|
Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
https://sabda.org/https://sabda.org/publikasi/e-konsel/179 |
|
e-Konsel edisi 179 (1-3-2009)
|
|
_______________________________e-KONSEL_______________________________
Milis Publikasi Elektronik Pelayanan Konseling Kristen
_____________________________________________________________________
EDISI 179/1 Maret 2009
Daftar Isi:
= Pengantar: Gangguan Jiwa dan Skizofrenia
= Cakrawala: Gangguan Kejiwaan
= TELAGA: Gangguan Skizofrenia
= Info 1: Baru! Kumpulan Bahan Paskah di Situs "paskah.sabda.org"
= Info 2: Baru! Publikasi e-Doa: Sekolah Doa Elektronik
PENGANTAR ____________________________________________________________
GANGGUAN JIWA DAN SKIZOFRENIA
Kegilaan, gila, atau apa yang sering kali disebut gangguan jiwa
adalah istilah-istilah yang sering digunakan untuk menyatakan
ketidakwarasan atau perilaku yang sangat aneh. Dalam pengertian
tersebut berarti ketidaknormalan dalam cara berpikir dan
berperilaku. Meski demikian, konon katanya, tidak semua orang yang
sebenarnya mengidap gangguan jiwa itu bertingkah laku tidak normal.
Mereka berperilaku layaknya orang yang jiwa dan pikirannya sehat.
Karena itu, diperlukan analisa yang baik dan pengetahuan akan gejala
kegilaan yang cukup guna mengenal apakah seseorang dapat dianggap
mengidap gangguan jiwa atau tidak. Nah, hal tersebut, beserta ketiga
hal lainnya yang perlu diketahui seorang konselor dalam membantu
orang yang mengidap gangguan jiwa, dibahas secara lengkap dalam
artikel yang sudah kami siapkan di bawah ini.
Selain itu, jangan lewatkan pula transkrip tanya jawab dengan
seorang pakar psikologi yang membahas tuntas salah satu bentuk
gangguan jiwa -- skizofrenia.
Kiranya kedua sajian tersebut dapat memperluas wawasan kita tentang
dunia gangguan jiwa, dan terlebih lagi membantu kita dalam
menghadapi orang-orang yang mengidap gangguan jiwa.
Staf Redaksi e-Konsel,
Dian Pradana
http://c3i.sabda.org/
http://www.sabda.org/publikasi/e-konsel/
CAKRAWALA ____________________________________________________________
GANGGUAN KEJIWAAN
Memang telah terbukti bahwa musik dapat menenangkan jiwa, terutama
pada saat-saat mengalami stres dan krisis. Hal ini menjadi alasan
bagi banyak orang untuk mengembangkan pendekatan konseling yang
dikenal sebagai "Music Therapy".
Pada masa mudanya, Daud pernah mendapat panggilan untuk menghadap
Raja Saul. Menurut 1 Samuel 16, Raja Saul sedang terganggu jiwanya
karena roh jahat yang merasukinya. Penasihat-penasihat raja
mengusulkan untuk mencari seseorang yang pandai memainkan kecapi,
yang diharapkan dapat menenangkan jiwa raja pada saat-saat raja
mengalami gangguan kejiwaan. Daud adalah orang pilihan tersebut, dan
ternyata terapi musik itu membawa hasil yang baik.
Pada zaman ini, gangguan yang dialami Saul itu barangkali dapat
dikategorikan sebagai gangguan kejiwaan atau sakit jiwa. Yang
menarik, Alkitab juga menceritakan bahwa Daud pun pada suatu kali
pernah berlagak pura-pura gila, dan ternyata dia dapat memerankannya
dengan baik sekali (1 Samuel 21:12-15). Mungkin Daud belajar tentang
"ketidakwarasan" itu dari pengalamannya dengan Saul.
Meskipun demikian, tidaklah benar kalau kita berasumsi bahwa
penderita sakit jiwa selalu bertingkah laku aneh dan tidak wajar.
Banyak di antara mereka itu ternyata tidak berbeda jauh dari
orang-orang yang normal, hanya ... mereka sering kali memunyai
persoalan-persoalan hidup yang jauh lebih berat, sehingga tak mampu
lagi berpikir dan bertingkah laku wajar. Sering kali, mereka
menghadapi perasaan putus asa yang mendalam, kekhawatiran,
kebingungan, perasaan gagal, dan rendah diri yang tak dapat
dihindari oleh karena persoalan-persoalan yang terlalu berat yang
mereka hadapi. Kadang-kadang, mereka terpaksa menyangkali realitas
hidup itu dengan masuk dalam alam fantasi, menjadi pecandu
obat-obatan dan alkohol. Padahal orang-orang lain dapat menghadapi
persoalan yang serupa tanpa reaksi-reaksi tersebut. Jadi, jangan
heran kalau ada orang-orang yang menjadi seperti Saul yang begitu
hanyut dalam alam ketidaksadaran pada saat-saat tertentu.
Konseling pada Orang-Orang yang Terganggu Jiwanya
Konselor-konselor Kristen umumnya menghadapi empat tantangan dalam
pelayanan mereka terhadap orang-orang yang terganggu jiwanya maupun
dengan keluarga mereka.
1. Pengenalan yang benar terhadap gejala-gejala gangguan kejiwaan.
Sering kali, meskipun gejala-gejalanya sudah sedemikian jelas, tetap
pihak keluarga tak mau membawa orang tersebut ke dokter ahli oleh
karena merasa malu. Mereka biasanya mencari alasan dengan mengatakan
bahwa saudara tersebut sedang tertekan hidupnya, dan itu cuma
sementara saja, pasti nanti beberapa waktu kemudian akan sembuh
dengan sendirinya. Memang ada kasus-kasus di mana gejala-gejala
tertentu dapat hilang dengan sendirinya, tetapi sering kali
kebanyakan penderita makin lama makin parah karena penundaan
pengobatan tersebut.
2. Menolong konseli mendapat pengobatan yang semestinya.
Kadang-kadang, pemimpin gereja bisa memberikan bimbingan konseling
yang diperlukan, tetapi ada kasus-kasus di mana mereka harus
meneruskan kepada orang lain yang memang profesional dalam bidang
tersebut. Kecuali di daerah itu tak ada seorang pun yang
profesional, terpaksa mereka harus menolong sebaik mungkin sambil
bersandar pada Tuhan yang dapat menyempurnakan pelayanan yang penuh
kelemahan, tetapi dialasi oleh motivasi yang murni tersebut.
Kalau di sana tersedia seseorang yang profesional yang dapat
menolong, pemimpin gereja harus bisa mempertimbangkan "yang mana"
yang benar-benar terbaik untuk menolong konseli tersebut.
Kadang-kadang, ada psikiater dan psikolog yang terbaik, tetapi ada
kasus-kasus di mana seorang dokter umum lebih tepat, bahkan mungkin
rekan pendeta yang telah mendapat latihan khusus dalam bidang ini
paling tepat. Untuk pengambilan keputusan ini, pemimpin gereja harus
dapat menjelaskan kepada pihak keluarga konseli, tentang keseriusan
gangguan tersebut, kenapa perlu diteruskan ke orang lain, dan
merundingkan bagaimana pembiayaan akan ditangani oleh pihak keluarga
dan sebagainya.
Kalau keputusan untuk membawa ke rumah sakit jiwa yang akan diambil,
misalnya, keputusan itu harus didasarkan atas persetujuan pihak
keluarga, bahkan yang terbaik adalah kalau konseli itu sendiri rela.
Kadang-kadang, karena gangguan yang dialami, terpaksa keputusan
diambil tanpa persetujuan konseli. Di daerah-daerah tertentu,
pengambilan keputusan seperti ini harus disertai prosedur hukum,
misalnya lurah atau camat ikut menyetujui dengan memberikan surat
resmi, di samping tentunya surat dokter.
Apa pun juga pengobatan yang akan diambil, seorang konselor harus
menjadi sumber penghiburan dan kekuatan bagi konseli maupun segenap
keluarganya. Kadang-kadang, masalah memasukkan ke rumah sakit jiwa
saja sudah merupakan pergumulan yang berat sekali. Konselorlah yang
seharusnya menolong menjernihkan keadaan serta memberikan dorongan
dan semangat pada segenap anggota keluarga untuk memilih pengobatan
yang dibutuhkan.
3. Menyediakan pertolongan selama konseli ada di rumah sakit.
Orang-orang yang menderita, kebingungan, dan kesepian sangat
membutuhkan perhatian khusus dari hamba Tuhan. Herannya, justru
hamba-hamba Tuhan jarang meluangkan waktu khusus untuk mereka ini,
yang mungkin disebabkan oleh kenyataan yang memang sulit sekali
dalam menghadapi konseli-konseli yang seperti ini, dan kadang-kadang
tidak mengetahui apa yang mesti dikatakan dan diperbuat, bahkan
kepada keluarganya sekalipun hamba-hamba Tuhan merasa kehilangan
bahan untuk disampaikan.
Sebenarnya kita dapat melakukan kunjungan seperti halnya kepada
pasien-pasien yang lain. Hanya mungkin benar, bahwa untuk kasus-
kasus seperti ini, kunjungan singkat lebih baik, terutama yang
membawa suasana kegembiraan, mengajak berdoa, atau membaca sebagian
dari Alkitab (jangan membaca ayat-ayat yang bisa menimbulkan salah
pengertian), memberikan pengharapan tanpa janji-janji yang tidak
dapat kita tepati, atau tidak dapat kita penuhi, dan tidak melayani
percakapan yang arahnya mempersalahkan atau mengkritik orang-orang
lain.
Kadang-kadang, konseli seperti ini tidak mau diajak bicara, tetapi
tidak jarang pula dia begitu cerewet, memaki-maki, dan sebagainya.
Jangan kita simpan di hati kata-kata makiannya, karena kemungkinan
besar itu adalah bagian dari persoalannya. Kerelaan kita dalam
berkunjung dan bersedia mendengarkan kata-katanya adalah bagian
pengobatan yang sangat penting. Kunjungan ini akan menjadi lebih
bermanfaat jikalau kita juga mengadakan waktu untuk bertukar pikiran
dengan dokter yang merawatnya, sehingga kita dapat menolong baik
konseli maupun keluarganya pada saat konseli dirawat di rumah sakit
maupun setelah itu.
4. Menjadi penolong pada masa-masa kesembuhan.
Peranan hamba Tuhan sebagai konselor besar sekali setelah konseli
kembali dari rumah sakit, karena sumber "tekanan hidup", baik dari
keluarga maupun masyarakat, masih ada. Perasaan malu karena pernah
dirawat di rumah sakit jiwa juga sering kali menambah tekanan.
Hamba-hamba Tuhan dan seluruh jemaat harus dilatih untuk benar-benar
bisa menyambut mereka yang pernah dirawat di rumah sakit jiwa untuk
dapat menyesuaikan diri dengan baik di masyarakat. Ini tidak berarti
bahwa mereka boleh dimanjakan atau mendapatkan pelayanan yang
istimewa dan berlebih-lebihan. Menolong berarti memperlakukan mereka
secara normal sama seperti penderita sakit yang lain yang baru
kembali dari rumah sakit. Saran-saran dari dokter sangat penting
karena setiap pribadi dengan kasusnya itu unik.
Konseling pada keluarganya
Umumnya seluruh keluarga mengalami krisis pada saat ada anggota
keluarga menderita sakit jiwa. Tingkah laku konseli yang aneh, sikap
masyarakat terhadap sakit jiwa, beban pengobatan, dan sebagainya
biasanya menjadi sumber tekanan hidup bagi seluruh keluarga. Sering
kali kegelisahan, kebingungan, dan kesalahpahaman tidak dapat
dihindari lagi. Memang bagi keluarga-keluarga tertentu, masa-masa
krisis justru bisa mempererat hubungan seluruh keluarga, tetapi bagi
keluarga yang lain hal itu menjadi beban berat dan bisa
mencerai-beraikan seluruh keluarga. Konselor dapat membantu
keluarga-keluarga tersebut melalui beberapa cara.
Menolong mereka menyadari dan menerima kenyataan, bahwa anggota
keluarga yang terganggu jiwanya membutuhkan pertolongan dan
pengobatan khusus. Sering kali, keluarga penderita bingung dan tidak
mengerti apa yang sedang terjadi, maka di situlah kita sebagai
konselor dapat membimbing mereka supaya masing-masing dapat
mengutarakan perasaannya, mendiskusikan "mengapa Tuhan mengizinkan
hal ini terjadi", memberikan penghiburan, dan mendorong keluarga
tersebut untuk dapat makin bersandar pada Tuhan. Kadang-kadang,
perlu juga seluruh keluarga didorong untuk dapat mendiskusikan
perasaan mereka terhadap penyakit jiwa dalam keluarga itu, didorong
untuk melakukan kunjungan ke rumah sakit pada saat anggota keluarga
dirawat di sana, dan mempersiapkan diri untuk menerima dia kembali
ke rumah setelah itu. Perlu diingat, bahwa pada saat perawatan di
rumah sakit dan saat-saat setelah itu, keluarga tersebut mungkin
membutuhkan bantuan makanan atau pun kebutuhan-kebutuhan yang
lainnya (Yakobus 2:14-16).
Sekarang bagaimana kalau konselor menghadapi kasus di mana si
konseli nampaknya tidak pernah bertambah baik? Herannya, kebanyakan
buku dan artikel tentang gangguan kejiwaan sangat optimistis dalam
mendiskusikan keberhasilan seorang profesional dalam menolong
orang-orang dengan gangguan kejiwaan yang berat. Memang optimisme
ini beralasan jikalau melihat hasil-hasil yang pernah dicapai
mereka, tetapi fakta bahwa ada pasien-pasien yang berada di rumah
sakit jiwa untuk selama-lamanya tidak boleh disangkali.
Pasien-pasien ini sering kali tidak peduli pada kunjungan keluarga
atau pun perhatian dari gereja, dan akibatnya mereka semakin
dilupakan dan dianggap sebagai penderita yang memang tidak dapat
disembuhkan lagi. Keluarga harus terus-menerus ditolong untuk
memerhatikan mereka di samping fakta kemungkinan adanya
pasien-pasien yang barangkali membutuhkan perawatan selama-lamanya.
Diambil dan disunting seperlunya dari:
Judul asli buku: Effective christian Counseling
Judul buku: Konseling Kristen yang Efektif
Penulis: Dr. Gary R. Collins
Penerjemah: Esther Susabda
Penerbit: Seminari Alkitab Asia Tenggara, Malang 1998
Halaman: 151 -- 156
TELAGA _______________________________________________________________
Skizofrenia mungkin tidak akrab di telinga orang awam yang tidak
mendalami dunia psikologi atau pun kedokteran. Padahal dalam
kehidupan sehari-hari, bukan tidak mungkin kita akan menemuinya.
Atau bisa jadi malah salah satu anggota keluarga kita mengalaminya.
Apakah sebenarnya skizofrenia ini dan apa yang harus kita lakukan
bila ada orang terdekat kita yang mengalaminya? Berikut ringkasan
perbincangan dengan Pdt. Paul Gunadi mengenai skizofrenia. Silakan
menyimak!
GANGGUAN SKIZOFRENIA
T: Apa itu gangguan skizofrenia?
J: Gangguan skizofrenia adalah gangguan jiwa yang serius karena
mengganggu cara pikir sehingga kita tidak lagi melihat kenyataan
dengan tepat sebab pikiran kita dipenuhi dengan alam khayal yang
sedemikian rupa sehingga kita mencampuradukkan antara alam khayal
dan realitas atau kenyataan.
Biasanya para penderita skizofrenia ini tidak bisa lagi bekerja
atau berumah tangga karena dia tidak mungkin melakukan fungsi
kehidupan sehari-hari karena gangguan persepsi akan realitas ini
begitu menyeluruh dalam hidupnya. Itu sebabnya mereka yang
menderita gangguan ini harus dirawat di rumah atau di rumah
perawatan sehingga penderita bisa dirawat secara khusus. Dan itu
akan menjadi perawatan yang berjangka panjang.
-----
T: Kalau ini gangguan mental, apa penyebabnya?
J: Ini memang gangguan yang kita tidak bisa katakan berasal dari
luar dirinya. Gangguan skizofrenia adalah gangguan yang
disebabkan oleh hal-hal yang bersifat organik atau suatu senyawa
kimia di otaknya sehingga dia tidak bisa lagi berinteraksi dengan
realitas secara tepat, baik dalam pola pikirnya maupun reaksinya
terhadap peristiwa yang dialaminya. Ini adalah sesuatu yang
biasanya dia bawa atau miliki kecenderungannya sejak lahir.
-----
T: Gangguan mental itu ada bermacam-macam, kapan kita bisa
mengatakan bahwa seseorang itu mengalami gangguan skizofrenia?
J: Kata ini memunyai dua unsur atau dua hal, yaitu dilusi dan
halusinasi. Dilusi adalah pikiran yang tidak rasional atau
anggapan-anggapan yang tak berdasar yang tidak rasional lagi.
Misalnya, kita menganggap bahwa kita adalah superman atau kita
menganggap kita adalah hewan. Inilah yang disebut dilusi, pikiran
tidak lagi rasional.
Halusinasi adalah kelanjutan dari dilusi, dia bukan saja tidak
memiliki pikiran yang tidak lagi rasional, namun dia melibatkan
panca indranya di alam khayalnya itu. Jadi, halusinasinya kita
sebut halusinasi penglihatan karena dia mulai melihat hal-hal
tertentu yang sebetulnya tidak ada. Misalnya, dia melihat
seseorang dan seseorang itu berbicara dengan dia, atau halusinasi
pendengaran, yaitu dia mulai mendengar orang berkata-kata dengan
dia sehingga dia juga memberi respons bercakap-cakap dengan orang
tersebut meskipun sebetulnya keduanya ini tidak ada.
------
T: Di masyarakat sering kali disebut orang gila, apakah istilah itu
tepat?
J: Memang istilah skizofrenia itu sebetulnya berasal dari satu kata,
yaitu "skismi" atau "skisme", bahasa Inggrisnya "schism". Kata
"skisme" yang menjadi "skizo" itu berarti terbelah atau pecah.
Jadi, skizofrenia adalah gangguan yang memutuskan atau membelah
fungsi rasional kita, sehingga kita tidak lagi bersentuhan dengan
realitas antara kita dan alam nyata.
------
T: Juga ada orang yang mengatakan ini gara-gara stres, jadi tekanan
hidupnya terlalu banyak, apakah itu betul?
J: Memang ada kasus-kasus yang muncul akibat depresi berat yang
berkelanjutan. Depresi berat yang sangat parah itu biasanya juga
bisa menghadirkan pemikiran-pemikiran yang dilusional, artinya
penuh dengan ketidakrasionalan. Sekilas depresi berat ini
tampaknya seperti skizofrenia, namun kalau gejala halusinasi atau
dilusi ini munculnya setelah depresi berat, sebetulnya itu bagian
dari depresi yang beratnya. Dengan pertolongan obat dan
konseling, biasanya orang bisa keluar dari depresi yang berat,
sebab jika bisa keluar dari depresi yang berat, maka
gejala-gejala itu juga akan hilang dengan sendirinya.
Kalau orang menderita skizofrenia agak berbeda. Dia tidak harus
didahului atau mengalami depresi berat. Umumnya, gejala
skizofrenia ini munculnya pada anak-anak remaja, dengan kata lain
pada masa kecil kita memang tidak bisa mendeteksinya. Kita
melihat anak ini sama dengan anak-anak lain, tapi waktu dia mulai
beranjak remaja, kita baru melihat bahwa ada sesuatu yang lain
pada dirinya, yaitu anak-anak yang menderita skizofrenia adalah
anak-anak yang sejak kecil itu cenderung tidak mau bergaul,
mengisolasi diri, dan waktu remaja nampak sekali gejalanya. Jadi,
dia mengucilkan dirinya, tidak punya teman dan sebagainya,
tiba-tiba kita mulai melihat dia bicara, tertawa sendirian.
Sekali lagi ini tidak didahului oleh stres dan memang benar-benar
gejalanya muncul dengan sendirinya. Inilah yang kita katakan
sebetulnya skizofrenia tidak ditentukan oleh pengaruh luar, tapi
memang sesuatu yang sudah dibawa dari kecil dan tinggal tunggu
waktu, maka gejala itu akan menampakkan diri.
-----
T: Berarti ada faktor keturunan?
J: Sering kali ya. Kita mesti berhati-hati tatkala mengatakan ini
keturunan, maksudnya gangguan yang berat seperti skizofrenia
sering kali melibatkan keturunan. Kalau orang tua kita memunyai
gangguan ini, maka kemungkinan kita mengidapnya lebih besar dari
pada orang lain.
Jadi, tidak berarti bahwa kalau orang tua kita mengidapnya, maka
pastilah kita akan mengidapnya. Itu salah! Yang dimaksud dengan
keturunan adalah bahwa kemungkinan kita mengidapnya lebih besar
daripada orang lain yang orang tuanya tidak mengidap gangguan
ini. Gangguan ini memang gangguan yang disebut organik, artinya
gangguan yang muncul dari syaraf-syaraf atau senyawa kimiawi di
otak kita yang membuat kita akhirnya mengidap gangguan ini.
-----
T: Kalau itu faktor organik, apakah kita bisa melakukan pencegahan
sedini mungkin, misalnya dengan menggunakan obat-obatan atau
vitamin untuk syaraf atau bagaimana?
J: Malangnya, sampai saat ini belum ditemukan cara untuk mencegah
munculnya skizofrenia. Maka yang bisa dilakukan hanyalah supaya
orang tua itu bisa lebih tajam, lebih peka melihat gejala ini
sedini mungkin, sebab kalau gejala ini diketahui sedini mungkin
dengan pengobatan dan sebagainya, maka dilusi dan halusinasi itu
bisa dikurangi.
Waktu orang terkena skizofrenia, pengobatan yang akan dicoba
ialah meredam munculnya dilusi dan halusinasi itu. Kalau sejak
anak kecil atau remaja sudah mulai menampakkan dilusi dan
halusinasi, setidak-tidaknya pada masa kecil itu dia diminta atau
diharuskan memakan obat untuk menghilangkan dilusi atau
halusinasi. Mudah-mudahan karena sudah dibiasakan, maka dia akan
lebih terbiasa memakan obat-obatan ini sehingga dilusi atau
halusinasi tidak harus timbul. Kalaupun akhirnya muncul, tidak
akan muncul sesering itu, karena sekali lagi dengan munculnya
ilmu kedokteran, maka lebih tersedia obat-obat yang dapat
menghilangkan dilusi atau halusinasi ini. Tapi sekali lagi, ini
adalah gejala, baik dilusi maupun halusinasi, penyakit itu
sendiri tetap ada. Jadi obat tidak menyembuhkan penyakitnya, yang
sudah ada itu akan tetap ada. Maka kita tidak mengatakan
skizofrenia suatu yang dapat disembuhkan atau "curable". Kita
hanya mengatakan skizofrenia adalah penyakit yang "treatable",
dapat dilawan, dapat diobati, pengembangan gejala-gejalanya dapat
dibendung sehingga tidak harus memburuk.
-----
T: Sebenarnya gangguan skizofrenia ini menetap atau kadang-kadang
muncul di dalam diri seseorang ?
J: Ini adalah salah satu kesalahpahaman, kadang-kadang kita
beranggapan orang yang terkena skizofrenia akan terus-menerus
setiap detik berkhayal dan dalam dunia khayalnya, sebetulnya
tidak! Jadi, ada waktu di mana dia bisa bicara menjawab
pertanyaan kita dengan biasa, namun setelah berbicara dengan
kita, dia akan diam kemudian tertawa sendirian lagi, dia akan
bicara lagi.
Memang gejala ini tidak harus menetap setiap detik, tapi kita
katakan dia sudah terganggu sebab sebetulnya di dalam dirinya
sudah ada keterpecahan itu, meskipun masih ada kemampuan untuk
berelasi dengan orang di luar dirinya, tapi memang tidak konstan
terus-menerus dia akan kembali ke dunia khayalnya.
-----
T : Bagaimana kalau kita tinggal bersama-sama dengan orang yang
mengalami gangguan skizofrenia?
J : Langkah pertama adalah kita mesti mengakui bahwa orang ini atau
anak kita ini bermasalah. Ini salah satu hal yang tidak mudah
diakui oleh orang tua. Orang tua yang anaknya menderita gangguan
seperti ini, sampai waktu yang lama, tetap tidak mau mengakui
bahwa inilah yang diderita oleh si anak.
Langkah kedua adalah kalau untuk gangguan yang seberat ini, kita
memang harus langsung membawanya ke psikiater, yaitu seorang
dokter yang spesialisasinya dalam bidang psikiatri dan nanti
dokter akan melihat gejalanya kemudian memberikan obat yang
harus dimakan. Ini menjadi suatu tantangan yang terbesar, sebab
penderita skizofrenia tidak selalu mau makan obat, jadi kita
harus memaksa dia untuk memakannya karena begitu dia tidak mau
makan obat, maka tinggal tunggu waktu gejala delusi dan
halusinasinya akan kembali lagi. Kalau sudah seperti itu, maka
yang harus dilakukan adalah membawanya dengan paksa ke rumah
sakit jiwa, karena di sana dia bisa dengan paksa diberi obat
sehingga dia bisa dirawat lagi dan bisa tenang kembali serta
dapat dipulangkan. Namun, ini biasanya sebuah siklus, dia akan
merasa baik selama beberapa waktu, kemudian dia tidak mau makan
obat lagi dan kembali lagi pada khayalannya, akhirnya dibawa ke
rumah sakit lagi dan ini berlangsung seumur hidup.
Kalau keluarga memunyai anggota yang seperti itu, maka perlu
dipikirkan pengaturannya atau perawatannya, sebab orang tua
tidak bisa selamanya merawat anak ini. Persoalannya adalah kalau
kakak atau adiknya memunyai keluarga, ini bukanlah sesuatu yang
sehat sebab kalau dalam keluarga itu ada anak dan anak itu
melihat pamannya yang menderita gangguan seperti ini, itu
bukanlah hal sehat. Maka hal yang cocok yang lebih disarankan
adalah sebaiknya, kalau orang tua sudah mulai tua dan
sebagainya, dia dirawat di dalam rumah perawatan. Asal kita bisa
percaya bahwa rumah perawatan itu akan merawatnya dengan baik,
mungkin itu adalah jalan keluar yang terbaik dan dia bisa
tinggal di sana, punya kamar sendiri, mendapatkan perawatan,
obat, dan kalau dia tidak mau minum obat, dia bisa disuntik dan
sebagainya, sehingga dia lebih terkontrol.
-----
T : Biasanya baru kita kenali setelah dia dewasa atau bagaimana?
J : Biasanya setelah remaja atau dewasa awal. Biasanya mulai
terlihat setelah umur 15 atau 16 tahun. Dia mulai tidak mau
bergaul, diam, murung, tidak mau bertemu orang, susah percaya,
tidak mau ada perasaan-perasaan yang keluar, wajahnya
datar-datar saja, kalau senang tidak pernah terlihat dan sedih
pun tidak kelihatan, marah tidak kelihatan. Jadi benar-benar
sebuah wajah yang kosong, yang datar saja. Akhirnya mulai
kelihatan bicara sendiri, tertawa sendirian, dan sebagainya.
------
T : Sehubungan dengan hal ini, apakah ada ayat firman Tuhan yang
ingin disampaikan?
J : Saya akan bacakan Mazmur 139:13, 16 "Sebab Engkaulah yang
membentuk buah pinggangku, menenun aku dalam kandungan ibuku.
mata-Mu melihat selagi aku bakal anak, dan dalam kitab-Mu
semuanya tertulis hari-hari yang akan dibentuk, sebelum ada
satupun dari padanya."
Kita mesti mengingat penderita skizofrenia mestinya adalah
ciptaan Tuhan, dan Tuhan tidak pernah membuat kesalahan, mengapa
Dia mengizinkan semua ini terjadi? Maksud inilah yang tidak
mudah untuk kita ketahui, tapi janganlah kita menyesali atau
malahan marah kepada Tuhan, tapi terimalah! Ada rencana Tuhan
dan tetap ini adalah ciptaan Tuhan yang kita mesti hormati.
Sajian di atas kami ambil/edit dari isi kaset TELAGA No. T248A
yang telah diringkas/disajikan dalam bentuk tulisan.
Jika Anda ingin mendapatkan transkrip lengkap kaset ini lewat
e-mail, silakan kirim surat ke: < owner-i-kan-konsel(at)hub.xc.org>
atau < TELAGA(at)sabda.org >. Atau kunjungi situs TELAGA di:
==> http://www.telaga.org/audio/gangguan_skizofrenia
INFO 1________________________________________________________________
BARU! KUMPULAN BAHAN PASKAH DI SITUS "PASKAH.SABDA.ORG"
Yayasan Lembaga SABDA (YLSA) kembali meluncurkan sebuah situs baru
yang kami yakin akan menjadi berkat, khususnya menjelang perayaan
Paskah di bulan April 2009 yang akan datang. Sesuai dengan isinya,
yakni berbagai jenis bahan seputar Paskah yang pasti akan berguna
bagi Anda dalam menyiapkan perayaan Paskah, maka situs ini kami
sebut "paskah.sabda.org".
Situs "paskah.sabda.org" adalah satu-satunya situs berbahasa
Indonesia yang menyediakan bahan Paskah yang sangat lengkap, di
antaranya: artikel Paskah, drama Paskah, renungan Paskah, bahan
mengajar Paskah, kesaksian Paskah, khotbah audio Paskah, puisi
Paskah, resensi buku Paskah, ulasan situs Paskah, tips Paskah, humor
Paskah, lagu Paskah, gambar Paskah, dan kartu Paskah.
Situs "paskah.sabda.org" juga dirancang sedemikian rupa agar setiap
pengunjung bisa ikut berpartisipasi dengan mengirimkan renungan,
artikel, atau juga blog Paskah untuk bisa saling berbagi berkat
dengan pengunjung yang lain. Fasilitas forum juga tersedia di situs
ini sehingga pengunjung bisa ikut berdiskusi seputar topik Paskah.
Keistimewaan lain dari situs ini adalah disediakannya fasilitas
mengirimkan ucapan selamat Paskah untuk teman seiman dan pengunjung
yang lain.
Jadi, tunggu apa lagi? Segera kunjungi situs "paskah.sabda.org"!
Mari berbagi berkat pada hari peringatan pengorbanan Yesus di kayu
salib. Kemenangan-Nya atas maut, patut kita rayakan dan peringati
karena Dialah Allah yang patut kita sembah.
==> http://paskah.sabda.org/
INFO 2________________________________________________________________
BARU! PUBLIKASI E-DOA: SEKOLAH DOA ELEKTRONIK
Puji Tuhan! Satu lagi sebuah milis publikasi baru diterbitkan oleh
Yayasan Lembaga SABDA (YLSA), publikasi e-Doa. Publikasi ini lahir
dari kerinduan YLSA untuk memberikan bahan-bahan yang dapat
memperdalam pengertian Anda akan hakikat doa orang percaya yang
sebenarnya. Diharapkan kualitas kehidupan doa Pembaca dapat semakin
bertumbuh dan berkenan kepada Bapa. Milis yang akan terbit setiap
bulan ini menawarkan berbagai bahan yang akan memberikan inspirasi,
pengetahuan, maupun siraman rohani, secara khusus dalam hal berdoa.
Adapun bahan-bahan yang akan disajikan adalah renungan, artikel, dan
kesaksian.
e-Doa merupakan sebuah milis yang sifatnya terbuka bagi denominasi
gereja mana pun dan Anda dapat mendapatkannya dengan mudah serta
gratis. Tidak hanya itu, dengan menjadi pelanggan e-Doa, maka secara
otomatis Anda juga menjadi pelanggan Open Doors (berisi pokok-pokok
doa harian) yang terbit setiap bulan dan 30 Hari Doa Mengasihi
Bangsa-Bangsa, yang terbit setiap bulan Ramadhan. Jangan tunda-tunda
lagi! Segera daftarkan diri Anda agar tidak ketinggalan edisi
perdana e-Doa pada bulan Maret 2008.
Kirimkan e-mail Anda sekarang juga ke:
==> subscribe-i-kan-buah-doa(at)hub.xc.org
Anda juga dapat mendaftarkan diri atau mendaftarkan rekan-rekan Anda
agar dapat berlangganan e-Doa dengan mengisi data di bawah ini.
Isilah nama dan alamat e-mail Anda/rekan Anda di dalamnya.
Nama:
Alamat e-mail:
Kirimkan kepada Redaksi e-Doa di:
==> doa(at)sabda.org
Segeralah bergabung bersama pendoa-pendoa syafaat yang lainnya dalam
publikasi e-Doa.
______________________________e-KONSEL _______________________________
Pimpinan Redaksi: Christiana Ratri Yuliani
Staf Redaksi: Tatik Wahyuningsih dan Dian Pradana
Penanggung Jawab Isi Dan Teknis Yayasan Lembaga SABDA
INFRASTRUKTUR dan DISTRIBUTOR Sistem Network I-KAN
Copyright(c) 2009
YLSA -- http://www.ylsa.org/
Katalog -- http://katalog.sabda.org/
Rekening: BCA Pasar Legi Solo No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati
______________________________________________________________________
Anda punya masalah/perlu konseling? atau ingin mengirimkan
Informasi/artikel/bahan/sumber konseling/surat/saran/pertanyaan/dll.
silakan kirim ke:
konsel(at)sabda.org atau owner-i-kan-konsel(at)hub.xc.org
Berlangganan: subscribe-i-kan-konsel(at)hub.xc.org
Berhenti: unsubscribe-i-kan-konsel(at)hub.xc.org
ARSIP: http://www.sabda.org/publikasi/e-konsel/
Situs C3I: http://c3i.sabda.org/
Network Konseling: http://www.in-christ.net/komunitas_umum/network_konseling
______________________________________________________________________
|
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |