|
Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
https://sabda.org/https://sabda.org/publikasi/e-konsel/334 |
|
e-Konsel edisi 334 (5-3-2013)
|
|
______________________________e-KONSEL________________________________
Milis Publikasi Elektronik Pelayanan Konseling Kristen
______________________________________________________________________
e-Konsel -- Penderitaan Anak Manusia
Edisi 334/Maret 2013
Shalom,
Bulan Maret ini, kita akan memperingati hari Kematian dan Kebangkitan
Tuhan Yesus. Sebelum mengalami kematian, Tuhan Yesus mengalami banyak
penderitaan, hinaan, cercaan, dan perlakuan-perlakuan yang begitu
buruk dari orang-orang yang menginginkan kematian-Nya. Meski kita
tidak ikut secara langsung melakukan semua hal itu kepada Yesus, bukan
berarti bahwa kita tidak termasuk di antara mereka. Ketika kita
bertindak semau kita, tidak menghormati orang tua, dan lebih-lebih
tidak menuruti kehendak Tuhan, kita sama seperti mereka yang berbuat
keji kepada Tuhan. Sangat ironis apabila kita masih sering menyalibkan
dan menghina-Nya, padahal Dia telah menyerahkan hidup-Nya untuk
menebus kita dari dosa. Bilakah kita berhenti melawan Tuhan? Sebagai
orang-orang yang sudah lahir baru dalam Kristus, hendaknya kita tidak
lagi menjadi sama seperti manusia lama kita yang penuh dengan dosa.
Baiklah kita melakukan kehendak Tuhan lebih sungguh dan tidak menyia-
nyiakan pengurbanan-Nya di kayu salib. Tuhan Yesus telah membuktikan
kasih-Nya kepada kita, mari kita merespons kasih-Nya dengan ketaatan
dalam mengikuti Dia.
Pemimpin Redaksi e-Konsel,
S. Setyawati
< setya(at)in-christ.net >
< http://c3i.sabda.org/ >
RENUNGAN: PENDERITAAN YESUS, BUKAN SUATU NASIB MALANG
Bacaan: Lukas 9:22-36
Ada tulisan yang menyatakan bahwa penderitaan dan kematian Yesus
Kristus disebabkan oleh gerakan-Nya untuk menjadi Mesias gagal. Karena
itu, orang-orang yang berpandangan bahwa kematian Yesus di kayu salib
sebagai seorang penjahat merupakan suatu konsekuensi politis yang
wajar dan pantas. Menurut pemahaman ini, kematian Yesus di kayu salib
dianggap tidak mampu membawa pengaruh apa pun terhadap karya
keselamatan Allah. Singkatnya, kematian Yesus tidak membawa efek apa
pun bagi penebusan umat manusia. Lalu, bagaimana mungkin umat manusia
dapat ditebus oleh darah seorang tokoh yang gagal mewujudkan harapan
Bangsa Israel yang ingin bebas dari penjajahan Romawi?
Pernyataan di atas tampaknya rasional dan realistis, tetapi ada
sesuatu yang janggal. Lukas 9:30 mengatakan bahwa ketika tubuh Kristus
mengalami transfigurasi atau perubahan bentuk (rupa), datanglah Musa
dan Elia. Percakapan mereka bukannya tanpa arti, sebaliknya kedatangan
Musa dan Elia tersebut hendak membicarakan sesuatu yang begitu penting
dan hakiki bagi karya keselamatan Allah. Lukas 9:31 menyaksikan isi
atau misi dari kedatangan Musa dan Elia dalam peristiwa transfigurasi
Kristus, yaitu: keduanya menampakkan diri dalam kemuliaan dan
berbicara tentang tujuan kepergian-Nya yang akan digenapi-Nya di
Yerusalem (Lukas 9:31). Dengan demikian, tujuan kepergian Yesus ke
Yerusalem bukanlah suatu nasib malang yang akan menimpa seorang Mesias
Allah yang gagal.
Datang untuk Menderita
Dari sudut pandang manusiawi, penderitaan dan kematian Kristus di kayu
salib mungkin hanyalah suatu kegagalan. Akan tetapi, dari sudut
pandang teologis, realitas penderitaan dan kematian Kristus tersebut
justru hendak mengungkapkan esensi kebenaran yang lebih mendalam.
Sebab, melalui penderitaan dan kematian Kristus, Allah berkenan
mengungkapkan rencana dan tindakan keselamatan-Nya yang paripurna
kepada umat manusia. Dengan demikian, penderitaan dan kematian Kristus
bukanlah nasib malang dari seseorang yang gagal membuktikan diri-Nya
selaku Mesias. Justru karena Yesus adalah Mesias dan Anak Allah, Ia
harus menderita dan mengalami kematian. Itulah berita yang dinubuatkan
oleh Alkitab. Dengan tegas, Tuhan Yesus berkata, "Anak Manusia harus
menanggung banyak penderitaan dan ditolak oleh tua-tua, imam-imam
kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan dibangkitkan pada hari
ketiga." (Lukas 9:22)
Jika misi dan tujuan kedatangan Kristus ke dalam dunia bertujuan untuk
menggenapi rencana Allah melalui penderitaan, kematian, dan
kebangkitan-Nya, peristiwa transfigurasi Kristus merupakan bukti dari
nubuat tersebut. Yesus adalah sosok yang dimaksudkan oleh para nabi
sehingga Musa menubuatkan, "Seorang nabi dari tengah-tengahmu, dari
antara saudara-saudaramu, sama seperti aku, akan dibangkitkan bagimu
oleh TUHAN, Allahmu; dialah yang harus kamu dengarkan." (Ulangan 18:15)
Jadi, seandainya Yesus tidak mengalami transfigurasi, dan Musa
serta Elia tidak datang secara khusus untuk membicarakan perihal
kepergian Yesus ke Yerusalem untuk menderita dan wafat, pengajaran
tentang kebangkitan Kristus dengan tubuh-Nya yang mulia hanya akan
menjadi suatu ketidakmungkinan. Kematian Kristus di kayu salib juga
menjadi tidak berarti, selain hanya menjadi suatu peristiwa tragis.
Peristiwa transfigurasi Kristus justru menegaskan bahwa kematian-Nya
mampu membawa keselamatan dan pembaruan hidup yang menyeluruh bagi
seluruh umat manusia.
Memulihkan yang Menderita
Ketika Kristus menampakkan kemuliaan-Nya sebagai Anak Allah di tengah-
tengah kehadiran Musa dan Elia, Petrus meminta agar diperkenankan
untuk mendirikan kemah bagi ketiganya, "Guru, betapa bahagianya kami
berada di tempat ini. Baiklah kami dirikan sekarang tiga kemah, satu
untuk Engkau, satu untuk Musa dan satu untuk Elia." (Lukas 9:33)
Dengan permohonan tersebut, tanpa disadari Petrus ingin menghalangi
kepergian Kristus ke Yerusalem untuk menderita dan wafat. Petrus ingin
agar Yesus, Musa, dan Elia tetap tinggal di atas gunung itu bersama
dengan mereka untuk menyaksikan kemuliaan.
Dengan peristiwa transfigurasi yang merupakan penyingkapan jati diri
Kristus selaku Anak Allah, kita mengenal Dia selaku Tuhan dan Juru
Selamat umat manusia. Jika demikian, apakah kita bersedia untuk hidup
serupa dengan Kristus sehingga kita dimampukan untuk memancarkan
cahaya kasih-Nya yang memberi pengharapan, kekuatan, dan keselamatan
kepada sesama di sekitar kita? Ingatlah bahwa karya keselamatan Allah
yang terpancar dalam kemuliaan Kristus adalah untuk menerangi seluruh
aspek kehidupan umat manusia, dan memulihkan setiap kelemahan dan
penyakit kita yang disebabkan oleh kuasa dosa. Cahaya kemuliaan
Kristus bukan sekadar pancaran terang ilahi yang memesona, melainkan
pancaran ilahi yang menyembuhkan dan memulihkan setiap orang yang
menderita dan berharap kepada-Nya. Amin.
Diambil dan disunting seperlunya dari:
Nama situs: mosalakitarega.blogdetik.com
Alamat URL: http://mosalakitarega.blogdetik.com/2011/01/21/penderitaan-yesus-bukan-suatu-nasib-malang/
Penulis: Darius Leka Lawo
Tanggal akses: 15 Februari 2013
Catatan: Artikel ini juga dapat Anda baca di
< http://paskah.sabda.org/penderitaan_yesus_bukan_suatu_nasib_malang >
CAKRAWALA: MAKNA PENDERITAAN YESUS KRISTUS
Dirangkum oleh: S. Setyawati
Tuhan Yesus mengurbankan diri-Nya di kayu salib bukan karena Ia sedang
menganggur atau ingin menerima pujian. Ia memiliki tujuan dan maksud
yang jelas. Tuhan Yesus rela mati dan bangkit untuk menebus manusia
dari dosa karena Ia sangat mengasihi manusia. Beberapa ayat Alkitab
berikut menjelaskan tentang makna penderitaan Yesus melalui salib:
- Penderitaan Yesus Kristus merupakan bukti bahwa Allah benar-benar
ingin menyelamatkan orang-orang yang terhilang melalui kematian Anak
-Nya yang tunggal (Lukas 19:10).
- Penderitaan Yesus Kristus merupakan bukti bahwa dalam segala hal, Ia
bersungguh-sungguh dalam menyelamatkan orang-orang berdosa secara
nyata (Matius 1:21; 1 Timotius 1:15, Ibrani 2:14-15, dan
Galatia 1:4).
- Penderitaan Yesus Kristus berguna untuk menyucikan, menguduskan, dan
memuliakan gereja (orang-orang yang dipilih-Nya (Efesus 5:25-27,
Yohanes 17:19).
- Penderitaan Yesus Kristus dilakukan supaya orang-orang berdosa
menjadi orang benar (2 Korintus 5:21).
Lalu, apa yang menjadi alasan bagi Yesus untuk mengurbankan diri-Nya
disalib? Ia tidak melakukannya secara sembarangan. Ia melakukannya
karena tujuan yang sejati.
1. Memulihkan Manusia yang Telah Jatuh dalam Dosa (Mazmur 8:5-9)
Dalam Matius 21:16, Yesus juga mengutip Mazmur 8. Hal ini menunjukkan
bahwa ayat itu berbicara tentang diri-Nya. Paulus juga mengutip Mazmur
8
dalam Efesus 1:22. Penulis Ibrani mengutip Mazmur 8 untuk
menunjukkan penerapan tentang Yesus Kristus (baca juga Ibrani 2:9).
Jadi, Yesus Kristus mengalami maut supaya manusia mendapatkan
keselamatan. Manusia pertama, Adam, memberontak dan jatuh dalam dosa.
Manusia pertama dan keturunannya berdosa dan jatuh ke dalam kematian.
Manusia kedua, Yesus Kristus, datang untuk membawa keselamatan
(1 Korintus 15).
2. Kita adalah Satu Keluarga dalam Kristus Yesus (Mazmur 8:10-13)
Penulis Ibrani juga mengutip dari Perjanjian Lama (Mazmur 22 dan
Yesaya 8). Menekankan bahwa manusia dan juga Sang Anak, bergantung
pada Allah. Kita semua satu keluarga, satu dalam Kristus Yesus.
3. Kematian Yesus Mengalahkan Iblis (Mazmur 8:14-16)
Iblis, yang berkuasa atas maut, telah dikalahkan melalui kematian
Yesus Kristus. Oleh karena itu, kita tidak perlu lagi takut terhadap
kematian. Sebaliknya, tetaplah tenang karena kuasa Iblis sudah
dikalahkan, sehingga dosa tidak lagi berkuasa atas hidup kita!
4. Kita Memiliki Imam Besar yang Setia dan Penuh Belas Kasihan
(Mazmur 8:17-18)
Yesus menderita dan mengerti apa artinya hidup menderita, dikucilkan,
dan sebagainya. Ia mengerti dan memedulikan hidup kita. Sekalipun kita
sering berpikir bahwa tidak ada seorang pun yang mengerti pergumulan
kita, ingatlah bahwa ada Yesus yang selalu mengerti apa yang kita
rasakan dan alami karena Ia selalu ada di dekat kita, bersama dengan
kita!
Melalui penderitaan dan kematian Yesus Kristus, orang-orang yang
percaya kepada-Nya mendapatkan banyak pertolongan dan keuntungan,
yaitu:
- kelepasan kekal,
- mendapatkan penyucian rohani dan hati nurani,
- bebas dari hukuman dan tidak lagi harus memikul dosa di kayu salib,
- merasakan dan mengalami kedamaian secara nyata di tengah dunia, dan
- menikmati kehidupan rohani di dalam Yesus Kristus.
Jadi, penderitaan Yesus Kristus secara aktual membawa pembebasan,
pembersihan, penyucian, penghapusan dosa, perdamaian, hidup kekal, dan
kewarganegaraan surgawi bagi orang-orang yang menerima Dia sebagai
Tuhan dan Juru Selamat.
Dirangkum dari:
1. Zemanta. "Makna Penderitaan Yesus Kristus".
Dalam http://www.ebcmelbourne.org/makna-penderitaan-yesus-kristus/
2. Owen, John. 2001. "Kematian yang Menghidupkan". Surabaya: Momentum
Christian Literature.
Catatan: Artikel ini juga dapat Anda baca di
< http://paskah.sabda.org/makna_penderitaan_yesus_kristus >
Kontak: konsel(at)sabda.org
Redaksi: S. Setyawati, Santi T., dan Doni K.
Berlangganan: subscribe-i-kan-konsel(at)hub.xc.org
Berhenti: unsubscribe-i-kan-konsel(at)hub.xc.org
Arsip: http://sabda.org/publikasi/e-konsel/arsip/
BCA Ps. Legi Solo, No. 0790266579, a.n. Yulia Oeniyati
(c) 2013 -- Yayasan Lembaga SABDA < http://ylsa.org >
|
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |