Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-konsel/196 |
|
![]() |
|
e-Konsel edisi 196 (15-11-2009)
|
|
______________________________e-KONSEL________________________________ Milis Publikasi Elektronik Pelayanan Konseling Kristen ______________________________________________________________________ EDISI 196/15 November 2009 Daftar Isi: = Pengantar: Peran Gereja dalam Mengatasi Pengganguran = Cakrawala: Menjangkau Para Pengangguran: Bagaimana Gereja Tergerak Untuk Melayani Ketika Tingkat Pengangguran Terus Meningkat = Bimbingan Alkitabiah: Alkitab dan Pengangguran = Artikel Khusus: Kesadaran Terhadap Lingkungan Hidup = Tips: Orang Kristen dan Pengangguran PENGANTAR ____________________________________________________________ Salam dalam kasih Yesus Kristus, Semakin meningkatnya dan tidak terjangkaunya harga kebutuhan hidup menyebabkan semakin meningkatnya pula kesulitan hidup yang dialami oleh masyarakat. Hal ini khususnya dirasakan dan dialami oleh mereka yang tidak bekerja maupun yang menganggur karena kena PHK. Gereja seharusnya mulai tanggap dengan keadaan ini. Sebagai wujud kepeduliannya, gereja bisa memulai dengan melibatkan diri melalui bidang sosial dengan mendidik dan membekali jemaatnya yang tidak memiliki pekerjaan dengan keterampilan khusus. Dengan demikian, gereja diharapkan bisa membantu mereka membuka lapangan kerja baru atau menjadikan mereka tenaga yang siap kerja. Memang bukan hal yang mudah bagi gereja untuk bisa melakukan hal ini, tetapi tidak ada salahnya juga jika mulai sekarang gereja mulai mencobanya. Dengan demikian, selain berperan sebagai pemelihara iman jemaat, gereja juga bisa berkontribusi dalam bidang kesejahteraan sosial jemaat. Menanggapi hal tersebut, kali ini kami menyajikan topik Mengatasi Pengangguran, khususnya apa yang gereja bisa lakukan berkaitan dengan masalah ini. Selain itu, dalam rangka program YLSA Peduli Lingkungan, dalam edisi ini kami sajikan pula sebuah artikel khusus yang kiranya dapat menyadarkan kita untuk mencintai lingkungan. Redaksi Tamu e-Konsel, Desi Rianto http://www.sabda.org/publikasi/e-konsel/ http://c3i.sabda.org/ http://fb.sabda.org/konsel CAKRAWALA ____________________________________________________________ MENJANGKAU PARA PENGANGGURAN: BAGAIMANA GEREJA TERGERAK UNTUK MELAYANI KETIKA TINGKAT PENGANGGURAN TERUS MENINGKAT Setelah Tom Burns, seorang agen pemasaran di Dallas, khawatir dan stres karena menjadi pengangguran 2 tahun yang lalu, dia tidak melupakan apa yang dia alami ketika akhirnya dia mendapat pekerjaan baru. Malahan, saat merenungkan pertanyaan-pertanyaan yang dia pergumulkan selama menganggur -- Bagaimana saya akan memberi makan keluarga saya? Bagaimana saya akan membayar tagihan rumah? -- dia justru mengambil komitmen untuk membantu orang lain yang tiba-tiba kehilangan pekerjaan. Determinasinya tersebut berubah menjadi suatu pelayanan, Career Solutions, yang dia luncurkan di gerejanya, First Baptist Church of Dallas. Pelayanan Career Solutions merupakan satu contoh utama dari lusinan usaha pelayanan dan program yang diluncurkan di seluruh negeri itu. Karena tingkat pengangguran di AS melebihi 9 persen -- dan beberapa memperkirakan 10 persen pada akhir tahun -- beberapa pemimpin gereja melihat kesempatan yang makin terbuka lebar untuk melayani jemaatnya dan menjangkau masyarakat. "Sebagai orang Kristen, saya percaya ini tugas kita untuk melakukan apa pun yang bisa kita lakukan untuk orang lain, dan penting untuk memberikan pelayanan ini kepada orang-orang yang membutuhkan, yang jumlahnya semakin meningkat," kata Beth Wheatley-Dyson, Pendeta St. Andrew`s Episcopal Church di Hanover, Massachusetts. Pengangguran di Massachusetts mencapai puncaknya setidaknya dalam 16 tahun ini. St. Andrew memulai pelatihan dengan mengajar bagaimana menghadapi stres dan pandangan miring tentang pengangguran dan bagaimana menulis lamaran. Gereja juga menghadirkan pembicara tamu, misalnya pejabat dari kantor administrasi usaha kecil AS setempat, untuk berdiskusi bagaimana seseorang bisa mulai menjalankan bisnis/usaha sendiri. Di Modesto, California, di mana para guru dan stafnya dipecat karena minimnya dana pendidikan yang ada, First Baptist Church of Modesto telah mencari metode untuk meresponsnya dengan cara yang lebih berarti. "Ada banyak orang di daerah ini yang menjadi pengangguran atau menjadi korban pemecatan," kata Wade Estes, pendeta senior gereja tersebut. "Orang-orang yang kehilangan pekerjaan di daerah sekolah dan konstruksi lokal telah benar-benar menjadi semakin lamban. Hasilnya, kita bisa melihat peningkatan dramatis jumlah orang yang minta didoakan agar mendapat pekerjaan, jam kerja yang lebih banyak, dan perhatian atas hilangnya rumah mereka atau masalah-masalah lain. Untungnya, kita juga telah melihat campur tangan Tuhan untuk menyediakan pekerjaan bagi mereka yang membutuhkannya." Menjadi Pemimpin Kathy Robinson, seorang konsultan karier di Boston, mengatakan bahwa gereja adalah sumber terbaik untuk mencari pekerjaan. "Gereja terdiri dari orang-orang, dan semakin Anda dikenal, semakin banyak orang yang tahu bahwa Anda sedang mencari pekerjaan, semakin baik kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan," katanya. "Ini adalah gagasan baru untuk gereja, namun ketika gereja menggunakan sumber dayanya untuk memberikan panduan kepada orang-orang, hal itu bisa menjadi sumber yang luar biasa baik." Dr. Robert Jeffress, Pendeta First Baptist Church of Dallas, mengatakan gereja sering kali melewatkan kesempatan untuk melakukan pelayanan. "Saya bukan seorang konselor karier, tetapi saya benar-benar tahu bahwa sebagai seorang pendeta, gereja sering kali, dengan sendirinya, tidak memberikan banyak bantuan kepada para pengangguran," katanya. "Sayangnya, gereja sering kali menjadi tempat di mana seseorang yang membutuhkan bantuan menjadi terperangkap dalam perkumpulan itu dan tidak diperhatikan. Dengan kata lain, gereja juga adalah tubuh orang-orang, orang-orang yang bisa saling menolong ketika mereka tahu apa yang mereka butuhkan dan sumber-sumber yang merekaa miliki." Di First Baptist, Jeffress mengatakan gereja memandang sumber- sumbernya sebagai satu cara untuk memenuhi kebutuhan fisik, bukan hanya kebutuhan spritual. "Saya rasa bahwa bila kita sungguh-sungguh melihat semua orang dan program-program yang kita miliki di gereja, kita bisa memberikan beberapa ide yang bisa digunakan untuk membantu orang lain yang memiliki masalah pekerjaan," katanya. Contohnya, First Baptist membuat halaman khusus di situsnya yang menampilkan riwayat hidup para pencari kerja. Untuk membuat situs tersebut lebih berguna, sumber ini dipromosikan secara aktif kepada masyarakat lokal, khususnya di gereja lain. "Saya rasa rahasianya adalah memastikan bahwa program tersebut tidak menjadi bursa kerja atau untuk mencari belas kasihan," tambah Jeffress. "Situs kami merupakan pendekatan proaktif yang membantu mereka yang membutuhkan pekerjaan supaya mendapatkan pekerjaan, khususnya dalam suasana ekonomi yang kita hadapi sekarang ini. Program kami ini dimulai di gereja kami sekitar 1 tahun yang lalu, dan orang-orang mulai melamar untuk segera ikut ambil bagian." Hasil Nyata Tidak berapa lama kemudian, Janet Russell dan suaminya, Joel, diberhentikan dari pekerjaannya dalam waktu yang sama. Segera setelah dia kehilangan pekerjaannya, Janet mendengar berita tentang program Career Solutions yang dia percaya karena memberinya alat dan kepercayaan diri yang dia perlukan untuk mendapatkan pekerjaan yang baik. Pada kenyataannya, tidak lama kemudian dia mengajak suaminya, seperti yang dia katakan, "untuk mengeluh dan berteriak minta tolong" dalam pertemuan kelompok tersebut. Dia kemudian mendapatkan informasi yang berharga pula. "Saya rasa mencari pekerjaan menjadi salah satu hal yang paling sepi yang harus dilakukan seseorang," katanya. "Suatu hari Anda sedang bekerja, melakukan hal-hal yang berguna, menerima bayaran, menikmati aspek sosial dari bekerja, kemudian tiba-tiba Anda tidak memiliki apa-apa, dan tidak tahu ke mana harus pergi dan kepada siapa harus bertanya supaya Anda bisa kembali ke dunia kerja." Pertemuan Career Solutions mengajarkan kepada Janet dan Joel bagaimana membuat riwayat hidup yang efektif, dan memberi tips untuk menghadapi wawancara dan negosiasi gaji. Program ini juga memberikan topik- topik yang berkaitan dengan pencari kerja, seperti memangkas biaya hidup dan hidup sesuai dengan dana yang ada. Seperti halnya Career Solutions, beberapa program yang dijalankan oleh gereja di negara ini memberikan presentasi khusus yang disampaikan oleh para ahli, dan kemudian sering kali dilanjutkan dengan kesempatan untuk mendapatkan jaringan kerja dan melatih keterampilan. "Program Career Solutions bukanlah sejenis program yang setengah-setengah dan tidak jelas," kata Janet. "Setiap orang boleh datang, tetapi mereka telah disiapkan dengan lebih baik untuk bekerja, karena untungnya, setiap orang yang ada di sana benar-benar mencari pekerjaan. Kami tidak main-main. Hasilnya sudah terbukti." Jeffress mengatakan bahwa kira-kira setengah dari peserta Career Solutions mendapat pekerjaan dari informasi yang diberikan selama mengikuti sesi di Career Solutions. "Jujur saja, kami telah membayar beberapa orang dari program yang ada di gereja kami," katanya. "Saya rasa program Career Solutions merupakan jalan yang Tuhan pakai untuk mendapatkan pekerjaan." Membantu Setelah Mendapat Pekerjaan Beberapa gereja menawarkan bantuan kepada para peserta meskipun mereka telah mendapatkan pekerjaan, agar mereka dapat terus bekerja. Misalnya, di United Methodist Church di Milltown, N.J., Bob Stewart, salah satu anggotanya, mengerjakan program pengembangan karier, perencanaan, dan konseling. "Program ini secara praktis membantu siapa saja, baik yang bekerja maupun yang tidak bekerja," katanya. "Tidak peduli apakah Anda punya pekerjaan atau tidak, program ini akan mengajarkan kepada Anda keterampilan yang harus Anda miliki, atau, bila Anda sudah memilikinya, membantu Anda menjaga keterampilan itu." Kursus yang diberikan oleh Steward ini meliputi berbagai topik, termasuk cara untuk menghadapi dan mengatur atasan yang sulit, bagaimana mengendalikan dan meningkatkan keamanan kerja, yang harus dan tidak boleh dilakukan yang berdampak pada keamanan kerja, dan teknik bagi para pekerja untuk "melindungi" pekerjaan mereka. Sesi masa depan akan fokus membahas masalah penampilan. Pelayanan yang Sesungguhnya Para pemimpin gereja mengatakan bahwa mereka ingin membantu para pengangguran mendapatkan pekerjaan. Tetapi mereka juga mengatakan bahwa program-program mereka tetap menjaga kemurnian pelayanan: membantu para pesertanya menjadi orang-orang yang lebih baik. "Saya memerhatikan program kami menjadi satu program yang merespons kebutuhan yang ada," tambah Jeffress. "Saya bukan seorang ahli dalam pekerjaan, tetapi kami memiliki imbal balik yang menyemangati kami dari para peserta program Career Solutions untuk menentukan apa yang sebetulnya mereka butuhkan sehingga kita bisa mengukur apa yang kita tawarkan yang bisa menolong mereka lebih baik lagi. Ini hanyalah masalah bertanya pada diri kita sendiri, `Siapa yang bisa memberikan yang terbaik untuk melayani kebutuhan ini?` dan mau meminta bantuan kepada mereka untuk program ini. Kami masih dalam tahap belajar, tetapi ketika kami terus menawarkan program ini, kami akan belajar lebih banyak untuk membantu para peserta dengan lebih baik." Hal inilah yang membuat segala sesuatu yang terlibat dalam pengoperasian program ini berguna, kata pemimpin gereja tersebut, khususnya sejak biaya sering kali diminimalisir. "Tentu saja, kita harus melakukan sesuatu supaya program ini bisa terus berjalan," jelas Jeffress. "Kita harus menyalakan lampu merah, dan ada hal lain yang harus dikerjakan, tetapi itu harus minimal. Ketika kita tahu bahwa orang-orang yang meninggalkan gereja kita telah memiliki usaha yang lebih baik untuk mendapatkan pekerjaan, itu adalah penghargaan yang besar. Dalam hal ini, kita semua menang: gereja, pencari kerja, masyarakat, kita semua menang." (t/Ratri) *) Michael Michelsen adalah seorang penulis lepas yang tinggal di California. Diterjemahkan dari: Nama situs: ChristianityToday.com Judul asli artikel: Reaching The Unemployed: How Churches Are Mobilizing To Minister As Jobless Rates Climb Penulis: Michael W. Michelsen, Jr. Alamat URL: http://www.christianitytoday.com/yc/2009/julaug/reachingtheunemployed.html BIMBINGAN ALKITABIAH _________________________________________________ ALKITAB DAN PENGANGGURAN Anda mungkin berpikir bahwa Alkitab tidak banyak berbicara tentang pengangguran. Di dalam Alkitab, siapa yang kehilangan pekerjaan? Tidak banyak, tapi ada. Raja Saul kehilangan posisinya yang menguntungkan sebagai pimpinan dan digantikan oleh orang baru yang bertalenta dari golongan penggembala, dan tukang perak di Efesus yang mungkin memberhentikan pekerjanya karena kondisi ekonomi yang menurun setelah Paulus berhasil dalam misinya di sana (Kisah Para Rasul 19). Meskipun tidak ada pasal yang secara langsung membahas "pengangguran", Alkitab memberi kita prinsip-prinsip tentang bekerja yang akan membantu kita ketika kita tidak punya pekerjaan. Tuhan memiliki pandangan yang sangat positif tentang pekerjaan. Tuhan adalah Seorang Pekerja dan bekerja adalah hal yang penting dalam kehidupan kita sebagai orang Kristen. Pekerjaan adalah bagian dari ciptaan Tuhan -- kita diciptakan sebagai pekerja dan dirancang oleh Tuhan untuk bekerja dan mengatur dunia di sekitar kita. Setelah manusia jatuh ke dalam dosa, bekerja menjadi hal yang sulit dan melelahkan, namun bekerja tetap menjadi bagian dari apa yang kita lakukan di dunia ini. Tuhan memberi kita karunia dan kebijakan untuk memampukan kita bekerja dan berkuasa di dunia kita. Namun, pandangan masyarakat yang tinggi terhadap pekerjaan bukanlah pandangan Alkitab. Bekerja bukanlah akhir, atau pun berarti hingga akhir. Seperti orang-orang buangan pada masa Yeremia yang ditujukan untuk bertahan hidup, bekerja, berkeluarga sambil menunggu mereka pulih, sehingga kita sebagai "orang asing dan orang buangan" di dunia yang terus berubah ini mampu bekerja (Yeremia 23; 1 Petrus 1). Tuhan mengharapkan kita bekerja untuk mencukupi kebutuhan keluarga kita dan untuk dibagikan kepada orang lain (1 Tesalonika 4:11-12; 2 Tesalonika 3:11-12, Efesus 4:28). Menjadi pengangguran adalah hal yang sulit untuk diatasi, tetapi kita harus melihat segala sesuatu seutuhnya di bawah kendali dan kuasa Tuhan. Dengan memahami apa yang Alkitab katakan tentang pekerjaan bisa membantu kita menerima pandangan ini dan hal ini akan membantu kita memahami pengangguran. Berikut empat poin yang perlu diperhatikan: 1. Tuhan adalah mahakuasa. Hal pertama yang perlu dipahami adalah bahwa tidak ada satu pun yang terjadi tanpa kendali Tuhan. Mudah bagi kita untuk memandang pengangguran sebagai bencana besar dan sesuatu yang benar-benar negatif. Menjadi pengangguran adalah hal yang sulit, tetapi kita harus melihat segala sesuatu seutuhnya di bawah kendali dan kuasa Tuhan. Tuhan tidak melupakan kita. Dia tetap memerhatikan kita dan akan menjaga kita. Kita harus mengingatkan diri kita sendiri tentang apa yang Tuhan katakan ketika kita menghadapi pencobaan hidup, seperti dalam Ayub 1-2 (khususnya 1:20-22), Filipi 4:11-13, Roma 5:1-5, 8:28-37; 2 Korintus 1:3-11; 1 Petrus 1:3-9. Nilai Anda sebagai seseorang didasarkan pada hubungan Anda dengan Tuhan melalui Yesus. 2. Masyarakat kita sangat memerhatikan apa yang kita kerjakan, membohongi kita, sehingga kita cenderung percaya, bahwa nilai diri kita ada pada pekerjaan kita dan apa yang kita capai. Firman Tuhan mengatakan kepada kita bahwa pekerjaan adalah hal yang fana. Bahkan prestasi yang paling hebat pun di dunia ini akan berlalu (Pengkhotbah 2:17-24). Yang menjadi masalah adalah hubungan kita dengan Tuhan dan ketaatan pada perintah-Nya (Pengkhotbah 12:13-14). Apa pun pekerjaan Anda atau apakah Anda punya pekerjaan atau tidak, Tuhan mengasihi Anda, Anda diciptakan segambar dengan Tuhan, diampuni melalui darah Anak-Nya yang kudus. Anda berharga dan penting dan berguna di mata Tuhan. 3. Tidak mau bekerja dan malas adalah salah. Menjadi pengangguran tidak salah, tetapi menjadi salah bila tidak mau bekerja dan mengambil tanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan diri sendiri dan orang lain, seperti yang Paulus katakan kepada jemaat di Tesalonika (2 Tesalonika 3:6-11). Bila Anda tidak mau bekerja, Anda seharusnya tidak makan. Orang-orang yang malas seharusnya tidak boleh membebani orang lain. 4. Seorang pengangguran harus bekerja. Bahkan seorang yang bekerja tanpa dibayar sekalipun harus mengerjakan banyak hal; kita tidak boleh bermalas-malasan. Setidaknya ada dua "pekerjaan" untuk orang yang tidak punya pekerjaan: - Mencari pekerjaan sebagai pekerjaan utama. Orang yang tidak punya pekerjaan dibayar dengan "upah mencari kerja" dan Anda harus berkomitmen dengan jumlah jam setiap minggunya seperti orang yang bekerja, mencari pekerjaan, pergi ke agen-agen tenaga kerja, datang langsung, menulis surat lamaran, menelepon. Ingatlah, Tuhan yang mengendalikan dan akan menyediakan kebutuhan kita. Bersabarlah dan terus berdoa. - Tetaplah menjadi orang Kristen. Sangat mudah menjadi patah semangat dan mementingkan diri sendiri ketika Anda menghadapi penderitaan dan kesulitan. Anda perlu bekerja keras untuk mendengarkan firman Tuhan setiap minggu, untuk berdoa dan terus aktif dalam persekutuan Kristen. Setelah mencari pekerjaan pun, Anda bisa menggunakan waktu luang selama minggu itu untuk melayani orang lain. (t/Ratri) Diterjemahkan dari: Nama situs: @work Judul asli artikel: The Bible on Unemployment Penulis: Phil Wheeler Alamat URL: http://www.christiansatwork.org.uk/cgi-bin/caw.cgi?&page=resources&rescode=275 ARTIKEL KHUSUS _______________________________________________________ KESADARAN TERHADAP LINGKUNGAN HIDUP Melalui pembicaraan lewat telepon dengan seorang dokter di New York, yang menjadi penerima tetap Newsletter mengusulkan agar di dalam Newsletter diketengahkan tentang kepedulian terhadap lingkungan hidup. Kata-kata ini mengingatkan saya untuk memikirkan kembali sikap yang masa bodoh terhadap keadaan di sekeliling kita. Selanjutnya dikatakan bahwa kebanyakan orang Kristen tidak peduli terhadap lingkungan: alam maupun sosial. Dia benar. Bukankah di gereja banyak didengar ulasan di sekitar penebusan dosa, kasih, persekutuan; yang semuanya memang bagian dari hakiki gereja, tetapi mengenai lingkungan sering dianggap sebagai urusan pemerintah, pakar ilmu lingkungan, atau orang-orang dari kelompok "Greenpeace" yang kurang kerjaan. Bahkan salah-salah bisa dicap sebagai pengikut "New Age" pemuja alam. Sebagian orang kristen memang sudah berbicara mengenai lingkungan, dapat dilihat misalnya dari ucapan Denton Lotz, Sekjen Persekutuan Gereja Baptis Sedunia, yang mengatakan: "Let`s not confuse evangelism with ecology, but let`s also show that true evangelists are also true ecologists." Kesadaran dalam masalah ini dapat dimulai dari dua sisi. Pertama, dengan mengerti bahwa lingkungan hidup merupakan untaian lingkaran mata rantai yang saling terkait. Kehidupan satu spesies tergantung dari keberadaan spesies lain, sehingga mudah dimengerti mengapa hilangnya satu jenis mahluk akan mengganggu keharmonisan rantai kehidupan. Kedua, kesadaran akan timbul kalau kita memahami bagaimana sikap dan kecintaan pemilik lingkungan, yaitu Sang Pencipta. Tidak secara kebetulan kalau di dalam Yohanes 3:16, "Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini ...", maka kata yang diterjemahkan sebagai dunia di dalam bahasa aslinya memakai kata "cosmos", yang di dalam leksikon diterangkan sebagai alam semesta, artinya segala sesuatu yang ada, ya gunung, ya hutan, ya laut, binatang, tanaman, dan tentu manusianya. Kecintaan Allah terhadap ciptaan-Nya ini diperjelas kembali ketika Tuhan menyampaikan pengajaran mengenai bagaimana menghadapi kekuatiran, dengan menyinggung pemeliharaan Allah terhadap burung-burung dan bunga bakung (Matius 6:26-30). Bahkan lebih awal lagi sejak penciptaan, pada Kejadian 2:15, jelas dikatakan bahwa tugas manusia adalah untuk mengusahakan dan memelihara, bukan untuk menggunduli hutan dengan membakar, atau membuang sampah di sembarang tempat. Sekitar tahun 60-an, dalam sebuah parit kecil di Jawa Tengah, tampak ikan-ikan kecil jenis gurami yang berenang ke sana kemari, juga terlihat batu-batu di dasarnya dengan tanaman ganggang yang melambai dipermainkan arus air yang sangat jernih. Pada kunjungan ke tempat yang sama 20 tahun kemudian, entah kapan mulainya, parit tadi telah berubah menjadi pekat, lebih cocok disebut comberan. Keadaan ini terjadi akibat "kemajuan pembangunan" yang disertai dengan bertambahnya pembuangan air cucian, limbah industri, dan segala macam kotoran ke sana. Sementara itu ikan-ikan kecil masih sanggup hidup dalam air yang gelap, mungkin sekarang tidak ada lagi keturunannya. Keindahan parit kecil sudah hilang. Sebelum dibakar baru-baru ini, hutan Kalimantan telah dikuras besar-besaran. Pada penerbangan dari Pontianak ke Putu Sibau pada tahun 1981, saya melihat kebotakan yang hampir merata. Kata penghuni lokal, dulu air sungai tidak secoklat seperti sekarang, dulu banjir tahunan tidak setinggi kepala orang. Kerusakan lingkungan tidak hanya terjadi pada dua contoh di atas, tetapi terjadi juga di California, Oregon, Meksiko, Brasil bahkan di belakang rumah, kalau ada yang membuang oli bekas, bahan-bahan pembersih sisa yang mengandung racun dan lainnya. Di AS, rata-rata seorang membuang sampah sehari seberat 3,5 pon, atau lebih dari 300 triliun pon setahun bagi seluruh penduduk Amerika. Jadi kalau menuding hanya perusahaan penebang kayu atau penambang sebagai sumber perusak, ini belum lengkap, sebab asal-asalnya ya kita semua yang mendorong pengurasan besar-besaran itu, dengan cara memakai kertas semaunya, bikin rumah sebesar-besarnya, buang ini buang itu seenaknya. Pemakaian bahan bakar fosil secara berlebihan menyebabkan kerusakan lapisan pelindung bumi, maka bumi pun bertambah panas, sampai-sampai Presiden Clinton pada tanggal 6 Oktober yang baru lalu mengajak negara-negara lain untuk berbuat sesuatu dalam usaha mendinginkan kembali bumi kita. Orang-orang Indian berburu untuk mendapat makanan dan mantel musim dingin secukupnya, kalau pada suatu area perburuan hanya ditemukan seekor binatang, mereka tidak akan mengejarnya. Tetapi pendatang-pendatang dari Eropa membunuh bison sebisanya, mengulitinya dan membuang begitu saja dagingnya. Kelakuan mereka ini menyurutkan jumlah bison sampai ke ambang kepunahan. Indian yang disebut primitif ternyata lebih tahu hidup secara harmonis dengan lingkungan. Lingkungan lain yang diabaikan adalah lingkungan sosial. Allah yang menciptakan manusia menurut gambar-Nya, tentu saja sangat mencintai ciptaan-Nya. Jadi kita seharusnya juga memberikan penghargaan kepada Allah dengan menghargai ciptaan-Nya, tetapi yang banyak terjadi adalah sebaliknya, kalau perlu dan kesempatan tersedia, ada saja akalnya untuk memerah manusia lain. Sebagai contoh, di tempat-tempat tertentu berbagai cara diusahakan untuk mempertahankan pengupahan yang sangat murah dengan kondisi kerja yang tidak memadai, agar diperoleh keuntungan yang besar untuk segelintir orang. Rupanya pengaruh Frederick Taylor (Principles of Scientific Management, 1911) masih dipertahankan sampai sekarang. Mr. Taylor hanya tertarik dengan masalah peningkatan produksi, manusianya dianggap sebagai partnernya mesin, tidak perlu diperhatikan kepuasan dan moralnya. Memerhatikan lingkungan bukannya tidak ada buahnya. Di tengah peristiwa kerusuhan Ujung Pandang yang belum lama terjadi, terbetik cerita yang perlu direnungkan kembali. Beberapa bangunan calon sasaran kemarahan masa, ternyata selamat, sebab dilindungi pengendara becak yang konon selalu diterima baik dan diizinkan mangkal di depan toko. Mungkin menjadi Kristen agresif, mengajak orang lain untuk berpindah agama akan menyulut kemarahan orang, atau menjadi Kristen yang ikut membakar hutan juga menimbulkan kegeraman. Tetapi kalau mau menjadi orang kristen yang memerhatikan lingkungan, membantu kebutuhan lingkungan dan ikut memelihara lingkungan, siapa sih yang akan membenci? Jangan-jangan melalui cara ini maka orang lain akan melihat bagian dari hakikat kekristenan yang selama ini masih tersembunyi. Siapa tahu cara ini akan membawa orang untuk ikut menghayatinya. Dengan melihat akibat dari pengrusakan alam, dan memahami bagaimana Allah mencintai ciptaan-Nya, maka sudah seharusnya kalau kita belajar untuk menghargai alam dan segala yang ada, sebab tidak mengacuhkannya akan sama nilainya sebagai penghinaan terhadap Sang Pencipta. Diambil dari: Nama situs: Gereja Kristen Indonesia Monrovia Penulis: Theo W. Setia Alamat URL: http://www.gki.org/old/index.php?option=com_content&task=view&id=30 TIPS _________________________________________________________________ ORANG KRISTEN DAN PENGANGGURAN Pertolongan yang kristiani untuk orang yang menganggur dan pengangguran, mereka yang tidak memiliki pekerjaan dan membutuhkan dukungan emosional, mereka yang terkena PHK, mereka yang sudah lama tidak memiliki pekerjaan. "... dan Ia menyelamatkan orang-orang yang remuk jiwanya." (Mazmur 34:18) Sebagian besar orang dewasa menjadi pengangguran di beberapa tahap dalam kehidupan mereka. Pengangguran menyebabkan dua masalah utama. Salah satunya adalah keuangan. Anda perlu pekerjaan untuk mendapatkan uang untuk bertahan hidup. Masalah lainnya adalah fokus harga diri. Beberapa orang yang tidak memiliki pekerjaan dan sangat menginginkan mendapatkan pekerjaan, bisa kehilangan fokus hidup dan tujuan. Mencari Pekerjaan Pada umumnya ada beberapa masalah utama yang berhubungan dengan kemungkinan seseorang mendapatkan pekerjaan. Beberapa di antaranya termasuk usia, lokasi geografis, tingkat pengangguran, dan kemampuan serta pengalaman kerja seseorang. Bila beberapa atau semua faktor ini adalah yang Anda hadapi, maka akan sangat sulit bagi Anda untuk mendapatkan pekerjaan. Akhir-akhir ini Inggris dan Amerika Serikat memiliki tingkat pengangguran yang rendah, namun ini tidak menyebabkan para pengangguran itu merasa nyaman. Bila Anda merasa sulit mendapatkan pekerjaan, tentu saja cara terbaik yang perlu Anda lakukan adalah minta saran dari kantor tenaga kerja atau agen konsultan karier. Bila Anda terlalu membatasi diri, perluas pikiran Anda tentang pekerjaan apa yang akan Anda lamar. Wiraswasta Apakah Anda pernah berpikir untuk membuat usaha sendiri? Untuk langkah awal, saya ingatkan untuk sangat berhati-hati dengan ide ini. Sepertinya mudah sekali melakukan apa yang disebut bisnis besar, dan membutuhkan waktu berbulan-bulan untuk bekerja keras dan menguras banyak uang, kemudian sadar bahwa ide itu tidak berhasil. Anda perlu mendapat saran dari orang yang bisa Anda percayai, dan bijaksanalah serta rendah hatilah mengenai kesempatan untuk berhasil dalam menjalankan bisnis sendiri. Ini bukan untuk mematahkan semangat Anda; banyak juga orang yang berhasil. Namun, pada umumnya akan lebih baik bila mendapatkan pekerjaan dan mengembangkan ide-ide Anda di waktu luang, mengumpulkan uang, dan melakukan penelitian yang diperlukan untuk bisa memberi kesempatan mewujudkan ide tersebut. Mengetahui Kebenaran Tuhan dan Diri Sendiri Anggaplah bahwa Anda memiliki hubungan dengan Tuhan, saya mendorong Anda untuk berdoa dan menyerahkan kekhawatiran dan pikiran Anda kepada Tuhan. Tuhan bisa memberikan damai dan harapan, menolong Anda untuk percaya kepada-Nya apa pun yang terjadi. "Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal" (Yohanes 3:16). Dia akan mengasihi dan menghargai Anda dengan sepantasnya bila Anda bekerja saat ini -- kasih-Nya tidak bersyarat. Cobalah untuk menggali pemahaman yang lebih besar tentang betapa Allah mengasihi Anda dan peduli pada keadaan Anda. Jadikan pengetahuan ini sebagai pengalaman, saat Anda beriman dan berdoa, dan rasakan dan lihatlah bahwa Tuhan bersama Anda dalam hidup Anda. (t/Ratri) Diterjemahkan dari: Nama situs: Walking-Wounded.Net Judul asli artikel: Christians & Unemployment Penulis: Tidak dicantumkan Alamat URL: http://www.walking-wounded.net/html/christians___unemployed__unemployment.html _______________________________e-KONSEL ______________________________ Pimpinan Redaksi: Christiana Ratri Yuliani Staf Redaksi: Tatik Wahyuningsih dan Dian Pradana Penanggung Jawab Isi Dan Teknis Yayasan Lembaga SABDA INFRASTRUKTUR dan DISTRIBUTOR Sistem Network I-KAN Copyright(c) 2009 YLSA -- http://www.ylsa.org/ Katalog -- http://katalog.sabda.org/ Rekening: BCA Pasar Legi Solo No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati ______________________________________________________________________ Anda punya masalah/perlu konseling? atau ingin mengirimkan Informasi/artikel/bahan/sumber konseling/surat/saran/pertanyaan/dll. silakan kirim ke: konsel(at)sabda.org atau owner-i-kan-konsel(at)hub.xc.org Berlangganan: subscribe-i-kan-konsel(at)hub.xc.org Berhenti: unsubscribe-i-kan-konsel(at)hub.xc.org ARSIP: http://www.sabda.org/publikasi/e-konsel/ Situs C3I: http://c3i.sabda.org/ Network Konseling: http://www.in-christ.net/komunitas_umum/network_konseling ______________________________________________________________________
|
|
![]() |
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |