Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-konsel/218

e-Konsel edisi 218 (15-10-2010)

Tantangan Iman Remaja Kristen

______________________________e-KONSEL________________________________

       Milis Publikasi Elektronik Pelayanan Konseling Kristen
______________________________________________________________________

EDISI 218/15 Oktober 2010

Daftar Isi:
 = Pengantar
 = Cakrawala: Masalah-Masalah Umum yang Dihadapi Remaja Zaman Sekarang
 = TELAGA: Pergolakan Rohani Remaja II
 = Info: SABDA Space Teens: Komunitas Blogger Remaja Kristen

PENGANTAR ____________________________________________________________

 Salam kasih,

 Masa remaja merupakan masa-masa yang penuh dengan pergumulan, baik
 itu pergumulan dalam hal fisik/jasmani maupun dalam hal
 mental/rohani. Dalam hal rohani, remaja perlu diberi pengertian
 bahwa mereka perlu memerhatikan pertumbuhan hidup rohani mereka. Hal
 ini merupakan salah satu kunci untuk menghadapi masalah-masalah lain
 dalam kehidupannya. Orangtua dan gereja merupakan pembimbing para
 remaja dalam proses pertumbuhan iman rohani mereka. Di tengah
 kemajuan zaman, hal rohani yang ditanamkan kepada mereka dapat
 menolong mereka terhindar dari hal-hal yang tidak berkenan kepada
 Allah. Dengan itu, mereka dapat menghadapi setiap tantangan iman dan
 semakin dekat dengan Allah.

 Kami mengajak Anda menyimak e-Konsel edisi ini yang akan fokus pada
 masalah-masalah umum yang dihadapi remaja zaman ini dan juga
 pergolakan hidup rohani mereka. Kiranya edisi e-Konsel kali ini
 boleh menjadi berkat bagi Anda sehingga Anda dapat menjadi
 pembimbing yang baik bagi para remaja yang Tuhan percayakan untuk
 Anda layani. Selamat membaca.

 Pimpinan Redaksi e-Konsel,
 Davida Welni Dana
 < evie(at)in-christ.net >
 http://c3i.sabda.org
 http://fb.sabda.org/konsel

CAKRAWALA ____________________________________________________________

       MASALAH-MASALAH UMUM YANG DIHADAPI REMAJA ZAMAN SEKARANG

   Di tengah-tengah globalisasi dunia, anak-anak remaja diperhadapkan
   dengan permasalahan yang sama di negara mana pun mereka tinggal.
   Dalam artikel yang ditulis untuk konteks remaja Kristen Amerika
   ini, kita masih dapat memetik pelajaran berharga untuk kita
   terapkan dalam pelayanan remaja kita.

 Ketika anak-anak kita memasuki masa remaja dan dewasa, mereka akan
 menghadapi tantangan-tantangan perdana atas iman kepercayaan mereka.
 Mereka dihadapkan pada kenyataan bahwa orangtua, guru, dan gembala
 mereka adalah orang biasa yang dapat berbuat salah, bahkan kadang
 kesalahan yang besar. Kebenaran iman yang dulu diterima anak-anak
 dengan begitu mudah akan dianggap sebagai mitos naif oleh sebagian
 banyak orang ketika mereka mulai masuk ke sekolah atau kampus.
 Mereka mulai melihat bahwa jalan hidup orang Kristen bukanlah
 sesuatu yang menonjol dan memengaruhi kota, negara, atau dunia
 mereka. Mereka harus benar-benar mulai menggali apa arti iman yang
 sesungguhnya bagi hidup mereka.

 Memperlengkapi Remaja

 Kunci untuk memperlengkapi para anak muda dengan kecakapan
 memelihara iman mereka untuk melewati tahap-tahap kehidupan yang
 tersulit adalah dengan mengajarkan tentang mengasihi dan menghormati
 orang lain. Kita justru harus memperkuat mereka dengan kekuatan
 karakter, dan bukan membatasi dan mempersempit pengetahuan dan
 pengalaman yang bisa mereka capai.

 Kita harus mendidik mereka untuk menghormati perbedaan di antara 
 manusia, bagaimana mereka hidup dan membuat pilihan-pilihan. Dengan 
 melegalkan pilihan kekristenan, di dunia yang lebih luas yang akan 
 mereka tinggali. Kita tidak perlu takut atau bersembunyi dari pendapat 
 atau cara pandang dunia. Hanya dengan kasih dan hormat terhadap orang 
 lain dan cara pandang mereka kita akan mampu menciptakan kesempatan 
 untuk manjalin ralasi. Menghormati kepercayaan orang lain adalah 
 menghormati hak kita sendiri untuk memercayai apa yang tak terlihat.

 Kita harus memperlengkapi anak muda dengan kekuatan karakter untuk
 menjadi orang yang berbeda. Bagaimana caranya membawa kekuatan ini
 ke dalam hidup mereka? Dengan membantu mereka memiliki pengertian
 penuh akan pilihan iman. Mereka harus mengerti bahwa pilihan ini
 adalah masalah pribadi dan mereka bertanggung jawab dengan hal itu.
 Kita harus memberitahu mereka bahwa iman adalah perihal memercayai
 dan bukan mengetahui. Dengan kepercayaan yang benar di dalam Allah
 mereka akan merasakan kedamaian dan kekuatan.

 Kita harus mengajar mereka bahwa keyakinan mereka akan diuji. Akan
 ada saatnya mereka melipat tangan dan berlutut untuk berdoa, dan
 merasa benar-benar sendiri. Mereka tidak tahu apakah Allah tetap mau
 mendengarkan. Mereka akan ditantang untuk tetap bertahan dalam iman.

 Kita harus mengajarkan bahwa keyakinan mereka akan berubah saat
 mereka semakin tua. Seperti kita yang belajar tentang diri kita
 sendiri, Allah dan iman kita, segala sesuatu berubah. Satu-satunya
 cara agar iman mereka bertahan saat mereka bertambah besar dan
 berubah adalah dengan memiliki dasar kasih dalam perbuatan nyata.
 Apabila kita mengajarkan sesuatu tanpa dasar kasih, dijamin iman
 anak-anak kita akan hancur.

 Kecerdasan, pengabdian diri, semangat besar, dan kreativitas tidak
 bisa menguatkan jiwa anak-anak kita. Kita harus menolong mereka
 untuk memperoleh pemahaman iman, kasih, dan hormat. Saat dedikasi
 tidak disertai kasih dan pengertian kita akan menemukan bencana.
 Kita banyak menemukan hal-hal semacam ini dalam keluarga Kristen.
 Bahkan, kita menemukan masalah yang sama saat kita melihat kembali
 ke kehidupan rasul Paulus. Paulus dulunya adalah seorang pemburu dan
 pembunuh orang-orang Kristen hingga Allah membuat matanya buta untuk
 sementara. Apakah kita harus membenci Saulus dan mengasihi Paulus?
 Bagaimana kita bisa mengajarkan sebaliknya?

 Seperti Abraham, kita harus bersedia mengurbankan anak-anak kita
 untuk iman kita. Hanya dengan menyatakan iman dalam perbuatan, kita
 bisa menunjukkan iman yang benar kepada anak-anak kita. Jika kita
 menyimpan ketakutan dan kebencian pada dunia dan orang lain, iman
 kita dinyatakan. Jika kita melihat dunia dan hidup di dalamnya
 dengan kasih, keberanian, dan hormat, iman kita menjadi nyata.
 Allahlah yang bertanggung jawab dan kasih adalah pesannya. Jika kita
 bertindak sebaliknya kita mengajarkan yang sebaliknya juga.

 Hal yang indah adalah bahwa satu-satunya cara untuk mengajarkan
 sesuatu tentang iman ialah dengan memilikinya. Tidak ada ajaran
 "lakukan seperti yang aku katakan bukan seperti apa yang aku
 lakukan". Jika kita mencoba menerapkan hal ini dalam keyakinan dan
 iman, remaja akan mengenal kita sebagai orang-orang munafik dan
 agama hanyalah sebuah dongeng yang idealis. Tapi, masalahnya hal ini
 sering terjadi.

 Dalam 1 Korintus 13 kita menemukan nasihat tentang kasih. Meskipun
 diberi angka "sial", 13, di sini kita melihat Kasih itu melebihi
 segala sesuatu yang lain. Kemampuan untuk mengasihi seseorang tidak
 mudah. Kita harus menemukan Kristus di mata setiap orang. Yohanes
 3:16 
 mulai dengan "Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini."
 Kristus telah mengalahkan masalah dosa. Kita harus berusaha
 mengajarkan kepada anak-anak kita untuk melihat Kristus dan Kasih
 dunia bukanlah dosa dan pemisahan.

 Dalam Yohanes 13:34 kita diberi perintah untuk mengasihi. Seorang
 remaja yang dipersiapkan dengan baik untuk memasuki masa dewasa akan
 memiliki pemahaman kasih yang dalam, keyakinan yang kuat dan
 keberanian iman, dan penghormatan yang utuh terhadap orang lain.
 Sebagai orangtua, guru, dan gembala Kristen kita harus ingat rasa
 takut yang kita kalahkan di depan anak-anak kita memperlihatkan
 kurangnya iman kita kepada Tuhan dan kepada mereka. Kita harus
 memberikan teladan iman yang kuat untuk menguatkan mereka dalam
 menjalani kehidupan yang luar biasa yang Tuhan tawarkan. Kita harus
 mengarahkan mereka untuk melihat penyataan Allah dan Kasih yang
 terbesar dalam diri mereka. Jika kita memperlengkapi remaja-remaja
 kita dengan pemahaman akan kasih Allah dan iman mereka yang benar,
 ketika mereka berada seorang diri di kelas, ruang tunggu, kantor
 polisi, atau rumah sakit itu tidak menjadi soal. Mereka sudah
 memiliki dasar kuat untuk menjalani hidup.

 Dalam Roma 12:13 kita menemukan sebuah nasihat untuk terus mengasihi
 semua orang, termasuk orang yang tidak mengasihi kita. (t/Setya)

 Diterjemahkan dari:
 Artikel asli: Common Problems Faced by American Christian Teenagers
 Nama situs: Helium
 Penulis: J.A. Williamson
 Alamat URL: http://www.helium.com/items/
         1033404-common-problems-faced-by-american-christian-teenagers
 Tanggal akses: 30 Agustus 2010

TELAGA ______________________________________________________________

                    PERGOLAKAN ROHANI REMAJA (II)

 Masa remaja adalah masa pergolakan. Salah satu pergolakan yang kerap
 dialami remaja adalah pergolakan rohani. Dalam pergolakan rohaninya,
 remaja mulai menolak nilai-nilai yang tadinya mereka percayai.
 Berikut akan dipaparkan enam penyebab pergolakan ini dan tanggapan yang
 sebaiknya diberikan orangtua.

 Pada masa remaja, anak akan:

 1. mengembangkan kemampuan berpikir abstrak dan melihat jauh ke
    depan.
 2. berada pada posisi labil akibat perubahan fisik dan hormonal
    sehingga rawan mengambil keputusan secara impulsif.
 3. mengembangkan kemandirian dan salah satu bentuknya adalah
    memiliki pemikiran dan pendapat sendiri.
 4. memasuki sebuah dunia yang jauh lebih kompleks dan terekspos
    kepada pelbagai keyakinan rohani dan moral yang lain.
 5. berhadapan dengan godaan dosa dalam volume yang tinggi sekaligus
    dituntut untuk bertahan dalam kehendak Tuhan.
 6. berpapasan dengan ketidaksempurnaan dan ketidakkonsistenan.

    ----------------------------------------------------------------

 1. Pada masa remaja anak mengembangkan kemampuan berpikir abstrak
    dan melihat jauh ke depan.

    Lewat kemampuannya berpikir abstrak, remaja mulai mempertanyakan
    hal-hal yang ia alami atau lihat. Jika sebelumnya semua dilihat
    dan diterima tanpa pertanyaan, sekarang dengan kemampuannya
    berpikir abstrak, remaja mulai mempertanyakan hal-hal yang ia
    anggap tidak masuk akal. Pada masa inilah mungkin remaja melihat
    ketidakadilan di dalam dunia dan mengaitkannya dengan keadilan
    Tuhan. Ia mulai bertanya, jika Tuhan ada, mengapakah Ia
    membiarkan ketidakadilan terus merajalela?

    Sebagai orangtua, kita mungkin terkejut mendengar pertanyaannya.
    Kita mungkin mengira bahwa anak remaja kita telah murtad dan
    meninggalkan imannya. Semua reaksi orangtua ini sebenarnya wajar-
    wajar saja sebab keluar dari hati yang takut akan Tuhan dan dari
    keinginan melihat anak terus setia mengikut Kristus. Walaupun
    demikian, ada baiknya kita berusaha keras menahan emosi marah.
    Sedapatnya, janganlah ketus menuduh anak murtad atau malah
    dikuasai Iblis. Sebaliknya, dengan sikap lembut, berupayalah
    menjawab pertanyaan anak selogis mungkin. Ingat, pada tahap
    pertumbuhannya ini, remaja mulai berpikir abstrak dan ini berarti
    ia bergantung penuh pada pengunaan daya nalarnya.

 2. Pada masa remaja anak berada pada posisi labil akibat perubahan
    fisik dan hormonal sehingga rawan mengambil keputusan secara
    impulsif, tanpa berpikir panjang.

    Tidak jarang, remaja memutuskan untuk melakukan sesuatu tanpa
    memikirkan akibatnya sehingga mereka akhirnya jatuh ke dalam
    dosa. Kejatuhan ini membuatnya enggan untuk dekat dengan Tuhan
    dan mendorongnya untuk hidup terpisah dari Tuhan. Contoh: seorang
    remaja yang mulai terlibat dalam pornografi dan bergumul dengan
    kekudusan memiliki kemungkinan besar pergumulan ini membuatnya
    merasa diri kotor dan tidak layak untuk datang ke hadirat Tuhan.
    Akhirnya, remaja memilih untuk menjauh dari persekutuan dan
    ibadah.

    Sebagai orangtua, kita harus peka dengan pergumulan remaja
    melawan dosa. Kita mesti menunjukkan bahwa kita mengerti betapa
    sulitnya mempertahankan kekudusan. Kita dapat menyampaikan
    kepadanya bahwa kita pun pernah melewati masa pergumulan yang
    serupa dan mengakui bahwa tidak selalu kita berhasil menang
    melawan godaan. Kita mungkin dapat membagikan kepadanya bahwa ada
    momen-momen di dalam hidup ini yang dapat membuat kita tergoda
    untuk menyerah dan mengambil sikap putus asa.

    Kita pun dapat membacakan pergumulan Paulus yang diceritakan di
    Roma 7:15, "Sebab apa yang aku perbuat aku tidak tahu. Karena
    bukan apa yang aku kehendaki yang aku perbuat, tetapi apa yang
    aku benci, itulah yang aku perbuat." Atau Musa yang tidak menaati
    perintah Tuhan di Meriba, Daud yang jatuh ke dalam dosa
    perzinahan dan pembunuhan, dan Petrus yang jatuh ke dalam dosa
    dusta dan ketidaksetiaan. Semua adalah anak Tuhan yang berusaha
    mengikut Tuhan, namun di dalam perjalanan mereka ada kalanya anak
    Tuhan pun jatuh. Yang terpenting adalah kita mau mengakui dosa,
    bangkit, dan berjalan kembali.

 3. Pada masa remaja anak mengembangkan kemandirian dan salah satu
    bentuknya adalah memiliki pemikiran dan pendapat sendiri.

    Salah satu karakteristik kedewasaan adalah kemampuan untuk
    mengambil keputusan sendiri, tanpa harus tunduk pada kehendak
    orang. Sebagai seorang anak yang tengah berjalan menuju ke arah
    kedewasaan, ia pun akan mulai mempraktikkan kemandiriannya dalam
    pengambilan keputusan.

    Dalam kaitannya dengan hal rohani, pada akhirnya remaja harus
    membuat iman kepercayaan orangtuanya sebagai milik pribadinya.
    Bila pada masa lampau ia hanya mengikuti pengarahan orangtuanya,
    sekarang ia harus menempuh sebuah perjalanan rohani sehingga ia
    dapat tiba pada kesimpulannya sendiri. Singkat kata, iman
    orangtua harus menjadi imannya sendiri. Itu sebabnya kita harus
    membimbing sekaligus memberinya ruang untuk menggumulkan imannya
    sendiri.

    Iman yang tidak pernah dimilikinya sendiri pada akhirnya akan
    menjadi iman yang tidak bisa berdiri sendiri. Apabila pada masa
    kecilnya kita telah menanamkan firman Tuhan pada dirinya, maka
    pada masa remaja, firman Tuhan akan terus bersemayam di hatinya.
    "Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada
    masa tuanya pun ia tidak akan menyimpang dari pada jalan itu."
    (Amsal 22:6)

 4. Pada masa remaja anak memasuki sebuah dunia yang jauh lebih
    kompleks dan terekspos kepada pelbagai keyakinan rohani dan moral
    yang lain.

    Teman-temannya tidak lagi seiman dengannya, dan kalau pun seiman,
    ada yang memiliki nilai moral yang berbeda. Tidak bisa tidak,
    semua ini akan memberi pengaruh pada pertumbuhan iman seorang
    remaja. Ia pun mulai mempertanyakan kebenaran iman kristiani yang
    tadinya dipeluknya tanpa ragu. Itu sebabnya, pada masa ini remaja
    kerap bertanya tentang keyakinan rohani lainnya, karena memang ia
    ingin tahu tentang kebenaran.

    Sebagai orangtua, kita mesti menyikapi pertanyaan ini dengan
    bijak dan penuh pengertian. Terus paparkanlah apa yang dikatakan
    oleh firman Tuhan tanpa harus menyerang dan menjelek-jelekan
    keyakinan lainnya. Sikap keras terhadap keyakinan lain hanyalah
    berdampak buruk.

    Pertama, ia akan merendahkan orang yang berkeyakinan lain, dan
    jika ini terjadi ia tidak akan dapat mengasihi mereka. Kedua, ia
    justru berbalik dan marah kepada kita, orangtuanya, oleh karena
    ia merasa kita terlalu menghakimi.

    Ingatlah bahwa pada dasarnya kita tengah membicarakan tentang
    teman-temannya yang dinilainya baik. Itu sebabnya komentar kita
    yang mendiskreditkan mereka tanpa mengenalnya -- selain dari
    landasan keyakinan yang berbeda -- akan membuatnya mengecap kita
    sebagai orang yang tidak baik.

 5. Pada masa remaja anak harus berhadapan dengan godaan dosa dalam
    volume yang tinggi sekaligus dituntut untuk bertahan dalam
    kehendak Tuhan.

    Tidak bisa tidak, hal ini akan menimbulkan ketegangan yang kuat.
    Di tengah tarik-menarik ini remaja akan bergerak ke ekstrem kanan
    dan kiri: kadang teguh namun kadang lemah.

    Sekurangnya ada tiga reaksi remaja terhadap dosa:
    a. melawannya,
    b. menyerah namun mengakui keberdosaan manusia, dan
    c. melabelkan dosa sebagai bukan dosa.

    Adakalanya, remaja berhasil melawan. Kadang, ia gagal dan
    menyerah. Namun terkadang, daripada mengakui kekalahannya, ia
    justru mendistorsi realita dan perintah Tuhan, serta mengganggap
    perbuatannya tidak berdosa. Nah, pada waktu ia mendistorsi firman
    Tuhan inilah remaja biasanya bersitegang dengan kita. Ia melawan
    dan menuduh kita "mau menang sendiri" dan mempertanyakan dasar
    kita mendefinisikan sesuatu itu dosa atau tidak. Pada dasarnya,
    ia tengah berupaya membenarkan tindakannya supaya ia dapat terus
    berkubang di dalam dosa.

    Sebagai orangtua kita mesti berdiri di atas firman Tuhan dan
    tidak menuruti pikirannya jika memang ia keliru. Namun, kita pun
    mesti sabar dan lembut dalam menyikapi pemberontakannya. Kita
    harus menyampaikan kepadanya bahwa kita mengerti pergumulannya
    dan akan terus mendoakannya. Kita harus mengatakan dengan jelas
    bahwa walaupun pada kenyataannya manusia tidak bisa hidup sesuai
    dengan firman Tuhan, itu tidak berarti kita boleh menurunkan
    standar Tuhan. Doronglah ia untuk mengakui keterbatasannya dan
    memohon pengampunan Tuhan. Ajaklah ia untuk terus berusaha,
    kendati susah.

 6. Pada masa remaja anak harus berpapasan dengan ketidaksempurnaan
    dan ketidakkonsistenan.

    Mungkin remaja melihat tindakan orangtua yang tidak sesuai dengan
    perkataan mereka; atau, mungkin remaja mendengar atau mengetahui
    kasus kejatuhan pembina rohaninya. Semua ini berpotensi
    melemahkan iman kepercayaannya. Bagi remaja, kegagalan panutan
    rohaninya dapat berarti kegagalan iman kristiani. Tidak heran ada
    sejumlah remaja yang akhirnya meninggalkan iman kristiani dan
    hanya melandaskan kehidupan rohaninya pada doktrin, "yang
    terpenting adalah berbuat baik."

    Sebagai orangtua, jangan kita membela diri tatkala telah
    menghidupi hidup yang tidak konsisten dengan ajaran Kristus.
    Akuilah kegagalan kita sendiri tanpa perlu merasa defensif. Yang
    terpenting adalah bertobat dan tidak mengulang kesalahan yang
    sama. Jikalau ini menyangkut ketidakkonsistenan pembina
    rohaninya, akuilah dan jangan mencoba menutupinya. Tindakan
    menutup-nutupi hanyalah akan memperbesar ketidakpuasannya.

    Tuhan Yesus berkata, "Garam memang baik, tetapi jika garam
    menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan?" (Lukas 14:34). Memang
    sewaktu seorang pembina rohani jatuh, itu sama dengan garam yang
    telah menjadi tawar dan membuat hati remaja menjadi tawar. Tidak
    ada lagi keinginan untuk hidup kudus dan berkenan kepada Tuhan;
    sewaktu mendengar orang berkata-kata tentang Tuhan maka reaksi
    awal mereka kemudian adalah tidak ingin menggubrisnya. Mereka
    mengalami disilusi (pembuyaran ilusi) dan kecewa. Sungguhpun
    demikian ingatkanlah remaja tersebut bahwa kita hidup untuk
    Kristus, jadi kita semua harus terus memandang-Nya, bukan orang
    lain.

 Diambil dan disunting seperlunya dari:
 Nama situs: telaga.org
 Judul transkrip: Pergolakan Rohani Remaja (TELAGA No. T269)
 Alamat url: http://www.telaga.org/audio/pergolakan_rohani_remaja_i

INFO _________________________________________________________________

         SABDA SPACE TEENS: KOMUNITAS BLOGGER REMAJA KRISTEN

 Ada perjuangan yang dibutuhkan untuk mengajak para remaja giat
 menulis, walau beberapa tahun belakangan ini ada sedikit kemajuan.
 Sejak gaya novel literatur remaja ("teenlit") menjamur, dunia
 literatur cetak, demikian pula dunia blogging Indonesia, mulai
 diramaikan oleh penulis-penulis usia belasan tahun. Tren penulisan
 pun mulai berimbang; tidak melulu kisah cinta anak, beberapa tulisan
 sudah mulai serius merambah bidang lain. Bagaimana kualitas tulisan
 remaja-remaja Kristen di Indonesia? Situs SABDA Space Teens agaknya
 bisa menjadi salah satu alat uji.

 SABDA Space Teens menawarkan alternatif baru bagi remaja Kristen
 dalam membentuk komunitas saudara seiman di dunia maya. Dari segi
 fasilitas, SABDA Space Teens sebenarnya cukup mumpuni untuk sebuah
 komunitas blogger. Ada cara penampilan blog berdasarkan kata kunci,
 komentar terbaru, maupun blog terbaru. Ada fitur avatar, emoticon,
 dan mengirim pesan untuk ekspresi diri dan komunikasi antarpenulis
 blog. Fasilitas untuk kemudahan seperti kotak pencarian, FAQ, dan
 sindikasi juga ditambahkan. Sekalian juga peramai blog seperti
 poin, daftar ulang tahun, dan shoutbox.

 Isi situs ini terbilang baik, terutama karena situs ini
 memberlakukan kebijakan penulisan (baca di halaman Policy). Tentu
 situs ini dapat menjadi rekomendasi untuk latihan dan ekspresi
 penulisan remaja Kristen. Alangkah baiknya jika makin banyak yang
 meramaikan. Anda mungkin berminat mengisi atau mengajak remaja lain
 terlibat? (RMS)

 ==> http://teens.sabdaspace.org

 Diambil dan disunting dari:
 Nama situs: Arsip Publikasi ICW
 Penulis: Risdo M.S.
 Alamat URL: http://sabda.org/publikasi/icw/1130
 Tanggal akses: 14 Oktober 2010

_______________________________e-KONSEL ______________________________
Apakah Anda punya masalah/perlu konseling, atau ingin mengirimkan
informasi/artikel/bahan/surat/saran/pertanyaan/sumber konseling?
silakan kirim ke:
< konsel(at)sabda.org > atau < owner-i-kan-konsel(at)hub.xc.org >
Berlangganan via email: < subscribe-i-kan-konsel(at)hub.xc.org >
Berhenti berlangganan < unsubscribe-i-kan-konsel(at)hub.xc.org >
ARSIP: http://www.sabda.org/publikasi/e-konsel
Situs C3I: http://c3i.sabda.org
Facebook Konseling: http://fb.sabda.org/konsel
Twitter Konseling: http://twitter.com/sabdakonsel
______________________________________________________________________

Pimpinan Redaksi: Davida Welni Dana
Staf Redaksi: Tatik Wahyuningsih dan Sri Setyawati
Isi dan bahan adalah tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA
Didistribusikan melalui sistem network I-KAN
Copyright (c) 2010 e-Konsel / YLSA -- http://www.ylsa.org
Katalog: http://katalog.sabda.org
Rekening: BCA Pasar Legi Solo No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati
______________________________________________________________________

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org