|
Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
https://sabda.org/https://sabda.org/publikasi/e-konsel/214 |
|
e-Konsel edisi 214 (15-8-2010)
|
|
______________________________e-KONSEL________________________________
Milis Publikasi Elektronik Pelayanan Konseling Kristen
______________________________________________________________________
EDISI 214/15 Agustus 2010
Daftar Isi:
= Pengantar:
= Cakrawala: Masalah Hidup: Dianalisa Dulu Baru Diatasi
= Tips (1): Tatkala Bahaya Mengancam, Apa yang Harus Diperbuat?
= Tips (2): Bagaimana Caranya Menghadapi Masalah Hidup Yang Menekan?
= Artikel Terkait: Artikel tentang Masalah Hidup
PENGANTAR ____________________________________________________________
Salam kasih,
Sebagai orang yang telah dimerdekakan dari dosa, Yesus memberikan
jaminan kepada kita bahwa Dia akan selalu menyertai kita. Dia akan
memampukan kita untuk mengatasi segala hal yang dapat menjauhkan
kita dari kasih Allah. Meskipun demikian, bukan berarti hidup kita
akan mulus-mulus saja. Tidak jarang Tuhan tetap mengizinkan berbagai
masalah hidup datang menerpa -- toh manusia tidak lepas dari segala
konsekuensi perbuatannya. Status kita sebagai orang yang telah
dimerdekakan Tuhan merupakan jaminan bahwa dalam setiap masalah yang
menerpa, Tuhan selalu memegang tangan kita, sehingga kita tidak
jatuh sampai tergeletak.
Publikasi e-Konsel kali ini mengajak kita semua untuk menganalisa
setiap masalah hidup yang kita alami. Proses menganalisa masalah
merupakan salah satu hikmat yang Tuhan berikan untuk menolong kita
mengatasi masalah hidup. Tuhan pun akan memberikan kita hikmat untuk
waspada terhadap ancaman-ancaman kehidupan yang dapat menimbulkan
masalah. Semua hal mengenai masalah hidup dapat Anda temukan dalam
edisi kali ini. Selamat menyimak dan kiranya Anda selalu mengerti
setiap pertolongan tangan Tuhan dalam menghadapi dan mengatasi
masalah hidup. Percayalah, Dia selalu memegang tangan kita ketika
sepenuhnya bergantung kepada-Nya.
Pimpinan Redaksi e-Konsel,
Davida Welni Dana
< evie(at)in-christ.net >
http://c3i.sabda.org
http://fb.sabda.org/konsel
CAKRAWALA 1 __________________________________________________________
MASALAH HIDUP: DIANALISA DULU BARU DIATASI
Diringkas oleh: Sri Setyawati
Banyak masalah dalam hidup yang harus kita atasi. Agar lebih mudah
menentukan tindakan yang harus kita ambil untuk mengatasinya, kita
akan membedakan masalah hidup menjadi dua macam.
A. MASALAH BUATAN
Masalah buatan adalah masalah yang datang oleh diri kita sendiri.
Masalah itu timbul karena tingkah laku dosa, sikap salah, ataupun
akibat kepribadian buruk kita. Masalah buatan bukanlah masalah semu,
hanya saja penyebabnya adalah diri kita sendiri. Contoh: kisah Akhan
dalam Yosua 6:18, 19, 7:1-15; masalah yang dihadapi umat Israel
ketika akan mengalahkan kota Ai adalah masalah buatan, yang timbul
karena dosa. Untuk mengatasi masalah ini Allah tidak "menyulap"
hingga orang Ai kalah setelah Yosua sujud di hadapan tabut Allah.
Allah tidak melakukan hal itu; umat Israellah yang harus bertindak.
Selama ini kita mengetahui ada tiga hal cara Allah menjawab doa,
yaitu "Ya", "Tidak", atau "Tunggu". Tetapi ada juga cara yang
keempat, yaitu "Bertindaklah!" Berikut uraian maksud setiap jawaban
Tuhan.
1. Ya!
Ketika Allah menjawab doa kita dengan "Ya", itu berarti Ia
mengabulkan permohonan kita. Ia melihat bahwa untuk kebaikan
kitalah Ia mengabulkan permintaan itu.
2. Tidak!
Allah tidak mengabulkan permohonan kita karena Ia melihat bahwa
yang kita minta itu bukan untuk kebaikan kita.
3. Tunggu!
Allah akan mengabulkan permohonan kita pada masa yang akan
datang, bukan sekarang. Ia melihat bahwa untuk kebaikan kita
permohonan kita dikabulkan pada masa yang akan datang, bukan saat
ini. Waktu tunggu ini sesuai dengan waktu Allah.
4. Bertindaklah!
Allah menghendaki kitalah yang harus bertindak. Kitalah yang
harus bertobat, memperbaiki diri, meninggalkan jalan kita yang
berdosa. Kitalah yang harus meninggalkan kebiasaan buruk dan
kebiasaan berdosa. Allah tidak akan melakukannya bagi kita. Ia
pasti akan menolong kita, tapi kitalah yang harus bertindak!
Ketika menghadapi masalah buatan, Allah sering mengharuskan kita
untuk bertindak. Ia akan menolong kita tapi Ia tidak akan
melakukannya bagi kita. Dalam perubahan kepribadian, sering kita
mengharapkan Allah melakukan hal itu tanpa kita berusaha dan
bertindak. Kita mengharapkan Allah dengan ajaib menyulap kita dari
orang yang sewenang-wenang, pemarah, pendendam, dsb. secara seketika
menjadi orang yang sabar, pengasih dan penyayang, mudah mengampuni,
dll.. Ini tidak akan dilakukan secara otomatis oleh Allah. Allah
jelas akan menolong kita melalui Roh-Nya, tapi kita juga harus
berusaha. Kita harus bertobat dari kebiasaan berbuat dosa. Kita
harus bertekad untuk meninggalkan kejahatan. Kita harus berhenti
membaca bacaan porno atau menonton film porno agar tidak terangsang
dan berzinah dalam hati. Kita harus menjauhi bar-bar dan minuman
keras agar kita tidak kembali menjadi pemabuk. Allah menyediakan
kemampuan kepada kita untuk melakukannya. Dalam peristiwa lahir
baru, Roh Kudus mengubahkan kodrat manusiawi kita dan kita menerima
anugerah-anugerah-Nya yang besar sesuai dengan janji-Nya. Setelah
itu Roh Kudus memasukkan kita dalam program pendewasaan yang akan
berlangsung seumur hidup kita. Semuanya sesuai dengan rencana-Nya
menjadikan kita semakin menyerupai Kristus. Bertindaklah!
B. MASALAH SUNGGUHAN
Masalah sungguhan adalah masalah yang datang tidak disebabkan oleh
sikap atau tingkah laku kita sendiri. Masalah ini mungkin datang
karena keinginan, perbuatan, dosa orang lain, bencana alam,
kecelakaan, situasi negara, situasi ekonomi, dll.. Contoh: kisah
Yosafat dan kaum Yehuda dalam 2 Tawarikh 20:1-26. Yosafat dan
rakyatnya menghadapi suatu masalah sungguhan (yang datang bukan
karena dosa yang mereka perbuat) yang tidak sanggup mereka atasi.
Tindakan mereka merupakan contoh bagi umat Kristen.
Bila musibah, kecelakaan, dan sengsara datang, umat Kristen
dianjurkan untuk langsung menghadap Allah untuk meminta tolong dan
berlindung pada-Nya. Terhadap ancaman luar biasa yang tidak
tertahankan, kita diimbau untuk segera datang kepada Allah, menerima
perlindungan dan penjagaan-Nya. Allah yang akan berperang ganti kita
dan Ia yang akan memberi kita kekuatan untuk bertahan terus sampai
bahaya itu lewat. Hal terutama yang harus kita lakukan ialah
memasrahkan diri kepada Allah sambil terus menyembah dan memuji Dia
serta tetap hidup benar. Tak perlu putus asa atau bunuh diri saat
usaha kita terancam bangkrut atau sudah bangkrut. Tetaplah bertahan
saat kita mengalami fitnahan hebat. Tetaplah setia saat suami/istri
kita menyeleweng (yang bukan karena sifat dosa kita).
TINDAKAN KITA
Setelah kita mempelajari kedua macam masalah di atas, kita dapat
menentukan langkah-langkah yang harus kita ambil bila kita
menghadapi suatu masalah.
Bila menghadapi suatu masalah, janganlah kita langsung panik,
marah-marah, atau putus asa. Iman kita mengatakan bahwa masalah yang
kita alami itu juga untuk kebaikan kita yang memiliki Tuhan Yesus,
yang mengasihi-Nya, dan yang dipanggil sesuai dengan rencana Allah
(Roma 8:28). Allah mengizinkan masalah hadir dalam hidup kita untuk
kekudusan kita, menyadarkan kita akan adanya sifat-sifat yang tidak
diperkenan Allah dalam diri kita, atau untuk pendewasaan kita. Kita
juga sadar bahwa Allah bukan saja memperbolehkan suatu masalah
datang kepada kita, kadang-kadang Ia malah mendesain suatu masalah
untuk kebaikan kita.
Lalu apa yang harus kita lakukan?
1. Kita perlu memeriksa apakah masalah itu merupakan masalah buatan
atau masalah sungguhan. Sebagian besar dari masalah hidup manusia
adalah masalah buatan. Seringkali orang langsung menyangka bahwa
masalah mereka adalah masalah sungguhan dan tidak sadar bahwa
salah satu cara efektif untuk mengatasi banyak masalah adalah
melalui perubahan sikap dan tingkah laku.
2. Bila kita tahu bahwa masalah itu adalah masalah buatan; datanglah
segera kepada Allah, melihat kelemahan dan dosa kita, bertobat,
dan memohon anugerah-Nya untuk mengubah tingkah laku dan diri
kita. Jadi, kalau kita masuk dalam penderitaan atau kesesakan
karena dosa dan kesalahan kita, bertobatlah dan meminta
pertolongan Tuhan untuk mengubahkan kita. Sebaliknya, bila kita
tahu bahwa masalah itu adalah masalah sungguhan, kita datang
kepada Allah dan memohon kekuatan serta pertolongan-Nya untuk
menyelesaikan masalah kita.
Bagi seorang konselor Kristen, tahu menganalisa suatu masalah dan
kemudian membimbing konseli agar tidak salah bertindak adalah
penting. JIka kita mengacaukan pengertian kedua macam masalah di
atas dan membimbing konseli secara terbalik (misalnya hanya
menganjurkan berdoa dalam suatu masalah buatan) akan menyebabkan
frustrasi pada konseli karena masalahnya tidak akan terselesaikan.
Diambil dan diringkas dari:
Judul artikel: Masalah Hidup
Judul buku: Mengatasi Masalah Hidup
Penulis: Dr. Jonathan A. Trisna
Penerbit: Lembaga Pendidikan Theologia Bethel Jakarta, Jakarta 1993
Halaman: 1 -- 16
TIPS 1___________________________________________________________
TATKALA BAHAYA MENGANCAM, APA YANG HARUS DIPERBUAT?
Diringkas oleh: Sri Setyawati
Dalam hidup ini, bahaya selalu siap mengancam setiap orang. Bahaya
akan datang kapan saja, di mana saja, kepada siapa saja. Dalam
bidang usaha, selalu terbuka kemungkinan untuk ditipu orang. Dalam
keluarga, hubungan suami istri bisa saja menjadi tidak harmonis
karena pihak ketiga maupun karena merasa tidak puas dengan
pasangannya. Tentunya masih banyak ancaman atau masalah hidup
lainnya yang siap menghancurkan kehidupan kita jika kita tidak
hidup dekat dengan Allah.
Dalam 2 Raja-raja 19:14-20 kita bisa mencermati kisah Hizkia dan
belajar dari pengalamannya. Hizkia, Raja Yehuda, akan dikepung oleh
Sanherib, Raja Asyur. Sebelum dikepung, Sanherib sudah mengirimkan
utusan kepadanya untuk menyampaikan pesan yang bertujuan membuat
Hizkia merasa gentar, takut, dan gelisah. Lantas, apa yang Hizkia
lakukan ketika bahaya mengancam dirinya? Berikut ini ada beberapa
tindakan yang dilakukannya yang bisa kita contoh.
1. Berserulah Kepada Tuhan
Sebelum Sanherib mengepung, Hizkia tidak mengumpulkan tentara dan
tidak melakukan perlawanan sama sekali. Sebaliknya, ia justru
masuk ke rumah Tuhan dan menyerukan nama Tuhan. Secara sepintas
langkah ini mungkin kurang cerdas. Apa hubungan antara perang dan
menyerukan nama Tuhan? Sekilas tampaknya, tidak ada hubungan
apa-apa, bukan? Beberapa orang mungkin akan berkomentar bahwa
Hizkia adalah tipe pemimpin yang pengecut. Kelihatannya saja
rohani tapi sangat merugikan rakyat. Atau ada yang mengatakan
bahwa Hizkia adalah pemimpin yang hanya memedulikan keselamatan
pribadi. Bagaimana menurut Anda? Apakah langkah Hizkia itu keliru?
Jika kita menyimak firman Tuhan di atas, kita akan mengetahui
bahwa langkah Hizkia tidaklah keliru. Ia malah telah mengambil
langkah raksasa yang spektakuler. Inilah awal dari kemenangan
Hizkia. Ketika ia menyerukan nama Tuhan, pada saat itulah Tuhan
memihaknya.
Kebanyakan orang akhirnya menyalahkan Tuhan tatkala masalah besar
terjadi dalam hidup mereka, padahal saat tidak ada masalah,
mereka tidak peduli dan membelakangi Tuhan. Mereka acuh dan
pura-pura tidak kenal dengan Tuhan. Bahkan, ada pula orang-orang
yang nekat memusuhi Tuhan.
2. Mintalah Nasihat
Hizkia bukanlah orang yang bodoh secara intelektual. Kalau bodoh,
mustahil Hizkia dapat memimpin dengan baik dan bijaksana. Meskipun
demikian, Alkitab menyatakan bahwa Hizkia tidak mengandalkan
kekuatan, kepintaran, kehebatan, kebijaksanaan manusiawinya, dan
potensi dirinya. Sebaliknya, dia mengandalkan Tuhan dan
firman-Nya. Karena itu, Allah mengirimkan nabi Yesaya kepada
Hizkia agar ia tahu apa yang harus dilakukannya. Hizkia sadar
bahayanya jika hanya mengandalkan kekuatan manusia. "Terkutuklah
orang yang mengandalkan manusia, yang mengandalkan kekuatannya
sendiri, dan yang hatinya menjauh dari pada TUHAN!" (Yeremia
17:5).
Hasil: Allah Bertindak
Kekuatan manusia sangat terbatas. Orang yang hebat dan ahli dalam
bidang tertentu sekalipun tetap masih memiliki celah yang belum
sempat dipikirkannya.
Dalam kisah Hizkia, kita melihat malaikat Tuhan membunuh 185.000
orang di perkemahan Asyur -- jumlah pasukan yang sangat besar.
Mungkin kekuatan tentara Hizkia pun tidak sanggup membunuh laskar
sebanyak itu. Jika Hizkia mengerahkan semua kehebatannya, ia tetap
tidak akan mampu melakukan hal yang sedahsyat itu. Karena
mengandalkan Allah akhirnya Hizkia mendapat kemenangan.
Diambil dan diringkas dari:
Judul artikel: Tatkala Bahaya Mengancam
Judul buku: Pintu Masih Terbuka
Penulis: Manati I. Zega
Penerbit: Penerbit ANDI, Yogyakarta 2006
Halaman: 32 -- 38
TIPS 2 _______________________________________________________________
BAGAIMANA CARANYA MENGHADAPI MASALAH HIDUP YANG MENEKAN?
Diringkas oleh: Sri Setyawati
Pada tahun 1923 di Chicago, diadakan pertemuan antara sembilan
investor paling berhasil di dunia. Dua puluh lima tahun kemudian,
riset menunjukkan bahwa beberapa orang di antaranya mati bunuh diri.
Mereka memang sudah belajar seni mencari nafkah untuk hidup, tetapi
rupanya tidak seorang pun yang belajar seni menjalani hidup. Mereka
tidak tahu bagaimana menangani masalah hidup yang menekan mereka.
Ternyata bukan hanya mereka yang berbuat demikian; banyak juga
orang-orang di dunia ini yang karena merasa tertekan akhirnya
mengakhiri hidup mereka. Sayangnya, para dokter belum menemukan alat
untuk menyesuaikan jumlah tekanan yang dialami seseorang pada saat
tertentu; mereka hanya bisa mengukur efek-efek tekanan. Sehingga
dokter tidak bisa segera menolong mereka yang mengalami tekanan.
Kita tahu bahwa masalah tidak dapat dihindari. Berusaha untuk
mengelak dari masalah pun mungkin tidak menyenangkan. Akan tetapi,
dalam banyak hal masalah dapat menjadi motivasi yang kuat apabila
dikendalikan dengan semestinya. Sebaliknya, jika tidak dikendalikan
masalah itu akan menjadi kekuatan yang negatif.
Bagaimana caranya mengendalikan masalah sehingga hal itu tidak
membuat kita kalah? Garis pedoman berikut ini adalah solusinya.
1. Menumbuhkan sikap mental yang positif.
Langkah pertama untuk mengendalikan tekanan karena adanya masalah
ialah memperbaiki sikap mental. Jika kita gagal dalam ujian ini,
semua tekanan yang kita miliki akan semakin besar. Ini tidak
berarti bahwa kita tidak dapat menyesuaikan diri dengan tekanan,
tetapi tekanan itu akan lebih berat daripada kalau dihadapi
dengan semestinya.
2. Mencari kehendak Tuhan bagi hidup kita dan melakukannya.
Jika kita tidak menemukan sesuatu yang memiliki arti untuk
dilakukan dalam hidup, maka hidup kita akan dipenuhi oleh
kegiatan-kegiatan yang tidak berarti.
Allah telah merancang keseluruhan diri kita (pikiran, jiwa, hati,
dan tubuh) untuk bekerja, melayani, dan menjadi aktif. Kita perlu
terlibat dengan kehidupan dan umat manusia, serta menyumbangkan
sesuatu kepada umat manusia selama kita ada di dunia.
Orang Kristen memunyai keuntungan besar dalam aspek hidup karena
kita ditantang untuk "mempersembahkan tubuh [kita] sebagai
persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada
Allah: itu adalah ibadah [kita] yang sejati" (Roma 12:1). Jika
kita melakukan firman tersebut, maka kita ikut tergabung dalam
bala tentara yang penuh pengabdian dan merasa sukacita karena
dapat melayani Yesus Kristus. Yang terpenting dalam hidup ini
bukanlah mencari kekayaan sebanyak-banyaknya, namun mengerti dan
melakukan apa yang Tuhan kehendaki.
Untuk menemukan kehendak Allah bagi hidup, kita akan melibatkan
empat faktor:
a. firman Allah (Mazmur 119:105, 32:8, Yesaya 58:11, Roma 12:2),
b. ketaatan mutlak kepada firman (Yohanes 14:21),
c. waktu (Wahyu 3:7), dan
d. pimpinan Roh Kudus (Kolose 3:15-17).
Pengetahuan itulah yang dapat meringankan tekanan. Setiap kali
kita meninggalkan kehendak Allah, maka tekanan yang kita hadapi
akan berlipat ganda, dan kita tidak akan mengalami damai sejahtera
dengan Allah. Jadi, jangan pernah menerima apa pun yang bukan
kehendak Allah bagi hidup kita.
3. Mengikat diri pada nilai-nilai dasar dan tetaplah berpegang
padanya.
Sepanjang hidup, kita akan mengalami tekanan -- baik oleh keadaan
atau orang -- untuk menyesuaikan nilai-nilai atau prinsip-prinsip
kita pada kecenderungan zaman sekarang atau gagasan yang
mutakhir. Perbuatan yang merusakkan hal-hal mutlak yang Allah
tetapkan di bidang sosial dan moral hanya akan memperhebat
tekanan hidup. Kebenaran terkadang menyakitkan, tapi dalam jangka
waktu yang lama kebenaran itu melegakan tekanan dalam
keputusan-keputusan yang sulit. Jika kita mengabdi pada hal yang
benar, walaupun dalam hal-hal kecil, maka hal itu akan membuat
kita lebih mudah, dan tekanan yang kita hadapi akan lebih ringan.
4. Tetapkan tujuan-tujuan yang tinggi, jelas, dan layak lalu abdikan
diri kita padanya.
Milikilah tujuan (jangka pendek maupun jangka panjang) dan
pusatkan perhatian pada tujuan tersebut. Makin banyak kita
memusatkan perhatian pada tujuan tersebut, makin jelaslah
tujuan-tujuan itu dan secara berangsur dari alam bawah sadar
kita akan timbul pikiran-pikiran yang memungkinkan kita mencapai
tujuan tersebut.
5. Meminta nasihat pada orang-orang yang lebih ahli.
Alkitab mengatakan, "Jikalau tidak ada pimpinan, jatuhlah bangsa.
Tetapi jikalau penasihat banyak, keselamatan ada." (Amsal 11:14)
Mintalah bantuan pada penasihat yang rohani. Kriteria pertama
dalam mencari nasihat adalah dengan terlebih dahulu melihat
sifat-sifat rohani orang yang kita mintai nasihat. Mintalah
nasihat pada ahli yang cakap dan berpengalaman. Sebagian nasihat
yang diperlukan adalah nasihat teknis sehingga dibutuhkan orang
yang benar-benar terlatih untuk memberikan nasihat. Setelah
mendapat nasihat, jangan lupa untuk mengevaluasinya.
Carilah penasihat yang objektif, yang tidak berprasangka atau
bersikap berat sebelah, yang berpikiran rohani, yang tunduk
kepada firman Tuhan, juga yang cakap memberi nasihat, dan sedapat
mungkin dengan pandangan yang objektif. Selanjutnya, kumpulkan
bukti-bukti, pertimbangkan dengan saksama semua akibatnya,
mintalah pimpinan Allah, serahkan diri kepada-Nya, lalu ambillah
keputusan akhir.
6. Menentukan suatu rencana yang telah didefinisikan dengan jelas
untuk mencapai tujuan-tujuan kita.
Sebagian besar masalah yang melampaui batas yang dialami manusia
berasal dari perencanaan yang buruk, walaupun ada juga yang
diakibatkan karena tidak ada perencanaan sama sekali. Aturan
praktis yang bisa dipegang: semakin baik rencana, semakin sedikit
tekanannya.
Jika Anda harus mengubah tujuan menjadi rencana, tuliskan
pikiran-pikiran Anda pada secarik kertas. Selalu sediakan sebuah
catatan dekat tempat tidur, di meja tulis, dan bahkan di dalam
mobil. Perlengkapan tersebut akan sangat menolong dalam proses
perencanaan.
7. Menghitung biaya dengan saksama dan menentukan suatu rencana yang
masuk akal untuk memenuhinya.
Walaupun Alkitab menantang kita untuk hidup oleh iman, namun iman
bukanlah alasan untuk bertindak bodoh. Jangan mudah berkata
sesuatu adalah "kehendak" Tuhan sebagai dalih perencanaan yang
tidak tepat. Hal itu hanya membuat pekerjaan Tuhan dicela. Jika
Tuhan memimpin Anda untuk melakukan sesuatu dengan iman, maka Ia
akan menyediakan sebuah rencana untuk membayar semua rekeningnya.
Jangan membuat perencanaan kalau Anda tidak bermaksud untuk
mengikutinya.
8. Belajarlah untuk selalu mencatat.
Masalah hidup beberapa dasawarsa ini meningkat sangat pesat,
sehingga mempercepat tuntutan-tuntutan yang diminta dari kita.
Sedihnya, ada banyak orang yang cakap yang sangat menghambat diri
sendiri karena mereka menolak untuk mencatat gagasan, tanggung
jawab, dan rencana masa depan. Salah satu cara untuk menanamkan
kesan yang lebih dalam di pikiran kita tentang sebuah persoalan
adalah dengan membuat catatan. Dengan demikian, kemungkinan untuk
melupakannya cukup tipis. Daftar apa yang akan kita kerjakan hari
ini, besok atau lusa yang dicatat dalam secarik kertas kecil akan
sangat efektif.
9. Menetapkan prioritas yang pantas untuk kehidupan sehari-hari.
Tim LaHaye menyatakan bahwa urutan prioritas pokok yang sehat
sesuai dengan Alkitab adalah Allah, suami/istri, keluarga, dan
pekerjaan. Jika kita tidak memiliki agenda sendiri, maka orang
lainlah yang akan menyusunnya bagi kita, lalu kita akan mengalami
bermacam-macam tekanan karena prioritas/keperluan kita tidak
dipenuhi. Itulah sebabnya, memunyai jadwal/agenda mengenai
hal-hal yang akan dilakukan waktu mendatang sangat penting.
Perencanaan setiap hari dan tiap minggu memberikan peluang bagi
Saudara untuk mencatat prioritas kita dalam jadwal tersebut
sebelum orang lain melakukannya.
Makin aktif hidup kita, makin pentinglah prioritas harian itu.
Apabila kita gagal menetapkannya, kita harus menyesuaikan diri
dengan rencana orang lain, harus bekerja lebih keras, dan
merasakan lebih banyak tekanan karena kita tidak dapat
menyelesaikan pekerjaan prioritas kita.
10. Meluangkan waktu untuk mengasihi orang lain.
Manusia bukanlah mesin. Manusia adalah makhluk yang memiliki
pikiran, jiwa, hati, dan tubuh. Ia memiliki emosi dengan orang
lain. Setiap manusia memerlukan orang lain untuk berbagi hidup
dengannya. Saat kita mengasihi orang lain, mereka mungkin akan
membalas kasih kita. Jika tidak pun, itu tidak masalah. Tanggung
jawab kita ialah mengasihi, bukan memperoleh kasih.
Berilah karena Anda suka memberi. Luangkan waktu untuk
mengungkap kasih, keramahan, dan perhatian pribadi kepada mereka
yang Anda kasihi. Jangan lupa juga untuk mencurahkan kasih
kepada mereka yang membenci dan menentang kita. Kasih adalah
kunci untuk mencapai kepuasan dalam hidup.
11. Menjaga agar api tetap menyala.
Kita tahu bahwa tekanan diperhebat saat tidak ada harapan. Tidak
seorang pun yang tahan hidup lama tanpa adanya harapan. Tanpa
harapan tidak ada iman. Alkitab mengatakan, "Iman adalah dasar
dari segala sesuatu yang kita harapkan" (Ibrani 11:1).
Pengharapan dalam Alkitab menyatakan sikap penentuan yang penuh
keyakinan yang didasarkan atas iman. Kedudukan yang paling
menyedihkan dalam dunia adalah hidup dalam keadaan tidak
berpengharapan. Jika nyala harapan berkelap-kelip dan kemudian
padam, maka kita akan merasakan tekanan yang paling berat.
Satu prinsip Alkitab yang sangat penting untuk memelihara
kesehatan mental adalah "Bila tidak ada wahyu menjadi liarlah
rakyat" (Amsal 19:18). Jika nyala terang di ujung terowongan
sudah padam berarti tekanan karena masalah hidup kita sudah
tidak tertanggungkan lagi. Jangan kuatir, Allah memberikan
berita pengharapan pasti bagi anak-anak-Nya dalam Alkitab.
Firman Allah adalah benar-benar terbukti sebagai "penolong"
dalam kesesakan. Bacalah untuk menjaga api Saudara.
Diambil dan diringkas dari:
Judul artikel: Bagaimana Caranya Menanggulangi Tekanan
Judul asli buku: How to Manage Pressure before Pressure Manages You
Judul buku: Bagaimana Caranya Menanggulangi Tekanan
Penulis: Tim La Haye
Penerjemah: Tim penerjemah Gandum Mas
Penerbit: Penerbit Gandum Mas, Malang
Halaman: 216 -- 253
ARTIKEL TERKAIT ______________________________________________________
ARTIKEL TENTANG MASALAH HIDUP
Beberapa artikel tentang masalah dapat pula Pembaca simak di situs
C3I dengan judul dan alamat situs berikut ini:
1. Positifnya Masalah
==> http://c3i.sabda.org/positifnya_masalah
2. Tips: Mengapa Tuhan Memberikan Kita Masalah?
==> http://c3i.sabda.org/tip_mengapa_tuhan_memberikan_kita_masalah
_______________________________e-KONSEL ______________________________
Apakah Anda punya masalah/perlu konseling, atau ingin mengirimkan
informasi/artikel/bahan/surat/saran/pertanyaan/sumber konseling?
silakan kirim ke:
< konsel(at)sabda.org > atau < owner-i-kan-konsel(at)hub.xc.org >
Berlangganan: < subscribe-i-kan-konsel(at)hub.xc.org >
Berhenti: < unsubscribe-i-kan-konsel(at)hub.xc.org >
ARSIP: http://www.sabda.org/publikasi/e-konsel
Situs C3I: http://c3i.sabda.org
Facebook Konseling: http://fb.sabda.org/konsel
Twitter Konseling: http://twitter.com/sabdakonsel
______________________________________________________________________
Pimpinan Redaksi: Davida Welni Dana
Staf Redaksi: Tatik Wahyuningsih dan Sri Setyawati
Isi dan bahan adalah tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA
Didistribusikan melalui sistem network I-KAN
Copyright (c) 2010 Konsel / YLSA -- http://www.ylsa.org
Katalog: http://katalog.sabda.org
Rekening: BCA Pasar Legi Solo No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati
______________________________________________________________________
|
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |