Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-konsel/191 |
|
e-Konsel edisi 191 (1-9-2009)
|
|
______________________________e-KONSEL________________________________ Milis Publikasi Elektronik Pelayanan Konseling Kristen _____________________________________________________________________ EDISI 191/1 September 2009 Daftar Isi: = Pengantar: Kesetiaan dalam Pernikahan = Cakrawala: Pria Idaman Lain dan Wanita Idaman Lain = Referensi: Artikel Terkait di Situs C3I = TELAGA: Setelah Perselingkuhan = Tanya Jawab: Suami Saya Punya Wanita Simpanan PENGANTAR ____________________________________________________________ Salam dalam kasih Kristus, Kesetiaan adalah salah satu faktor terpenting dalam pernikahan. Bahkan janji untuk selalu setia kepada pasangan, diucapkan di altar ketika tali pernikahan mulai dijalin. Walaupun janji telah terucap, mempertahankan janji itu bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan. Buktinya, perceraian sering terjadi dengan alasan hadirnya orang ketiga dalam pernikahan. Ada banyak hal yang bisa menjadi penyebab mengapa pasangan akhirnya berpaling kepada orang lain. Perlu instrospeksi diri dari masing-masing pihak mengapa hal ini bisa terjadi dan perlu usaha keras pula untuk memulihkan relasi yang rusak karena masalah ketidaksetiaan ini. Mari simak sajian artikel-artikel dalam edisi kali ini untuk mengetahui bagaimana kedua hal itu bisa dilakukan. Selamat membaca. Pimpinan Redaksi e-Konsel, Christiana Ratri Yuliani http://www.sabda.org/publikasi/e-konsel/ http://c3i.sabda.org/ CAKRAWALA ____________________________________________________________ PRIA IDAMAN LAIN DAN WANITA IDAMAN LAIN A. Pendahuluan Keadaan di sekitar kita makin berubah. Hal-hal yang tadinya ditutup rapat, sekarang mulai dibuka dan dibicarakan dalam forum terbuka. Bahkan masalah harta kekayaan seseorang mulai dibuka. Begitu juga dengan keberadaan Pria Idaman Lain (PIL) dan Wanita Idaman Lain (WIL). Sesungguhnya gejala tersebut sudah lama diketahui, bahkan sejak di Kitab Suci sudah disebut-sebut adanya WIL atau WML (Wanita Milik Lain). PIL kadang-kadang terdengar juga dari gosip, dan mulai lebih riuh sejak wanita mendapat kebebasan belajar dan bekerja, serta berkarya bersama para pria. Selain itu, timbul pula gejala yang disebut sebagai WML, yang sering diperlakukan sebagai milik sendiri untuk sementara saja. Baiklah gejala ini akan dilihat lebih lanjut tanda-tandanya. B. Sebab-sebab Mudah Jatuh Hati -- Jatuh Cinta 1. Mudah Jatuh Cinta -- Tumbuh Cinta Wanita dan pria yang sama-sama bekerja di kantor, baik sebagai sesama karyawan, atau sebagai atasan dan karyawan, setiap hari berjumpa dalam keadaan "kemasan" baik. Sebaliknya, dengan pasangan di rumah, biasanya mereka bertemu dalam keadaan lelah, kumal, serba tidak "sedap" dipandang. Bahkan pertemuan bisa disertai "nyanyian-nyanyian" tidak enak. Lama-kelamaan, keduanya lebih senang berkumpul dengan teman sekerja. Setiap pertemuan dengan "teman kerja" menjadi semakin akrab. 2. Pendapat Naif Perasaan tertarik kepada pasangan (istri) sendiri makin memudar jika ia semakin tua. Makin tua pasangan -- misalnya istri sendiri -- makin ia kurang merangsang. "Rumput di kebun tetangga kelihatan lebih indah daripada rumput di kebun sendiri". Begitu pun sebaliknya, istri juga tidak terangsang lagi oleh berbagai macam keadaan suaminya atau keadaan di rumah yang tidak memungkinkan. Suasana yang tepat sangat penting bagi wanita. Suami atau istri yang bekerja lebih banyak berada di luar rumah, lebih banyak berjumpa dengan orang-orang yang penuh pengertian, selalu siap sedia untuk menolong, akhirnya mereka menganggap orang-orang tersebut lebih mengerti daripada pasangan di rumah. 3. "Witing Tresna, Jalaran Saka Kulina" Karena sering bertemu, biasanya sering bersama, kemudian jadi lengah, lalu timbul cinta. Jam kerja diulur-ulur karena waktu istirahat bertambah panjang, sehingga waktu di tempat kerja juga mengalami perubahan. Jam kerja di luar rumah meliputi jam istirahat yang kadang-kadang termasuk jam "olahraga" pribadi (private) yang tidak boleh dilakukan di muka umum. Masalah di rumah dihadapi dengan sisa waktu yang tinggal diisi dengan istirahat malam, sehingga istri/suami di rumah harus puas dengan pasangannya yang sudah mengantuk dan ingin cepat-cepat tidur. 4. Sukses Menjadi Godaan Ketika seseorang semakin sukses, sudah mencapai kedudukan paling top, dia merasa semua juga harus "ngetop", padahal umur sendiri sudah hampir mencapai "top" karena sebentar lagi akan pensiun. Menjadi bos yang paling top, berarti istrinya juga harus paling "ngetop". Sekarang ini, banyak ibu yang mencari pengganti (nurse, babysitter) bagi anak-anaknya. Apakah ini menjadi jalan keluar (way out) yang baik bagi anak-anak dan bapaknya? Apakah mungkin timbul gejala baru, sehingga "babysitter" berdwifungsi menjadi "fathersitter". Gejala lain bisa timbul bagi mereka yang tidak makan siang di rumah. Sesudah makan siang, agar tidak mengantuk, mereka melakukan olahraga berdua: "sex after lunch!" Bagaimana mempertanggungjawabkan keadaan ini karena hal ini pasti akan berlanjut dan selalu berjumpa lagi dan seterusnya sehingga bisa disebut juga "bobo siang bersama" (BSB) ataupun "seks di siang bolong" (SDSB). 5. Masalah Pernikahan Pernikahan merupakan suatu kebersamaan yang harus dijaga kelanggengannya. Pada umumnya, pengalaman yang enak dan menyenangkan akan diulang-ulang, maka perlu diusahakan adanya keadaan-keadaan dan pengalaman yang enak dan menyenangkan dengan orang yang sama, yaitu pasangan sendiri. Jangan mencoba mencari pasangan lain untuk mencoba-coba hal, keadaan, atau perbuatan yang menyenangkan. Setiap hal dicoba dan dilatih berdua. Makanan yang kita makan sehari-hari sebetulnya merupakan bahan yang sama. Makanan yang disajikan dengan cara yang lain, akan menarik. Demikian pula makanan dengan bahan sajian yang sama tetapi olahan yang berbeda akan terasa lain dan tidak membosankan. Selalu harus diingat bahwa: I am a one woman man -------------- I am a one man woman (Saya adalah seorang (Saya adalah seorang pria dengan satu istri) wanita dengan satu suami) |________________________________________________| | Many ways to one love (Banyak jalan menuju satu cinta kasih) 6. Masalah Setengah Umur: 40 tahun -- 50 tahun (Mid-Life Crisis) Masalah ini dihadapi bapak-bapak atau ibu-ibu yang sudah sampai puncak karier berkaitan dengan umur. Bila sudah sampai pada batasan umur yang sudah ditetapkan, mau tidak mau harus mempersiapkan diri untuk turun. Ada beberapa orang yang menyikapinya dengan mempersiapkan tugas-tugas baru yang tidak berkaitan dengan karier, ada juga yang membuat peraturan-peraturan yang aneh-aneh untuk tetap menampilkan "kemampuannya" atau kedudukannya. Sering terlihat adanya pria yang mau menjalin hubungan cinta dengan orang-orang yang muda. Mereka mau membuktikan bahwa kedudukannya masih bisa dipegang. Tetapi bagaimana seandainya sudah melepaskan jabatan? Kedudukannya akan ditinggalkan, begitu juga pacar mudanya akan meninggalkannya. Pada akhirnya ia kembali menjalani tahun-tahun akhir dengan istri/suaminya. 7. Masalah Kepribadian Kepribadian dan perkembangan kepribadian sulit diubah. Begitu juga dengan seseorang yang sejak masa remaja sudah mencari dan mendapat kesempatan untuk mencicipi seks di luar nikah, ia agak sulit untuk mengubah arah dorongan-dorongan yang bersangkutan ke satu arah: satu suami/satu istri. Anak perempuan yang sejak muda sudah menjadi "perek" sulit untuk mengubahnya menjadi "a one man woman". Namun demikian, masih lebih mudah mendidiknya menjadi "a one man woman" bila dibandingkan dengan pria yang harus dididik untuk menjadi "a one woman man" kalau pria tersebut sudah terbiasa sejak muda mencicipi wanita-wanita. Kadang-kadang terlihat juga adanya wanita atau pria yang sudah mengalami perubahan berkaitan dengan kepuasan yang diperoleh dalam bentuk yang tidak wajar, misalnya masokisme atau sadisme. C. Upaya Mengatasi Masalah Untuk mengatasi masalah-masalah tersebut, kita perlu bersabar dan bijaksana dalam bertindak, seperti: 1. Perlu upaya menjauhkan diri dari godaan dan kesempatan untuk berhubungan dengan lain jenis yang bukan milik kita. 2. Jangan pergi berdua mencari kenikmatan dalam kesempatan yang dibuat-buat. 3. Perlu menjauhkan tindakan ultimatum yang dapat merusak keutuhan keluarga. 4. Jauhkan benda-benda yang berhubungan dengan kenangan-kenangan yang terlarang. Untuk memahami perilaku menyeleweng yang dilakukan suami, maka kita perlu mengetahui penyebab penyelewengan mereka, yaitu: a. Pemuasan Dorongan Primitif Penyelewengan timbul untuk memuaskan dorongan primitif, yakni dorongan yang mendasar pada sistem kebutuhan manusia yang menitikberatkan semata-mata prinsip kenikmatan dan kepuasan. Penyelewengan memang lebih banyak berkembang dari masalah seks, meskipun pada kasus-kasus tertentu, penyelewengan muncul karena kebutuhan kehangatan dalam hubungan pribadi (companionship). Penyelewengan dalam bentuk petualangan seks muncul dengan tujuan untuk mencari sesuatu yang baru. Rutinitas dalam hubungan intim suami istri dirasakan bagai sayur yang kurang asin dan karenanya suami ingin mencoba dan memperoleh sayur dengan ramuan lain. Penyelewengan seks juga dapat terjadi karena seseorang memunyai dorongan dan intensitas seks yang kuat yang merasa kurang memperolehnya dari istri sendiri. Jadi, pada dasarnya penyelewengan terjadi karena suami merasa tidak memperoleh kepuasan dalam hubungan intim suami istri. b. Persepsi yang Keliru Penyelewengan muncul karena adanya persepsi yang salah mengenai ciri kejantanan, peran, dan tanggung jawab selaku suami. Ada anggapan bahwa pria memunyai kodrat berpoligami, sehingga boleh berbuat sesuka hatinya. Pria bersifat memberi (buktinya "phallus" dan ejakulasi sebagai simbol memberi sesuatu kepada wanita -- wanita hanyalah tempat menampung, artinya pasif), jadi pria lebih aktif. Wanita harus selalu siap (all weather), sedangkan pria tergantung kemauannya. Pria menganggap kejantanan adalah kehebatan, dan harus selalu diperlihatkan dan dibuktikan. Ini tentu adalah dalih untuk membenarkan diri, menutupi kesalahan, dan menjauhkan diri dari rasa bersalah (guilty conscience). c. Masalah Perkawinan Dalam kehidupan pernikahan, masalah penyesuaian diri, toleransi, tenggang rasa, dan berbagai masalah yang menimbulkan ketegangan, pada hakikatnya tidak mungkin dihindarkan, karena suami istri merupakan dua pribadi yang berbeda. Keadaan demikian harus diatasi dengan kemauan dari kedua belah pihak dan tidak dibiarkan berlarut-larut atau tidak terselesaikan. Dengan adanya ketegangan, kemarahan, kekecewaan, kemurungan, ini akan memudahkan munculnya keinginan untuk melarikan diri (escape mechanism) dengan tujuan memperoleh keseimbangan. d. Kesempatan Pertimbangan hasil penalaran dan moral mudah rontok karena adanya kemudahan (misalnya keuangan) yang membuahkan nalar sederhana bahwa apa saja dapat saya lakukan. Demikian juga kalau kegiatan pokok terlalu sedikit, maka waktu untuk melakukan keisengan terbuka lebar dan dapat saja menggoda dan mengusik munculnya dorongan-dorongan di luar nilai moral, bahkan nilai sosial. Karena kesempatan terbuka lebar ketika berada di luar kota, jauh dari bayang-bayang istri, maka terusiklah benteng pertahanan diri yang kadang-kadang runtuh juga. Demikian pula kalau ada kesempatan atau peluang emas berulang-ulang, karena hubungan akrab seperti antara seorang bos dengan sekretarisnya atau antara mereka yang merupakan mitra kerja dan sering bertemu dalam suasana dekat dan akrab. e. Ketegangan dan Substitusi Kehidupan yang ditandai oleh kekerasan dan ketegangan dalam upaya meniti karier dan mencapai jenjang jabatan dan status yang lebih tinggi atau materi yang didambakan, mudah menimbulkan ketegangan terus-menerus. Dalam hal seperti ini, orang mudah tercebur dalam kegiatan yang disangkanya akan memberikan ketenangan dan kepuasan batin, namun sering keadaannya justru terbalik, yaitu menciptakan ketegangan baru. Substitusi dalam bentuk upaya untuk menyeimbangkan diri sering kali membawa seseorang pada penyelewengan-penyelewengan yang kadang-kadang alasannya tidak semata-mata karena seksual, namun lebih daripada itu. D. Menangkal Keinginan Menyeleweng Hal ini dapat dilakukan dengan cara: 1. Kekuatan Iman Kemantapan iman adalah benteng utama pertahanan diri pada seorang pria atau wanita untuk menangkal rangsangan dan tantangan negatif yang muncul, baik dari dalam maupun dari luar dirinya. 2. Membina Hubungan Suami Istri yang Serasi Upaya secara aktif dari suami untuk menciptakan hubungan serasi dengan istri, sangat diperlukan. Dalam hal ini, perlu keterbukaan agar masing-masing memahami kekurangan, kelemahan, dan kesediaan untuk berubah dan mengubah diri, sejauh diperlukan, untuk menciptakan suasana penuh kedamaian, keakraban, dan kehangatan. 3. Pemantapan Kepribadian Setiap orang yang telah mencapai tingkat kedewasaan, tingkat kematangan, harus mampu mengembangkan fungsi pikiran dan mengendalikan emosi dan mampu menemukan cara untuk mengatasi kelemahan yang ada, termasuk menghadapi tantangan atau rangsangan yang negatif, baik upaya dari diri sendiri maupun bantuan dari orang lain. 4. Menghindari Kesempatan Menjauhkan diri dari godaan dalam bentuk apa pun akan lebih baik dan karena itu tidak perlu berdalih bahwa saya pasti kuat dan tidak akan tercebur atau terlibat lebih jauh. Kesempatan dan peluang adalah momok yang tampaknya sederhana, namun dalam kenyataannya banyak menyeret pria ke dunia penyelewengan. 5. Menemukan Cara Penyaluran Karena sulitnya menghindar dari kenyataan yang menggoda (temptation), maka setiap orang harus menemukan dan memunyai cara-cara penyaluran yang tepat, khususnya untuk meredam pikiran-pikiran negatif yang mendorongnya melakukan penyelewengan. Cara penyaluran tentunya disesuaikan dengan minat dan hobi pribadi yang tidak menimbulkan dampak negatif, tetapi menimbukan nilai kepuasan yang cukup. Daftar Kepustakaan 1. Berscheid, E. and B. Campelll. (1981). The Changing Longevity of Heterosexual Close Relationships. In M.J. Lerner & S.C. Lerner (Eds.). The Justice Motive in Social Behavior. New York Plenum. 2. Blumstein, P. and P. Schwartz. (1983). American Couples: Money, Work, Sex. New York Morrow. 3. Brecher, E. (1984). Love, Sex and Aging. Boston: Little Brown. 4. Brubaker, T. (1983). Family Relationship in Later Life. Ca: Sage. 5. Bruin, O.G. (1977). Theories of The Male Mid-Life Crisis. In N. Schlossberg & A. Entine (Eds.). Counseling Adults. Monterey, Ca: Brooks/Cole. 6. Calderone, M.S. and E.W. Johnson. (1981). The Family Book about Sexuality. New York: Harper & Row. 7. Essex, M.J. & S. Nunn. (1987). "Marital Status and Loneliness among Older Woman: The Differential Importance of Close Family and Friends". Journal of Marriage and The Family, 49, 93 -- 106. Diambil dan disunting seperlunya dari: Judul buku: Asas-Asas Psikologi Keluarga Idaman Penulis: Dra. Yulia Singgih D. Gunarsa Penerbit: PT. BPK Gunung Mulia, Jakarta 2000 Halaman: 30 -- 38 REFERENSI ____________________________________________________________ ARTIKEL TERKAIT DI SITUS C3I Artikel-artikel ini masih berkaitan dengan topik PIL dan WIL, dan bisa disimak di situs C3I, khususnya di Fokus C3I September 2005. ==> http://c3i.sabda.org/taxonomy/term/499/9 Dan judul-judul artikel-artikel yang bisa disimak, yaitu: 1. Perselingkuhan ==> http://c3i.sabda.org/perselingkuhan 2. Krisis Karena Suatu Hubungan Gelap ==> http://c3i.sabda.org/krisis_karena_suatu_hubungan_gelap 3. Bimbingan untuk Pasangan yang Terlibat Perzinahan ==> http://c3i.sabda.org/bimbingan_untuk_pasangan_yang_terlibat_perzinahan 4. Suamiku Tidak Setia ==> http://c3i.sabda.org/suamiku_tidak_setia 5. Poligami ==> http://c3i.sabda.org/poligami 6. Dicari Suami yang Setia ==> http://c3i.sabda.org/dicari_suami_yang_setia TELAGA _______________________________________________________________ Perselingkuhan selalu membawa dampak yang besar terhadap relasi pernikahan. Meskipun bisa diselesaikan, sering kali membutuhkan waktu dan proses untuk memulihkan relasi. Berikut ringkasan perbincangan dengan Pdt. Paul Gunadi, Ph.D. tentang masalah-masalah yang biasa timbul setelah perselingkuhan. SETELAH PERSELINGKUHAN T: Ada beberapa pasangan yang setelah melewati masalah perselingkuhan ternyata timbul masalah komunikasi suami istri. Mengapa bisa demikian? J: Pada masa badai selingkuh menerpa, umumnya kita bersatu padu melawan sasaran yang sama, yakni si orang ketiga. Setelah ancaman itu lenyap, kita kembali melihat ketidakcocokan yang telah membuka pintu perselingkuhan. Pernikahan kita bisa tetap utuh, tetapi ketidakcocokan masih ada, dia masihlah orang yang egois, kalau marah seenaknya, tidak memikirkan perasaan orang lain, tidak memedulikan anak-anaknya, dan sebagainya. Inilah yang sering kali terjadi, kita melihat kembali masalah yang sama. ----- T: Bukankah mereka biasanya bertekad untuk memperbaharui kehidupan pernikahan mereka dan melupakan yang di belakang? J: Masalahnya adalah sebetulnya mereka mencoba melupakan "problem" dengan perempuan atau pria lain tersebut. Ketidakcocokan yang sudah ada di antara mereka tidak terselesaikan dengan sendirinya. Terkadang pasangan suami istri beranggapan bahwa setelah perselingkuhan, maka relasi mereka akan bertambah baik, seolah-olah ketidakcocokan yang dari awalnya sudah ada akan lenyap dengan sendirinya. Kenyataannya, ketidakcocokan itu tetap ada. ----- T: Bukankah itu bisa menjadi pemicu untuk berselingkuh kembali dengan orang yang sebelumnya diselingkuhi? J: Betul sekali. Itu sebabnya memutuskan relasi selingkuh tidak mudah, karena pada umumnya selingkuh itu dipicu oleh masalah suami istri itu sendiri, kemudian terlibatlah orang ketiga. Kalau ingin diputuskan, pertama, harus putuskan relasi dengan orang ketiga tersebut. Kedua, yang sangat berat, adalah mengharmoniskan kembali relasi nikah itu sendiri. Adakalanya pasangan suami istri gagal melewati ujian yang berat ini dan tergoda untuk kembali selingkuh. ----- T: Saran apa untuk mengatasi masalah seperti ini? J: Kita harus menyadari bahwa ketidakcocokan itu tidak pudar dengan berakhirnya perselingkuhan. Inilah masanya membereskan masalah. Jangan sampai lari dari masalah atau menutupi masalah. Akui kita memunyai masalah ketidakcocokan. Mintalah bantuan pihak konselor atau hamba Tuhan untuk menolong menyelesaikan masalah kita. ----- T: Biasanya, orang yang berselingkuh itu memunyai rasa bersalah yang besar sekali terhadap pasangannya, sehingga dia tidak berani mengambil inisiatif ke konselor? J: Memang perlu kematangan dari kedua belah pihak untuk mengakui bahwa ada masalah yang memicu perselingkuhan. Adakalanya, misalkan si suami yang berselingkuh, setelah melepaskan pasangan selingkuhnya dan mau membereskan masalah dengan istrinya, si istri tidak siap, membutakan mata terhadap masalah yang sudah ada dan hanya fokus pada adanya orang ketiga. Jadi, perlu kematangan, keterbukaan untuk mengakui masalah. Jangan sampai kita tidak mau mengakui bahwa kita berandil dalam masalah rumah tangga kita dan hanya melemparkan tanggung jawab pada pihak ketiga. Langkah berikutnya adalah mereka harus bertahan. Target pasangan adalah menyelamatkan pernikahan. Setelah badai selingkuh itu lewat, kita baru menyadari luka dan kebutuhan-kebutuhan yang tak dipenuhi oleh pasangan gara-gara berselingkuh dengan orang lain. Kita marah sekali karena baru menyadarinya. Sekarang pernikahan sudah selamat, pasangan kita tidak lagi bersama selingkuhannya, kita merasa lebih aman, lebih bebas mengungkapkan kemarahan. Biasanya memakan waktu berbulan-bulan bahkan beberapa tahun untuk pasangan yang dilukai mengeluarkan uneg-uneg, kemarahan-kemarahannya. Kalau tidak tahan dan bijaksana dalam menghadapi gejolak emosi ini, pernikahan akan mengalami krisis yang kedua, krisis pascaperselingkuhan. ----- T: Apakah ada masalah lain yang timbul setelah perselingkuhan itu bisa diatasi? J: Badai selingkuh acap kali mengobrak-abrik struktur rumah tangga. Jika sebelumnya kita berada di bawah kekuasaan pasangan kita, mungkin sekali sekarang kita sejajar dengannya, atau kebalikannya, mungkin dia dulu berada di bawah kendali kita, sekarang dia berada di atas kita. Mengapa? Karena setelah dia berselingkuh, kita menyadari bahwa kita salah telah mengabaikan kebutuhannya, dan sekarang kita takut kehilangan dia. Perubahan struktur ini menuntut penyesuaian peran, perubahan hak, tanggung jawab. Dulu bebas berbuat apa saja, berkuasa atas pasangan, tapi sekarang tidak lagi memunyai wibawa dan otoritas itu. Sering kali kita ingin kembali ke posisi semula. Namun justru ini yang tidak bisa lagi dilakukan, kita harus menerima fakta bahwa sekarang semuanya telah berubah. Ini adalah proses untuk menumbuhkan kembali kepercayaan pasangan. Kadang kala pasangan nikah tidak bisa menerima perubahan struktur ini dan akhirnya timbul goncangan babak kedua dalam pernikahan mereka. ----- T: Setelah mereka bisa mengatasi itu semua, bagaimana seharusnya sikap pasangan suami istri ini terhadap pihak ketiga yang kadang-kadang masih melintas dalam kehidupan mereka? J: Memang tidak semua situasi sama. Misalkan, pasangan selingkuhnya itu adalah rekan sekerjanya. Kadang-kadang seseorang tidak memunyai banyak pilihan untuk bekerja di tempat lain. Idealnya adalah melepaskan pekerjaannya supaya tidak bertemu dengan mitra selingkuhnya, tapi hidup tidaklah seideal itu meskipun itu yang terbaik. Si korban selingkuh mungkin saja menuntut pasangannya untuk lepas dari pekerjaannya karena takut akan terulang lagi. Namun semua keputusan harus dipikirkan matang-matang, jangan tergesa-gesa, didasari oleh emosi sesaat, perlu melihat apakah ada pilihan yang baik. Jangan sampai gara-gara mau melepaskan diri dari mitra selingkuh akhirnya malah tidak mendapatkan pekerjaan dan menjadi masalah bagi pernikahan. ----- T: Bagaimana kalau mitra selingkuh itu masih sering berhubungan? J: Dia harus menjaga batas, tidak ada lagi pertemuan di luar jam kantor, tidak lagi membicarakan masalah pribadi, keluarga. Benar-benar harus menahan diri untuk memutuskan relasi emosional itu. Setiap hal yang terjadi di tempat pekerjaan, harus dibicarakan dengan pasangannya di rumah, sehingga pasangannya tidak usah mencari tahu. Bukankah dia tidak senang kalau diinterogasi oleh pasangannya, jadi sebelum diinterogasi, ceritakan terlebih dahulu sehingga pasangan kita menyadari bahwa kita jujur, terbuka. ----- T: Sering kali pasangan yang dikhianati mengungkit-ungkit kembali masalah-masalah perselingkuhan itu. J: Sampai waktu tertentu, memang diperbolehkan dan memang sehat, karena kemarahannya masih tersisa. Berikan waktu antara setahun sampai dua tahun untuk pasangan kita mengalami gejolak emosi itu. Jangan balas bicara, jangan coba menjelaskan. Saat pasangan kita marah atau menangis, menuduh kita, dengan tenang dengarkan dan mintalah maaf. Selalu katakan begitu. Jangan membela diri, sebab hal itu malah akan semakin memanaskan hatinya. ----- T: Apakah ada firman Tuhan untuk masalah ini? J: Amsal 22:4, "Ganjaran kerendahan hati dan takut akan Tuhan adalah kekayaan, kehormatan dan kehidupan." Dua hal dari firman Tuhan ini adalah kerendahan hati dan takut akan Tuhan. Kalau kita rendah hati dan takut akan Tuhan, maka tidak ada selingkuh. Namun kalau sampai kita jatuh ke dalam dosa selingkuh, dosa perzinahan, dan kita ingin bereskan kembali, bangun kembali rumah tangga kita, maka kuncinya adalah rendah hati, mau menerima perubahan, peran baru, mengalami keterbatasan, mengakui kesalahan dan minta maaf, dan terus-menerus takut akan Tuhan. Ini panduan kita karena kita tahu Tuhan mengawasi kita, jangan lagi berbuat dosa. Sajian di atas kami ambil/edit dari isi kaset TELAGA No. T155A yang telah diringkas/disajikan dalam bentuk tulisan. Jika Anda ingin mendapatkan transkrip lengkap kaset ini lewat e-mail, silakan kirim surat ke: < owner-i-kan-konsel(at)hub.xc.org> atau < TELAGA(at)sabda.org >. Atau kunjungi situs TELAGA di: ==> http://www.telaga.org/audio/setelah_perselingkuhan TANYA JAWAB __________________________________________________________ SUAMI SAYA PUNYA WANITA SIMPANAN Tanya: ====== Saya seorang wanita (38 tahun) dengan tiga anak, usia 10 -- 14 tahun, karier yang sudah mapan, kedudukan lumayan, dan sering kali tugas keluar kota bahkan keluar negeri. Walaupun sibuk, namun kalau tidak keluar kota, saya selalu berusaha pulang sebelum jam 7 malam. Suami saya sejak tahun lalu sering kali terlambat pulang, alasannya macam-macam. Kemudian suatu hari (bulan lalu), saya dikejutkan oleh telepon dari seorang wanita muda yang mengatakan bahwa ia simpanan suami saya. "Shock", marah, benci, dendam yang saya rasakan; apalagi ketika saya tanyakan kepada suami dan itu benar (walaupun mulanya ia tidak mengaku), ia berjanji tidak akan melakukannya lagi. Sebulan ini saya sulit tidur, dada rasanya sesak, kadang-kadang panas berkobar-kobar, kemudian mendadak berdebar-debar tidak bisa dikontrol dan mau mati saja. Ingin rasanya marah kepada Tuhan dan siapa saja termasuk diri sendiri. Apa yang harus saya lakukan? Jawab: ====== Betapa pedihnya pengalaman Ibu. Tentu perasaan yang sedang berkecamuk sekarang ini adalah antara marah besar, benci karena merasa dikhianati, ditolak, bahkan sampai menyempitkan dada Anda sehingga mau pecah rasanya. Keadaan stres yang terus-menerus tanpa ada jalan keluar yang konkret sebenarnya melelahkan tubuh Anda dan melemahkan sistem pertahanan tubuh sehingga akibatnya Anda sulit tidur, berdebar-debar, pusing, dan tidak memunyai gairah hidup. Sebenarnya malapetaka perkawinan Anda tidak datang mendadak, melainkan secara perlahan-lahan. Anda sudah mulai curiga setahun lalu pada saat suami sering pulang terlambat, tapi Anda sibuk dan lengah sehingga ketika berita itu datang, Anda merasa terkejut dan "shock" berat. Memang peristiwa buruk itu sudah terjadi dan tidak mungkin untuk dihapuskan begitu saja, tapi paling tidak ada hal-hal yang masih bisa Anda benahi untuk masa depan. 1. Di saat-saat seperti ini, sebenarnya apa yang dapat Anda pelajari? Apakah Anda merasa ada andil dalam hal ini? Mungkin karena kesibukan kalian berdua, kebutuhan primer masing-masing tidak terpenuhi sehingga Anda melampiaskannya dalam pekerjaan dan suami mencari wanita lain yang bisa memuaskannya. 2. Apakah pernikahan Anda selama ini memang bisa dinikmati? Kalau belum, mungkin Anda perlu mencari konselor untuk menolong Anda mencari sebab mengapa pertumbuhan tidak terjadi atau terhambat sehingga perbaikan dalam pernikahan Anda juga bisa dimulai. 3. Suami Anda yang sedang terjerumus dalam dosa membutuhkan uluran tangan dan pengertian Anda untuk bisa kembali menjadi kepala keluarga. Mungkin Anda memang belum siap untuk memaafkan secara keseluruhan, tetapi cobalah minta pertolongan Roh Kudus dan kebijaksanaan surgawi untuk menuntun langkah-langkah kehidupan Anda dari hari ke hari. Jangan sampai api kebencian justru menghanguskan diri Anda sendiri sehingga Anda menjadi pemberang dan suami justru tidak betah di rumah. Kiranya Tuhan memberkati. Diambil dari: Nama buletin: Parakaleo, Vol. VIII/1/Januari-Maret 2001 Penulis: Esther Susabda, Ph.D. Penerbit: Departemen Konseling STTRII, Jakarta 2001 Halaman: 4 _______________________________e-KONSEL ______________________________ Pimpinan Redaksi: Christiana Ratri Yuliani Staf Redaksi: Tatik Wahyuningsih dan Dian Pradana Penanggung Jawab Isi Dan Teknis Yayasan Lembaga SABDA INFRASTRUKTUR dan DISTRIBUTOR Sistem Network I-KAN Copyright(c) 2009 YLSA -- http://www.ylsa.org/ Katalog -- http://katalog.sabda.org/ Rekening: BCA Pasar Legi Solo No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati ______________________________________________________________________ Anda punya masalah/perlu konseling? atau ingin mengirimkan Informasi/artikel/bahan/sumber konseling/surat/saran/pertanyaan/dll. silakan kirim ke: konsel(at)sabda.org atau owner-i-kan-konsel(at)hub.xc.org Berlangganan: subscribe-i-kan-konsel(at)hub.xc.org Berhenti: unsubscribe-i-kan-konsel(at)hub.xc.org ARSIP: http://www.sabda.org/publikasi/e-konsel/ Situs C3I: http://c3i.sabda.org/ Network Konseling: http://www.in-christ.net/komunitas_umum/network_konseling ______________________________________________________________________
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |