Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-konsel/195 |
|
e-Konsel edisi 195 (1-11-2009)
|
|
______________________________e-KONSEL________________________________ Milis Publikasi Elektronik Pelayanan Konseling Kristen ______________________________________________________________________ EDISI 195/1 November 2009 Daftar Isi: = Pengantar: Pengangguran Sebagai Dampak dari Krisis Ekonomi = Cakrawala: Pengangguran = Bimbingan Alkitabiah: Ketika Di-PHK atau Menjadi Pengangguran = Tips: Bila Pengangguran Meningkat = Info: 1. Dapatkan Kumpulan Bahan Natal di natal.sabda.org 2. Semiloka Nasional "Profesionalitas dan Karakter Pendidik" PENGANTAR ____________________________________________________________ Salam dalam kasih Kristus, Salah satu dampak dari krisis ekonomi adalah PHK besar-besaran. Kenyataan ini membuat kita harus menemukan atau menciptakan lapangan pekerjaan baru yang belum dilakoni banyak orang. Memang, untuk melakukannya tidaklah mudah, khususnya karena masalah ini juga berimbas pada kondisi ekonomi keluarga. Di kala tidak ada pekerjaan, pendapatan berkurang, bahkan tidak ada. Di sisi lain, kebutuhan hidup terus berjalan dan harus dipenuhi. Meski demikian, sebenarnya ada banyak hal yang dapat kita lakukan untuk menyiasati keadaan yang tidak memungkinkan dan tidak menjanjikan ini. Jangan menyerah sebelum mencoba apa yang bisa kita lakukan. Allah akan selalu turut campur tangan dalam segala hal untuk mendatangkan kebaikan serta hari depan yang penuh harapan. Topik Pengangguran yang Redaksi angkat kali ini, kiranya menjadi berkat bagi Anda. Selamat menyimak. Redaksi Tamu e-Konsel, Desi Rianto http://www.sabda.org/publikasi/e-konsel/ http://c3i.sabda.org/ http://fb.sabda.org/konsel CAKRAWALA ____________________________________________________________ PENGANGGURAN Istilah pengangguran memunculkan banyak citra: anak-anak telantar, dapur umum, majikan yang kaya, kelambanan pemerintah, dan film tentang "Great Depression" (Masa Depresi Hebat) ketika orang-orang berjalan selama berjam-jam mencari pekerjaan. Dalam gambaran-gambaran itu, tergantung pada nilai dan kepercayaan seseorang, kecenderungannya adalah ingin menyalahkan seseorang atau sesuatu -- bisnis, seseorang, atau politikus. Faktanya adalah banyak negara terganggu dengan masalah tingkat pengangguran yang cukup tinggi. Pada beberapa negara, tingkat pengangguran mencapai 12 persen, dan dalam kelompok umur tertentu, misalnya pemuda, mencapai 20 persen. Itu tidak termasuk orang-orang yang berjuang untuk mencukupi kebutuhan pokok di banyak negara di benua Afrika. Pada awal 1960, beberapa orang berpendapat bahwa sudah tiba saatnya untuk sebagian besar orang tidak akan bekerja; sebagian kecil orang akan diberdayakan dan menyediakan kebutuhan orang lain. Apa yang sedang terjadi? Adakah batasan terhadap potensi atau kebutuhan untuk bekerja di dunia ini? Apakah implikasinya sebagian dari penduduk akan menjadi pengangguran dalam waktu yang lama? Menjadi pengangguran tidak sekadar berarti "tidak memiliki pekerjaan". Ketika suatu perusahaan melakukan pemutusan hubungan kerja, pemecatan atau perampingan, orang yang terkena dampaknya bisa terus melakukan pekerjaan rumah, menjadi sukarelawan di gereja dan komunitas, dan mencari pekerjaan baru. Menganggur adalah keadaan ketika seorang pekerja tidak mendapatkan gaji walaupun keinginan dan kebutuhan terus ada. Bagi orang-orang di negara Barat, yang identitasnya terikat erat dengan pekerjaan, pengalaman ini biasanya menghancurkan; mereka merasa tidak berguna. Namun, pada tingkat pribadi, menganggur adalah saat untuk meninjau dan mengenal secara lebih dalam pekerjaan spiritual. Pada level sosial dan nasional, menganggur merupakan masalah pelayanan, karena masalah ini mencerminkan dosa sistematis dan kurangnya kreativitas sosial dalam menyediakan kesempatan untuk semua penduduk menggunakan karunia dan talenta mereka untuk kepentingan umum. Kenyataan Sekarang Dulu, pengangguran dianggap sebagai dosa besar. Sekarang pengangguran sering dianggap tak terelakkan. Banyak pekerjaan kasar hilang atau dialihkan ke pasar pekerjaan yang berbeda. Sementara, dalam bidang pekerjaan halus yang dulunya nyaman, tiba-tiba terjadi perampingan dan penyusunan ulang struktur suatu perusahaan. Istilah baru seperti "kekurangan pekerjaan" kini masuk dalam perbendaharaan kata. Apa artinya? Apa pengaruhnya? Apakah Alkitab mengatakan sesuatu tentang hal ini? Pada beberapa bagian di dunia ini, pengangguran mencapai tingkat yang tinggi, misalnya tingkat pengangguran di Nairobi yang mencapai 30 persen. Di kota-kota Dunia Ketiga, orang-orang bisa menghabiskan waktu selama 7 tahun untuk mencari pekerjaan pertama mereka ketika mereka pindah ke kota, karena daerah pertanian sekarang berkurang menjadi jauh lebih sempit; sesuatu yang tidak produktif dan tidak dapat lagi menopang suatu keluarga. Pengangguran di daerah seperti ini lebih sulit diukur karena sebagian besar orang bisa mencukupi beberapa kebutuhan sehari-hari mereka, seperti makanan dan tempat tinggal, dari hasil pertanian mereka bila tidak terjadi kekeringan, kelaparan, atau perang. Hidup di lingkungan global seperti kita ini, masalah itu bukan hanya "masalah mereka" tetapi masalah kita juga. Robert Kaplan mengungkapkan suatu gambaran pahit perbedaan antarnegara: Bayangkan sebuah mobil limosin panjang di jalanan berlubang kota New York, tempat para pengemis tunawisma tinggal. Di dalam limosin itu adalah daerah-daerah pascaindustri berudara sejuk di Amerika Utara, Eropa, negara-negara di Pesisir Pasifik, dan beberapa tempat terpencil lainnya, dengan perdagangannya yang selaras dan jalanan berteknologi komputer. Di luar limosin itu adalah sisanya; umat manusia yang berjalan ke arah yang sangat berlawanan. (hal. 60) Di negara-negara industri dan pascaindustri, pengangguran memiliki wajah baru. Bukannya mendapatkan kedudukan tetap selama hidup dengan suatu perusahaan, sistem sekolah, atau kantor pemerintahan, sebagian besar orang terus menghadapi perjuangan seumur hidup dari satu pekerjaan ke pekerjaan lain. Perubahan dalam dunia kerja berjalan lebih cepat daripada yang bisa ditanggung oleh banyak orang. Para pekerja saat ini menghadapi tren yang tidak tentu: dari produksi ke pelayanan, dari generalis ke spesialis, dari tugas-tugas yang berulang-ulang ke intervensi (khususnya melalui komputer), dari pendidikan usia khusus ke pembelajaran seumur hidup, dari pekerjaan nyata ke pekerjaan yang tidak nyata, dan dari pekerjaan yang sulit ke pekerjaan yang menyebabkan stres. Tetapi salah satu tren yang paling mengancam adalah perubahan dari karier seumur hidup ke beragam pekerjaan jangka pendek. Ini berarti bahwa sebagian besar orang akan mengalami beberapa bentuk pengangguran dalam hidup mereka, meskipun periode peralihannya singkat. Industri perbankan adalah studi kasus klasik. Pemberhentian kerja dalam industri ini, khususnya melalui pengurangan tenaga kerja, sepertinya tidak mengarahkan para tenaga kerja dalam bidang yang sama, namun lebih kepada penggunaan pengalaman seseorang dalam menangani keuangan dan orang-orang di bidang terkait, biasanya dengan gaji yang lebih rendah. Dulu, dalam bimbingan kejuruan, ada dilema "akan jadi apa saya nanti saat dewasa" di antara anak-anak muda. Kini, hal itu menjadi disiplin seumur hidup. Kita juga harus belajar melihat pengangguran itu sendiri sebagai disiplin rohani. Pengangguran dan Kemalasan Bagaimana seharusnya kita memandang pengangguran? Pengangguran ada dalam Alkitab. Yesus menggambarkan para pekerja yang menunggu disewa sebagai pekerja harian tanpa menguraikan moralitas orang yang menunggu disewa atau mereka yang tidak disewa (Matius 20:1). Kita bisa mendapatkan banyak referensi tentang orang-orang yang sengaja tidak bekerja atau malas di dalam Alkitab. Jelas ini adalah dosa (2 Tes. 3:10-13). Meskipun sudah pensiun, orang-orang akan terus bekerja melakukan pekerjaan rumah tangga dan menjadi sukarelawan selama mereka mampu. Untuk orang kaya atau yang baru-baru ini pensiun, menuruti kemalasan dan waktu luang yang terus-menerus itu berbahaya bagi kehidupan rohani (Amsal 6:9-11, 10:5, 19:15, 24, 20:4). Ayat-ayat tersebut memang sudah jelas maksudnya, namun tentunya ada perbedaan antara kemalasan belaka dan menganggur karena terpaksa. Bila demikian, mengapa ayat-ayat tersebut tidak menyebutkannya? Sebuah asumsi mengatakan bahwa pada zaman Alkitab, tidak ada pengangguran struktural. Asumsi lain adalah bahwa pada masa itu, selalu ada pekerjaan yang bisa dilakukan. Dalam masyarakat agraris yang terdiri dari beberapa petani, kedua asumsi tersebut tidak diragukan lagi kebenarannya. Sebagian besar orang bekerja sendiri (wiraswasta) dalam perdagangan atau bekerja sebagai petani dalam konteks struktur keluarga besar tempat handai taulan dan sanak saudara saling memelihara, khususnya selama masa paceklik, kekeringan, dan kesulitan ekonomi. Alasan lain adalah tidak ada definisi mengenai "pekerjaan" yang dirumuskan dengan saksama seperti kita mendefinisikannya -- terpisah dari seluruh kehidupan. Pekerjaan pada masa itu didefinisikan sebagai berbagai macam "pekerjaan" di mana semua orang terlibat, sebagian besar dilakukan di rumah dan oleh seluruh keluarga. Memang benar bahwa beberapa orang menjadi pengangguran karena performa yang buruk dan kegagalan untuk terus belajar dalam pekerjaan mereka. Orang-orang ini bisa jadi merasa bahwa menganggur merupakan tantangan dari Tuhan untuk bekerja, mencari pekerjaan penuh waktu, memeriksa alasan mengapa mereka benar-benar tidak bisa "menyatu" dengan pekerjaan mereka atau bahkan penolakan mereka untuk melakukan lebih dari yang diminta. Mereka yang menganggur perlu berusaha mengolah suatu pekerjaan sebagai suatu perilaku. Kunci prinsipnya adalah menuntut orang yang menganggur menganggap hal mencari pekerjaan itu sebagai pekerjaan. Seseorang seharusnya memiliki disiplin yang sama dalam mencari pekerjaan seperti memiliki pekerjaan yang rutin -- waktu mulai bekerja, selesai bekerja, bersiap-siap bekerja, dan seterusnya. Menjaga kerangka pikir bekerja secara aktif untuk memenuhi kebutuhan yang terpenting -- bekerja -- merupakan hal yang penting. Selalu ada alternatif dan pilihan. Ayah saya (Stevens), seorang eksekutif bisnis, bekerja di divisi pengiriman pada saat perusahaan tempat dia bekerja sedang dalam masa sulit. Ayah saya (Mestre) bekerja di suatu perusahaan yang sedang berada pada masa-masa kejatuhan. Pekerjaannya adalah mendesain, tetapi selama beberapa minggu dia ditugaskan untuk membersihkan pabrik, karena itu adalah satu-satunya pekerjaan yang ada. Usaha, tingkat kemampuan, dan perilaku adalah faktor kunci. "Apa pun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia" (Kolose 3:23). Ini adalah ayat yang baik bagi mereka yang mencari pekerjaan dengan bayaran yang tinggi dan bagi mereka yang merasa bahwa mereka menganggur. Namun, bagi beberapa orang, penyebab pengangguran lebih kompleks lagi. Bagaimana kita berpikir dan bertindak ketika seluruh ekonomi kacau, ketika pengangguran jelas bukan hasil dari usaha, perilaku, atau kemampuan seseorang? Pengangguran sebagai Sebuah Struktur Kejahatan Ketika suatu perusahaan bangkrut, ketika persediaan yang berlebihan memaksa pemerintah mengurangi produksi hingga keadaan kembali normal, ketika pasar bursa di Jepang turun dan seluruh ekonomi dunia mengalami kemunduran besar, ketika ekonomi suatu negara membutuhkan pengangguran struktural supaya dapat mempertahankan gaji yang tinggi, kita menghadapi kenyataan yang jauh lebih kompleks. Menyuarakan pandangan dari banyak pakar ekonomi dan sosiologi, P.G. Schervitch berpendapat bahwa statistik pengangguran "mengelakkan berbagai interpretasi sederhana -- fakta sederhananya adalah bahwa pengangguran bukanlah fakta yang satu dimensi" (Schervitch, hal. 2). Sebenarnya orang yang kehilangan pekerjaannya karena tempat kerjanya tutup mewakili kira-kira hanya seperempat dari jumlah pengangguran. Para pekerja secara mengejutkan ternyata cepat mendapatkan pekerjaan pertama mereka segera setelah diberhentikan. Sepertiga dari mereka mendapatkan pekerjaan sebelum menjadi pengangguran (Daniel, hal. 3). Para pekerja yang dipecat karena pengurangan pekerja secara besar-besaran cenderung lebih mampu dan terampil, dengan catatan kerja yang baik dan masa bakti kerja yang lama. Mereka terus melaju ke posisi puncak. Mereka yang paling menderita adalah para pencari kerja yang kurang menarik, misalnya mereka yang sudah lama terdaftar sebagai pengangguran, orang-orang muda yang baru pertama kalinya masuk ke dunia kerja, dan orang-orang yang kembali masuk ke pasar kerja setelah menganggur selama beberapa waktu karena alasan tertentu (Daniel, hal. 4) Bagaimana kita merespons hal ini? Bagian dari pelayanan Kristen kita tidak hanya kepada orang-orang secara individu, tetapi juga kepada struktur, organisasi, bangsa, serta pemerintahan dan otoritas. Kita yang bekerja seharusnya membantu mereka yang belum bekerja agar berinisiatif secara kreatif untuk mencari pekerjaan, berlatih kembali, dan menjadi produktif lagi. Kita juga harus menegur faktor-faktor sistematis yang menjadikan pengangguran masalah sosial. Seperti yang seseorang pernah katakan, "Jadi, singkirkanlah segala hal yang tidak menyenangkan Allah." Kehendak Allah adalah bahwa suatu bangsa maju dalam menyediakan kesempatan bagi seluruh warga negaranya untuk menggunakan karunia dan talenta mereka bagi kepentingan umum. Naskah-naskah awal Kristen yang masih ada berisi teguran untuk masyarakat Kristen supaya menyediakan pekerjaan bagi para petobat baru. Thomas Aquinas lebih lanjut membahas masalah ini dengan menunjukkan usaha-usaha para pengusaha untuk membuka lapangan kerja dalam skala besar sebagai suatu tindakan yang sangat mulia (Goss_, hal. 8). William Droel, aktivis pada masa itu, mengharapkan adanya pemuridan publik: Semua pekerja -- yang bekerja, pengangguran, ibu rumah tangga, sukarelawan, pemimpin bisnis, dan para pelajar -- dipanggil untuk mempraktikkan hak suara mereka, kemampuan mereka untuk memengaruhi, kekuatan mereka bersama dalam persatuan dan asosiasi profesional, dan kesaksian mereka dalam pekerjaan untuk memengaruhi kebijakan perusahaan, untuk memajukan perundang-undangan, dan untuk mengatur mekanisme lain yang bertujuan untuk membangun suatu ekonomi di mana semua orang yang mau bekerja mendapatkan pekerjaan. Struktur ekonomi tidak muncul dengan sendirinya. Orang-orang yang mendirikannya, menggerakannya, dan mengaturnya. Oleh sebab itu, orang-orang yang berpikir dan bertindak dengan tepat dapat membentuk dan mengembangkannya. (Goss_, hal. 8-9). Kerohanian Para Pengangguran Tidak diragukan lagi, bagi para pengangguran, ada godaan yang harus diatasi: jatuh dalam keadaan mengasihani diri sendiri, tenggelam dalam anggapan bahwa ia adalah korban dari "sistem", menyimpulkan bahwa mereka telah kehilangan harga diri mereka, malu di hadapan keluarga, teman, tetangga, dan gereja. Seperti kebanyakan lainnya, krisis ini merupakan bahaya dan kesempatan. Ada kesempatan untuk menegaskan kembali identitas kita dalam konteks milik siapakah kita ini daripada apa yang kita lakukan. Ada undangan untuk menemukan kembali bagaimana Tuhan telah membentuk kita dengan talenta dan kepribadian, yang cocok untuk berbagai pekerjaan, mungkin beberapa. Ada disiplin bimbingan kejuruan dan pertumbuhan yang bisa muncul dari mengeksplorasi apa yang bisa dipelajari dari diri kita sendiri dari masa "menganggur" yang menyakitkan. Menjadi pengangguran bisa memberi pengaruh pada keluarga kita, hubungan kita dengan gereja dan komunitas, karena orang yang terluka melepaskan kemarahan dan frustrasi pada orang lain, atau merasa tidak mampu bertemu dengan orang lain. Menjadi pengangguran bisa menjadi kesempatan bagi kepahitan untuk tumbuh dalam hubungan kita dengan Tuhan karena menyangkali bahwa kita adalah pekerja yang berguna dan dibayar tinggi. Tetapi menjadi pengangguran bisa juga menjadi alat untuk menguatkan relasi kita dengan Tuhan dan orang lain ketika berusaha berdoa, menolong, dan menasihati orang-orang yang terdekat dengan kita. Pekerjaan interior ini, bersama dengan pekerjaan eksterior, yaitu mencari pekerjaan, bisa menyenangkan Tuhan dan berkenan bagi-Nya (Kolose 3:23). Ada pilihan-pilihan sulit yang tak terelakan yang harus dibuat bila kita diharuskan mendapatkan pekerjaan. Haruskah seseorang pindah ke tempat lain di mana lapangan pekerjaan terus berkembang, atau apakah bantuan bagi pengangguran itu merupakan hal yang mereka perlukan? Apakah memberikan bantuan secara terus-menerus kepada seseorang adalah lebih penting daripada membuat mereka dapat bekerja? Haruskah kita mengerjakan apa yang ada, meskipun kita merasa tidak cocok atau tidak termotivasi untuk melakukannya? Ini adalah pertanyaan-pertanyaan lain yang perlu dipertimbangkan dalam konteks komunitas Kristen yang peduli, misalnya sebuah kelompok kecil di gereja. Hanya ada sedikit orang yang bisa mendapatkan pandangan tentang kondisi mereka yang menganggur tanpa mendapatkan dukungan dari masyarakat sekitar. Beberapa gereja dan komunitas memberikan dukungan biaya bagi para pengangguran untuk bertemu dan membagikan perjalanan kehidupan rohani mereka. Buku-buku, khususnya yang berhubungan dengan kesedihan dan pengangguran, bisa menjadi bantuan penting, begitu pula dengan retret sehari untuk berdoa dan refleksi (Goss_, hal. 37-41). Sambil kita mencari pekerjaan, kita bekerja dan melakukan beberapa pekerjaan internal yang bisa memutarbalikkan tragedi pengangguran menjadi penemuan kecukupan di dalam anugerah Tuhan. Sementara itu orang yang sudah mendapatkan pekerjaan bisa berdoa mohon pengampunan atas dosa-dosa masyarakat dan dalam konteks yang Tuhan telah tetapkan untuk kita -- guru, tetangga, warga negara, pelaku bisnis, pegawai pemerintahan -- untuk melakukan tugas kita dengan cara-cara yang tidak hanya mengembangkan diri kita sendiri tetapi juga melengkapi orang lain. (t/Ratri) Diterjemahkan dari: Nama situs: www.urbana.org Judul asli artikel: Unemployment Penulis: Michel Mestre and R. Paul Stevens Alamat URL: http://www.urbana.org/complete-book-of-everyday-christianity/unemployment BIMBINGAN ALKITABIAH _________________________________________________ KETIKA DI-PHK ATAU MENJADI PENGANGGURAN Referensi Alkitab: 1. Kristus mengetahui dan merasakan setiap penderitaan kita (Ibrani 4:15). 2. Kemurahan akan mengalir memenuhi setiap kebutuhan (2 Korintus 12). 3. Harga diri bukanlah sesuatu yang kita hasilkan, melainkan sesuatu yang dianugerahkan (Efesus 1:5-6). 4. Rencana yang kekal sedang dinyatakan di dalam kita (2 Korintus 3:18). 5. Mengerti apa artinya menjadi Anak Allah (Roma 8:17). 6. Identitas kita menjadi sempurna hanya di dalam Kristus (Kolose 2:10). 7. Tidak ada PHK atau pengangguran dalam gereja Tuhan (1 Korintus 12:27). Tidak ada yang dapat lebih efektif menjerumuskan jiwa ke dalam keadaan tertekan atau putus asa daripada ketika di-PHK atau menjadi pengangguran. Pada waktu-waktu demikian, seseorang akan merasa putus asa, tidak berharga, tidak berguna, dan tidak penting. Seberapa besarnya perasaan-perasaan semacam ini akan berbeda-beda, tergantung dari mana kita menarik rasa harga diri kita, dari apa yang kita kerjakan atau dari siapa kita. Jika kita menariknya dari hal-hal yang kita lakukan (pekerjaan kita, profesi, penampilan, dan lain-lain) ketika keadaan menghalangi kita untuk melakukan apa yang biasanya kita kerjakan, maka tanggapan emosi yang biasanya muncul adalah serasa hancur berkeping-keping. Mereka yang menarik rasa harga diri dari siapa diri mereka menyadari bahwa walaupun mereka tidak dapat lagi melakukan apa yang biasanya mereka lakukan (untuk sementara maupun untuk seterusnya), rasa harga diri mereka sebagai seorang pribadi tetap utuh dengan tanggapan emosional yang berbeda. Mereka akan merasa terguncang, namun tak akan hancur. Sejauh apa reaksi emosi kita berhubungan langsung dengan bagaimana kita menerima dan mengevaluasi apa yang telah terjadi pada kita. Inilah mengapa satu dari masalah yang paling sulit untuk diatasi dalam hidup adalah pengertian dari mana sebenarnya harga diri kita terletak -- di dalam siapa kita atau di dalam apa yang kita kerjakan. Apa yang kita lakukan pada saat pekerjaan memang penting, tetapi bukan segala-galanya. Hal yang paling penting dalam hidup, dan yang menjadi faktor keseimbangan dari semua masalah dalam hidup, adalah mengetahui dengan tepat siapa sebenarnya diri kita dan di mana harga diri kita yang sebenarnya terletak. Sebagai seorang Kristen, harga diri kita terletak pada fakta yang menyatakan bahwa kita adalah milik Allah, bahwa kita adalah pewaris Allah yang akan memerintah bersama Kristus (Roma 8:17). Memegang satu kebenaran ini tidak akan menghentikan kita dari merasa tersakiti ketika kehidupan menjadi sulit, tetapi dapat memberikan perbedaan antara merasa terguncang dan hancur berkeping-keping. Doa: Bapa, aku bersyukur atas semua keahlian dan kemampuan yang telah Engkau berikan, tapi semua itu bukanlah segalanya. Engkaulah segalanya. Tolong aku untuk mulai sekarang mendapatkan sesuatu yang berharga dari-Mu saja dan bukan dari apa yang dapat kulakukan. Dalam nama Yesus. Amin. Diambil dan disunting seperlunya dari: Judul buku: Buku Pintar Konseling Krisis Judul asli buku: Your Personal Encourager Penulis: Selwyn Hughes Penerjemah: Genesis Team Penerbit: Bethlehem Publisher, 2002 TIPS _________________________________________________________________ BILA PENGANGGURAN MENINGKAT Apakah Anda pernah menganggur? Saya menjadi pengangguran ketika saya masih harus membiayai ibu saya yang sudah janda dan lima adik perempuan di Argentina. Pada waktu itu, goncangan besar menghantam negara saya. Saya tidak punya pekerjaan, tidak mendapat pertolongan; saya tidak punya apa-apa! Apa yang seharusnya dilakukan oleh orang Kristen bila dia tidak bekerja? Pertama, terima keadaan Anda sebagai pengangguran, meskipun sulit, dan percaya bahwa Tuhan menggunakan keadaan ini untuk kebaikan. Alkitab mengatakan, "Allah turut bekerja dalam segala sesuatu yang mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah." (Roma 8:28) Kedua, dengan teliti, buatlah rencana bagaimana Anda akan menggunakan waktu luang Anda. Di Efesus 5:16, kita diperintahkan untuk menggunakan setiap kesempatan. Saya sarankan supaya Anda menghabiskan dua jam pertama setiap harinya untuk mempelajari Alkitab dan berdoa. Gunakan tiga atau empat jam berikutnya untuk mencari pekerjaan dengan serius dan sistematis. Ketiga, layanilah orang lain. Gunakan waktu sore hari untuk gereja. Bantulah mereka yang membutuhkan, kunjungi orang-orang yang sudah lanjut usia, penginjil, orang-orang Kristen baru. Firman Tuhan berkata, "Janganlah kita jemu-jemu berbuat baik, karena apabila sudah datang waktunya, kita akan menuai, jika kita tidak menjadi lemah." (Galatia 6:9) Keempat, bekerjasamalah bersama-sama sebagai keluarga untuk menggunakan dengan kreatif apa yang sudah Anda miliki untuk mencukupi kebutuhan Anda dan bahkan menolong orang lain. Bila Anda memiliki tanah kosong, tanamilah. Bila Anda punya talenta tertentu yang bisa digunakan untuk mendapatkan uang, gunakanlah. Bila kita menghormati Tuhan dalam setiap bagian kehidupan kita, kita boleh yakin bahwa Dia akan mencukupi semua yang kita perlukan. (t/Ratri) Diterjemahkan dan disesuaikan dari: Nama situs: ChristianityToday.com Judul asli artikel: If Unemployment Strikes Penulis: Luis Palau Alamat URL: http://www.christianitytoday.com/moi/2001/004/august/18.18.html INFO__________________________________________________________________ DAPATKAN KUMPULAN BAHAN NATAL DI NATAL.SABDA.ORG Bulan November telah tiba. Kami yakin Anda yang aktif di pelayanan pasti sudah mulai berpikir untuk mempersiapkan Natal, bukan? Nah, dengan gembira kami menginformasikan bahwa Yayasan Lembaga SABDA telah menyediakan wadah di situs "natal.sabda.org" bagi setiap pelayan Tuhan agar bisa saling berbagi bahan-bahan Natal dalam bahasa Indonesia. Ada banyak bahan yang bisa didapatkan, seperti Renungan Natal, Artikel Natal, Cerita/Kesaksian Natal, Drama Natal, Puisi Natal, Tips Natal, Bahan Mengajar Natal, Blog Natal, Resensi Buku Natal, Review Situs Natal, e-Cards Natal, Gambar/Desain Natal, Lagu Natal, dan bahkan sarana diskusi tentang topik Natal. Yang istimewa adalah situs "natal.sabda.org" dirancang sebagai situs yang interaktif, sehingga pengunjung dapat mendaftarkan diri untuk berpartisipasi aktif dengan mengirimkan tulisan, menulis blog, memberikan komentar, dan mengucapkan selamat Natal kepada rekan pengunjung lain. Jadi, tunggu apa lagi? Segera kunjungi situs "natal.sabda.org". Mari berbagi berkat pada perayaan hari kedatangan Kristus ke dunia 2000 tahun yang lalu ini dengan menjadi berkat bagi kemuliaan nama-Nya. ==> http://natal.sabda.org/ SEMILOKA NASIONAL "PROFESIONALITAS DAN KARAKTER PENDIDIK" Pendidik sebagai unsur pokok dalam dunia pendidikan menjadi kunci utama untuk mencapai kemajuan dan pembaharuan dalam upaya terciptanya generasi yang tinggi iman, ilmu, dan moral pada era mendatang. Untuk itu, Yayasan Sekolah Kristen Indonesia (YSKI) dan Yayasan Peduli Konseling Indonesia (Pelikan) mengundang para guru, jemaat, dan pemerhati pendidikan untuk mengikuti semiloka nasional pada: Hari, Tanggal: Jumat -- Sabtu, 13 -- 14 November 2009 Tempat: Grand Candi Hotel, Jl. Sisingamangaraja No.16, Semarang Pembicara: 1. Dr. (Hon) Jonathan L. Parapak, MEng. (Rektor UPH Jakarta) 2. Rm. DR. Wiryono, SJ (Rektor Univ. Sanata Dharma Yogyakarta) 3. Pdt. Julianto Simanjuntak, MDiv., MSi. (Konselor, Ketua LK3, dan Pendiri Yayasan Pelikan) 4. Drs. Thomas Indradjaja, MM. (Manager YSKI Semarang) 5. Dra. Soekarmini (Staff Teacher&s College UPH Jakarta) 6. Rev. Tabita Kartika Ch., Ph.D. (Ass. Dekan Fak. Teologi UKDW Yogyakarta) 7. Prof. J.T. Lobby Loekmono, Ph.D. (Dekan FKIP UKSW Salatiga) 8. Siswanto, MSi., Psi. (YSKI Semarang) Tema-tema pleno dan kapita selekta, biaya kontribusi, dan informasi lainnya dapat dilihat di: ==> http://www.yski.or.id/ ==> http://www.pedulikonseling.or.id/ _______________________________e-KONSEL ______________________________ Pimpinan Redaksi: Christiana Ratri Yuliani Staf Redaksi: Tatik Wahyuningsih dan Dian Pradana Penanggung Jawab Isi Dan Teknis Yayasan Lembaga SABDA INFRASTRUKTUR dan DISTRIBUTOR Sistem Network I-KAN Copyright(c) 2009 YLSA -- http://ylsa.org/ Katalog -- http://katalog.sabda.org/ Rekening: BCA Pasar Legi Solo No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati ______________________________________________________________________ Anda punya masalah/perlu konseling? atau ingin mengirimkan Informasi/artikel/bahan/sumber konseling/surat/saran/pertanyaan/dll. silakan kirim ke: konsel(at)sabda.org atau owner-i-kan-konsel(at)hub.xc.org Berlangganan: subscribe-i-kan-konsel(at)hub.xc.org Berhenti: unsubscribe-i-kan-konsel(at)hub.xc.org ARSIP: http://www.sabda.org/publikasi/e-konsel/ Situs C3I: http://c3i.sabda.org/ Network Konseling: http://www.in-christ.net/komunitas_umum/network_konseling ______________________________________________________________________
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |