|
Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
https://sabda.org/https://sabda.org/publikasi/e-konsel/23 |
|
e-Konsel edisi 23 (1-9-2002)
|
|
><> Edisi (023) -- 01 September 2002 <><
e-KONSEL
*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*
Milis Publikasi Elektronik Pelayanan Konseling Kristen
*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*
Daftar Isi:
- Pengantar : Parenting
- Cakrawala : Kiat Membesarkan Anak
- Telaga : Wibawa Orangtua ( 46A)
- Bimbingan Alkitabiah : Rumah Tangga
(Membesarkan dan Mendidik Anak)
- Tips : Mendedikasikan Anak kepada Tuhan
- Info : Milis Forum Diskusi e-AyahBunda,
Milis Publikasi e-BinaAnak,
Milis Forum Diskusi e-BinaGuru,
Situs PEPAK
- Surat : e-Konsel Menjadi Berkat
*REDAKSI -*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*- REDAKSI*
-*- PENGANTAR DARI REDAKSI -*-
Topik edisi kita kali ini akan membahas tentang Parenting, yaitu
hal-hal yang berkaitan dengan bagaimana orangtua membesarkan dan
mendidik keluarga dan anak-anaknya.
Firman Tuhan berkata:
"Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada
masa tuanya pun ia tidak akan menyimpang daripada jalan itu."
(Amsal 22:6)
< http://www.sabda.org/sabdaweb/?p=Ams+22:6 >
Mendidik anak yang masih kecil/muda merupakan tugas yang sangat
penting tetapi sering diremehkan oleh para orangtua, karena dianggap
tugas yang mudah. Namun jika di kemudian hari orangtua menghadapi
masalah dengan anak-anaknya barulah mereka menyesal karena menyadari
bahwa masalah tersebut merupakan buah yang dipetik dari tidak
mendidik anak-anaknya dengan baik ketika mereka masih kecil. Oleh
karena itu marilah kita bersama menyimak sajian edisi ini, supaya
wawasan kita bisa lebih luas dan kita bisa belajar menjadi orangtua
yang lebih bijaksana.
Selamat mendidik!
Dalam kasih-Nya,
Tim Redaksi
*CAKRAWALA *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* CAKRAWALA*
-*- KIAT MEMBESARKAN ANAK -*-
Membesarkan anak bukanlah masalah sepele. Saya percaya bahwa para
pembaca yang adalah orangtua (terutama ibu) akan membenarkan kalimat
ini. Sebagaimana hubungan suami-istri akan mempengaruhi hubungan
orangtua-anak, demikian pulalah hubungan orangtua-anak akan
mempengaruhi hubungan suami-istri. Hubungan suami-istri yang sehat
dan kuat cenderung menghasilkan anak-anak yang sehat dan kuat pula.
Hubungan suami-istri yang lemah dan sakit-sakitan, cenderung
membuahkan anak-anak yang lemah dan sakit-sakitan pula. Namun
kebalikannya juga betul. Hubungan orangtua-anak yang lemah dan
sakit-sakitan cenderung menghasilkan (atau merupakan tanda) hubungan
suami-istri yang lemah dan sakit-sakitan. Dr. James Dobson, seorang
psikolog Kristen dari Amerika, sangat menyadari peranan penting dari
cara membesarkan anak yang sehat dalam keharmonisan hubungan suami-
istri. Dalam bukunya "The New 'Dare to Discipline'" yang kemudian
diintisarikan dalam majalah "Focus on the Family" (March, 1994) ia
menjabarkan lima kiat membesarkan anak.
Kiat Pertama: Menumbuhkan respek pada orangtua merupakan faktor yang
sangat penting dalam membesarkan anak.
Ada tiga alasan yang membuat hal ini penting, antara lain:
1) Karena sesunggguhnya anak belajar memberi respek kepada orang
lain sewaktu ia belajar memberi respek kepada orangtuanya.
Keluarga adalah unit sosial terkecil dan sering kali cara kita
berinteraksi dan bereaksi terhadap dunia luar merupakan cermin
dari bagaimana kita berinteraksi terhadap keluarga kita. Seorang
anak yang tidak menghormati orangtuanya cenderung mengalami
kesukaran menghormati figur-figur lain di luar rumahnya. Saya
memahami adanya kasus-kasus tertentu di mana orangtua bukan hanya
menelantarkan melainkan juga menindas anak mereka. Dalam kasus-
kasus khusus seperti itu saya menyadari kesukaran yang timbul
bagi anak untuk menghormati orangtuanya. Namun saya percaya bahwa
yang dimaksud oleh Dr. Dobson adalah kasus pada umumnya, dimana
anak yang tidak dididik untuk hormat kepada orangtua cenderung
menjadi anak yang sukar hormat kepada orang lain.
2) Karena respek pada orangtua akan menolong orangtua menanamkan
nilai-nilai rohani dalam diri anak tatkala anak mencapai usia
remaja. Apabila kita baru mau menanamkan pentingnya respek
sewaktu anak menginjak remaja, niscaya kita telah terlambat dan
akan mengalami kesulitan mengajarkan nilai-nilai rohani dalam
dirinya.
3) Karena respek pada orangtua acap kali dikaitkan dengan respek
pada Tuhan sendiri. Anak kecil yang belum berkemampuan berpikir
secara abstrak sering kali mengasosiasikan figur orangtua,
terutama ayah, dengan figur Tuhan. Jadi, anak yang kurang ajar
terhadap orangtua sejak kecil akan cenderung tidak respek
terhadap Tuhan pula.
Kiat Kedua: Kesempatan terbaik untuk berdialog dengan anak adalah
pada waktu kita baru saja mendisiplinkannya.
Membesarkan anak tidak terlepas dari konfrontasi dan disiplin karena
adakalanya anak dengan sengaja melawan otoritas orangtua. Pada saat-
saat seperti inilah penting bagi orangtua akan bertumbuh. Biasanya
dalam saat konfrontasi dan disiplin seperti ini, anak akan meluap-
luap dengan emosi dan setelah itu mengakhiri perlawanannya dengan
tangisan. Ini adalah momen yang penting bagi kita, orangtua, untuk
memeluk anak, mengatakan kepadanya bahwa kita mengasihinya dan
memberi tahu anak akan kesalahannya. Dengan cara ini, anak akan
memahami bahwa kita tidak menolaknya atau menghukum dirinya,
melainkan menghukum perbuatannya. Jadi orangtua tidak seharusnya
takut mendisiplin anak selama tidak berlebihan karena momen-momen
seperti ini biasanya dapat mempererat hubungan orangtua-anak.
Kiat Ketiga: Kendalikan anak tanpa berteriak-teriak.
Menurut Dr.Dobson, berteriak-teriak memarahi anak tidak
menyelesaikan masalah, malah akan membuat anak terbiasa dengan
kemarahan orangtua. Menggunakan teriakan kemarahan untuk
mengendalikan anak sama dengan mencoba menjalankan mobil dengan cara
membunyikan klakson. Oleh karena itu cara yang lebih efektif adalah
memanfaatkan sesuatu yang penting baginya. Saya setuju dengan
pandangan Dr. Dobson ini karena saya pun menyaksikan betapa cepatnya
anak-anak kami makan tatkala istri saya berkata, "Kalau tidak
selesai makan, kalian tidak boleh ikut pergi." Bagaikan pelari yang
mendekati garis final, demikian pula mereka berlari menuju meja
makan dan makan dengan lahap -- tanpa kami harus berteriak-teriak
marah.
Kiat Keempat: Jangan melimpahi anak dengan materi.
Pada waktu kita hidup dalam kekurangan, tidaklah sukar bagi kita
untuk menolak permintaan anak dengan alasan bahwa kita tidak
memiliki uang untuk membeli barang yang ia minta itu. Namun tatkala
kita mempunyai uang, menolak permintaan anak menjadi cukup sulit.
Kita seakan-akan tidak lagi memiliki alasan untuk menolak
permintaannya. Setiap kali kami sekeluarga mengunjungi pasar
swalayan, anak-anak selalu mengajak kami (sudah tentu dengan rayuan)
untuk melihat-lihat di tempat penjualan mainan anak-anak dan setiap
kali pula mereka meminta kami untuk membelikan sesuatu. Biasanya
saya menolak permintaan mereka dengan alasan harganya, bagi kami
terlalu tinggi. Dasar anak-anak, sekarang mereka mengubah taktik
mereka. Setelah mangumandangkan permintaan mereka, pertanyaan
pertama yang mereka ajukan adalah, apakah harganya mahal atau tidak.
Masalah mulai timbul (bagi kami), karena adakalanya barang yang
mereka inginkan harganya memang tidak terlalu tinggi. Sedangkan
alasan utama kenapa kami tidak bersedia membelikan barang itu adalah
karena kami ingin membatasi barang mainan mereka agar tidak
melimpah-ruah dan hilang nilainya. Akhirnya saya terpaksa mengatakan
bahwa kami tidak dapat membelikan mainan itu karena mereka sudah
memiliki mainan sejenis itu atau kami menjanjikan untuk membelikan
mainan itu pada hari ulang tahun mereka.
Dr. Dobson menekankan bahwa anak yang dilimpahi dengan materi
niscaya mengalami kesukaran menghargai milik kepunyaannya. Saya
menambahkan, anak yang tidak pernah menghargai milik kepunyaannya
cenderung berkembang menjadi seseorang yang tidak berterima kasih
dan mementingkan diri sendiri. Anak ini cenderung menjadi seseorang
yang egois dan mementingkan haknya belaka, tanpa memikirkan
kewajibannya dan kepentingan orang lain. Ia tidak mungkin menghargai
pengorbanan orang lain dan tidak mengenal nilai pengorbanan diri.
Segala sesuatu menjadi terlalu mudah baginya dan ia pun akhirnya
cenderung memudahkan atau meremehkan segala sesuatu. Ingatlah,
membatasi kepunyaan mereka tidaklah sama dengan menyengsarakan
mereka. Membatasi keinginan anak penting untuk kita lakukan pada
abad kemakmuran materi ini demi kebaikannya sendiri.
Kiat Kelima: Menjaga keseimbangan antara kasih dan disiplin.
Terakhir, Dr. Dobson menjelaskan kita membesarkan anak adalah
menjaga keseimbangan antara kasih dan disiplin. Ia menuturkan sebuah
cerita yang pernah terjadi pada abad ke-13 di mana Raja Frederick II
mengadakan sebuah percobaan dengan 50 bayi. Tujuan eksperimen ini
ialah untuk mengetahui bahasa apa yang akan digunakan oleh anak-anak
ini apabila mereka dibesarkan tanpa pernah mendengar perkataan
apapun. Raja tersebut meminta ibu pengasuh ini untuk membersihkan
dan memberi mereka makan namun melarang para pengasuh ini untuk
membelai ataupun berbicara kepada bayi-bayi ini. Percobaan ini
ternyata gagal total karena akhirnya kelima puluh bayi ini akhirnya
meninggal dunia.
Seorang anak membutuhkan kasih sayang dan penerimaan orangtuanya
sama seperti ia memerlukan makanan dan minuman. Tanpa kasih sayang
dan penerimaan, ia akan bertumbuh besar menjadi seorang manusia
yang haus dan lapar akan kasih serta penerimaan orang lain. Namun
ia pun memerlukan disiplin yang akan menolongnya menguasai diri dan
patuh kepada otoritas di atasnya. Disiplin membantunya hidup dalam
kerangka atau struktur sehingga ia tidak berkembang menjadi liar tak
terkendali bahkan oleh dirinya sendiri. Disiplin diperlukan sebagai
sarana orangtua mengkomunikasikan pelajaran-pelajaran bermakna yang
ia perlukan.
Dr. Dobson menyimpulkan, "Tatkala anak menantang dan memberontak,
menangkanlah tantangan itu dengan meyakinkan. Ketika anak bertanya,
'Siapakah yang berkuasa (di rumah ini)?' -- beri tahu dia bahwa
andalah, sebagai orangtua, yang berkuasa (di rumah ini). Saat ia
bergumam, 'Siapakah yang mengasihi saya?' -- dekaplah ia dalam
pelukan Anda dan penuhi dia dengan kasih sayang. Perlakukan dia
dengan respek dan penuh penghargaan dan tuntutlah perlakuan yang
sama darinya."
-*- Sumber -*-
Buletin PARAKALEO, Departemen Konseling Sekolah Tinggi Theologi
Reformed Injili Indonesia, Vol. 1/No.3/Edisi Juli - September 1994
*TELAGA *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* TELAGA*
Apakah sebenarnya wibawa itu? Apa yang harus dilakukan orangtua
supaya memiliki wibawa yang tepat bagi anak-anaknya? Langkah-langkah
apakah yang perlu dilakukan untuk membangun wibawa sesuai dengan
firman Tuhan? Silakan menyimak diskusi yang dipandu oleh Pdt. Paul
Gunadi berikut ini yang membahas tentang "Wibawa Orangtua".
-*- WIBAWA ORANGTUA -*-
oleh Pdt. Dr. Paul Gunadi
-------
T: Tindakan-tindakan apa yang harus dilakukan oleh orangtua, supaya
mempunyai wibawa yang tepat? Jadi bukan ditakuti oleh anak-anak
mereka tetapi memang anak-anak ini hormat kepada orangtuanya ini.
J: Pertama-tama, saya akan paparkan sikap yang bukan wibawa tapi
seringkali dianggap wibawa. Pertama adalah seringkali orangtua
beranggapan kalau saya mampu mencukupi kebutuhan fisik,
finansial, anak-anak atau istri atau suami saya maka otomatis
saya layak untuk dihormati oleh anak-anak. Poin pertama
sebetulnya adalah keuangan bukanlah ukuran. Nah jadi adakalanya
konsep kita ini keliru dalam hal wibawa. Adakalanya orangtua
beranggapan selama saya masih bisa menyediakan uang kepada anak-
anak, maka anak-anak seharusnyalah hormat kepada saya. Jadi bukan
soal berapa besar jumlahnya namun betapa bertanggungjawabnya si
orangtua, betapa rajinnya dia itu yang akan membuahkan wibawa
pada dirinya, itu yang pertama.
Nah sikap yang kedua, adakalanya orangtua beranggapan dengan
semakin keras perlakuannya kepada anak, semakin berwibawalah dia.
Tapi sebenarnya anak-anak takut pada orangtua atau istilahnya
ketakutan kepada orangtua dibedakan dari istilah takut yang lebih
netral. Anak-anak menjadi ketakutan kepada orangtua karena
perlakuan orangtua yang sangat keras. Nah ini juga anggapan yang
keliru sebab membuat anak-anak ketakutan sebetulnya tidaklah
melahirkan wibawa. Justru sebetulnya reaksi yang tersembunyi pada
diri anak sewaktu takut terhadap orangtua ialah rasa tidak suka,
rasa tidak hormat, bahkan rasa benci kepada orangtua. Nah ini
adalah faktor kedua yang acapkali kita kaitkan dengan wibawa.
Bila orangtua merasa anak-anak tidak menghormatinya, biasanya
langkah yang diambil adalah memarahi, berteriak-teriak, memukul
anak -- tambah hari tambah keras -- dengan harapan wibawa itu
akan dibangkitkan kembali. Namun yang terjadi justru sebaliknya
-- orangtua tidak ada wibawa.
-------
T: Tapi orangtua seringkali memakai hal-hal di atas dengan alasan
untuk menegakkan disiplin terhadap anak, bagaimana menurut Bapak?
J: Memang yang diharapkan secara lahiriah akan tercapai dimana anak-
anak karena ketakutan akan taat melakukan yang dikehendaki oleh
orangtuanya. Tapi saya kira ini akan berpengaruh pada usia
tertentu atau sampai usia tertentu, tapi sulit berlaku misalkan
ketika anak-anak ini remaja dan sudah mampu melawan.
-------
T: Kadang-kadang sikap disiplin ini akan ditunjukkan dengan sikap
yang keras pada usia-usia tertentu untuk membiasakan supaya anak
ini disiplin. Apakah itu bisa terpengaruh atau terbawa terus
sampai usia dewasa?
J: Disiplin itu sendiri memang mutlak diperlukan, jadi orangtua
mesti mendisiplin anak. Namun seberapa kerasnya dia mendisiplin
dan seberapa adilnya dia mendisiplin, itu 2 hal yang sangat
penting yang harus dilihat oleh anak. Kita tidak boleh sedikitpun
melupakan bahwa disiplin hanya efektif kalau sebelum disiplin
diberikan anak merasa dicintai dan setelah disiplin diberikan
anak juga merasa dicintai. Jadi disiplin itu tidak berdiri
sendiri, disiplin harus didampingi oleh kedua belah pihak oleh
cinta kasih sebab waktu anak-anak dikasihi dan dia tahu dikasihi
kemudian didisiplin, maka disiplin itu efektif. Jangan setelah
didisiplin anak-anak ini merasa terbuang, tersingkirkan, tidak
diinginkan, karena dimarahi dengan begitu keras oleh orangtua.
Cinta kasih perlu diungkapkan lagi kepada si anak, perlu
diberikan lagi untuk meyakinkan bahwa kita tetap mencintainya.
Apa yang diperbuatnya tadi tidak mengubah cinta kita padanya. Nah
jadi pasca disiplin atau setelah disiplin cinta kasih juga harus
diberikan. Nah dengan cara inilah wibawa orangtua akan bisa
ditegakkan. Jadi sekali lagi poin kedua yang seringkali
disalahfahami oleh orangtua adalah disiplin yang keras akan
menampakkan wibawa saya, kalau tidak ada ini ya tidak bisa.
Jadi 2 hal ini memang seringkali menjadi anggapan yang keliru.
-------
T: Jadi di dalam membangun wibawa itu, langkah-langkah apa yang
harus dilakukan orangtua?
J: Saya akan bacakan dari kitab Kolose 3:18, "Hai istri-istri
tunduklah kepada suamimu sebagaimana seharusnya di dalam Tuhan."
Nah, yang ingin saya tekankan: yang pertama adalah bahwa wibawa
orangtua muncul kalau orangtua hidup sesuai dengan peranan dan
tugasnya sebagai orangtua. Waktu orangtua mempunyai hubungan
yang kuat, yang baik dan yang harmonis, anak-anak tidak bisa
tidak akan memandang orangtua dengan penuh hormat. Jadi wibawa
yang pertama muncul dari kualitas hubungan suami istri, ini
tidak bisa ditawar-tawar.
Kalau tadi Tuhan memberi satu perintah kepada istri, di ayat
berikutnya Tuhan memberikan 2 perintah kepada suaminya. Saya
bacakan dari Kolose 3:19 "Hai suami-suami kasihilah istrimu dan
janganlah berlaku kasar terhadap dia." Jadi memang ada 2 unsur,
yang pertama adalah perintah yakni kasihilah istrimu dan yang
kedua adalah larangan jangan berlaku kasar terhadap istri.
-*- Sumber -*-:
[[Sajian kami di atas, kami ambil dari isi salah satu kaset TELAGA
No. 46A, yang telah kami ringkas/sajikan dalam bentuk tulisan.]]
-- Jika Anda ingin mendapatkan transkrip seluruh kaset ini lewat
e-Mail, silakan kirim surat ke: < owner-i-kan-konsel@xc.org >
-- Informasi tentang pelayanan TELAGA/Tegur Sapa Gembala Keluarga
dapat Anda lihat dalam kolom INFO edisi e-Konsel 03 dari URL:
==> http://www.sabda.org/publikasi/e-konsel/003/ [01 Nov 2001]
*BIMBINGAN *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* ALKITABIAH*
-*- RUMAH TANGGA (MEMBESARKAN DAN MENDIDIK ANAK) -*-
AYAT ALKITAB
============
Amsal 20:7 Kolose 3:21
Amsal 3:11,12 Efesus 6:1-4
Amsal 31:10,26,27,28 Amsal 30:11
Ulangan 12:28
LATAR BELAKANG
==============
Salah satu pokok yang dibahas berulang-ulang oleh Alkitab ialah
tentang pentingnya mendidik anak melalui pengajaran dan teladan.
Secara jelas Kitab Ulangan menekankan bahwa anak-anak harus diajari
jalan-jalan Allah: "Apa yang kuperintahkan kepada-Mu pada hari ini
haruslah engkau perhatikan, haruslah engkau mengajarkannya
berulang-ulang kepada anak-anakmu dan membicarakannya apabila
engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan,
apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun."
(Ulangan 6:6,7).
Kitab Amsal adalah ringkasan dari kebijakan umat Allah. Masalah
keluarga dan mengasuh anak dalam iman adalah pokok yang mendapat
tekanan kuat di dalamnya. "Didiklah orang muda menurut jalan yang
patut baginya, maka pada masa tuanya pun ia tidak akan menyimpang
daripada jalan itu." (Amsal 22:6).
Timotius telah dididik dalam Alkitab sejak masa kanak-kanaknya,
sesuai dengan perintah Allah dan adat bangsa Yahudi. "Ingatlah juga
bahwa dari kecil engkau sudah mengenal Kitab Suci yang dapat
memberi hikmat kepada-Mu dan menuntun engkau kepada keselamatan
oleh iman kepada Kristus Yesus." (2Timotius 3:15,17).
Paulus berbicara tentang keharusan membina dan mendisiplin anak-
anak kita secara terus-menerus: "Sebab aku teringat akan imanmu
yang tulus ikhlas, yaitu iman yang pertama-tama hidup di dalam
nenekmu Lois dan di dalam ibumu Eunike dan yang aku yakin hidup
juga di dalam dirimu." (2Timotius 1:5).
Alkitab mengajarkan bahwa orangtua bertanggung jawab untuk membina
dan mendisiplin anak-anak mereka, supaya mereka boleh dibawa untuk
mengenal Alkitab dan menghormati Tuhan.
------------------------------Kutipan------------------------------
Menurut Billy Graham:
"Penyebab dasar mengapa terjadi ketidakbahagiaan dalam rumah tangga
kita ialah karena kita sudah tidak mempedulikan Allah dan prinsip-
prinsip yang diberikan-Nya kepada kita. Kita tak bersedia
melaksanakan rencana-Nya untuk keluarga. Anggota-anggota rumah
tangga telah menolak tanggung jawab mereka seperti yang dinyatakan
di dalam Alkitab. Jelas sekali bahwa ketaatan tidak datang dengan
sendirinya. Ia harus diajarkan dan dipelajari. Anak-anak harus
diajar taat, sama banyak seperti mereka perlu diajar cara membaca
dan menulis."
--------------------------Kutipan_Selesai--------------------------
STRATEGI BIMBINGAN
==================
1. Anjurkan para orangtua untuk menciptakan suasana rumah tangga
yang menghasilkan kerohanian yang kokoh dan perkembangan mental
yang baik.
a. Suatu rumah tangga yang stabil, damai dan penuh kasih.
b. Suatu rumah tangga yang mengutamakan suasana kekeluargaan, di
mana terdapat suasana persaudaraan, saling menghormati dan
saling menguatkan. Suatu rumah tangga di mana seisi keluarga
melakukan sesuatu bersama-sama, khususnya ketika anak-anak
masih kecil.
c. Suatu rumah tangga yang berpusatkan Allah dan setiap
anggotanya berhak untuk menyambut kasih Allah dalam Kristus,
dan diajar untuk hidup dari sudut pandang rohani. Lihat
Amsal 22:6. (Di sini saat yang tepat untuk menanyakan kepada
orangtua itu, apakah dia sudah menerima Yesus Kristus
sebagai Tuhan dan Juruselamat). Jelaskan "Damai dengan
Allah".
d. Suatu rumah tangga yang berorientasi pada gereja. Lebih
mudah untuk membesarkan anak-anak, bila kehidupan mereka,
seluruh isi keluarga beserta para sahabatnya, dipusatkan pada
gereja.
e. Para orangtua harus memperkenalkan anak-anak mereka kepada
dunia pemikiran, baik melalui contoh maupun tindakan. Jika
orangtua suka membaca, anak-anak pun akan suka membaca. Buku-
buku dan majalah-majalah yang baik untuk anak-anak, harus
sudah diperkenalkan dalam rumah tangga. Pengembangan bakat
dan kepribadian seperti les musik, olah raga dan hobi, sudah
dapat diperkenalkan kepada mereka sejak masih di SD. Ini akan
menjadi batas pengaman terhadap konflik-konflik yang akan
muncul kelak pada waktu mereka remaja.
2. Bimbing orangtua untuk mengakui bahwa anak pun memiliki hak-hak
mereka, tetapi hak-hak itu harus dijalin kepada seluruh isi
keluarga.
a. Anak berhak untuk dikasihi dan diterima.
b. Anak berhak untuk menerima berbagai bentuk bantuan yang akan
membuat mereka memiliki harga diri, rasa aman dan berarti.
c. Anak berhak menyaksikan kedua orangtua mereka menyatakan
kasih sayang dan saling menghargai, satu kepada yang lain.
Contoh-contoh kelakuan Kristen yang dewasa, perlu mereka
saksikan, supaya mereka lihat bagaimana orangtua mereka
menangani masalah dan tekanan hidup.
d. Anak berhak untuk didisiplin dan dihukum secara adil dan
bersitetap.
(1) Jangan menuntut lebih dari yang mampu dilakukan anak.
(2) Laksanakanlah hukuman secara adil dan benar. Tuntutan yang
melampaui batas dan keras, siksaan jasmani, cepat
menimbulkan kegetiran dan pemberontakan. Orangtua perlu
bersikap luwes dan tidak berpegang pada "huruf-huruf
Taurat".
(3) Jangan menghukum dalam kemarahan atau letusan perasaan
hati saat itu juga.
(4) Berikan selalu penjelasan, agar mereka tahu mengapa mereka
dihukum.
3. Anjurkan orangtua untuk membuka kesempatan berkomunikasi
seluas-luasnya, apa pun resikonya.
a. Orangtua harus menyediakan waktu untuk menjadi pendengar yang
memperhatikan dan mengambil prakarsa untuk mendorong
terjadinya percakapan. Perlu ada diskusi jujur tentang
masalah seks, obat bius, alkohol, pacaran, dan sebagainya.
b. Orangtua harus membagikan pengalaman-pengalaman masa kecil
dan remajanya, termasuk kesalahan dan kegagalan mereka.
c. Orangtua harus jujur, mempersilakan anak untuk mempertanyakan
patokan hidup dan kepercayaannya. Ini membuka kesempatan untuk
menjelaskan dan membelanya. Melalui ini, anak Anda akan
merumuskan dasar-dasar kepercayaan dan nilai hidup mereka
sendiri. Anda dapat mengajak dan menolong mereka untuk
menyusun sasaran-sasaran hidupnya kini dan nanti.
-*- Sumber -*-:
Judul Buku: Buku Pegangan Pelayanan
Penulis : Billy Graham
Penerbit : Persekutuan Pembaca Alkitab
Halaman : 235 - 237
CD-SABDA : Topik 17717
*TIPS *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* TIPS*
Tips berikut ini diambil dari publikasi "e-BinaAnak" edisi 085/2002
bulan Juli.
==> http://www.sabda.org/publikasi/e-binaanak/2002/085/
-*- MENDEDIKASIKAN ANAK KEPADA TUHAN -*-
Susannah Wesley adalah ibu dari 19 anak, termasuk John Wesley dan
Charles Wesley. Dia mendedikasikan semua anaknya kepada Tuhan, dan
dia tidak menggunakan buku-buku akademis anak untuk menjaga
kehidupan anak-anaknya. Tapi berikut ini adalah "16 Peraturan" yang
Susannah terapkan, lebih dari 200 tahun yang lalu, untuk menjaga
agar 19 anaknya tetap hidup dalam kebenaran:
1. Anak-anak tidak diperbolehkan makan di luar jam-jam makan.
2. Anak-anak tidak diperbolehkan tidur lebih dari pukul 8 malam.
3. Anak-anak harus dapat minum obat tanpa mengeluh.
4. Mengurangi kehendak egois dari seorang anak dan karena itu
perlu bekerjasama dengan Tuhan untuk menyelamatkan jiwa anak.
5. Mengajari seorang anak berdoa begitu ia dapat berbicara.
6. Melatih anak-anak untuk belajar tenang saat melakukan doa
keluarga.
7. Jangan memberikan sesuatu kepada anak yang dimintanya dengan
menangis, tetapi berikan kepada mereka apa yang dimintanya
dengan sopan.
8. Agar anak tidak suka berbohong, jangan memberikan hukuman pada
anak begitu dia mengakui kebohongannya dan menyesali
perbuatannya.
9. Jangan biarkan anak melakukan perbuatan dosa tanpa hukuman sama
sekali.
10. Jangan menghukum anak dua kali untuk satu kesalahan.
11. Berikan pujian dan hadiah jika anak berkelakuan baik.
12. Berikan pujian pada anak untuk usaha apapun yang ia lakukan
untuk menyenangkan hati orang lain, meskipun usahanya tersebut
kurang begitu baik.
13. Menghargai hak milik pribadi bahkan untuk hal-hal yang sepele.
14. Perhatikan dengan cermat setiap janji yang dibuat.
15. Anak perempuan tidak diperbolehkan bekerja sebelum ia mampu
membaca.
16. Ajarkan anak untuk takut pada hukuman.
-*- Bahan diterjemahkan dari sumber -*-:
Judul Buku: All the Children of the Bible
Pengarang : Herbert Lockyes
Penerbit : Zondervan Publishing House, Grand Rapids, Michigan, 1970
Halaman : 49
*INFO *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* INFO*
Ingin menambah wawasan Anda sebagai orangtua untuk mendidik dan
membesarkan anak-anak dengan baik? Berikut ini kami perkenalkan
sumber-sumber informasi di internet yang berguna bagi orangtua yaitu
milis forum diskusi e-AyahBunda dan e-BinaGuru, milis publikasi
mingguan e-BinaAnak, serta situs PEPAK (Pusat Elektronik Pelayanan
Anak Kristen). Untuk bergabung/berlangganan dengan ketiga milis
tersebut, silakan mengakses alamat:
==> http://www.sabda.org/komunitas/i-kan/subscribe/
-*- MILIS FORUM DISKUSI e-AYAHBUNDA -*-
Apakah Anda ingin bertemu dengan para orangtua lain untuk saling
curhat tentang masalah seputar keluarga? Anda ingin mendapat masukan
dari orangtua lain dan para dokter untuk berkonsultasi tentang
permasalahan keluarga yang Anda hadapi? Milis diskusi e-AyahBunda
adalah tempat yang tepat untuk Anda bergabung.
Milis e-AyahBunda adalah forum bagi para orangtua untuk berdiskusi
seputar masalah keluarga, baik untuk hal-hal yang jasmani (seperti
kesehatan keluarga, pendidikan anak, dll.) tapi juga hal-hal rohani.
Harapan milis ini adalah untuk menolong setiap anggota agar dapat
membentuk keluarga yang bahagia. Selain itu tujuan lain adalah untuk
membina persahabatan, yang saling meneguhkan, menguatkan, berbagi
rasa, dan mendoakan antara orangtua Kristen anggota milis tanpa
memandang aliran untuk kemuliaan nama Kristus. Untuk itu ada
beberapa pakar, seperti beberapa dokter dan psikolog Kristen yang
ikut bergabung. Nah, tunggu apalagi ... silakan cepat-cepat
bergabung.
Untuk bergabung kirim surat ke :: subscribe-i-kan-AyahBunda@xc.org
Arsip :: http://purcell.xc.org/scripts/lyris.pl?visit=i-kan-AyahBunda
-*- MILIS PUBLIKASI e-BINAANAK -*-
Milis publikasi e-BinaAnak diterbitkan dengan kerinduan untuk
memperlengkapi guru-guru Sekolah Minggu dan mereka yang terlibat
dalam pelayanan anak. e-BinaAnak yang muncul sekali seminggu ini
menampilkan artikel, tips mengajar dan kegiatan-kegiatan lain yang
dapat menolong meningkatkan pengenalan guru SM terhadap anak dan
bagaimana meningkatkan kualitas pelayanan Sekolah Minggu di gereja
masing-masing. Selain bagi guru SM, topik-topik yang dibahas dalam
e-BinaAnak juga dapat bermanfaat bagi orangtua dalam mendidik anak-
anaknya, misalnya edisi yang membahas tentang Rasa Percaya Diri Anak
(edisi 087/2002), Cara Anak Berpikir (edisi 088/2002), dan Cara
Anak Belajar (edisi 089/2002), dll.
Untuk berlangganan :: subscribe-i-kan-BinaAnak@xc.org
Arsip :: http://www.sabda.org/publikasi/e-binaanak/
-*- MILIS FORUM DISKUSI e-BINAGURU -*-
Selain itu ada juga Milis Diskusi e-BinaGuru yang sangat bermanfaat
bukan hanya untuk guru-guru Sekolah Minggu tapi juga para orangtua.
Karena dalam milis diskusi ini anggota bisa saling bertukar pendapat
dan berbagai informasi khususnya sehubungan dengan bagaimana
mendidik dan mengajarkan Firman Tuhan kepada anak-anaknya.
Untuk bergabung kirim surat ke :: subscribe-i-kan-BinaGuru@xc.org
Arsip :: http://purcell.xc.org/scripts/lyris.pl?visit=i-kan-BinaGuru
-*- SITUS PEPAK -*-
Situs PEPAK (Pusat Elektronik Pelayanan Anak Kristen) menyajikan
berbagai informasi tentang Pelayanan Anak dan Pelayanan Sekolah
Minggu yang paling lengkap dalam bahasa Indonesia. Situs PEPAK
merupakan proyek besar hasil kerjasama antara milis publikasi
e-BinaAnak, milis diskusi e-BinaGuru, dan YLSA. Di dalam situs PEPAK
ini pengunjung bisa membaca artikel, bahan pelajaran, tips-tips
mengajar, berbagai aktivitas dan keterampilan untuk guru Sekolah
Minggu dan para pelayan anak. Silakan berkunjung! Kami yakin anda
akan mendapat banyak informasi yang berguna bagi bekal mendidik dan
membesarkan anak-anak Anda di dalam Tuhan.
Situs PEPAK :: http://www.sabda.org/pepak/
*SURAT *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*- DARI ANDA -*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* SURAT*
Dari: "Lukas A.P" <lukas_liem@>
>Syalom,
>Terima kasih atas perhatian dan kiriman emailnya secara rutin.
>Selain untuk menambah wawasan kami tentang bahan-bahan konseling,
>kami sebagai konselor, juga dapat menjadi berkat bagi pertumbuhan
>iman. Saya sebenarnya mengirimkan kisah kesaksian tentang bagaimana
>Tuhan telah menyelamatkan jiwa lewat kesembuhan yang Tuhan berikan
>secara ajaib, sehingga saya harus ber-nazar untuk memberikan bagian
>dari hidup saya maupun keluarga saya membantu pekerjaan Tuhan.
>apakah alamat untuk itu benar atau ada alamat lain mohon diberi
>tahu, trima kasih
>Tuhan memberkati.
Redaksi:
Puji Tuhan untuk berkat yang Anda terima lewat e-Konsel. Mengenai
kesaksikan yang ingin Anda bagikan, silakan kirimkan ke Redaksi.
Doa kami kiranya kasih Tuhan senantiasa menyertai Anda dan pelayanan
Anda. Selamat melayani.
e-KONSEL*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*e-KONSEL
STAF REDAKSI e-Konsel
Yulia O., Lani M., Ka Fung
PENANGGUNG JAWAB ISI dan TEKNIS
Yayasan Lembaga SABDA
INFRASTRUKTUR dan DISTRIBUTOR
Sistem Network I-KAN
Copyright(c) 2002 oleh YLSA
*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*
Anda punya masalah atau perlu konseling? <masalah-konsel@sabda.org>
Informasi/artikel/bahan/sumber konseling/surat/saran/pertanyaan/dll.
dapat dikirimkan ke alamat: <owner-i-kan-konsel@xc.org>
*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*
Berlangganan: Kirim e-mail kosong ke: subscribe-i-kan-konsel@xc.org
Berhenti: Kirim e-mail kosong: unsubscribe-i-kan-konsel@xc.org
Sistem lyris: http://hub.xc.org/scripts/lyris.pl?enter=i-kan-konsel
ARSIP publikasi e-Konsel: http://www.sabda.org/publikasi/e-konsel/
*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*
|
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |