|
Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
https://sabda.org/https://sabda.org/publikasi/e-konsel/55 |
|
e-Konsel edisi 55 (15-1-2004)
|
|
><> Edisi (055) -- 15 Januari 2004 <><
e-KONSEL
*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*
Milis Publikasi Elektronik Pelayanan Konseling Kristen
*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*
Daftar Isi:
- Pengantar : Lanjutan Edisi Lalu
- Cakrawala : Sekonyong-konyong
- Telaga : Menghadapi PHK
- Bimbingan Alkitabiah : Kehilangan Pekerjaan
- Surat : List Transkrip Telaga
*REDAKSI -*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*- REDAKSI*
-*- PENGANTAR DARI REDAKSI -*-
Seperti yang telah kita beritahukan pada edisi yang lalu, e-Konsel
membahas tema-tema per bulan. Pada bulan Januari ini tema yang kami
pilih adalah tentang "Pekerjaan". Untuk tema ini ada dua topik yang
kita bahas. Edisi yang lalu telah membahas topik "Pandangan Kristen
Terhadap Pekerjaan", maka edisi kali ini kami menyajikan topik
tentang "Kehilangan Pekerjaan".
Dalam hidup ini kita tidak akan pernah tahu apa yang akan terjadi
pada kita. Suatu saat kita bisa saja tiba-tiba kehilangan pekerjaan,
entah karena hasil yang tidak sesuai dengan yang diharapkan, kena
fitnah, kurang dana, sudah saatnya berhenti dari pekerjaan itu
(pensiun), dsb. Orang yang paling terpengaruh oleh kehilangan
pekerjaan ini pastilah orang-orang yang terdekat -- bisa suami atau
istri atau anak atau orangtua/mertua atau anggota keluarga yang
lain yang dekat. Bagaimana kita dapat memberikan penghiburan atau
dukungan kepada mereka? Nah, kami harap sajian edisi ini bisa
memberikan gambaran kepada kita bagaimana menolong, terutama suami
atau istri kita, untuk keluar dari kesulitan yang dihadapi karena
kehilangan pekerjaan.
Tanpa banyak basa-basi lagi, segera saja simak edisi kali ini untuk
mendapatkan jawabannya.
Redaksi
*CAKRAWALA *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* CAKRAWALA*
-*- SEKONYONG-KONYONG -*-
Oleh: Pdt. Paul Gunadi, Ph.D.
Tokoh Yusuf dalam Alkitab adalah seorang pemuda yang luar biasa.
Bayangkan, dalam sekejap ia berubah status: dari seorang anak kecil
yang dimanja ayahnya, sekonyong-konyong ia menjadi seorang budak
yang dijual saudaranya. Dari seorang anak yang mempunyai segalanya,
ia meluncur turun menjadi seorang budak yang kehilangan segalanya.
Namun ia tidak selalu berada di dasar kehidupan, perlahan namun
pasti ia merangkak naik menjadi kepala rumah tangga di rumah
majikannya. Tetapi sekali lagi, ia harus mengalami bantingan yang
menghempaskannya ke lantai dasar kehidupan: ia difitnah istri
majikannya karena ia menolak berzinah dengan istri yang tidak setia
itu. Terlemparlah Yusuf ke penjara dan di sanalah ia mendekam seraya
menantikan hari pelepasannya. Hari itu pun tiba tatkala Raja Firaun
bermimpi dan ia dipanggil untuk menerjermahkan makna mimpi itu. Dari
seorang budak sekaligus tahanan, sekonyong-konyong ia melesat ke
atas menjadi seorang perdana menteri -- orang kedua setelah Firaun!
Ada satu pengamatan tentang Yusuf yang layak kita perhatikan.
Kendati ia harus mengalami bantingan dan lonjakan -- yang selalu
terjadi dengan sekonyong-konyong -- Yusuf tidak pernah berubah: Ia
tetaplah Yusuf yang takut akan Tuhan. Karier atau tugas apa pun yang
disandangnya, ia tetap sama: Ia mengerjakan semuanya dengan sebaik-
baiknya dan dengan penuh tanggung jawab. Dan, ini yang penting: pada
masa duka ia tidak mengkerut, pada masa suka ia tidak mencelat. Ia
tetaplah Yusuf yang baik hati dan bagi saya, ini yang membuatnya
luar biasa.
Donald Super menjelaskan bahwa pembentukan karier berawal di usia
remaja -- tahap yang disebutnya TAHAP KRISTALISASI -- masa di mana
kita mulai memikirkan pelbagai pilihan karier. Selanjutnya, kita
memasuki TAHAP SPESIFIKASI yakni kurun dimana kita menyempitkan
pilihan pada satu atau dua bidang saja dan ini biasanya terjadi di
akhir masa remaja. Kemudian kita membulatkan tekad dan
menindaklanjuti pilihan itu dengan, misalnya berkuliah atau
mengikuti pelatihan -- fase yang disebut Donald Super sebagai TAHAP
IMPLEMENTASI.
Setelah usai berkuliah, kita pun turun ke lapangan kerja dan
mulailah kita membuat fondasi guna membangun karier. Tahap ini --
yang disebut TAHAP STABILISASI -- berlangsung pada masa dewasa awal
dan berjalan sampai usia pertengahan. Pada bagian puncak dari
perkembangan karier sebelum kita akhirnya mulai beranjak turun,
biasanya kita melewati TAHAP KONSOLIDASI -- tahap di mana kita
mengembangkan karier yang telah kita dirikan. Begitulah kira-kira
perjalanan karier kita pada umumnya.
Masalahnya adalah, tidak semua kita termaktub dalam kategori "pada
umumnya". Ada sebagian dari kita yang harus dan terus berkutat
menemukan pilihannya sampai usia senja. Ada sebagian lagi yang
terpaksa beralih karier karena paksaan kondisi sehingga harus
mengawali tahap stabilisasi lagi di saat seyogianya kita mulai
mengembangkan karier. Dan, ada di antara kita yang sampai saat ini,
tetap tidak tahu di mana seharusnya kita berada dalam garis karier
ini. Kita masih merenung dan mungkin menyesali langkah-langkah yang
pernah kita ambil. Kita tersesat di hutan belantara kehidupan dan
tidak tahu bagaimana dapat keluar.
Beberapa waktu yang lalu saya bercakap-cakap dengan seorang
pengemudi taksi yang bercerita tentang masa lalunya. Ternyata ia
keluaran sekolah lanjutan yang kondang di kotanya; bahkan ia pun
pernah berkuliah di sebuah perguruan tinggi yang baik namun sebelum
tamat, ia meninggalkan bangku kuliah. Ia tidak menjelaskan alasannya
namun ia menyesali hidupnya. Sekarang pada usia menuju 40 ia
terpaksa menumpang lagi dengan orangtuanya; ia merasa malu dan
bersalah.
Bagi kita yang pernah atau tengah menikmati karier, kita menyadari
bahwa pada akhirnya kita mengaitkan karier dengan diri kita sendiri.
Misalkan, seorang dokter medis kerap memanggil dirinya dengan
sebutan "dokter" tatkala ditanya siapa namanya. Atau, seorang
pendeta akan menyebut gelar kependetaannya sewaktu sedang
memperkenalkan dirinya. Baik secara tersurat atau tersirat, kita
mengidentikkan diri dengan pekerjaan yang kita lakukan sebab
bukankah kita mencurahkan porsi terbesar dari waktu kita pada
pekerjaan? Itu sebabnya mengubah garis karier kadang menjadi sebuah
tugas yang berat. Saya kira salah satu penyumbang kesukarannya
adalah karena perubahan karier bermuara pada perubahan identitas
diri -- suatu gambar pengenal yang telah melekat pada diri selama
bertahun-tahun.
Kesukaran berikutnya berhulu pada kenyataan bahwa pembangunan karier
tidak terjadi dengan sekonyong-konyong. Sebagaimana diuraikan Donald
Super, fase penaburan dimulai pada masa remaja dan pada umumnya kita
baru mencicipi hasil tuaian pada masa mendekati paro-baya suatu
rentang waktu yang mencakup sekurangnya dua dekade. Perubahan karier
berarti meninggalkan investasi waktu, tenaga, dan uang yang tidak
sedikit. Namun, hidup tidak selalu berjalan seperti yang kita
bayangkan. Adakalanya kita dibuat kaget karena sekonyong-konyong
kita harus membelokkan arah perjalanan dan kita tidak siap.
Ketidaksiapan bisa berbuntut panjang dan tragis: ada yang frustrasi,
ada yang depresi, dan ada yang mengakhiri hidupnya.
Saya kira Yusuf pun tidak pernah siap menyambut perubahan "karier"
yang selalu menyapa hidupnya dengan sekonyong-konyong (Kejadian 37-
50). Dari seorang anak yang dihangati kasih sayang ayah, ia tidak
siap dilempar ke dalam sumur untuk dibunuh oleh saudara kandungnya
sendiri. Ia pun tidak siap menggantikan kondisi hidupnya dari
seseorang yang merdeka menjadi seorang budak. Ia juga tidak siap
difitnah dan dibuang ke penjara tanpa proses peradilan yang menurut
perhitungan manusia di situlah ia akan terus mendekam sampai ajal
menjemputnya.
Terakhir, saya kira ia pun tidak siap menerima promosi yang tidak
kepalang tanggung: menjadi penguasa salah satu negara terjaya pada
zamannya.
Charles Swindoll kerap mengingatkan agar kita tidak menggenggam
hidup erat-erat -- peganglah hidup namun jangan menggenggamnya. Kita
tidak tahu kapan kita harus melepaskan pegangan tangan kita dan
genggaman yang erat sudah tentu akan menyulitkan kita untuk
melepaskan apa pun itu yang kita sayangi, termasuk karier.
Keengganan atau ketidaksiapan kita melepaskan genggaman karier bisa
menimbulkan korban: kita sendiri atau orang lain yang kita tuding
tengah mengancam karier kita.
Meski ia tidak pernah siap, Yusuf bertahan dalam kondisi apa pun
sebab ia tetap percaya bahwa masih ada Tuhan dalam hidup ini dan
bahwa Ia tetaplah Allah yang baik yang masih melihat dan memelihara
anak yang dikasihi-Nya. Situasi "sekonyong-konyong" tidak harus
meluluhkan iman dan karakter kristiani kita. Apa pun kondisinya,
ingatlah, jangan menggenggam karier, genggamlah tangan Tuhan saja!
-*- Sumber -*-:
Judul Buku: Parakleo, Edisi Juli-September, Vol.X, No.3
Penulis : Pdt. Paul Gunadi, Ph.D.
Penerbit : STTRII
Halaman : 2 - 4
Jika Anda tertarik untuk berlangganan Buletin Psikologi Parakaleo,
Anda bisa menghubungi:
Departemen Konseling STTRII
Jl. Kemang Utara IX No. 10 Jakarta 12760
Telp. (021) 7982819, 7990357 Fax. 7987437
atau melalui e-mail di alamat:
==> < reformed@idola.net.id >
*TELAGA *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* TELAGA*
-*- MENGHADAPI PHK -*-
Kehilangan pekerjaan secara tiba-tiba pasti menyebabkan kekecewaan
yang mendalam pada orang yang mengalaminya. Bagaimana jika kejadian
itu menimpa suami atau istri atau teman kita? Apa yang harus kita
lakukan agar kejadian seperti itu tidak menimbulkan luka yang
mendalam pada orang mengalaminya? Simak ringkasan perbincangan
dengan Pdt. Dr. Paul Gunadi berikut ini!
------
T: Banyak orang terpaksa mengalami pemutusan hubungan kerja atau
PHK, entah karena pensiunnya dipercepat atau karena perusahaan
sudah tidak mampu lagi untuk membayar. Bagaimana pengaruhnya
terhadap sebuah keluarga?
J: Kita harus memahami proses atau dampak PHK pada keluarga. Waktu
suami kehilangan pekerjaan, dia kehilangan jati diri, dia
kehilangan dirinya. Nah, cukup umum pria-pria yang kehilangan
pekerjaan juga mulai mengucilkan diri dari pergaulan sosial
karena dia merasa tidak lagi mempunyai sesuatu yang bisa
dibanggakan atau ditawarkan untuk masyarakat kecuali misalkan
dalam tim/kelompok yang sama, ada orang-orang yang senasib dengan
dia dan itu menjadi kekuatan bagi dia. Jika tidak, dia cenderung
menarik diri. Tapi masalahnya bukan saja dari lingkungan dia
menarik diri, ada kecenderungan para suami ini juga menarik diri
bahkan dari istri mereka.
------
T: Misalnya seorang ayah di-PHK, kira-kira dukungan moril atau sikap
apa yang harus diperbuat oleh seorang istri untuk mendukung
supaya dia tidak terlalu frustrasi?
J: Kita memang harus menyadari bahwa pada masa PHK apalagi kalau
berkepanjangan pria bisa lebih labil secara emosional. Jadi mudah
marah, mudah tersinggung tidak panjang sabar. Nah di sini
dituntut pengertian yang sangat tinggi dari para istri. Pria pun
harus sadar dia tidak boleh berdukacita dalam kelemahannya, dia
harus juga belajar untuk sabar, jangan sampai terlalu mudah
tersinggung dan sebagainya. Namun pada saat ini ada baiknya istri
menjauhkan diri dari hal-hal yang berbau tuntutan sebab tuntutan
mengingatkan si suami pada ketidakmampuannya memenuhi tuntutan
tersebut. Jadi sewaktu si istri mengeluarkan kata-kata yang dapat
ditafsir menuntut dia untuk menghasilkan uang lagi, hal itu bisa
memicu kemarahannya atau membuat dia tersinggung dan sebagainya.
Jadi yang saya anjurkan adalah untuk si istri mendekati si suami
dari kacamata, "Mari kita bersama-sama membangun kembali rumah
tangga ini. Mari kita bersama-sama memikirkan apa yang kita
berdua bisa lakukan." Jadi, bukannya saya mau begini, saya mau
begitu, saya mau kerja supaya rumah tangga ini bisa ada makanan
lagi dan sebagainya itu juga harus dihindarkan karena sewaktu si
istri mulai mengatakan kata-kata seperti itu membuat si suami
makin terpojok dan makin terlihat lemah, dia akan merasa tidak
lagi berfungsi sebagai suami dan sebagainya.
------
T: Dalam menghadapi keadaan seperti itu apakah bisa kalau seorang
istri itu mencari teman untuk menasihati suaminya?
J: Boleh saja, asalkan memang teman itu teman yang bisa diterima
oleh si suami, namun sebetulnya peran istrilah yang paling
penting.
------
T: Kalau sudah sangat serius apa yang bisa dilakukan atau orang
lain lakukan terhadap korban PHK itu?
J: Kita harus memperkuat yang di dalam dulu yaitu si istri jangan
panik, harus tetap mendekati si suami, mengajak si suami untuk
jalan-jalan, terus memberikan suatu sentuhan-sentuhan kepada si
suami sehingga akhirnya si suami menangkap isyarat dari si istri
bahwa si istri sedang bersama dengan dia dan si istri terus
membangunkan semangatnya. Jadi hal ini terus menguatkan rasa
percaya dirinya. Yang kedua adalah si istri dan suami harus mulai
memikirkan langkah kreatif, misalkan si istri bisa masak atau si
suami bisa masak maka bisa buka warung atau kedai makan jadi
benar-benar kreatif untuk bisa menutupi lubang, apakah ini akan
permanen atau tidak, tidak tahu. Tapi yang harus kita sadari
sekarang ini kita harus melakukan sesuatu yang kreatif. Dan yang
ketiga adalah meskipun kita belum melihat pemenuhan janji Tuhan,
kita tidak meninggalkan Tuhan sebab janji Tuhan itu pasti
terpenuhi namun kapan tidaklah kita ketahui.
------
T: Apakah benar kalau dalam menghadapi masalah itu wanita lebih
tabah daripada pria?
J: Cenderungnya begitu, karena wanita itu mempunyai endurance level,
yaitu kemampuan menahan sakit untuk waktu yang panjang, yang
tinggi. Sedangkan pria bisa menahan sakit yang besar tapi jangka
waktunya pendek sehingga peranan wanita sangat besar di sini
untuk bisa terus mengangkat si pria. Saya mau memberikan satu
Firman Tuhan diambil dari Mazmur 91:14-15,
"Sungguh, hatinya melekat kepada-Ku, maka Aku akan
meluputkannya, Aku akan membentenginya sebab ia mengenal nama-
Ku. Bila ia berseru kepada-Aku akan menjawab, Aku akan
menyertai dia dalam kesesakan, Aku akan meluputkannya dan
memuliakannya."
Saya suka sekali dengan perkataan "hatinya melekat kepada-Ku dan
ia mengenal-Ku," jadi kuncinya adalah pada masa PHK ini hati kita
harus terus melekat pada Tuhan dan kita mengenal siapa Tuhan
kita, bahwa nama Tuhan kita adalah penyelamat, Yesus adalah
penyelamat dan Dia adalah penolong kita. Jadi kita terus berseru
kepada-Nya dan Tuhan berjanji Dia akan menjawab, "Aku akan
menyertai dia dalam kesesakan." Orang yang depresi, orang yang
tertekan seolah-olah dadanya sesak, jadi memang Firman Tuhan
menggunakan istilah yang sangat grafik sekali di sini tapi Tuhan
berkata Dia akan menyertai kita dalam kesesakan dan Dia akan
meluputkan kita dan memuliakan kita, jadi tugas kita terus lekat
dengan hati Tuhan, terus cari kerajaan sorga dan kebenaran-Nya,
seperti janji-Nya maka Dia akan menambahkan. Jadi memang
diperlukan sekali ketabahan dan diperlukan sekali kerelaan untuk
mencoba yang baru, yang lainnya.
-*- Sumber -*-:
[[Sajian di atas, kami ambil/edit dari isi kaset TELAGA No. #13B
yang telah diringkas/disajikan dalam bentuk tulisan.
-- Jika Anda ingin mendapatkan transkrip lengkap kaset ini lewat
e-Mail, silakan kirim surat ke: < owner-i-kan-konsel@xc.org >
atau: < TELAGA@sabda.org > ]]
*BIMBINGAN *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*--*-*-*-*-*-*-*-*-* ALKITABIAH*
-*- KEHILANGAN PEKERJAAN -*-
AYAT ALKITAB
============
Mazmur 37:25
Filipi 4:6,7
Filipi 4:13,19
LATAR BELAKANG
==============
Kita perlu peka akan trauma yang dihadapi seseorang yang kehilangan
pekerjaannya, gagal mencari yang baru, bon-bon hutangnya yang
menumpuk, dan surat-surat gadainya yang sudah lewat waktu. Orang
sedemikian kehilangan harga diri, mengalami kecut hati, frustrasi
dan depresi. Dari beberapa penyelidikan diketahui adanya kaitan erat
antara masalah pengangguran dengan akibat-akibat negatif berikut:
-- bertambahnya jumlah orang yang harus dirawat di rumah sakit
jiwa;
-- bertambahnya jumlah orang bunuh diri;
-- bertambahnya tindak kekejaman sampai pada pembunuhan;
-- bertambahnya kejahatan dan pemenjaraan;
-- bertambahnya jumlah kematian karena serangan jantung, sakit
liver, dan penyakit-penyakit akibat stress lainnya;
-- bertambahnya kasus penyiksaan anak.
STRATEGI BIMBINGAN
==================
1. Kuatkan hatinya dan katakan bahwa Anda senang dapat melayani dia,
dan bahwa Anda memperhatikan dia.
2. Ingatkan bahwa dia tidak sendirian, tetapi banyak orang mengalami
kesulitan yang sama. Kehilangan pekerjaan bukan hal luar biasa.
Dengan mengerti ini, dia tidak perlu lagi merasa bahwa hanya dia
seorang yang mengalami kemalangan itu.
3. Katakan padanya bahwa dia tidak perlu merasa hilang harga diri,
tidak perlu merasa hilang hormat diri, dan merasa diri tidak
berarti.
4. Nasihatkan dia untuk berkeyakinan dan tidak panik, sebab Allah
tahu, mengasihi, dan memelihara. Dia harus belajar mempercayai
Tuhan.
5. Anjurkan dia untuk berdoa meminta Allah menolong masalah
keuangannya, mencukupi kebutuhan keluarganya, dan membuka
kesempatan kerja baru.
6. Usulkan dia untuk menceritakan masalahnya kepada sahabat-sahabat
Kristennya yang juga akan berdoa, dan kepada pendeta yang
bersimpati yang mungkin bisa menawarkan bantuan mencarikan
pekerjaan. (Gereja-gereja tertentu memiliki saluran khusus untuk
membantu pencarian lowongan kerja anggotanya).
7. Nasihatkan dia untuk tidak melampiaskan frustrasinya pada istri/
suami dan anak-anaknya. Semua akan mendukungnya dalam situasi
darurat itu. Semua ikut menanggung, dan krisis tadi sebenarnya
dapat mempererat suasana kekeluargaan mereka. Mereka perlu
merasakan manfaat berdoa bersama sebagai suatu keluarga.
8. Perkenalkan orang yang Anda layani kepada Yesus Kristus, sebagai
Tuhan dan Juruselamat, jika dalam percakapan nampak bahwa dia
belum mengenal Dia. Jelaskan "Damai dengan Allah", [["Damai
dengan Allah" -- Traktat untuk menolong/menuntun orang non-
Kristen agar dapat menerima Kristus (dari LPMI/PPA); atau Buku
Pegangan Pelayanan, halaman 5; CD-SABDA: Topik 17750.]]
-*- Sumber -*-:
Judul Buku: Buku Pegangan Pelayanan
Penulis : Billy Graham
Penerbit : Persekutuan Pembaca Alkitab, 1993
Halaman : 100 - 101
CD-SABDA : Topik 17587
*SURAT*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-DARI ANDA-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*SURAT*
Dari: rusli winata <r.winata@>
>Kepada saudara yang terhormat, aku rusli mau meminta tolong, bisa
>tidak aku mendapatkan list dari judul-judul yang telah paket telaga
>buat. Dan transkrip apa saja yang telah sabda khususnya e-konsel
>sudah terbitkan? apakah saya bisa mendapatkan transkrip yang saya
>perlukan dari paket telaga tertentu? begitu saja salam dalam
>Kristus,
>rusli
Redaksi:
Untuk mendapatkan list judul-judul transkrip Telaga sekaligus
transkrip lengkapnya, Anda bisa berkunjung ke Situs Telaga yang
beralamat di:
==> http://www.telaga.org/
Selain bisa mendengarkan secara langsung kaset-kaset yang tersedia,
melalui Situs Telaga ini pula Anda bisa memesan kaset Telaga secara
langsung. Anda bisa mengisi formulir pemesanan yang tersedia.
Sedangkan untuk mengetahui transkrip Telaga khususnya yang sudah
pernah diterbitkan melalui e-Konsel Anda bisa melihatnya di situs
C3I (Christian Counseling Center Indonesia) bagian TELAGA, di
alamat:
==> http://www.sabda.org/c3i/telaga/
e-KONSEL*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*e-KONSEL
STAF REDAKSI e-Konsel
Yulia, Ratri, Irfan, Natalia
PENANGGUNG JAWAB ISI dan TEKNIS
Yayasan Lembaga SABDA
INFRASTRUKTUR dan DISTRIBUTOR
Sistem Network I-KAN
Copyright(c) 2004 oleh YLSA
*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*
Anda punya masalah atau perlu konseling? <masalah-konsel@sabda.org>
Informasi/artikel/bahan/sumber konseling/surat/saran/pertanyaan/dll.
dapat dikirimkan ke alamat: <owner-i-kan-konsel@xc.org>
*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*
Berlangganan: Kirim e-mail kosong ke: subscribe-i-kan-konsel@xc.org
Berhenti: Kirim e-mail kosong: unsubscribe-i-kan-konsel@xc.org
Sistem lyris: http://hub.xc.org/scripts/lyris.pl?enter=i-kan-konsel
ARSIP publikasi e-Konsel: http://www.sabda.org/publikasi/e-konsel/
*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*
|
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |