|
Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
https://sabda.org/https://sabda.org/publikasi/e-konsel/172 |
|
e-Konsel edisi 172 (17-11-2008)
|
|
_______________________________e-KONSEL_______________________________
Milis Publikasi Elektronik Pelayanan Konseling Kristen
_____________________________________________________________________
EDISI 172/15 November 2008
Daftar Isi:
= Pengantar: Berkubang dalam Keputusasaan
= Renungan: Jangan Menyerah!
= Cakrawala: Terjatuh dan Tak Bisa Bangkit Lagi
= TELAGA: Melawan Keputusasaan
= Bimbingan Alkitab: Ketika Tiada Berpengharapan
= Info: Wajah Baru Situs Telaga
PENGANTAR ____________________________________________________________
Salam dalam kasih Kristus,
Apakah Pembaca pernah merasa putus asa? Apa yang menyebabkannya?
Penyebab keputusasaan yang paling umum adalah masalah yang
bertumpuk-tumpuk yang tidak bisa segera diselesaikan, dan harapan
yang tidak segera terwujud. Rasa putus asa mudah membuat kita
menyerah pada keadaan atau masalah yang kita hadapi. Dan bila kita
sudah mulai menyerah, maka yang biasanya kita lakukan adalah
meratapi masalah atau keadaan, bukan mencari cara bagaimana
menyelesaikan masalah dan keluar dari rasa putus asa itu.
Apakah orang Kristen boleh putus asa? Sebagai orang Kristen, ada
waktu-waktu tertentu di mana kita dapat mengalami keputusasaan.
Namun kita harus mengingat dan terus menyadari bahwa Tuhan tidak
akan membiarkan kita terus berkubang di dalamnya. Tuhan memberi kita
kekuatan dan janji-janji bahwa kita akan bisa melalui masa-masa
sulit itu. Apakah saat ini Pembaca sedang putus asa? Kiranya edisi
ini bisa menjadi alat untuk menolong Pembaca keluar dari kubangan
rasa putus asa dan mulai memandang ke depan bersama Tuhan.
Selamat membaca!
Pimpinan Redaksi e-Konsel,
Christiana Ratri Yuliani
RENUNGAN _____________________________________________________________
JANGAN MENYERAH!
Bacaan: Galatia 6:6-10
Ayat: Galatia 6:9
Ketika Hitler melancarkan serangannya melawan Inggris selama
berlangsungnya Perang Dunia II, Winston Churchill diminta untuk
berbicara kepada para pasukan London yang patah semangat. Di situ,
ia hanya mengemukakan enam kata pemberi semangat: "Jangan pernah
menyerah! Jangan sekali-kali menyerah!"
Ada masa-masa ketika Anda akan merasa tidak bersemangat dalam
perjalanan hidup kristiani Anda, tetapi jangan pernah menyerah. Jika
Anda tak lagi punya pilihan, perjuangan Anda melawan dosa akan
membawa Anda kembali dan kembali lagi kepada Allah dan mendekatkan
diri pada-Nya dalam keputusasaan Anda.
Dalam bukunya, "The Fight" (Pertarungan), John White menulis, "Orang
yang bangun dan berjuang lagi adalah prajurit sejati .... Kuatkanlah
diri Anda dengan mereguk anggur sumber kekuatan dari Roma 8:1-4.
Lalu kembalilah bertarung sebelum otot-otot Anda menjadi kaku!"
Apa yang diperlukan adalah ketahanan diri yang tak kenal lelah,
ketaatan yang terus-menerus melalui pasang dan surut, naik dan
turun, serta kemenangan dan kekalahan dalam hidup. Kemudian kita
mesti mencoba lagi, dengan mengetahui bahwa Allah bekerja di dalam
kita untuk memenuhi tujuan-Nya (Filipi 1:6, 2:13). Janganlah
berhenti mencari kehendak Allah bagi hidup Anda sampai Anda berdiri
di hadapan-Nya dan sampai pekerjaan Anda terselesaikan.
Allah juga secara ajaib bekerja dengan tekun. Ia tidak pernah
menyerah terhadap Anda! (DHR)
KETEKUNAN DAPAT MEMBALIK SKALA DARI
KEGAGALAN MENJADI KEBERHASILAN
Diambil dan disunting seperlunya dari:
Nama publikasi: e-Renungan Harian
Edisi: Rabu, 28 November 2001
Alamat URL: http://www.sabda.org/publikasi/e-rh/2001/11/28
CAKRAWALA ____________________________________________________________
TERJATUH DAN TAK BISA BANGKIT LAGI
Kita semua pernah terjatuh sesekali, bukan hanya secara fisik, tapi
juga secara emosional. Dan membangkitkan diri kita kembali lebih
mudah diucapkan daripada dilakukan. Kita tidak membutuhkan bakat
khusus untuk menyerah atau berbaring di tengah jalan kehidupan dan
berkata, "Aku berhenti!" Faktanya, jalan menuju keputusasaan dan
kekecewaan yang kronis berawal dari sebuah hari yang normal yang
berakhir dengan timbunan kekecewaan-kekecewaan kecil. Kekecewaan
memunyai definisi: "gagal untuk memenuhi atau memuaskan harapan dan
keinginan". Dengan kata lain, ketika kita menentukan diri kita untuk
berharap akan sesuatu dan harapan itu tidak terpenuhi, kita menjadi
kecewa. Kita merasa tertipu atau dikhianati.
Marilah kita hadapi kenyataan, tidak ada seorang pun dari antara
kita yang akan pernah sampai ke tempat di mana kita tidak pernah
lagi mengalami kekecewaan. Kita tidak bisa berharap untuk terlindung
atau kebal dari setiap hal kecil. Kekecewaan adalah salah satu fakta
dari kehidupan yang harus dihadapi oleh semua orang. Sering kali,
banyak orang membiarkan kekecewaan mereka terus menumpuk dan
akhirnya menjadi terpuruk tanpa mengerti apa penyebabnya. Mereka
kelihatannya tampak baik-baik saja, tapi sekarang mereka jatuh
terbaring di jalan kehidupan tanpa tahu bagaimana terjadinya dan apa
sebabnya. Banyak orang tidak menyadari bahwa masalah besar yang
menghancurkan mereka ini dimulai sudah lama sebelumnya dengan
beberapa kekecewaan kecil yang gagal mereka selesaikan.
Rasa sakit yang mendalam tidak datang begitu saja dari kekecewaan
yang besar, seperti ketika kita gagal mendapatkan pekerjaan atau
promosi yang kita inginkan. Rasa sakit emosional yang dalam bisa
datang dari beberapa gangguan dan frustrasi kecil. Itulah mengapa
kita perlu tahu bagaimana caranya mengatasi kekecewaan kecil
sehari-hari dan memunyai perspektif yang benar terhadap semua itu.
Jika tidak, mereka dapat menjadi tidak terkendali dan meledak
melebihi batasan.
Contohnya, bayangkan Anda memulai hari Anda dengan rencana dan
jadwal di kepala Anda, dan Anda sudah cukup frustrasi dengan itu.
Dalam perjalanan Anda ke kantor, jalanan yang macet membuat Anda
terlambat. Lalu, ketika Anda akhirnya mulai bekerja, Anda mendengar
seseorang di kantor menyebarkan gosip tentang Anda. Anda membuat
kopi untuk menenangkan diri Anda, tapi kopinya tak sengaja tertumpah
di baju Anda, yang hanya membuat masalahnya semakin rumit karena
Anda akan menghadiri pertemuan (meeting) dengan atasan, dan Anda
tidak punya waktu untuk berganti pakaian!
Menghadapi hal-hal itu satu persatu secara terpisah memang terasa
mengganggu, tapi ketika mereka semakin menumpuk, itu akan menjadi
tak tertahankan. Lalu, dalam waktu yang hampir bersamaan, Anda
mendapat laporan dari dokter tentang sesuatu hal yang tidak Anda
harapkan. Dan puncaknya, tunangan Anda menelepon, mengancam untuk
membatalkan pernikahan Anda dengannya walaupun semua undangan telah
dikirim! Bagaimana Anda akan menanggapinya? Apakah Anda akan tetap
beriman, atau menemukan diri Anda penuh ketakutan dan sedang
mengarah menuju kekecewaan dan keputusasaan? Semua kekecewaan dan
frustrasi kecil terhadap kemacetan, gosip di kantor, dan kopi yang
tertumpah, telah menjadi sebuah bencana. Dan ketika Anda menghadapi
beberapa masalah serius, seperti penyakit atau hubungan yang gagal,
Anda menemukan diri Anda tidak siap untuk menghadapi semua itu.
Jadi, Anda terjatuh menuju ketiadaan pengharapan dan keputusasaan.
Apa yang Anda lakukan saat kekecewaan datang? Saat kekecewaan
memberatkan Anda seperti sebuah batu besar, Anda bisa membiarkannya
menekan Anda sampai Anda merasa patah semangat, bahkan menjadi
benar-benar menyerah, atau Anda bisa menggunakannya sebagai batu
loncatan kepada hal-hal yang lebih baik. Belajarlah untuk
beradaptasi dan menyesuaikan diri. Anda bisa melakukannya! Hadapi
kekecewaan dan cepatlah membuat penyesuaian yang dibutuhkan untuk
menangani situasi itu. Tuhan memunyai hal-hal yang lebih baik untuk
Anda, dan Dia akan menolong Anda. Dia mengatakan dalam Ibrani 13:5,
"... Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku
sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau."
Daripada berkonsentrasi pada semua masalah Anda dan menjadi putus
asa, arahkan fokus Anda kepada Tuhan dan renungkan janji-janji-Nya
kepada Anda. Anda mungkin telah terjatuh, tapi Anda tidak harus
tetap tergeletak. Tuhan selalu siap, mau, dan mampu untuk mengangkat
Anda kembali. Bangkitlah, walaupun itu berarti Anda membutuhkan
waktu dan proses.
Diambil dan disunting seperlunya dari:
Nama situs: Jawaban.com
Penulis: Joyce Meyer
Penerjemah: Tidak disebutkan
Alamat URL: http://jawaban.com/news/spiritual/detail.php?id_news=080828190021
TELAGA _______________________________________________________________
MELAWAN KEPUTUSASAAN
Rasa putus asa tidak datang pada diri seseorang tanpa sebab. Ada
beberapa hal yang bisa menyebabkan seseorang menjadi putus asa dan
seolah-olah tidak berdaya lagi melanjutkan hari-harinya. Berikut
ringkasan perbincangan dengan Pdt. Paul Gunadi mengenai putus asa
dan bagaimana mengatasinya. Selamat menyimak.
T: Sebenarnya keputusasaan itu apa?
J: Keputusasaan adalah lenyapnya pengharapan akan terjadinya sesuatu
yang kita dambakan. Sebetulnya kita pernah mengalami
keputusasaan, tapi mungkin yang membedakan adalah derajatnya atau
berapa parahnya. Kita pernah kehilangan pengharapan akan
terjadinya sesuatu yang sudah kita rindukan, yang kita pikirkan
akan kita peroleh, tetapi akhirnya kita tidak bisa menikmati.
Lalu lenyaplah pengharapan, itulah yang menimbulkan keputusasaan.
T: Kalau dikatakan lenyap, itu berarti sudah tidak bisa diharapkan
lagi?
J: Betul, jadi selama masih ada pengharapan, tidak ada keputusasaan.
Keputusasaan hanyalah muncul tatkala kita sudah benar-benar
merasakan ini final, tidak ada lagi yang bisa kita harapkan, yang
kita dambakan itu tidak mungkin lagi datang kepada kita.
T: Kalau begitu, bagaimana bisa tahu bahwa kita sedang berputus asa?
J: Ada beberapa cirinya, yang pertama adalah kita merasakan
kesedihan yang dalam. Keputusasaan sebetulnya adalah rasa
kehilangan. Saat pengharapan lenyap, apa yang kita dambakan tidak
bisa menjadi kenyataan, sebetulnya yang terjadi adalah kita
memasuki proses kehilangan. Proses kehilangan melahirkan reaksi
dukacita, reaksi dukacita adalah reaksi kesedihan atas hilangnya
sesuatu atau seseorang yang sangat bermakna bagi kita. Jadi, ciri
pertama biasanya adalah kita mengalami kesedihan yang dalam.
T: Selain hal itu, apa tanda lainnya?
J: Rasa kecewa. Rasa kecewa muncul tatkala pengharapan tidak bisa
kita realisasikan, yang kita nantikan tak mungkin kembali lagi.
Waktu terjadi keputusasaan, yang muncul adalah kemurungan dan
juga kekecewaan yang dalam karena yang dinantikan tidak menjadi
kenyataan, dampaknya sangat tragis. Keputusasaan itu melahirkan
ciri atau gejala yang bisa diamati, salah satunya adalah rasa
kecewa yang dalam.
T: Selain kekecewaan dan kesedihan, apakah ada ciri yang lain?
J: Rasa apatis, rasa tidak peduli lagi. Orang yang putus asa
cenderung bersikap masa bodoh. Mereka tidak lagi memunyai
pengharapan pada orang di sekitar mereka, mereka sudah memvonis
bahwa tidak ada yang bisa dikerjakan atau dilakukan oleh orang
lain. Jadi, mereka hanya bisa pasrah menerima nasib mereka, salah
satu respons yang biasanya muncul adalah rasa tidak peduli,
apatis sekali. Itu sebabnya kalau kita ingin menolong orang yang
sedang berada dalam kondisi putus asa itu tidak mudah, karena
pertama-tama kita harus membangkitkan kembali motivasi yang
sudah terhilang. Mereka sudah tidak lagi mau peduli pada apa pun
yang kita katakan dan jalan apa pun yang kita tawarkan sebab
mereka sudah putus asa.
T: Itu berbeda dengan orang yang tidak peduli?
J: Ada bedanya, ada orang-orang yang memang memunyai bawaan sikap
tidak peduli dengan orang, hanya mengurus dirinya sendiri, tapi
tidak putus asa. Orang-orang seperti ini hanyalah orang yang
memang mungkin sangat privat sekali, tidak mau mengganggu orang
dan tidak suka diganggu orang, jadi akhirnya rasa kepedulian
terhadap sesama juga berkurang. Kalau ini tidak, bisa jadi orang
yang tadinya sangat memedulikan sesamanya, mau membantu orang
lain, akhirnya saat keputusasaan menimpanya ,dia tidak lagi
memunyai keinginan tersebut.
T: Ciri lain selain rasa sedih, kecewa, dan apatis?
J: Yang lainnya lagi adalah rasa ingin mengakhiri hidup. Jadi,
lenyapnya pengharapan yang kita dambakan (apalagi yang
didambakan itu bermakna buat kita) biasanya akan membuat kita
berpikir buat apa hidup. Kita akan kehilangan makna hidup atau
tujuan hidup. Ini bisa saya kaitkan dengan seseorang yang
misalkan kehilangan suami atau istri atau anak atau orang tua
yang sangat dikasihi. Yang terberat adalah tatkala kita berpikir
bahwa sepeninggalnya orang tersebut, tidak akan ada orang lain
yang bisa menggantikannya, tidak akan ada lagi yang bisa
menduduki posisi itu. Misalnya, kita terbiasa hidup dengan
pasangan kita tahun demi tahun dan sekarang sudah berlangsung
selama 30 tahun, lalu kita harus kehilangan dia. Yang sangat
memukul sebetulnya bukan kehilangan itu sendiri, tapi pemikiran
bahwa setelah dia pergi, tidak akan ada lagi seseorang di samping
yang bisa menemani, mencintai dan dicintai, bercengkerama.
Kehilangan pengharapan akan adanya "moment-moment" yang spesial
seperti itulah yang bisa membuat kita akhirnya putus asa.
T: Rasa ingin mengakhiri hidup itu sungguh-sungguh mau mengakhiri
hidup atau cuma sekadar luapan emosinya saja?
J: Pada awalnya, semuanya memang bersumber dari luapan emosi, tapi
riset memerlihatkan orang yang bunuh diri adalah orang yang
pernah mencoba bunuh diri. Artinya, orang yang berhasil mati
karena bunuh diri adalah orang yang sebelumnya pernah mencoba,
bisa sekali atau berkali-kali, tapi tidak berhasil. Misalkan
makan atau menelan pil, tapi keburu diselamatkan atau hal-hal
yang lainnya. Berikutnya, orang yang pernah mencoba bunuh diri
adalah orang yang pernah berkata-kata bahwa dia akan bunuh diri
meskipun belum ada tindakannya. Terakhir, orang yang pernah
berkata ingin bunuh diri adalah orang yang awalnya berpikir
tentang kematian dan mau mati. Jadi, kaitannya atau urutannya
seperti itu.
T: Tadi sudah ada empat ciri, apakah mungkin itu merupakan suatu
campuran dari keempatnya, atau dari ketiganya, atau berdiri
sendiri-sendiri, atau bagaimana?
J: Biasanya keempatnya memang ada, tapi kita bisa membedakan dari
sudut derajatnya, seberapa besar kecilnya. Sudah tentu rasa ingin
mengakhiri hidup itu adalah puncak segalanya. Kalau sudah ada
rasa murung, kecewa, dan tidak peduli yang dalam, biasanya
langkah terakhir atau respons terakhir adalah buat apa hidup.
T: Perasaan-perasaan itu muncul pasti ada penyebab atau sumbernya,
apa yang menyebabkannya?
J: Salah satu penyebab keputusasaan yang paling umum adalah
penderitaan yang tak kunjung berakhir. Tapi kalau kita menderita,
sebetulnya tanpa disadari kita memberikan jadwal atau
memberikan batas waktu, seolah-olah kita ini memunyai jam dalam
hati kita atau jiwa kita kapan seharusnya penderitaan itu
berakhir. Sewaktu penderitaan itu tak kunjung berakhir, meskipun
sudah jatuh tempo menurut penanggalan jiwa kita, reaksi yang
muncul adalah keputusasaan.
T: Tetapi sebenarnya apakah jadwal itu bisa mundur?
J: Ada orang-orang yang berhasil melewati tanpa putus asa, yaitu
orang-orang yang berhasil menarik jadwal itu atau batas temponya
dan dia akan berkata, "Memang ini porsi hidupku", dan dia akan
lewati hari lepas hari. Orang yang tidak berhasil mengundurkan
batas temponya itulah orang yang akan akhirnya melewati
keputusasaan.
T: Apa penyebab yang lain?
J: Yang lainnya adalah penantian akan yang lebih baik ternyata tidak
terwujud. Jadi, saat kita akhirnya sadar bahwa yang kita dambakan
itu lenyap, biasanya ada satu harapan tersirat, yaitu mungkin
akan mendapatkan yang lainnya. Sesuatu yang tidak seideal yang
kita dambakan, tapi satu tingkat di bawahnya. Karena secara
alamiah kita berpikir atau memunyai pengharapan seperti itu, maka
kita akan menginvestasikan penantian kita. Saat yang kita
nantikan itu tidak terwujud, kita putus asa sebab yang ideal
tidak kita dapatkan. Yang di bawah ideal yang kita juga harapkan
itu pun tidak datang, akhirnya kita terpaksa memakan yang paling
buruk, menelan yang paling pahit; itu yang sering kali memukul
kita.
T: Apakah ada contoh konkret di dalam Alkitab sehubungan dengan
keputusasaan?
J: Di Mazmur 10, sekaligus kita melihat jawaban-jawaban dari firman
Tuhan. Mazmur 10:1, "Mengapa Engkau berdiri jauh-jauh ya Tuhan,
dan menyembunyikan diri-Mu dalam waktu-waktu kesesakan." Teriakan
mengapa Tuhan menyembunyikan diri, bahasa yang sangat kuat sekali
seolah-olah Tuhan memang tidak mau menolong. Ayat ke-12 disambung
lagi: "Bangkitlah Tuhan ya Allah, ulurkanlah tangan-Mu, janganlah
lupakan orang-orang yang tertindas." Jadi, dalam keadaan sesak,
tertekan, dan putus asa, kita cenderung menuduh Tuhan seolah-olah
sengaja bersembunyi dan sengaja tidak mau menolong kita yang
tertindas, itu kondisi kita dalam keadaan putus asa. Tapi
pemazmur tidak berhenti di situ, dia melanjutkan di Mazmur 10:14,
"Engkau memang melihatnya sebab Engkaulah yang melihat kesusahan
dan sakit hati, supaya Engkau mengambilnya ke dalam tangan-Mu
sendiri. Kepada-Mu-lah orang lemah menyerahkan diri, untuk anak
yatim Engkau menjadi penolong." Jadi langsung pemazmur menjawab,
Tuhan melihat penderitaan manusia, pemazmur tidak berhenti pada
teriakan, tidak berhenti mengapa Tuhan bersembunyi, tapi dia
langsung berkata Tuhan melihat, ini adalah pernyataan imannya dan
ditutup dengan Mazmur 10:17 yang berkata: "Keinginan orang-orang
tertindas telah Kau dengarkan ya Tuhan, Engkau menguatkan hati
mereka, Engkau memasang telinga-Mu untuk memberi keadilan kepada
anak yatim dan orang yang terinjak, supaya tidak ada lagi seorang
manusia di bumi yang berani menakut-nakuti." Terakhir, pemazmur
berkata: "Tuhan bertindak". Jadi, di masa keputusasaan, hati
harus diimbangi dengan kepala, itu nasihatnya. Artinya, meskipun
hati berteriak, mengeluh, meraung-raung, jangan sampai kepala
tidak bersuara. Kepala adalah ingatan akan firman Tuhan, ingatan
akan siapa Tuhan. Tuhan kita bukanlah Tuhan yang kejam,
yang jahat, yang senang melihat anak-anak-Nya kesusahan dan
menderita. Kalau Dia Tuhan yang jahat, Dia tidak akan mati di
kayu salib untuk dosa kita. Jadi, bukti bahwa Tuhan mengasihi
kita dan Tuhan adalah Tuhan yang baik adalah bukti sejarah, Dia
telah mati untuk dosa kita, jangan sampai kesusahan hidup kita
akhirnya menutupi fakta yang sudah sangat jelas itu.
T: Tapi biasanya hal-hal seperti itu tidak teringat lagi oleh
seseorang yang sedang putus asa. Perasaannya menutupi pikirannya,
itu bagaimana?
J: Sering kali demikian, maka pada awalnya, sewaktu kita sudah mulai
merasakan keputusasaan, kita harus langsung melawannya dengan
firman Tuhan, dengan berdoa mengingatkan lagi bahwa Tuhan tidak
seperti yang kita rasakan. Biarkan pikiran kitalah yang memandu
langkah hidup kita, bukan perasaan kita lagi. Langkah yang
lainnya lagi, yang praktis dan yang bisa kita lakukan, adalah
bersekutu dengan sesama kita, cari orang lain, bicara dengan
orang lain, dan izinkan orang untuk menguatkan kita.
Sajian di atas kami ambil/edit dari isi kaset TELAGA No. T101B
yang telah diringkas/disajikan dalam bentuk tulisan.
Jika Anda ingin mendapatkan transkrip lengkap kaset ini lewat
e-mail, silakan kirim surat ke: < owner-i-kan-konsel(at)hub.xc.org>
atau < TELAGA(at)sabda.org >. Atau kunjungi situs TELAGA di:
==> http://www.telaga.org/transkrip.php?melawan_keputusasaan.htm
BIMBINGAN ALKITAB ____________________________________________________
KETIKA TIADA BERPENGHARAPAN
Pengharapan adalah satu dari nilai yang utama dalam iman
kekristenan. "Demikianlah tinggal ketiga hal ini ...," kata Rasul
Paulus dalam 1 Korintus 13:13: "Iman, pengharapan, dan kasih." Dalam
Perjanjian Baru, kata pengharapanlah yang paling banyak digunakan.
Hal ini sangatlah menyedihkan karena sesuatu yang nyata dalam firman
Tuhan hilang dalam kehidupan manusia.
Kita harus dapat membedakan antara "pengharapan" yang digunakan
dalam Alkitab dan pengharapan yang digunakan dalam percakapan
sehari-hari. Sering kali, kita mendengar orang berkata, "Kuharap
segala sesuatu akan membaik," atau "Aku mengharapkan kenaikan gaji,"
tetapi Alkitab tidak memberikan jaminan apa pun atas hal-hal yang
kita "harapkan". Ketika Alkitab berkata tentang "pengharapan", hal
itu berarti Alkitab membicarakan suatu kepastian sebagai seorang
Kristen bahwa rencana Tuhan tidak pernah gagal dan bahwa semua
janji-janji-Nya akan dinyatakan. Dengan berpegang pada fakta-fakta
tersebut, kita mampu untuk menghadapi dan menangani segala keadaan
kehidupan kita di mana harapan dan ambisi dunia kita hancur.
Sesuatu yang memberikan seorang Kristen seperti penulis Kitab Ibrani
katakan: "Pengharapan itu adalah sauh yang kuat dan aman bagi jiwa
kita" (Ibrani 6:19), adalah kenyataan bahwa Tuhan memerintah. Apakah
Anda menyadari bahwa dalam firman Tuhan, ketika hamba-hamba Tuhan
berada dalam kesulitan, mereka diberikan penglihatan akan takhta
yang kekal? Yesaya, Daud, Yehezkiel, dan Rasul Yohanes. Mengapa
sebuah takhta? Karena Tuhan memerintah dari takhta-Nya, dan walaupun
keadaan terlihat sebaliknya, Ia selalu memegang kendali. Pengharapan
(atau kepastian) bahwa rencana Allah akan terus berjalan dalam
kehidupan kita walaupun rencana kita gagal, berlaku bagai sebuah
sauh bagi jiwa. Itu yang tidak boleh kita lupakan.
"Bapa yang kudus dan penuh kasih, biarkan pengharapan yang `pasti
dan setia` membuatku aman dan yakin, khususnya ketika pengharapan
kami tidak terjadi. Semuanya berjalan sesuai kehendak-Mu. Biarlah
aku senantiasa bersukacita di dalamnya."
Referensi Alkitab
1. Hal pertama yang harus dilakukan ketika sedang berada dalam
kesulitan.
1 Timotius 2:8, "Oleh karena itu aku ingin, supaya di mana-mana
orang laki-laki berdoa dengan menadahkan tangan yang suci, tanpa
marah dan tanpa perselisihan.", 2. Mengerti maksud yang tersembunyi di balik pencobaan.
Yakobus 1:2-4, "Saudara-saudaraku, anggaplah sebagai suatu
kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai-bagai
pencobaan, sebab kamu tahu, bahwa ujian terhadap imanmu itu
menghasilkan ketekunan. Dan biarkanlah ketekunan itu memeroleh
buah yang matang, supaya kamu menjadi sempurna dan utuh dan tak
kekurangan suatu apapun.", 3. Melekat erat dengan Allah.
Mazmur 57:2, "Kasihanilah aku, ya Allah, kasihanilah aku, sebab
kepada-Mulah jiwaku berlindung; dalam naungan sayap-Mu aku akan
berlindung, sampai berlalu penghancuran itu.", 4. Tuhan selalu memampukan kita.
Mazmur 34:18, "Apabila orang-orang benar itu berseru-seru, maka
TUHAN mendengar, dan melepaskan mereka dari segala kesesakannya.", 5. Mengapa kita tidak boleh hilang kepercayaan kepada Allah.
Mazmur 71:20, "Engkau yang telah membuat aku mengalami banyak
kesusahan dan malapetaka, Engkau akan menghidupkan aku kembali,
dan dari samudera raya bumi Engkau akan menaikkan aku kembali.", 6. Ingatkan diri Anda akan pembebasan ilahi yang pernah terjadi.
Mazmur 77:12-13, "Aku hendak mengingat perbuatan-perbuatan TUHAN,
ya, aku hendak mengingat keajaiban-keajaiban-Mu dari zaman
purbakala. Aku hendak menyebut-nyebut segala pekerjaan-Mu, dan
merenungkan perbuatan-perbuatan-Mu.", 7. Janji yang takkan pernah ingkar.
Mazmur 34:19, "TUHAN itu dekat kepada orang-orang yang patah
hati, dan Ia menyelamatkan orang-orang yang remuk jiwanya.", 8. Semua boleh gagal, tetapi Tuhan tidak pernah.
Mazmur 46:2-3, "Allah itu bagi kita tempat perlindungan dan
kekuatan, sebagai penolong dalam kesesakan sangat terbukti. Sebab
itu kita tidak akan takut, sekalipun bumi berubah, sekalipun
gunung-gunung goncang di dalam laut."
Diambil dan disunting seperlunya dari:
Judul buku: Buku Pintar Konseling Krisis
Penulis: Selwyn Hughes
Penerjemah: Genesis Team
Penerbit: PT. Bethlehem Publisher, 2002
Halaman: 52 -- 55
INFO _________________________________________________________________
WAJAH BARU SITUS TELAGA
http://www.telaga.org/
Situs Tegur Sapa Gembala Keluarga (TELAGA) yang kita kenal lewat
beberapa siaran radio di Indonesia, kini hadir dengan wajah baru.
Situs yang juga punya kolom khusus di publikasi e-Konsel ini
sekarang hadir lebih interaktif dan menarik. Selain bisa mendapatkan
transkrip dan ringkasan perbincangan para pakar konseling, kini
narasumber dan perbincangannya juga dikelompokkan tersendiri.
Tambahan fasilitas baru di situs ini adalah pengunjung bisa
berinteraksi dengan mereka melalui fasilitas blog dan fasilitas beri
komentar. Meskipun saat ini baru disediakan fasilitas beri komentar,
namun harap sabar karena beberapa fasilitas lainnya akan segera
ditambahkan. Kiranya tampilan baru ini bisa semakin memperlengkapi
pelayanan kita.
_______________________________e-KONSEL ______________________________
Pimpinan Redaksi: Christiana Ratri Yuliani
Staf Redaksi: Evie Wisnubroto
Penanggung Jawab Isi Dan Teknis Yayasan Lembaga SABDA
INFRASTRUKTUR dan DISTRIBUTOR Sistem Network I-KAN
Copyright(c) 2008
YLSA -- http://www.ylsa.org/
Katalog -- http://katalog.sabda.org/
Rekening: BCA Pasar Legi Solo No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati
______________________________________________________________________
Anda punya masalah/perlu konseling? atau ingin mengirimkan
Informasi/artikel/bahan/sumber konseling/surat/saran/pertanyaan/dll.
silakan kirim ke:
konsel(at)sabda.org atau owner-i-kan-konsel(at)hub.xc.org
Berlangganan: subscribe-i-kan-konsel(at)hub.xc.org
Berhenti: unsubscribe-i-kan-konsel(at)hub.xc.org
ARSIP: http://www.sabda.org/publikasi/e-konsel/
Situs C3I: http://c3i.sabda.org/
Network Konseling: http://www.in-christ.net/komunitas_umum/network_konseling
______________________________________________________________________
|
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |