|
Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
https://sabda.org/https://sabda.org/publikasi/e-konsel/156 |
|
e-Konsel edisi 156 (17-3-2008)
|
|
Edisi (156) -- 15 Maret 2008
e-KONSEL
======================================================================
Milis Publikasi Elektronik Pelayanan Konseling Kristen
======================================================================
Daftar Isi:
= Pengantar : Belajar Mengolah Emosi
= Renungan Paskah : Ajaib
= Cakrawala : Mengatur Suhu Emosi
= Tips : Prinsip-Prinsip Praktis Mengendalikan Amarah
= Info 1 : Sabda.org dan In-Christ.Net Pindah Server
= Info 2 : Lowongan Pekerjaan YLSA -- Editor dan
Penerjemah
========== PENGANTAR REDAKSI ==========
Pernahkah Pembaca mendapati seseorang yang sangat terampil dalam
mengendalikan emosinya? Dan pernahkah juga Pembaca mendapati
seseorang yang sangat mudah meluapkan emosinya tanpa memerhatikan
situasi dan kondisi sekelilingnya? Dua keadaan yang sangat kontras
ini menggambarkan satu poin yang sangat penting, yaitu kemampuan
seseorang dalam mengendalikan emosinya. Menyambung topik edisi lalu,
kali ini kita akan belajar bagaimana kita dapat mengolah emosi agar
tidak merugikan orang lain maupun diri sendiri.
Tak lupa, untuk menyiapkan diri memperingati Jumat Agung dan Paskah,
Redaksi menyajikan renungan singkat yang berjudul "Ajaib". Kiranya
renungan ini bisa menolong Pembaca memaknai lebih dalam lagi arti
Jumat Agung dan Paskah bagi kehidupan rohani kita.
Segenap Redaksi e-Konsel mengucapkan selamat Paskah bagi Pembaca
sekalian. Tuhan memberkati!
Pimpinan Redaksi e-Konsel,
Christiana Ratri Yuliani
========== RENUNGAN PASKAH ==========
AJAIB
Ayat bacaan: Yesaya 9:1-7
Ketika Yesus memasuki kota Yerusalem dengan menunggangi seekor
keledai, kerumunan orang banyak berseru-seru, "Hosana bagi Anak
Daud!" (Mat. 21:9) Kemudian dalam minggu yang sama, segerombolan
orang berteriak menginginkan penyaliban-Nya (27:22). Beberapa orang
mengenali Dia sebagai seseorang seperti yang digambarkan oleh
Yesaya, yaitu Ajaib (Yes. 9:6).
Bila ada seseorang yang pantas untuk dipanggil dengan nama tersebut,
itulah Yesus. Ia ajaib dalam keilahian-Nya dan di dalam kasih-Nya
yang tidak egois, yang membawa Dia dari gemerlap kemuliaan di surga
ke dalam kegelapan dunia yang terkutuk karena dosa. Ia ajaib karena
kelahiran-Nya dari seorang perawan, ajaib di dalam kemenangan-Nya,
pelayanan hidup yang tak berdosa, ajaib dalam pengajaran-Nya, ajaib
dalam kematian-Nya yang menggantikan kita, ajaib di dalam
kebangkitan-Nya yang menakjubkan, dan ajaib di dalam kenaikan-Nya ke
surga.
Seseorang telah mengamati, "Di dalam Kristus kita memiliki kasih
yang tidak akan pernah dapat diukur kedalamannya, suatu hidup yang
tidak dapat mati, sebuah damai yang tidak akan dapat dimengerti,
ketenangan yang tidak akan pernah dapat diganggu, sukacita yang
tidak akan pernah lenyap, harapan yang tidak akan pernah
mengecewakan, kemuliaan yang tidak akan pernah suram, cahaya yang
tidak akan pernah redup, dan sumber rohani yang tidak akan pernah
lelah."
Apakah Anda mengasihi sang Ajaib? Ia akan membuat kehidupan Anda di
sini menjadi penuh dengan keajaiban, dan kehidupan sesudahnya penuh
dengan kesukacitaan! (HGB)
Ajaib, ajaib, Yesus sungguh ajaib bagiku;
Dialah Penasihat Agung, Raja Damai, Allah Penguasa;
Yang telah menyelamatkanku dari dosa dan cemar,
Ajaib Juru Selamatku, terpujilah nama-Nya. (Lilenas)
PIKIRKANLAH BETAPA MENAKJUBKANNYA YESUS
Diambil dari:
Judul Buku: Kemenangan Dalam Kebangkitan (Edisi Khusus Paskah)
Penulis : Tidak dicantumkan
Penerbit : RBC Ministries, Jakarta 2004
Halaman : 7
========== CAKRAWALA ==========
MENGATUR SUHU EMOSI
Salah seorang dosen saya di seminari mengatakan bahwa dosa,
"hamartia", bukan saja telah merusak relasi manusia dan Tuhan, dosa
juga merusak tatanan hidup manusia secara psikologis. Hamartia yang
bermakna "tidak mencapai sasaran yang tepat", dapat juga diartikan
"kelebihan atau kekurangan" -- tidak tepat sasaran. Inilah salah
satu persinggungan antara psikologi dan teologi. Nah, dalam
kerangka pikir inilah saya berniat membahas masalah pengaturan emosi
dalam relasi pernikahan.
Saya kira masalah utama dalam pengaturan emosi ialah masalah
kelebihan dan kekurangan. Maksud saya, kalau bukan mengumbar emosi,
kita menyumbat emosi alias tidak cukup mengekspresikannya. Sering
kali hal-hal seperti inilah yang muncul dalam pernikahan, dan sudah
tentu kondisi ini tidak sehat untuk pernikahan.
Jenis Relasi dari Sudut Emosi
-----------------------------
Berangkat dari bingkai "kelebihan dan kekurangan", kita bisa membagi
masalah pengaturan emosi dalam tiga jenis, dan ketiga jenis ini
merefleksikan tipe relasi dan kepribadian suami-istri.
Tipe pertama adalah tipe ketel mendidih; saya menjulukinya ketel
mendidih sebab baik suami maupun istri tergolong vokal dan ekspresif
dalam mengungkapkan emosinya. Tipe ini mudah bergejolak dan tidak
tahan dengan hati yang panas. Bak kecipratan air panas, orang dengan
tipe ini langsung mengibaskan air panas itu tanpa memedulikan siapa
yang berada di dekatnya dan apa dampak perbuatannya terhadap orang
lain. Yang penting adalah ia berhasil meredakan suhu panas yang
menempel di kulit hatinya.
Tipe ketel mendidih adalah tipe yang mudah meledak namun gampang
melupakan pula. Dengan kata lain, suami-istri yang masuk dalam
kategori ini sering bertengkar tetapi pertengkaran mereka biasanya
tidak berlangsung berminggu-minggu. Masalahnya adalah, meski tidak
berminggu-minggu, setiap minggu mereka akan bersitegang dan kalau
tidak berhati-hati, akan mudah sekali terjadi pemukulan dan
penganiayaan.
Sekali lagi saya tekankan, orang tipe ketel panas ini tidak bisa
hidup dengan hati yang panas. Hati panas harus didinginkan dengan
seketika dan caranya adalah dengan mengeluarkan uap panas itu dengan
segera. Jadi, letak problemnya bukan pada ketidakadaan sistem
kontrol; problemnya terletak pada sistem kontrol itu sendiri. Sistem
itu mengendalikan suhu panas dengan cara memuntahkan uap panas ke
luar dan ia tidak tahu cara lainnya.
Tipe kedua adalah tipe kapuk; saya memanggilnya kapuk karena kapuk
bukanlah pengantar panas yang baik. Itulah sebabnya kapuk digunakan
untuk membungkus pegangan kuali panas atau benda panas lainnya;
dengan adanya lapisan kapuk, tangan kita terlindung dari suhu panas.
Problem utama dengan suami-istri berkategori kapuk ini adalah mereka
kurang mengeluarkan emosi, begitu kurangnya sehingga dapat dikatakan
mereka jarang membagi perasaan dengan pasangan. Segala sesuatu yang
dianggap dapat mengganggu stabilitas relasi akan diredam dan kalau
bisa, disangkali keberadaannya.
Pasangan dengan tipe ini jarang bertengkar namun mereka juga tidak
terlalu intim. Keintiman menuntut keterbukaan dan bagi orang dengan
tipe ini, keterbukaan bukanlah sesuatu yang terjadi dengan alamiah.
Suami-istri tipe kapuk memilah hidup mereka dengan saksama dan hanya
menyatukan bagian hidup mereka yang relatif ringan -- tidak
mengundang risiko terjadinya konflik. Mereka bergantung pada daya
lupa dan rasionalisasi untuk menurunkan suhu panas di antara mereka.
Bak sabuk kapuk yang menutupi gagang ketel panas, mereka menggunakan
daya lupa dan rasionalisasi untuk menyerap suhu panas itu dan
memang, setelah beberapa saat, suhu panas itu akan turun.
Masalah timbul bila daya lupa kita berkurang dan problem malah
bertambah. Dalam kondisi seperti itu, akhirnya kita terpaksa
mengingat peristiwa yang terjadi sebab besaran masalah yang (ingin)
dilupakan tidak sebanding dengan besaran problem yang muncul.
Masalah juga dapat muncul tatkala daya rasionalisasi berkurang,
artinya kita gagal menghibur diri dengan cara menambah pengertian
kita akan kondisi pasangan. Pada akhirnya kita berkata, kita tidak
lagi dapat atau mau memahami kondisi pasangan. Di saat itulah sabuk
kapuk tidak lagi berfungsi optimal menyerap panas dan akhirnya suhu
panas terasakan. Dapat kita duga, jika ini yang terjadi, berarti
panas itu sudah sangat panas dan kesanggupan untuk berasionalisasi
dan melupakan telah meleleh. Dengan kata lain, pada titik itu,
kapasitas untuk menyelesaikan problem dengan rasional sudah menguap.
Masalah menjadi sulit dipecahkan.
Tipe ketiga adalah tipe kombinasi antara ketel panas dan kapuk. Jadi
di sini, yang satu berjenis ketel panas dan yang satunya berjenis
kapuk; keduanya bersatu dalam pernikahan. Sebagaimana tipe lainnya,
tipe ini pun memiliki kekuatan dan kelemahannya. Kekuatannya adalah
mereka bisa saling mengimbangi. Jika yang satu sedang meluapkan suhu
panasnya, yang lain dapat menyerap suhu panas itu tanpa perlawanan
berarti. Atau, bila yang satu mengunci diri dan menolak untuk
menyuarakan ketidaksukaannya, yang lain akan merasa terganggu dengan
sikap diam itu dan memaksanya untuk berkata-kata. Dengan cara
seperti inilah problem di antara mereka lebih cepat terselesaikan.
Kelemahannya ialah, jika tidak berhati-hati, yang berjenis kapuk
akan mudah merasa tertekan oleh uap panas yang dilontarkan dengan
begitu mudahnya. Sebaliknya, yang berjenis ketel panas malah
"menikmati" kebebasannya memuntahkan uap panas sebab pasangannya
tidak bereaksi dan hanya menerima. Mungkin kita dapat menebak akhir
dari relasi seperti ini: mereka akan makin renggang sebab yang
menyerap tidak lagi bersedia dekat atau intim dengan pasangannya. Ia
terlalu banyak menyimpan luka! Sebaliknya, yang bertipe ketel panas
akan makin frustrasi karena merasa diabaikan dan kondisi frustrasi
ini membuatnya makin agresif meluapkan kemarahannya. Demikianlah
siklus ini berawal dan terus berputar tanpa henti.
Penyelesaian
------------
Apa pun tipe kita, yang penting adalah kita mampu mengatur suhu
emosi -- meningkatkannya bila terlalu dingin dan menurunkannya jika
terlalu panas. Sebagaimana telah kita lihat, emosi merupakan elemen
yang menciptakan keintiman. Pengungkapan emosi membukakan lapisan-
lapisan pada diri kita dan mengundang pasangan untuk mengenal diri
kita secara lebih mendalam. Namun, pengungkapan emosi yang
berlebihan bisa menenggelamkan relasi nikah dan menghancurkan hati
pasangan. Bukannya mendekat, ia malah menjauh karena takut tersiram
air panas dari mulut kita, atau sebaliknya, ia menjauh sebab tidak
ada lagi respons dari kita sama sekali.
Saya kira kita semua rindu untuk menjadi orang yang dapat mengatur
suhu emosi dengan tepat. Kita mendambakan relasi yang intim tanpa
harus melelehkan hati orang yang kita kasihi dan kita menginginkan
relasi yang damai tanpa harus membekukan hatinya. Kita ingin menjadi
orang yang "tepat emosi" dan "tepat kata" sebagaimana dilukiskan
dengan begitu indahnya oleh firman Tuhan, "Perkataan yang diucapkan
tepat pada waktunya adalah seperti buah apel emas di pinggan perak."
(Amsal 25:11) Perjuangan kita adalah perjuangan mengeluarkan buah
apel emas dari mulut kita, bukan buah apel kecut, atau malah busuk.
Pertanyaannya adalah, bagaimanakah kita melakukannya dan hal inilah
yang akan kita telaah sekarang.
Memahami perbedaan
------------------
Pertama, kita mesti menyadari bahwa masalah pengaturan suhu emosi
merupakan masalah yang multidimensional. Penyederhanaan masalah
tidak akan memberi solusi, malah menimbulkan kesan penghakiman yang
semena-mena. Sekurang-kurangnya ada tiga dimensi yang perlu kita
perhatikan. Pertama adalah faktor kepribadian. Ada sebagian kita
yang bertemperamen flegmatis. Dan faktor kepribadian ini secara
langsung berpengaruh terhadap betapa mudah dan berkobarnya
pengekspresian emosi. Biasanya para insan flegmatis tidak begitu
cepat mengeluarkan emosi dan secara keseluruhan memang level
emosinya cenderung datar, berbeda dengan insan kolerik, sanguin, dan
melankolik yang cenderung lebih terbuka dan seketika.
Kedua, faktor pengalaman masa kecil. Sebagian dari kita terbiasa
mengutarakan emosi karena memang diizinkan oleh orang tua atau
sebaliknya, tidak diizinkan namun situasi rumah yang penuh konflik
membuat kita tergenangi oleh kemarahan. Akibatnya, kendati tidak
diizinkan secara verbal, pertengkaran demi pertengkaran orang tua
yang kita saksikan menanamkan benih emosi marah dan menciptakan pola
pengendalian emosi yang eksplosif. Kita tidak tahu cara lain untuk
mengomunikasikan emosi selain dengan berteriak atau membanting
barang. Dengan tersedianya cadangan emosi negatif di hati kita,
ledakan kemarahan lebih mudah tersulut. Di sini kita dapat melihat
bahwa pengalaman masa lampau berpengaruh besar terhadap pengaturan
suhu emosi.
Ketiga, faktor lingkungan hidup. Pernah saya berbincang-bincang
dengan seorang pemuda yang bertumbuh besar di lingkungan keras dan
kumuh di sebuah kota besar. Ia bercerita bahwa kekerasan sudah
menjadi bagian hidupnya sejak kecil dan pada akhirnya ia pun
terbiasa dengan pola hidup seperti itu. Sebaliknya, ada sebagian
kita yang dibesarkan di lingkungan yang santun dan cenderung
represif terhadap penyataan emosi. Tidak bisa tidak, lingkungan
tenang akan lebih mendorong kita untuk menahan emosi, bukan
mencetuskannya.
Saya berharap ketiga dimensi ini memberi kita sedikit pemahaman
terhadap kekompleksan masalah pengaturan suhu emosi. Jadi, kita
tidak dapat dan tidak seharusnya dengan cepat melabelkan seseorang
"kurang rohani" tatkala ia memunyai masalah dengan pengaturan
emosi. Bagi sebagian kita, pengaturan emosi tidak pernah menjadi
masalah; sebaliknya, bagi sebagian lainnya, pengaturan emosi selalu
menjadi masalah -- baik itu karena kelebihan maupun karena
kekurangan.
Fokus pada masalah
------------------
Masalah pengendalian emosi adalah masalah emosi, bukan masalah
kurang mencintai atau kurang peduli dengan keluarga. Acap kali kita
mengaitkan masalah emosi dengan hal lain dan ini dapat memerburuk
relasi nikah. Mungkin sulit untuk kita percaya bahwa orang yang bisa
membanting-banting barang tatkala marah sesungguhnya tetap mengasihi
kita dan bahwa cintanya kepada kita tidak berkurang setelah ia
marah. Contoh ekstrim ini (yang sudah tentu tidak saya anjurkan)
menegaskan bahwa memang masalah pengendalian emosi adalah masalah
emosi, bukan masalah cinta atau kurang memedulikan keluarga.
Jadi, bila kita bermasalah dengan pengendalian emosi,
sering-seringlah meyakinkan pasangan kita bahwa kita tetap
mengasihinya. Akuilah bahwa masalah kita yang utama adalah masalah
pengendalian emosi dan jangan salahkan orang lain atau situasi luar.
Salah satu godaan terbesar bagi kita yang memunyai masalah dengan
emosi adalah menyalahkan, baik itu pasangan atau anak atau faktor
luar lainnya, seakan-akan kita hanyalah si pemberi reaksi sedangkan
merekalah yang bertanggung jawab sebagai pemicu emosi kita. Atau
sebaliknya, jika kita cenderung diam dan menutup diri, kita
menyalahkan pasangan kita sebagai pihak yang bertanggung jawab
membuat kita kurang mengekspresikan emosi.
Dengan kata lain, fokuskan pada masalah juga berarti memfokuskan
pada tanggung jawab pribadi. Inilah langkah awal untuk mengatur
emosi. Dengan kita mengalihkan tanggung jawab ke pundak pribadi,
secara tidak langsung kita mengalihkan fokus masalah, dari "Kamu
membuat saya marah!" menjadi "Saya harus menguasai kemarahan saya!"
Jika kita tetap bertahan pada pandangan bahwa orang lainlah yang
membuat kita marah, kita menjadikan diri tidak berdaya dan berperan
sebagai korban semata. Dan, dengan menjadikan diri tidak berdaya dan
hanya berperan sebagai korban, kita benar-benar menjadi tidak
berdaya mengendalikan diri sendiri, seakan-akan kita berada pada
kemurahan orang belaka. Jika orang membuat kita marah, kita marah;
sebaliknya, bila orang tidak membuat kita marah, kitapun tidak akan
marah. Perspektif seperti ini melepaskan kita dari tanggung jawab
dan membuat kita tidak terlalu merasa bersalah tatkala kita
menghancurkan hidup orang lain.
Bergiliran
----------
Masalah pengendalian emosi sebenarnya adalah masalah
kekurangteraturan -- munculnya emosi secara tidak teratur. Jadi,
salah satu cara untuk memperbaikinya adalah dengan memasukkan
keteraturan ke dalam pola komunikasi kita. Sejak TK, kita belajar
untuk hidup teratur; masuk kelas dengan berbaris, berbicara
bergantian, bertanya bergiliran, dan seterusnya. Tanpa terasa, iklim
keteraturan mulai tercipta dan inilah rahasia mengapa suasana kelas
bisa berjalan dengan begitu adem -- tanpa banyak adegan dan gejolak.
Biasanya pertengkaran memburuk tatkala kita mulai berebut berbicara
-- laju percakapan bertambah cepat karena kita menganggap pasangan
tidak mendengarkan kita lagi atau kita merasa kian terdesak. Itulah
sebabnya penting bagi kita untuk menerapkan aturan "bicara
bergantian" di mana seseorang memunyai hak untuk berbicara dan
kewajiban untuk mendengarkan. Di dalam kerangka keteraturan ini,
luapan emosi lebih terkendali sebab kita tidak merasa diburu-buru
untuk menyampaikan isi hati kita. Keteraturan juga berfaedah bagi
sebagian kita yang mengalami kesulitan mengekspresikan emosi. Kita
"dipaksa" untuk menguraikan pendapat dan perasaan hati karena
giliran kita telah tiba. Singkatnya, keteraturan membantu kita untuk
mengatur emosi dan menyalurkannya dengan lebih bijak. Ternyata,
pelajaran TK ini sangat berfaedah sampai usia dewasa.
Kesimpulan
----------
Dalam praktik konseling, saya telah menjumpai pelbagai masalah rumah
tangga. Ada yang terganggu oleh kehadiran pria atau wanita lain, ada
yang terganggu oleh anak yang bermasalah, dan ada yang terganggu
oleh tragedi yang menimpa mereka. Namun, penyebab kehancuran rumah
tangga yang paling umum ternyata bukanlah salah satu dari ketiga
contoh yang saya sebut di atas. Emosi kitalah yang menghancurkan
relasi nikah jauh sebelum problem lain itu mengemuka, baik itu
ekspresi emosi yang berlebihan atau yang berkekurangan. Kesimpulan
akhirnya adalah, jika kita ingin menyelamatkan pernikahan kita jauh
sebelum masalah berat lainnya datang, mulailah dengan mengatur suhu
emosi kita -- sekarang?
Diambil dan diedit seperlunya dari:
Nama Situs: TELAGA
Penulis : Pdt. Dr. Paul Gunadi
URl : http://www.telaga.org/artikel.php?mengatur_suhu_emosi.htm
========== TIPS ==========
PRINSIP-PRINSIP PRAKTIS MENGENDALIKAN AMARAH
Memang baik jika kita mengerti apa itu amarah, penyebabnya,
bermacam-macam respons terhadapnya, penyataan Alkitab, reaksi yang
sehat dan tak sehat, dan sebagainya. Namun lebih dari itu, apa yang
Anda lakukan terhadap perasaan marah saat Anda mengalaminya sendiri.
Sebagai ringkasan, ada sepuluh prinsip praktis untuk menghadapi
perasaan marah dan mengendalikannya.
Camkanlah selalu bahwa sebagai orang Kristen, kita tidak dapat
mengendalikan amarah (atau masalah lain) dengan mengandalkan
kekuatan sendiri! Kita harus bersandar pada bimbingan dan kekuatan
Roh Kudus. Dan bimbingan Roh Kudus paling dibutuhkan jika seseorang
merasa dirinya baik tetapi sekaligus sedang marah.
Inilah sepuluh langkah praktis yang dapat Anda ambil.
1. Sadari reaksi emosi Anda. Tanyakan pada diri sendiri, "Apa yang
saya rasakan?", 2. Kenali perasaan-perasaan Anda dan akui bila Anda memiliki
perasaan tersebut. Mengakui perasaan marah tidak berarti Anda
harus menyatakannya.
3. Coba mengerti mengapa Anda marah. Apa penyebabnya? Kemarahan
sering timbul karena frustrasi. Kita frustrasi karena keinginan,
kerinduan, ambisi, harapan, dorongan, kehausan, atau kehendak
kita. Tanyakan pada diri Anda, "Apakah saya marah karena
frustrasi? Apa atau siapa penyebab frustrasi? Jalan positif
bagaimana yang dapat saya pikirkan?"
Alasan lain mengapa kita marah termasuk kemungkinan terluka,
baik secara fisik maupun emosi. Rasa aman kita terancam, dan
sebagai benteng pertahanan, kita marah. Adanya ketidakadilan,
baik terhadap orang lain, diri sendiri, maupun masyarakat.
Sering kali, amarah semacam ini disebut "marah suci" yang dapat
dibenarkan. Tetapi berhati-hatilah dan jangan mengizinkan amarah
Anda yang benar terhadap ketidakadilan dikacaukan oleh penyebab
amarah yang mendasar, yakni sikap mementingkan diri sendiri,
penyebab utama amarah pada sebagian besar manusia. Jika kita mau
jujur, kita menjadi sangat marah karena tidak dapat menjalankan
cara kita, dan tidak memeroleh yang kita inginkan.
4. Dapatkah Anda membangun situasi lain sehingga amarah tidak akan
timbul? Apa yang telah Anda lakukan, yang menyebabkan orang lain
bereaksi sedemikian rupa sehingga Anda marah?
5. Apakah marah adalah respons yang paling baik? Tuliskan
akibat-akibat jika Anda marah. Respons apa yang paling baik?
Apakah keramahan, simpati, dan pengertian dari orang lain dapat
menyelesaikan masalah? Dapatkah Anda mengakui perasaan Anda
kepadanya?
6. Apakah amarah Anda terlalu cepat muncul? Jika demikian, tariklah
napas dalam-dalam atau hitunglah sampai sepuluh sebelum Anda
marah. Pusatkan perhatian pada kelebihan dan kualitas positif
orang lain daripada kebobrokannya.
7. Apakah Anda terlalu kritis terhadap orang lain? Apa akibatnya?
Jangan terlalu curiga terhadap orang lain. Dengar apa yang mereka
katakan dan rasakanlah. Evaluasi komentar-komentar mereka
daripada menyalahkannya. Mungkin saja mereka memunyai sesuatu
yang ingin ditawarkan kepada Anda. Apakah amarah atau kekritisan
Anda yang berlebihan muncul dari keinginan untuk merasa diri
lebih baik? Apakah pendapat-pendapat Anda selalu tepat atau
dapatkah usul-usul tersebut diperbaiki? Perhalus bicara dan
reaksi Anda terhadap orang lain. Perhatikan sikap dan ekspresi
Anda yang akan menunjukkan penolakan dan kritik terhadap orang
lain. Dapatkah Anda mengungkapkan penghargaan dan pujian untuk
menggantikan kekritisan yang berlebihan?
8. Mungkin ada kalanya amarah atau sikap kritis yang berlebihan
dapat dibenarkan. Jika Anda akan mengungkapkannya, rencanakan
terlebih dulu dan nyatakan dengan kata-kata yang dapat diterima
orang lain. Gunakan waktu, kebijaksanaan, dan sertailah dengan
kerinduan untuk menolong orang lain, bukannya menjatuhkannya.
Carilah teman yang dapat diajak bicara dari hati ke hati dan Anda
dapat memeroleh masukan dari saran-sarannya. Akui perasaan Anda
dan mintalah bimbingannya.
Sediakan waktu untuk mendoakan kesulitan-kesulitan dalam
mengendalikan perasaaan. Akui keadaan Anda secara terbuka kepada
Allah. Mohon pertolongan-Nya. Hafalkan ayat-ayat Alkitab yang
berkaitan dengan amarah dan cara-cara berperilaku terhadap orang
lain. Hafalkan dan pahami ayat-ayat tersebut dan praktikkanlah
dalam hidup sehari-hari.
Diambil dari:
Nama situs: Indo Lead
Penulis : Lenny
Alamat URL: http://lead.sabda.org/?title=marah
========= INFO 1 =========
SABDA.ORG DAN IN-CHRIST.NET PINDAH SERVER
Puji Tuhan! Setelah situs-situs SABDA.org dan situs In-Christ.Net
mengalami beberapa kali masalah selama beberapa waktu (tidak dapat
diakses), akhirnya kami menemukan solusi dengan memindahkan server
SABDA.org dan In-Christ.Net ke tempat yang baru dan lebih besar.
Minggu pertama Maret 2008, situs-situs SABDA.org dan situs
In-Christ.Net sudah dapat diakses kembali. Kami sungguh mengucap
syukur karena bisa melewati masa-masa sulit ini dengan baik.
Proses pemindahan ke server yang baru dimulai pada hari Sabtu, 1
Maret 2008 yang lalu. Beberapa staf YLSA, dibantu oleh beberapa
sahabat YLSA, mengerjakan proses pemindahan yang cukup menegangkan
ini hingga Minggu pagi. Pertolongan Tuhan sungguh nyata dan semua
akhirnya bisa selesai dengan baik. Kami sungguh mengucap syukur
kepada Tuhan karena tanpa campur tangan-Nya, proses pemindahan data
yang begitu besar ini tidak mungkin dapat berlangsung dengan mulus.
Melalui kesempatan ini, kami juga mengucapkan terima kasih kepada
staf dan sahabat-sahabat YLSA yang telah membantu, terutama Sdr.
Daniel dan Sdr. Kalpin. Kerja keras Anda sungguh kami hargai. Kami
juga mengucapkan terima kasih kepada mereka yang telah memberikan
dukungan doa. Tuhan sungguh menjawab doa-doa kita.
Bersamaan dengan pemindahan situs-situs SABDA.org ke server yang
baru, maka kami memutuskan untuk sekaligus melakukan serangkaian
pembenahan dan peningkatan di situs-situs SABDA.org. Kami mohon
dukungan doa Anda semua, agar server baru yang telah Tuhan berikan
ini dapat digunakan semaksimal mungkin untuk pengembangan pelayanan
Tuhan di YLSA.
To God be the glory!
========= INFO 2 =========
LOWONGAN PEKERJAAN YLSA -- EDITOR DAN PENERJEMAH
Yayasan Lembaga SABDA (YLSA) <http://www.ylsa.org> adalah sebuah
yayasan Kristen yang terbeban dalam pelayanan dunia teknologi
informasi, khususnya dalam menyediakan Alkitab dan bahan-bahan
kekristenan secara tersambung (online). Saat ini YLSA membuka
lowongan untuk para profesional muda yang ingin memberikan talenta
terbaiknya untuk Tuhan dengan bekerja sebagai seorang editor atau
penerjemah.
Kualifikasi Khusus untuk Editor:
1. S1 Sastra Indonesia, diutamakan dari bidang linguistik.
2. Memiliki kecintaan terhadap bahasa Indonesia dan terbeban dalam
pengembangan bahasa Indonesia.
3. Berpengalaman dalam menyunting dan menulis naskah di media massa.
Kualifikasi Khusus untuk Penerjemah:
1. S1 Sastra Inggris.
2. Berpengalaman dalam menerjemahkan naskah dari Bahasa Inggris ke
bahasa Indonesia dan sebaliknya.
3. Memiliki pengalaman dalam menyunting naskah terjemahan.
Kualifikasi Umum:
1. Sudah lahir baru dalam Kristus dan sudah dibaptis.
2. Memiliki panggilan yang jelas untuk melayani Tuhan.
3. Diutamakan yang belum menikah.
4. Menguasai tata bahasa dan EyD bahasa Indonesia.
5. Gemar membaca dan menulis; mampu berpikir dan mengekspresikan
diri.
6. Memiliki profesionalitas, mampu bekerja dalam tim dengan tenggat
waktu (deadline) yang ketat, memiliki ketelitian yang tinggi, dan
berkeinginan besar untuk terus belajar.
7. Nilai tambah:
a. pernah mengikuti pelatihan penyuntingan naskah (editor).
c. pernah mengikuti pelatihan penerjemahan naskah (penerjemah).
b. pernah mengikuti seminar tentang Bahasa Indonesia/Inggris.
8. Bersedia ditempatkan di Solo, Jawa Tengah, minimal untuk dua
tahun.
Jika Anda atau rekan Anda merasa terpanggil dan memenuhi kualifikasi
di atas, segera kirimkan lamaran beserta kelengkapan lainnya (CV,
fotocopy transkrip nilai dan ijazah, contoh tulisan Anda, dan surat
referensi) ke alamat:
HRD - YLSA
Kotak Pos 25/SLONS
Surakarta 57135
Untuk informasi lebih lengkap, silakan kirim e-mail ke:
==> < rekrutmen-ylsa(at)sabda.org >
Catatan:
--------
Silakan sebarkan informasi ini kepada mereka yang membutuhkan.
============================== e-KONSEL ==============================
PIMPINAN REDAKSI: Christiana Ratri Yuliani
STAF REDAKSI: Evie Wisnubroto
PENANGGUNG JAWAB ISI dan TEKNIS
Yayasan Lembaga SABDA
INFRASTRUKTUR dan DISTRIBUTOR
Sistem Network I-KAN
Copyright(c) 2008 oleh YLSA
http://www.ylsa.org/
http://katalog.sabda.org/
Rekening: BCA Pasar Legi Solo
No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati
======================================================================
Anda punya masalah/perlu konseling?
atau ingin mengirimkan Informasi/artikel/bahan/
sumber konseling/surat/saran/pertanyaan/dll.
silakan kirim ke: konsel(at)sabda.org
atau owner-i-kan-konsel(at)hub.xc.org
Berlangganan: subscribe-i-kan-konsel(at)hub.xc.org
Berhenti : unsubscribe-i-kan-konsel(at)hub.xc.org
ARSIP : http://www.sabda.org/publikasi/e-konsel/
Situs C3I : http://c3i.sabda.org/
======================================================================
|
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |