|
Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
https://sabda.org/https://sabda.org/publikasi/e-konsel/343 |
|
e-Konsel edisi 343 (25-6-2013)
|
|
______________________________e-KONSEL________________________________
Milis Publikasi Elektronik Pelayanan Konseling Kristen
______________________________________________________________________
e-Konsel -- Konselor Awam yang Berhasil
Edisi 343/Juni 2013
Salam kasih dalam Tuhan,
Bagi beberapa orang, menceritakan kisah hidupnya kepada seseorang yang
dapat dipercaya merupakan salah satu cara untuk mendapatkan kelegaan
di tengah pergumulan. Banyak orang Kristen menjadi "tempat kedua" yang
didatangi orang yang mencari bantuan untuk mendapatkan
bimbingan/konseling, selain datang kepada Tuhan. Oleh karena itu, bagi
Anda yang saat ini rindu memberikan bimbingan dan penguatan kepada
saudara seiman atau sesama, kami sarankan untuk menyimak sajian pada
edisi ini. Apabila saat ini Anda sudah menjadi konselor yang
profesional, silakan bagikan edisi ini kepada rekan-rekan Anda yang
lain sehingga mereka dapat memperlengkapi diri untuk menjadi konselor
yang berhasil. Semoga artikel dari TELAGA dan tip yang kami hadirkan
dalam edisi ini bermanfaat bagi Anda. Selamat melayani dan menjadi
berkat bagi sesama. Tuhan Yesus menyertai.
Pemimpin Redaksi e-Konsel,
S. Setyawati
< setya(at)in-christ.net >
< http://c3i.sabda.org/ >
TELAGA: KONSELING YANG EFEKTIF
Sejarah memperlihatkan ada pelayanan yang tadinya jaya dan berkembang,
namun akhirnya runtuh. Namun, sejarah juga memperlihatkan ada
pelayanan yang terus bertahan sampai ratusan tahun. Apakah yang
terjadi sehingga ada pelayanan yang bertahan dan ada yang tidak
bertahan? Apakah yang menjadi ciri pelayanan yang efektif?
1. Pelayanan yang efektif dimulai atas dasar kebutuhan dan
dilaksanakan atas dasar kesanggupan. Di dalam bukunya, "The Purpose
Driven Church", Pendeta Rick Warren membagikan pemahamannya tentang
kapan seharusnya kita memulai suatu pelayanan. Ia mengumpamakannya
dengan berselancar di laut. Orang yang hendak berselancar pasti
melihat adanya ombak; tanpa ombak, ia tidak akan dapat berselancar.
Sebelum memulai pelayanan, kita pun mesti melihat adanya kebutuhan
terlebih dahulu. Bila tidak ada kebutuhan, jangan memulai apa-apa
karena itu tidak akan bertahan.
Selanjutnya, untuk dapat berselancar, dibutuhkan orang yang memang
dapat berselancar. Jika tidak, sewaktu ombak datang, orang itu pun
akan dengan mudah tergulung ombak. Demikian pula dengan pelayanan.
Sebelum memulainya, kita harus memastikan bahwa akan ada orang yang
sanggup melakukannya. Jika tidak, pelayanan itu pun akan gulung tikar.
2. Pelayanan yang efektif dilaksanakan oleh orang yang hidup kudus di
hadapan Tuhan. Tidak ada yang dapat menggantikan kehidupan yang saleh
dan berkenan kepada Allah. Sebuah pelayanan hanya akan berbuah selebat
buah kehidupan pelakunya. Begitu banyak pelayanan yang akhirnya runtuh
akibat kehancuran hidup pelakunya. Oleh karena belas kasihan Tuhan,
acap kali Tuhan memberi kesempatan kepada pelaku pelayanan untuk terus
melayani-Nya kendati hidupnya berdosa. Namun, jangan disalahartikan
seakan-akan Tuhan buta akan dosanya. Sesungguhnya, Tuhan memberinya
kesempatan untuk bertobat. Bila ia mengeraskan hati, suatu hari kelak
ia akan ditinggalkan Tuhan dan pelayanan itu pun berhenti.
Kehidupan pelaku pelayanan yang tidak kudus pada akhirnya akan
mencemarkan semua sendi pelayanan itu sendiri. Ini sesuai dengan sifat
dosa yang terus menyebar dan berkembang biak. Itulah sebabnya,
pelayanan yang efektif adalah pelayanan yang berani memangkas ranting
yang tidak berbuah, sebagaimana dikatakan oleh Tuhan Yesus dalam
Yohanes 15:2, "Setiap ranting pada-Ku yang tidak berbuah, dipotong-Nya
dan setiap ranting yang berbuah, dibersihkan-Nya, supaya ia lebih
banyak berbuah.",
3. Pelayanan yang efektif dilakukan oleh orang yang hidupnya efektif.
Ada orang yang hidupnya tidak efektif. Ia membuang waktu sembarangan,
memakai uang seenaknya, memperlakukan orang semaunya, dan merencanakan
sesuatu seadanya. Orang yang hidupnya sendiri tidak efektif, tidak
akan dapat melakukan pelayanan yang efektif. Dituntun Tuhan dan
beriman kepada-Nya tidak identik dengan hidup seenaknya. Sebaliknya,
dituntun Tuhan dan beriman kepada-Nya menuntut adanya
pertanggungjawaban dan kehati-hatian. Di dalam perumpamaan "Gadis yang
Bijaksana dan Bodoh" dan perumpamaan tentang "Talenta" dalam
Matius 25, jelas terlihat adanya tuntutan untuk hidup bertanggung
jawab dan berhati-hati. Berapa banyak pelayanan yang hancur karena
pelaku pelayanan hidup tidak bertanggung jawab dan sembarangan?
4. Pelayanan yang efektif dapat mengoreksi dirinya sendiri. Ini
berarti tidak ada seorang pun yang berani meninggikan diri dan menutup
diri dari kritik terhadap kelemahan pribadi. Pelaku pelayanan harus
tidak segan mengakui kesalahan yang terjadi dan bersedia untuk
ditegur. Sayangnya, ada banyak pelayanan yang diisi oleh orang yang
cepat puas diri dan tangkas menepuk dada. Akhirnya, orang ini tidak
lagi terbuka terhadap saran dari sesama. Bila ini terjadi, pastilah
tidak lama lagi ia pun akan sulit mendengar suara Tuhan.
Itulah sebabnya, pelaku pelayanan harus membudayakan kebiasaan
bersedia dikoreksi. Jika pelaku pelayanan menerapkan budaya "tidak
pernah salah", sesungguhnya ia tengah meluncur ke jurang kehancuran.
Raja Saul tidak dikelilingi oleh orang yang berani menegurnya sebab ia
memang tidak bersedia ditegur. Pada akhirnya, ia hanya dikelilingi
oleh orang yang mengatakan apa yang ingin didengarnya. Kita tahu akhir
kehidupannya: kebinasaan. Sebaliknya, dengan Raja Daud. Ia dikelilingi
orang yang berani menegurnya, sebab itulah budaya yang diterapkannya.
Ia bersedia ditegur manusia, dan orang yang bersedia ditegur manusia
lebih mudah ditegur Tuhan. Akhirnya, Daud selamat!
Diambil dan disunting seperlunya dari:
Nama situs: TELAGA.org
Alamat URL: http://www.telaga.org/audio/pelayanan_yang_efektif
Judul transkrip: Pelayanan yang Efektif (T268B)
Penulis: Pdt. Dr. Paul Gunadi
Tanggal akses: 3 Juni 2013
TIP: CARA MENGUMPULKAN DATA
Diringkas oleh: S. Setyawati
Untuk melakukan konseling, sangat penting bagi kita untuk mengumpulkan
data dari konseli yang kita layani. Selain data diri, kita juga perlu
mencari data lain terkait dengan masalah dan kepribadian konseli
dengan beberapa metode. Metode yang dapat digunakan antara lain
menggunakan formulir pengumpulan data pribadi, mengajukan pertanyaan-
pertanyaan yang baik, dan mengamati data-data yang tersirat.
1. Menggunakan Formulir Pengumpulan Data Pribadi
Dalam formulir, cantumkanlah nama, alamat, pekerjaan, jenis kelamin,
tanggal lahir, status perkawinan, umur, tinggi badan, pendidikan
terakhir, pendidikan lain, alamat tempat tinggal, alasan konseling,
atas saran siapa, dst.. Selain itu, lampirkan juga data-data yang
terkait dengan keterangan kesehatan, latar belakang keagamaan,
keterangan kepribadian, keterangan mengenai pernikahan dan keluarga,
serta beberapa pertanyaan untuk memperbanyak data yang diperlukan
untuk lebih mengenal konseli.
Formulir tersebut merupakan bentuk kepedulian konselor terhadap
ketelitian, dan merupakan akses tetap untuk mendapatkan informasi yang
mungkin terlupakan oleh konselor selama sesi-sesi konseling. Formulir
data konseli juga membantu konselor dalam menyiapkan diri sebelum sesi
konseling dimulai, dan menjadi titik awal pembuka sesi konseling yang
alami dan tepat. Bagi konseli, formulir tersebut membantunya dalam
mengetahui isu-isu yang akan dibahas.
2. Mengajukan Pertanyaan-Pertanyaan yang Tepat
Selain dari formulir data diri konseli, jumlah data yang dikumpulkan
konselor sangat bergantung pada kuantitas dan kualitas pertanyaan yang
diajukannya. Untuk menggali lebih banyak informasi dari konseli,
silakan gunakan pedoman pertanyaan berikut ini.
- Pertanyaan-pertanyaan yang tepat, penuh pertimbangan, dan luwes.
Jika konselor tidak mengajukan pertanyaan dengan sikap yang tepat,
usaha untuk mengumpulkan data akan sia-sia (Kolose 4:6). Berikanlah
pertanyaan yang membuat konseli merasa nyaman dan tidak membuatnya
gelisah. Untuk itu, pada awal pertemuan jelaskanlah kepada konseli
bahwa Anda akan mengajukan beberapa pertanyaan dan mengumpulkan
informasi supaya dapat menolongnya. Cara lain untuk memastikan kita
tetap bersikap luwes terhadap konseli adalah memberikan pertanyaan
dengan cara maju mundur. Jika konselor mengamati konseli gelisah
setelah mendapatkan pertanyaan yang beruntun, konselor lebih baik
berhenti membicarakan kasus tersebut dan beralih kepada kasus yang
lain. Konselor boleh melanjutkan kasus yang tertunda tersebut pada
pertemuan berikutnya, kecuali jika konselor merasa permasalahan
konseli kian berat dan ia merasa perlu membiarkan konseli memberikan
respons yang "menyimpang" selama beberapa saat untuk intermeso.
- Pertanyaan-pertanyaan yang relevan. Konselor harus menyiapkan
pertanyaan yang berhubungan dengan kasus yang sedang dibahas dengan
konseli. Jangan pernah mengajukan pertanyaan hanya untuk memuaskan
rasa ingin tahu diri sendiri (1 Timotius 5:13). Jangan biarkan diri
Anda menjadi konselor dan sekaligus tukang gosip! Oleh karena itu,
siapkan pertanyaan yang relevan dan mengarahkan konseli pada satu
titik sehingga ia dapat menentukan sendiri jalan keluar bagi
masalahnya. Selain itu, pertanyaan yang relevan juga sangat menghemat
waktu dalam mendampingi konseli.
- Pertanyaan-pertanyaan tepat yang menghasilkan fakta. Pertama,
konselor seharusnya mengajukan pertanyaan yang dimulai dengan kata
"apa", bukan "mengapa". Pertanyaan "apa" akan memberikan lebih banyak
informasi daripada pertanyaan "mengapa". Misalnya, Apa masalah Anda?
Apa yang sedang terjadi? Apa yang telah Anda lakukan untuk itu?
Tindakan macam apa yang membantu Anda? Apa pendapat Anda mengenai hal
itu? Pertanyaan-pertanyaan lain yang bermanfaat dimulai dengan kata
tanya "bagaimana". Misalnya, Bagaimana perasaan Anda? Bagaimana reaksi
Anda? Kedua, ajukan pertanyaan-pertanyaan yang sifatnya lebih luas
supaya konseli tidak dapat menjawabnya hanya dengan "ya" atau "tidak",
melainkan harus memberikan penjelasan yang lebih panjang.
Jenis-jenis pertanyaan yang bermanfaat untuk diajukan dapat
dikelompokkan menjadi enam kategori:
- Jasmani, contoh: Bagaimana kesehatan fisik Anda saat ini dan pada
masa lalu? Bagaimana dengan pola tidur Anda?
- Sumber-sumber daya, contoh: Ceritakan tentang orang-orang penting
dalam hidup Anda, dan mengapa mereka begitu penting bagi Anda?
Bagaimana hubungan Anda dengan Tuhan? Ketika Anda mengalami masalah,
apa yang paling membantu Anda mengatasinya?
- Emosi, contoh: Emosi apa yang sering kali Anda rasakan? Bagaimana
perasaan Anda terhadap apa yang Anda alami saat ini? - Tindakan,
contoh: Perbuatan apa saja yang tidak ingin Anda lakukan? Apabila
mengingat Sepuluh Hukum Allah, hukum-hukum mana yang paling sulit bagi
Anda?
- Pengertian, contoh: Menurut pendapat Anda, masalah apa yang paling
mengganggu Anda? Tahukah Anda mengapa Anda sulit menghadapi kecaman?
- Riwayat, contoh: Seandainya Anda dapat mengubah semua situasi hidup
Anda, situasi mana yang ingin Anda ubah? Apa saja tekanan dari luar
yang Anda alami saat ini?
3. Mengamati Data yang Tersirat
Konselor dapat mempelajari konseli melalui data yang tersirat atau
informasi yang disampaikan secara nonverbal, yaitu dari perilaku
nonverbal dan komunikasi paralinguistik.
Contoh perilaku nonverbal terdapat di Kejadian 3:8. Adam dan Hawa
bersembunyi terhadap Allah di antara pepohonan di taman. Tindakan ini
menyatakan sesuatu yang penting tentang perasaan mereka. Mereka tidak
perlu mengucapkan sepatah kata pun untuk memberi tahu kita bahwa
mereka merasa bersalah dan takut karena telah berdosa. Dalam
konseling, kita dapat belajar banyak dari semua tingkah laku konseli
selama konseling. Dari wajah konseli, konselor dapat mengetahui bahwa
ia sedang marah, sedih, atau emosi lainnya. Bahkan, cara konseli
mengatur posisi duduk dan kebiasaan konseli, itu pun dapat memberikan
informasi yang berguna untuk menolong konseli berubah.
Komunikasi paralinguistik merupakan cara kita mendapatkan data
tersirat, terutama berkaitan dengan cara bicara konseli. Bukan apa
yang dikatakannya, namun cara ia mengucapkannya. Apakah nada suara
mereka menyampaikan harapan atau keputusasaan? Komunikasi
paralinguistik juga mencakup apa yang diceritakannya dengan sukarela
dan apa yang tidak mau ia ceritakan kepada konselor. Terkadang,
sesuatu yang ragu-ragu dibicarakannya merupakan sumber
permasalahannya.
Kedua tipe informasi nonverbal penting diketahui, terutama terkait
dengan bagaimana sikap konseli terhadap konselor karena perlakuan
konseli terhadap konselor mungkin sama seperti perlakuannya terhadap
orang lain, sehingga orang lain mungkin berpandangan sama seperti
pandangan konselor terhadap dirinya. Bagaimanapun juga, pengamatan
nonverbal sama pentingnya dengan pengamatan yang diperoleh dari apa
yang dikatakan dan dituliskan oleh konseli.
Kesimpulan
Beberapa cara lain untuk memperoleh data secara efektif juga dapat
dilakukan dengan memberikan tugas untuk dikerjakan di rumah, asal
tugas tersebut sudah dirancang konselor untuk tujuan yang jelas,
berbicara dengan orang-orang yang memiliki hubungan dengan konseli,
dan mencatat dengan teliti setiap informasi yang diperoleh. Dengan
begitu, konselor dapat meninjaunya kembali selama sesi konseling.
Keterampilan dan kemampuan mengumpulkan data sangat penting. Karena
itu, ketika kita memutuskan untuk menjadi konselor, kita harus banyak
melatih diri untuk mengembangkannya. Keefektifan kita supaya berhasil
dalam membangun keterlibatan dengan konseli serta menyalakan
pengharapan dalam diri konseli, ditentukan dan diarahkan oleh apa yang
kita pelajari dari diri konseli dan masalah-masalahnya.
Memahami dan memberikan konseling secara alkitabiah kepada sesama
adalah kewajiban yang penuh tantangan, tetapi memberikan manfaat.
Namun, kecerobohan dan kelalaian ketika mengumpulkan data dapat
merusak seluruh proses konseling. Oleh sebab itu, konselor yang
alkitabiah harus mengembangkan kemampuan dalam hal ini dengan banyak
berdoa dan kesungguhan dalam mempersiapkan dan mengerjakannya. Selamat
berlatih.
Diringkas dari:
Judul asli buku: Introduction to Biblical Counseling
Judul buku terjemahan: Pengantar Konseling Alkitabiah -- Pedoman Dasar Prinsip dan Praktik Konseling
Judul bab: Mengumpulkan Data Diri Konseli
Penulis artikel: Wayne A. Mack
Penerjemah: Tidak dicantumkan
Penerbit: Gandum Mas, Malang 2002
Halaman: 273 -- 281
Kontak: konsel(at)sabda.org
Redaksi: S. Setyawati, Santi T., dan Adiana
Berlangganan: subscribe-i-kan-konsel(at)hub.xc.org
Berhenti: unsubscribe-i-kan-konsel(at)hub.xc.org
Arsip: http://sabda.org/publikasi/e-konsel/arsip/
BCA Ps. Legi Solo, No. 0790266579, a.n. Yulia Oeniyati
(c) 2013 -- Yayasan Lembaga SABDA < http://ylsa.org >
|
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |