Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-konsel/240

e-Konsel edisi 240 (3-5-2011)

Mengenali Masalah Belajar Anak

______________________________e-KONSEL________________________________

        Milis Publikasi Elektronik Pelayanan Konseling Kristen
______________________________________________________________________

EDISI 240/MEI 2011

DAFTAR ISI
CAKRAWALA: HAKIKAT ANAK DENGAN PROBLEMA BELAJAR
ULASAN SITUS: TOTAL LIFE MINISTRIES

Salam kasih,

Setiap orang tua pasti mengharapkan anak-anaknya tumbuh dengan
kepribadian dan kemampuan diri yang baik, sehingga pada masa yang akan
datang mereka menjadi orang yang berhasil. Tidak ada satu pun orang
tua yang berharap anaknya menjadi orang yang bodoh, gagal, atau tidak
memiliki masa depan yang baik. Oleh karena itu, orang tua akan
mengusahakan berbagai cara agar anaknya bisa meraih prestasi yang
baik. Bahkan, segala upaya akan ditempuh jika mengetahui anaknya
mengalami kesulitan dalam belajar.

Edisi 240 ini, e-Konsel membahas tentang mengenali pokok permasalahan
dalam belajar yang dialami anak. Semoga dengan mengetahui hal-hal yang
melatarbelakangi permasalahan belajar anak, Anda dapat memberikan
penanganan bagi anak Anda saat dia mengalami masalah dalam belajar.
Bukan hanya itu. Dalam edisi ini, e-Konsel juga memperkenalkan sebuah
situs konseling manca, yang pantas dikunjungi untuk memperlengkapi
keterampilan Anda dalam memberikan konseling. Ingin tahu ulasannya?
Silakan baca selengkapnya di edisi ini.

Pimpinan Redaksi e-Konsel,
Sri Setyawati
< setya(at)in-christ.net >
< http://c3i.sabda.org/ >

           CAKRAWALA: HAKIKAT ANAK DENGAN PROBLEMA BELAJAR

A. Cakupan Pengertian Anak dengan Problema Belajar

Di sekolah-sekolah umum, kita menemukan kondisi siswa yang beragam.
Ada siswa yang cepat tanggap dalam belajar, ada siswa yang lamban
dalam belajar di hampir semua mata pelajaran, ada siswa yang mengalami
kesulitan belajar untuk mata pelajaran tertentu, ada siswa yang dasar
potensinya sebenarnya bagus tetapi prestasi belajarnya sangat rendah,
dan ada juga yang perkembangan prestasinya biasa-biasa saja.
Menghadapi kondisi ini, pada umumnya guru kelas cenderung hanya
mendasarkan pada pemenuhan kebutuhan siswa rata-rata, sedangkan siswa
dengan kebutuhan belajar cepat atau lambat cenderung diabaikan.
Murid-murid inilah yang akhirnya menjadi kelompok siswa yang
berpotensi untuk tinggal kelas/putus sekolah. Jadi, anak yang tinggal
kelas/putus sekolah belum tentu disebabkan oleh dasar potensinya yang
rendah, tetapi bisa juga karena faktor lain. Faktor lain itu bisa
timbul dari diri anak (kondisi fisik, kesehatan, dan motivasi belajar)
dan dari luar (kondisi sekolah, lingkungan rumah, dan masyarakat).

Dalam konteks pendidikan luar biasa, kita mengenal istilah anak
berkelainan (exceptional children). Anak berkelainan adalah anak yang
dalam hal-hal tertentu berbeda dengan anak-anak lain pada umumnya.
Perbedaannya dapat mencakup perbedaan kondisi fisik, kesehatan,
kemampuan intelektual, emosional, sosial, gangguan persepsi, motorik
dan atau neurologis, dan lain-lain. Apabila kelainan ini mengakibatkan
gangguan dalam fungsi sehari-hari, terutama dalam belajar, sehingga
anak memerlukan layanan khusus, maka penyandangnya disebut "anak
dengan problema belajar" atau "anak dengan kebutuhan pendidikan
khusus" (children with special educational needs). Jadi, pengertian
anak dengan problema belajar adalah anak yang karena satu dan lain hal
secara signifikan, menunjukkan kesulitan dalam mengikuti pendidikan
pada umumnya, tidak mampu mengembangkan potensinya secara optimum, dan
prestasi belajar yang dicapai berada di bawah potensinya, sehingga
mereka memerlukan perhatian dan pelayanan khusus untuk mendapatkan
hasil yang terbaik sesuai dengan bakat dan kemampuannya.

Sementara itu, anak yang mengalami gangguan/kelainan fisik tertentu
dan karena kelainannya tidak menyebabkan gangguan dalam mengikuti
pendidikan biasa, tidak termasuk anak dengan problema belajar.
Demikian juga dengan anak berbakat. Akan tetapi, jika karena
kelainannya mereka mengalami kesulitan dalam penyesuaian belajar,
mereka termasuk dalam kategori anak dengan problema belajar.

B. Klasifikasi Anak dengan Problema Belajar

Ada beberapa klasifikasi anak dengan problema belajar. Departemen
pendidikan Amerika Serikat, misalnya, mengelompokkannya menjadi: (1)
anak yang memiliki kesulitan belajar, (2) gangguan wicara, (3)
retardasi mental [gangguan perkembangan inteligensi, disebabkan oleh
gangguan sejak dalam kandungan sampai masa perkembangan dini sekitar
lima tahun, Red.], (4) gangguan emosi, (5) gangguan fisik dan
kesehatan, (6) gangguan pendengaran, dan tunaganda. Sementara itu,
Ashman dan Elkins membagi anak dengan problema belajar menjadi: (1)
anak berbakat, (2) gangguan komunikasi, (3) anak dengan kesulitan
belajar, (4) gangguan emosi dan perilaku, (5) gangguan penglihatan,
(6) gangguan pendengaran, (7) gangguan intelektual, dan (8) gangguan
fisik.

Di Indonesia, di antara kelompok anak dengan kebutuhan khusus
tersebut, terdapat anak luar biasa (ALB). ALB adalah anak yang
memiliki kelainan fisik dan atau mental dan atau perilaku. Mereka
terdiri atas tunanetra [tidak dapat melihat; buta, Red.], tunarungu
[tidak dapat mendengar; tuli, Red.], tunagrahita [cacat pikiran; lemah
daya tangkap; idiot, Red.], tunadaksa [cacat tubuh, Red.], tunalaras
[cacat suara dan nada, Red.], dan tunaganda [penderita cacat lebih
dari satu kecacatan -- cacat fisik dan mental), Red.]. Sementara anak
yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa, tidak dikategorikan
sebagai anak luar biasa. Mereka diakui sebagai anak yang memerlukan
perhatian khusus.

Berdasarkan berbagai literatur dan kebijakan pendidikan luar biasa di
Indonesia untuk kepentingan pelayanan pendidikan khusus di sekolah
umum, semua anak yang memerlukan pelayanan khusus dikategorikan
sebagai anak dengan problema belajar. Adapun jenis-jenis anak dengan
problema belajar mencakup:

1. Siswa dengan gangguan penglihatan.
2. Siswa dengan gangguan pendengaran.
3. Siswa dengan gangguan komunikasi dan wicara.
4. Siswa dengan gangguan fisik.
5. Siswa dengan kemampuan intelektual rendah.
6. Siswa yang memiliki kesulitan belajar.
7. Siswa yang memiliki kecerdasan dan bakat istimewa.
8. Siswa dengan gangguan emosi dan sosial.
9. Siswa autistik.
10.Siswa dengan gangguan motorik.
11.Siswa dengan gangguan penyakit kronis.
12.Siswa korban penyalahgunaan narkoba.

C. Faktor dan Gejala Anak dengan Problema Belajar

Ada beberapa faktor dan gejala yang tampak secara umum pada anak
dengan problema belajar, di antaranya adalah sebagai berikut.

1. Dilihat dari segi penyebab

Anak mengalami problema belajar dapat disebabkan oleh berbagai hal,
misalnya:

a. Intelektual.
b. Kondisi fisik dan kesehatan (termasuk kondisi kelainan).
c. Faktor sosial.

2. Dilihat dari gejala yang tampak

Anak dengan problema belajar sering menampakkan gejala dan ciri-ciri
perilaku tertentu, di antaranya:

a. Tidak dapat mengikuti pelajaran seperti yang lain.
b. Sering terlambat atau tidak mau menyelesaikan tugas.
c. Menghindari tugas-tugas yang agak berat.
d. Ceroboh atau kurang teliti dalam banyak hal.
e. Acuh tak acuh atau masa bodoh.
f. Menampakkan semangat belajar yang rendah.
g. Tidak mampu berkonsentrasi, atau berubah-ubah.
h. Perhatian terhadap suatu objek sedikit/singkat.
i. Suka menyendiri, sulit menyesuaikan diri.
j. Murung.
k. Suka memberontak, agresif, dan meledak-ledak dalam merespons
   ketidakcocokan.
l. Hasil belajar rendah.

D. Prevalensi Anak dengan Problema Belajar

Studi khusus tentang angka prevalensi anak dengan problema belajar
memang belum ada. Namun, menurut beberapa literatur, anak yang
mengalami kesulitan belajar berkisar antara 1-3 persen. Di beberapa
negara industri seperti Amerika Serikat dan Eropa Barat, jumlah anak
yang mengalami kesulitan belajar diperkirakan mencapai 15 persen. Di
negara berkembang seperti Indonesia, prevalensi anak yang memiliki
kesulitan belajar diperkirakan lebih besar. Penyebabnya adalah masih
cukup tinggi angka kurang gizi pada ibu hamil, bayi, dan anak; angka
sakit diare, angka penyakit persalinan serta infeksi susunan saraf
pusat pada bayi. Kondisi ini sering kali mengakibatkan terjadinya
kesulitan belajar pada anak.

Diambil dan disunting dari:
Judul buku: Pendidikan bagi Anak dengan Problema Belajar
Judul bab: Mengenal Anak dengan Problema Belajar
Penulis: Munawir Yusuf, Sunardi, dan Mulyono Abdurrahman
Penerbit: PT. Tiga Serangkai Pustaka Mandiri, Solo 2003
Halaman: 6 -- 10

                    ULASAN SITUS: TOTAL LIFE MINISTRIES
                      < www.wordbasedcounseling.org/ >

Situs Total Life Ministries adalah sebuah situs berbahasa Inggris yang
lahir sebagai media pelayanan konseling Kristen yang berlandaskan
Alkitab. Situs ini tidak hanya menyediakan bahan-bahan konseling,
namun juga pelayanan konseling langsung secara perseorangan, pasangan
pranikah, dan pasangan menikah. Sayangnya, situs ini tidak memberikan
akses bagi konseli yang ingin berkonseling via email. Jangan khawatir!
Anda tetap bisa mendapatkan pertolongan dari artikel-artikel yang ada
di situs ini. Artikel-artikel yang ada di situs ini dikategorikan
dengan rapi, sehingga memudahkan Anda untuk mendapatkan artikel yang
Anda inginkan. Menariknya lagi, selain artikel-artikel tersebut mudah
dicetak (friendly print), Anda juga bisa menikmatinya secara audio.
Hal ini tentu sangat bermanfaat bagi yang kesulitan membaca tulisan
kecil. Semoga situs ini memberi manfaat bagi Anda. (SS)

Kontak: < konsel(at)sabda.org >
Redaksi: Sri Setyawati, Tatik Wahyuningsih, dan Yulia Oeniyati
(c) 2011 -- Yayasan Lembaga SABDA
< http://www.ylsa.org >
Rekening: BCA Pasar Legi Solo;
No. 0790266579
a.n. Yulia Oeniyati
< http://blog.sabda.org/ >
< http://fb.sabda.org/konsel >
Berlangganan: < subscribe-i-kan-konsel(at)hub.xc.org >
Berhenti: < unsubscribe-i-kan-konsel(at)hub.xc.org >

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org