sedu. Dengan tenang
Dr. Dobbins berkata, "Evelyn, sudahkah engkau memohon Tuhan
mengampunimu?"
"Apa?" ia menjawab dengan air mata membasahinya. "Sudahkah aku
meminta pengampunan Tuhan? Seratus kali!"
"Baiklah, sekarang percayakah engkau bahwa Ia telah mengampuni hal
ini?"
"O, ya tapi bukan itu yang menjadi masalah. Masalahnya adalah
bagaimana saya bisa mengampuni diri saya sendiri?"
Dobbins berdiam diri beberapa saat. Kemudian ia berkata, "Katakan
padaku, apakah kau lebih suci daripada Allah?" Dobbins berhenti.
"Haruskah Allah mengorbankan Anak-Nya lagi di salib demi hati
nuranimu?"
Ia berhenti sebentar, kemudian melanjutkan, "Jika kematian Kristus
cukup baik untuk memberi pengampunanmu di hadapan Allah, apakah itu
tidak cukup baik untukmu?"
Evelyn tidak bisa berbicara. Kebenaran itu mulai meresap ke dalam
rohnya. Selama sepuluh menit ia tidak bisa apa-apa kecuali menangis.
Akhirnya ia mengangkat kepalanya, dan damai terbayang di wajahnya.
Mereka berdoa bersama-sama, lalu Evelyn berkata, "Inilah pertama
kali dalam waktu lebih dari dua puluh tahun saya tidak merasa
terhukum."
Yesus telah mati agar umat Tuhan tidak berpegang terus pada rasa
bersalah dan penyesalannya. Itulah sebabnya 1Yohanes 1:9
menjanjikan, "Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan
adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan
kita dari segala kejahatan."
-*- Sumber -*-:
Judul Buku : Pola Hidup Kristen
Judul Artikel: Penyesalan: Menolong atau Menghambat?
Penulis : Dean Merrill
Penerbit : Yayasan Penerbit Gandum Mas, Malang, 2002
Halaman : 786 - 789
*SURAT*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-DARI ANDA-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*SURAT*
Dari: S P <pion@>
>Syalom,
>Puji syukur kepada Tuhan, atas segala kemurahanNya, melalui milis
>ini saya berterima kasih atas pengiriman beberapa artikel yang
>sangat berguna bagi pelayanan kami dikalangan orang muda dan
>jemaat. Terima kasih juga bahwa kami boleh mengkopi artikel-artikel
>yang ada untuk teman-teman sepelayanan yang bertugas di daerah
>terpencil (pedalaman) yang tidak dijangkau kendaraan bermotor
>apalagi informasi terkini seperti ini. artikel tersebut bagaikan
>embun penyejuk dalam pelayanan.
>Tuhan memberkati kita dalam pelayanan yang mulia
>Salam saya
>Selly Poa, Mayor
>Bala Keselamatan Bandung
Redaksi:
Kami juga mengucapkan syukur kepada Tuhan karena melalui publikasi
ini banyak orang mendapat berkat dan diperlengkapi pelayanannya,
termasuk Anda. Tak lupa kami juga mengucapkan terima kasih karena
Anda mau menyalurkan berkat yang Anda terima melalui publikasi ini
kepada teman-teman Anda yang saat ini sedang melakukan pelayanan di
daerah-daerah terpencil. Harapan kami, melalui e-Konsel yang Anda
kirimkan, mereka bisa mendapat tambahan wawasan tentang pelayanan
konseling.
Kami juga rindu untuk mendoakan pelayanan yang saat ini sedang Anda
kerjakan bersama-sama dengan teman-teman Anda agar semakin banyak
orang yang mengenal Tuhan dan menerima berkat dari Tuhan melalui
pelayanan Anda semua.
e-KONSEL*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*e-KONSEL
STAF REDAKSI e-Konsel
Yulia, Ratri, Natalia
PENANGGUNG JAWAB ISI dan TEKNIS
Yayasan Lembaga SABDA
INFRASTRUKTUR dan DISTRIBUTOR
Sistem Network I-KAN
Copyright(c) 2004 oleh YLSA
*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*
Anda punya masalah atau perlu konseling? <masalah-konsel@sabda.org>
Informasi/artikel/bahan/sumber konseling/surat/saran/pertanyaan/dll.
dapat dikirimkan ke alamat: <owner-i-kan-konsel@xc.org>
*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*
Berlangganan: Kirim e-mail kosong ke: subscribe-i-kan-konsel@xc.org
Berhenti: Kirim e-mail kosong: unsubscribe-i-kan-konsel@xc.org
Sistem lyris: http://hub.xc.org/scripts/lyris.pl?enter=i-kan-konsel
ARSIP publikasi e-Konsel: http://www.sabda.org/publikasi/e-konsel/
*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*
|
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |