Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-konsel/321 |
|
e-Konsel edisi 321 (27-11-2012)
|
|
______________________________e-KONSEL________________________________ Milis Publikasi Elektronik Pelayanan Konseling Kristen ______________________________________________________________________ e-Konsel -- Perlakuan Terhadap Anak Adopsi Edisi 321/November 2012 DAFTAR ISI CAKRAWALA: SAAT ANAK ADOPSI BERANJAK REMAJA KOMUNITAS KONSEL: KEBENARAN IDENTITAS ANAK ADOPSI Salam sejahtera, Mengadopsi anak dari sebuah agen atau dari suatu keluarga merupakan hal yang mungkin dilakukan bagi pasangan yang tidak memiliki anak. Namun demikian, ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan sebelum dan sesudah kita memutuskan untuk mengadopsi anak. Pertimbangan tersebut mencakup perlunya mengantisipasi perilaku anak adopsi yang beranjak remaja dan bagaimana memberitahukan kebenaran identitas mereka. Anda dapat menyimak lebih lanjut tentang hal tersebut dalam edisi e-Konsel kali ini. Harapan kami, bahan yang kami hadirkan semakin memperlengkapi Anda sebagai konselor dalam melayani konseli Anda. Tuhan Yesus memberkati pelayanan kita semua! Pemimpin Redaksi e-Konsel, Sri Setyawati < setya(at)in-christ.net > < http://c3i.sabda.org/ > CAKRAWALA: SAAT ANAK ADOPSI BERANJAK REMAJA Ketika mencapai usia remaja, banyak anak adopsi tampak memiliki lebih banyak masalah daripada yang seharusnya. Beberapa dari mereka bisa secara tiba-tiba berbalik menentang orang-orang yang menyelamatkan mereka beberapa tahun lalu, yaitu keluarga yang mengadopsi mereka. Mengapa demikian? Kesadaran diri mulai tumbuh pada awal-awal masa remaja, maka anak-anak angkat mulai bergumul dengan pertanyaan "siapa" yang mengadopsi mereka saat ini dan "mengapa" -- bahkan, demikian juga anak-anak yang diangkat sejak lahir. Perasaan terbuang terhadap ibu kandung mereka dapat muncul ke permukaan dan menambah kesan emosi remaja, yang digerakkan oleh pencarian jati diri, rasa dimiliki, dan kebenaran dalam hidup mereka. Banyak anak angkat mempertanyakan identitas mereka yang sebenarnya selama masa remaja. Bagi orang tua angkat yang malu memiliki anak angkat, anak-anak remaja mereka mungkin akan menunjukkan kurangnya penghargaan yang besar dan mengejutkan, dan bahkan kebencian sesaat terhadap orang tua mereka. Jadi, pertanyaan jelas dari orang tua demikian ini adalah "Kesalahan apa yang sudah kami lakukan?" Jawaban saya kepada mereka dalam kebanyakan kasus adalah bahwa mereka tidak melakukan kesalahan apa pun. Seperti setiap remaja, anak-anak angkat pun berusaha menemukan identitas mereka dan menerima diri mereka sendiri sebagaimana adanya. Mereka berusaha merasa nyaman dalam hidup mereka sendiri. Namun, anak- anak remaja yang diadopsi semakin terbeban untuk mencari tahu, "Mengapa ibu kandungku membuangku? Seperti apakah ibuku? Apa yang sebenarnya terjadi pada ibuku saat itu? Siapakah sebenarnya aku ini? Apakah ada sesuatu dalam diriku yang tidak bisa ia terima? Siapa dan di mana keluarga biologisku? Apakah aku mirip dengan ayahku? Apakah aku memiliki saudara kandung?" Hampir sepertiga dari anak-anak yang pernah datang langsung di program konseling warga "Heartlight" kami, berasal dari keluarga angkat. Daftar pertanyaan di atas, ditambah dengan kebutuhan yang sangat besar akan rasa dimiliki, keingintahuan akan asal-usul, dan perasaan menjadi anak yang berbeda, dapat menjerumuskan anak ini ke dalam dunia yang penuh dengan perilaku yang tidak baik. Bahkan, pertanyaan-pertanyaan yang dipikirkan oleh anak ini akan semakin kompleks meskipun mereka dibesarkan dengan kasih sayang dan dukungan yang besar dari orang tua angkat mereka. Di Heartlight, setiap hari kami memberikan konseling kepada orang tua angkat yang bingung dan berputus asa, yang terkejut dengan banyaknya pergumulan dengan anak adopsi mereka. Salah satunya adalah pergumulan yang tiba-tiba muncul bersamaan dengan mulainya masa remaja. Dalam hal ini, kami membantu mereka untuk menyadari bahwa bukan besarnya kasih sayang dan pemeliharaan yang bisa mencegah masalah ini, dan kami mendorong mereka untuk berjalan bersama anak mereka selama masa sulit ini. Kami mengajarkan kepada para orang tua bahwa anak adopsi mereka yang sudah remaja sedang menghadapi serangkaian tantangan khusus, dan hal itu membutuhkan kemauan untuk bertahan, bahkan jika ditolak sekalipun. Kami juga memberi tahu mereka bahwa kebanyakan remaja berjuang melewati fase ini setelah beberapa tahun dan keluar di tempat yang berbeda tanpa "cedera", seandainya keluarga angkat mereka tetap bersama dan mengasihi mereka tanpa syarat. Beberapa alasan lain mengapa anak-anak adopsi bergumul dengan kenyataan: - Kehamilan yang Berisiko Tinggi Beberapa anak adopsi terlahir dari kehamilan yang berisiko tinggi karena si ibu bermasalah dengan kecanduan alkohol atau obat terlarang, mengalami gizi buruk pramelahirkan, atau mungkin kurangnya peralatan medis yang memadai. Masalah-masalah tersebut mungkin tidak diketahui oleh keluarga yang mengadopsinya, atau bahkan oleh agen adopsi. Bahkan, jika mereka mengetahuinya, semua masalah itu sering kali diabaikan atau benar-benar dilupakan begitu anak adopsi tersebut tinggal di rumah. Akibat dari kehamilan berisiko tinggi adalah adanya kemungkinan anak memiliki perilaku hiperaktif (Attention Deficit Hyperactive Disorder/ADHD), ketidaknormalan secara psikis atau emosi, atau tindakan spontan yang ekstrem dan emosi yang labil. Efek-efek kehamilan berisiko tinggi ini biasanya tidak langsung muncul, namun akan semakin terlihat jelas seiring berjalannya waktu, dan mungkin akan mencapai titik klimaks. - Rasa Ingin Tahu yang Berkepanjangan Anak-anak angkat juga bergumul dengan berandai-andai, alangkah bedanya hidup ini seandainya mereka tidak "dibuang" oleh orang tua kandung mereka. Berbagai pertanyaan berputar-putar di benak mereka, seperti "Siapa namaku sebenarnya? Gen apa yang akan saya turunkan kepada anak- anak saya, yang tidak saya ketahui? Di mana kedua orang tuaku saat ini? Bagaimana hidup saya akan berbeda jika seandainya orang tua sayalah yang merawat saya? Bagaimana kehadiran saya di keluarga yang mengadopsi saya memengaruhi anak-anak biologis mereka -- apakah kehadiran saya mengganggu keluarga ini?" - Perayaan-Perayaan Tertentu Bisa Memicu Perilaku yang Sulit Jika anak adopsi merasa begitu kehilangan identitas, maka orang tua angkat perlu memahami bahwa peringatan hari-hari tertentu seperti Hari Ibu, Hari Ayah, hari ulang tahun, atau perayaan-perayaan lain seperti penyerahan anak atau pembaptisan yang terbukti cukup sulit dilakukan. Perayaan-perayaan ini dapat memicu ledakan emosi ataupun perilaku sulit lainnya. - Apa yang Dapat Dilakukan oleh Orang Tua Angkat? Perlu diingat bahwa tidak salah bagi remaja angkat jika bergumul dengan semua masalah tersebut, ataupun untuk meminta orang tua untuk tidak melakukan kesalahan yang mengakibatkan masalah perilaku pada remaja. Begitulah hidup. Sebaliknya, orang tua dapat melihat hal itu sebagai sebuah kesempatan untuk menanggapi seperti Kristu; tidak egois, seperti yang mereka lakukan saat menandatangani kesepakatan di agen adopsi dan membawa anak adopsi ke rumah. Saya percaya bahwa Allah adalah otoritas tertinggi dalam adopsi. Dia menempatkan anak-anak dengan orang tua untuk alasan tertentu. Allah mungkin telah memberikan seorang anak kepada Anda karena Dia tahu, bahwa anak tersebut akan membutuhkan Anda dalam pergumulan semacam itu. Jadi, yakinlah bahwa Dia juga siap membantu Anda mengatasinya. Dan, sama seperti Dia, Bapa surgawi kita, yang telah memulihkan kita; demikianlah kita seharusnya mengasihi, mengasuh, dan memulihkan anak adopsi melalui kasih dan pengertian. Saya percaya, hanya dengan mengetahui bahwa perilaku sulit bukanlah sesuatu yang tidak biasa bagi anak adopsi selama masa remaja, maka orang tua akan tertolong untuk menghadapinya dengan benar. Jangan tersinggung! Ini bukan sebuah tamparan (meskipun Anda mungkin merasa tertempelak). Ini bukan pemberontakan remaja (meskipun bisa juga tercampur di dalamnya). Ini tidak berarti bahwa mereka tidak menghargai atau mengasihi Anda. Ini adalah sesuatu yang hanya dapat dipahami sepenuhnya oleh mereka, dan peran Anda adalah untuk terus mengasihi mereka selama menjadi orang tua mereka. Sebaliknya, jika kita meninggalkan peran itu atau berusaha "memperbaiki" masalah dengan "cara-cara tertentu" atau mengelak darinya, itu hanya akan menambah kebingungan anak adopsi remaja. Lebih dari semua, yang dibutuhkan anak adopsi Anda adalah stabilitas keadaan di rumah, pengertian, dan waktu untuk menyelesaikan masalah- masalah ini, ditambah dengan kasih dan dukungan Anda. Mereka memerlukan Anda tetap teguh, sementara dunia mereka terbalik. Yakinlah, semuanya akan membaik dengan sendirinya. Jika Anda berpikir bahwa saya tidak mendorong untuk melakukan adopsi melalui semua peringatan ini, pemikiran itu tidak jauh dari kebenaran. Saya menerima adopsi dan saya salut dengan keluarga yang mengambil komitmen yang tidak egois ini. Namun, saya pun menginginkan orang tua adopsi memahami masalah-masalah yang mungkin muncul untuk jangka pendek pada masa remaja, sehingga para orang tua tidak merasa ditelantarkan dan ditolak, ataupun menanggapi dengan cara yang salah. Dan, yang terutama dari semua itu, saya percaya bahwa sidik jari Allah ada pada kehidupan setiap anak, termasuk pada setiap anak adopsi. Pemulihan berasal dari pengetahuan tentang berbagai tantangan unik si anak adopsi pada masa-masa remaja, dan itu akan menimbulkan perbedaan dalam respons kita. (t/Berlin) Diterjemahkan dari: Nama situs: Parenting Today`s Teen Alamat URL: http://www.heartlightministries.org/blogs/markgregston/2009/05/27/when -adopted-children-become-teenagers/ Judul asli artikel: When Adopted Children Become Teenagers Penulis: Mark Gregston Tanggal akses: 31 Agustus 2012 KOMUNITAS KONSEL: KEBENARAN IDENTITAS ANAK ADOPSI Sebagai seorang konselor, Anda tentu akan menghadapi banyak konseli yang datang dengan berbagai masalah. Salah satunya adalah konseli yang kebingungan untuk menceritakan kebenaran identitas dari anak yang diadopsinya. Berdasarkan kasus ini, e-Konsel membuka kesempatan bagi para Sahabat untuk memberikan pendapat di Facebook e-Konsel. Berikut ini hasil diskusi kami. e-Konsel: Menurut Anda, bagaimana dan kapan kita harus memberitahukan identitas sebenarnya dari anak yang kita adopsi? Komentar: Servistikal Dachi: Jangan pernah, karena orang yang menutup perkara mengejar kasih. Feronica Se: Setelah anak mengerti dengan benar keberadaannya? Mastuan Surya: Di saat mereka sudah akil balig dan sudah siap menerima segala kemungkinan. Tuti Lusianawati: Sejak dini menurut saya. Malah, seandainya kita tahu orang tua kandungnya, kita kenalkan saja kepada mereka. Jangan pernah takut kalau-kalau anak tersebut akan meninggalkan kita, didikan kasih sayang yang tulus tidak akan membuat anak adopsi berpaling. Magda Rohana: Ya, sebaiknya sejak ia kecil. Orang tua sebaiknya memberitahukan siapa dia, tetapi jangan biarkan si anak merasa kurang kasih sayang, agar tidak ada pemikiran di dalam hatinya orang tua menutupi sesuatu darinya. Hadirat Syukur Lombu: Ketika dia sudah dewasa. Ukuran dewasa sifatnya relatif, dewasa secara aturan pemerintah 17 tahun ke atas atau sudah memiliki KTP. Kita juga harus bisa menilai bahwa si anak ini juga sudah memiliki kematangan dalam berpikir dan dewasa secara rohani, sehingga kalaupun dia kaget (shock) hal itu sifatnya sesaat dan dia akan bisa memahaminya. e-Konsel: Hmm, ada dua pandangan. Boleh dilakukan dan jangan dilakukan; jika dilakukan, lakukanlah saat anak masih kecil atau sudah dewasa. Bagaimana jika anak tidak diberi tahu? Bukankah dia justru akan merasa dibohongi? Jika diberi tahu saat anak itu dewasa, bagaimana Anda menyikapi responsnya yang "membabi buta"? Jadi, kapan orang tua asuh sebaiknya memberitahukan kebenaran ini? Tuti Lusianawati: Menurut saya, ada suatu masa seorang anak biasanya akan menanyakan siapakah dia? Anak siapakah dia? Saat itulah orang tua angkat bisa mulai mengenalkan jati diri anak adopsinya, tekankan pula bahwa apa pun yang terjadi anak adopsi tersebut merupakan anugerah terbesar buat keluarga angkatnya. Walaupun hanya anak angkat, dia tetap akan memperoleh kasih sayang penuh dari orang tua angkat. Jangan menghakimi orang tua kandung: tidak menginginkan dia atau hal negatif lainnya. Maria Olly: Setuju dengan dik Tuti Lusiana. e-Konsel: Betul, Tuti Lusianawati. Sebagai orang tua, kita harus bijak dalam menolong anak mengenal jati dirinya dan mengasuhnya dengan kasih ya. Anda ingin memberi komentar mengenai kasus ini? Silakan berkunjung ke Facebook e-Konsel < http://www.facebook.com/sabdakonsel/posts/10151222031693755 >. Kontak: < konsel(at)sabda.org > Redaksi: Sri Setyawati, Tatik Wahyuningsih, dan Berlian Sri Marmadi Tim Editor: Davida Welni Dana, Berlian Sri Marmadi, dan Santi Titik Lestari (c) 2012 -- Yayasan Lembaga SABDA < http://www.ylsa.org > Rekening: BCA Pasar Legi Solo; No. 0790266579 a.n. Yulia Oeniyati < http://blog.sabda.org/ > < http://fb.sabda.org/konsel > Berlangganan: < subscribe-i-kan-konsel(at)hub.xc.org > Berhenti: < unsubscribe-i-kan-konsel(at)hub.xc.org >
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |