|
Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
https://sabda.org/https://sabda.org/publikasi/e-konsel/155 |
|
e-Konsel edisi 155 (3-3-2008)
|
|
Edisi (155) -- 1 Maret 2008
e-KONSEL
======================================================================
Milis Publikasi Elektronik Pelayanan Konseling Kristen
======================================================================
Daftar Isi:
= Pengantar : Mengungkapkan dan Mengendalikan Emosi
= Renungan : Pengendalian Diri
= Cakrawala 1: Bagaimana Mengendalikan Emosi-Emosi Saudara?
= Cakrawala 2: Apakah Emosi yang Kuat Itu Baik atau Buruk?
= TELAGA : Disiplin dan Emosi Anak
= Tips : Menyikapi Emosi dan Menenteramkan Diri
= Info : SABDA Space Teens: Komunitas Blogger Remaja Kristen
========== PENGANTAR REDAKSI ==========
Salam sejahtera,
Ada banyak cara yang bisa kita lakukan untuk mengungkapkan emosi.
Ada yang diam dan memendam emosinya, ada yang menangis, tetapi ada
pula yang meluapkannya dengan tindakan-tindakan yang kasar, misalnya
marah-marah, memukul, mengumpat, merusak, atau tindakan lain yang
bisa merugikan diri sendiri, bahkan orang lain.
Sebenarnya mengungkapkan emosi bukanlah tindakan yang buruk. Emosi
memang perlu diungkapkan, namun hendaknya kita bisa mengungkapkannya
di tempat yang tepat dan dengan cara yang tepat pula. Karena
kegagalan mengendalikan emosi tidak hanya akan merugikan diri
sendiri, tetapi juga dapat melukai orang lain. Saat ini ada banyak
orang yang gagal dalam mengendalikan emosi mereka. Baca, lihat, dan
dengar saja di media massa. Di sana sering diberitakan perusakan
atau tindak kejahatan yang dilatarbelakangi oleh masalah emosi.
Bila mengungkapkan emosi adalah tindakan yang sah-sah saja, lalu
bagaimana caranya kita bisa mengungkapkannya tanpa melakukan
tindakan yang merugikan diri sendiri dan orang lain? Melalui edisi
awal Maret ini, kita maupun anak-anak kita dapat bersama-sama
belajar mengendalikan emosi. Kiranya artikel yang kami sajikan
menjadi berkat bagi pembaca sekalian.
Pimpinan Redaksi,
Christiana Ratri Yuliani
========== RENUNGAN ==========
PENGENDALIAN DIRI
Bacaan: Mazmur 56
Kita mudah kehilangan kendali emosi saat seseorang yang ingin
menyakiti kita tampak telah memenangkan situasi.
Fred telah difitnah mencuri dan terancam kehilangan pekerjaannya.
Orang yang memfitnahnya adalah lawan yang cerdik. Fred merasa marah
dan frustrasi -- ia marah atas fitnahan tersebut dan frustrasi
karena gagal meyakinkan atasannya.
Kadang kala Fred tidak mampu menguasai diri. Pada suatu kesempatan,
dengan penuh nafsu ia menyatakan akan membunuh musuhnya itu. Namun
pada saat yang lain, ia mengatakan hendak bunuh diri. Suasana
batinnya terombang-ambing dari perlawanannya yang semula keras
hingga pada sikap menyerahnya yang menyedihkan.
Penulis Mazmur 56 juga menjadi sasaran kebencian yang tidak pada
tempatnya. Musuh-musuh yang cerdik mengancam jiwanya. Namun, ia
tidak kehilangan kendali atas dirinya sendiri. Sebaliknya, ia
berbicara kepada Allah secara jujur dan terbuka. Ia membicarakan
kenyataan yang ada dan kemudian memohon pertolongan Allah yang
kemudian memang menolongnya!
Tidak mudah bagi kita untuk menerima kenyataan bahwa kita adalah
orang yang dibenci secara tidak layak dan diserang secara
menyakitkan. Namun, kita tidak perlu menyerah terhadap keadaan emosi
kita. Kita dapat berdoa kepada Allah dan menaruh keyakinan
kepada-Nya. Apabila kita melakukannya, Dia akan menanggapinya. Dia
akan membebaskan kita atau memberi kita kekuatan untuk menanggung
keadaan itu dan untuk mengasihi musuh-musuh kita selalu! -- HVL
LEPAS KENDALI BUKANLAH CARA UNTUK MELEPASKAN DIRI
DARI KEADAAN YANG SULIT
Diambil dari:
Nama publikasi: e-Renungan Harian, 24 Oktober 2000
Penulis : HVL
Alamat URL : http://www.sabda.org/publikasi/e-rh/2000/10/24/
========== CAKRAWALA 1 ==========
BAGAIMANA MENGENDALIKAN EMOSI-EMOSI SAUDARA?
Kita perlu mengakui bahwa emosi itu tidak apa-apa; sebetulnya, emosi
dapat sangat bermanfaat. Kadang-kadang, terutama jika kita menjadi
marah atau frustrasi, kita berpikir bahwa emosi itu buruk. Kita
berpikir bahwa seorang Kristen seharusnya tidak merasa tidak
berbahagia. Tetapi Tuhan menciptakan emosi-emosi. Emosi adalah
bagian dari wujud manusia. Emosi mendorong kita untuk bertindak.
Namun, emosi dapat menimbulkan masalah bila kita tidak
mengendalikannya. Emosi yang tidak terkendali dapat menimbulkan
tekanan darah tinggi, ketegangan otot, infeksi, berbagai macam
penyakit, atau menjadi marah terhadap anak-anak dan pasangan kita.
Akibat-akibat negatif itu tidak banyak disebabkan oleh emosi itu
sendiri, tetapi lebih banyak karena ketidakmampuan kita untuk
mengendalikannya dan memanfaatkannya secara konstruktif.
Adalah penting untuk mengetahui bahwa emosi berkaitan erat dengan
pikiran dan perbuatan.
Emosi berhubungan dengan pikiran. Di dalam Filipi 4:4-7, Paulus
menulis waktu ia di penjara. Ia memunyai alasan kuat untuk berkecil
hati, tetapi ia berkata, "Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan!
Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah! ... Janganlah hendaknya kamu
kuatir tentang apa pun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal
keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan
syukur. Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan
memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus." Pikiran Paulus
jelas menguasai emosinya.
Kedengarannya bagus, tetapi sebetulnya sulit menyuruh diri kita
sendiri untuk tidak cemas, tidak marah, atau tidak kuatir. Dalam
sebagian besar kasus, hal itu tidak berhasil. Jika saya sedih dan
seseorang mengatakan, "Anda tidak perlu sedih," saya tidak akan
mulai merasa gembira seberapa kerasnya pun saya berusaha. Kita dapat
saja berdiri dan bernyanyi di gereja, "Meski banyaklah gelisah, lagi
hati gemetar. Lari saja pada Yesus, Sobat kita yang benar," tetapi
kita pulang tetap dengan rasa kecil hati. Lalu dari situlah muncul
perbuatan.
Emosi berkaitan dengan perbuatan. Kita perlu menyadari bahwa pikiran
dan perbuatan berjalan bersama-sama. Sewaktu Rasul Paulus menyuruh
orang-orang Filipi untuk bersukacita dan tidak usah kuatir, ia
memberi tahu apa yang perlu mereka kerjakan. "Hendaklah kebaikan
hatimu diketahui semua orang." (ayat 5) Berdoalah. Naikkanlah ucapan
syukur. Maka akan timbul damai sejahtera.
Ada saatnya ketika kasih lebih merupakan perbuatan daripada emosi.
Kadang-kadang perasaan kasih itu menghilang, dan untuk
mengembalikannya, Saudara harus melakukan perbuatan-perbuatan kasih.
Saya mengenal seorang ibu yang benar-benar menjadi benci kepada anak
laki-lakinya. Ibu itu selalu mengeluh kepada anaknya, selalu
memarahinya, selalu meledak amarahnya melihat anak itu. Suatu hari
si ibu berubah dan berkata, "Tuhan, tolonglah aku untuk melihat apa
yang baik pada anakku. Tolonglah aku untuk mengatakan apa yang baik
dan bukan mengomel setiap saat." Ibu itu tidak langsung merasakan
adanya perubahan pada diri anaknya, tetapi dia sendiri mengubah
tindakannya. Dan pada waktu ia mulai mengatakan hal-hal yang positif
kepada anaknya, anaknya pun mulai menanggapi secara lebih positif.
Maka tidak perlu lagi si ibu marah-marah, karena tabiat anaknya
berubah. Perbuatan yang penuh kasih dari si ibu membangkitkan emosi
yang penuh kasih pula pada kedua belah pihak.
Tindakan lain yang akan menolong mengatur emosi adalah membicarakan
masalah-masalah dengan seseorang yang kiranya dapat membantu kita
memandang berbagai hal dari sudut yang benar. Kita juga dapat
berbicara dengan Tuhan, mengendalikan emosi-emosi kita dengan doa.
Kita bisa meminta Tuhan menolong kita, atau -- dan hal ini justru
lebih efektif -- kita dapat mencari sesuatu yang baik di tengah
situasi itu dan mengucap syukur atasnya.
Humor juga sangat bermanfaat. Lihatlah segi yang lucu dari persoalan
yang Saudara hadapi. Cobalah untuk tidak bersifat sinis.
Penyelidikan menunjukkan bahwa sifat sinis dapat berakibat fatal.
Terus-menerus memusatkan perhatian pada hal yang negatif dapat
mengganggu fisik Saudara dan bahkan dapat menimbulkan serangan
jantung dan penyakit-penyakit lainnya. Tetapi "hati yang gembira
adalah obat yang manjur." (Amsal 17:22)
Kunci yang paling efektif untuk mengendalikan emosi kita adalah
dengan pikiran maupun perbuatan. Hal ini merupakan kesadaran kita
tentang betapa besarnya kita telah diberkati, disatukan dengan
perbuatan mengucap syukur atas berkat-berkat yang kita terima itu.
Rasa syukur adalah sikap yang hendaknya kita miliki, baik terhadap
Tuhan maupun terhadap sesama kita. Rasa syukur dapat mengubah sudut
pandangan kita pada situasi apa pun. Bila kita bersyukur, kita
berhenti melihat pada persoalan-persoalan kita semata-mata dan akan
mulai memerhatikan berkat-berkat yang telah Tuhan berikan kepada
kita. Bila kita bersyukur, semua emosi kita terkendali.
Diambil dan diedit seperlunya dari:
Judul buku: Pola Hidup Kristen
Penulis : Gary Collins
Penerbit : Gandum Mas, Yayasan Kalam Hidup dan YAKIN 2002
Halaman : 370 -- 372
========== CAKRAWALA 2 ==========
APAKAH EMOSI YANG KUAT ITU BAIK ATAU BURUK?
Emosi sering berakar pada respons-respons fisik. Arus adrenalin yang
deras yang menyebabkan jantung menjadi berdebar-debar, wajah menjadi
kemerah-merahan, dan lain sebagainya adalah respons tubuh Anda
terhadap suatu ancaman. Banjir hormon merupakan respons yang alamiah
bila berdekatan dengan lawan jenis. Orang dari berbagai tingkat usia
dan macam-macam tipe tubuh memunyai tingkat-tingkat respons fisik
yang berbeda-beda, namun bukanlah suatu dosa bila memunyai respons
fisik yang kuat.
Suatu emosi adalah suatu interpretasi dari keadaan, yang didasarkan
pada apa yang Anda yakini jauh di dalam lubuk hati Anda.
-------------------------------------------------------------------
Jika seseorang mendorong Anda dari belakang dan Anda mengalami
aliran adrenalin yang deras, Anda secara otomatis menafsirkan
perasaan fisik itu sebagai kemarahan atau ketakutan, tergantung pada
bagaimana anggapan Anda terhadap ancaman dorongan itu. Bila
seseorang menyakiti Anda, Anda menafsirkan situasi itu sebagai
sesuatu yang merintangi keinginan Anda atau sebagai suatu penolakan
terhadap kebutuhan Anda yang penting. Dengan demikian, Anda pun
merasa kecewa atau bahkan sangat kecewa, marah, atau sakit hati.
Emosi itu merupakan pesan.
--------------------------
Jika Anda merasa marah atau gugup apabila istri Anda mendesak Anda
untuk berbicara, hati Anda mungkin sedang mengatakan kepada Anda,
"Saya khawatir kalau saya menjadi mudah diserang oleh orang ini;
pandangannya tentang aku berarti sekali; saya khawatir bahwa ia akan
kehilangan rasa hormat jika ia mengetahui siapa saya yang
sebenarnya; saya khawatir kalau wanita yang mengetahui
rahasia-rahasia saya akan menggunakannya untuk memanipulasi saya;
saya tidak mempercayakan Allah untuk mengurus kebutuhan saya akan
rasa hormat dan melindungi saya dari wanita yang suka menguasai;
saya belum pernah mengampuni ibu saya karena ia mencoba menguasai
diri saya." Informasi yang sangat bermanfaat ini mengatakan kepada
Anda tentang hubungan Anda dengan Allah, istri, dan ibu Anda.
Yang menjadi pokok persoalan moral ialah apa yang Anda lakukan
dengan perasaaan itu.
--------------------------------------------------------------
Perasaan itu merupakan apa yang sesungguhnya menjadi keyakinan Anda.
Tanyakanlah pada diri Anda sendiri: Apakah keyakinan ini benar?
Perlukah saya memerbaharui pikiran saya dengan kebenaran Allah
(Roma 12:1-2)? Bagaimanakah saya akan memberi respons?
Perhatikanlah perasaan-perasaan Anda, tetapi bertindaklah (pakailah
kehendak Anda) untuk apa yang Anda ketahui (di dalam pikiran Anda)
sebagai sesuatu yang benar.
Diambil dan diedit seperlunya dari:
Judul Buku: Kompas Kehidupan Kristen
Penulis : K.C. Hinckley
Penerbit : Yayasan Kalam Hidup, Bandung 1989
Halaman : 156 -- 157
========== TELAGA ==========
DISIPLIN DAN EMOSI ANAK
Ada sebagian orang tua yang berpendapat bahwa anak tidak memerlukan
disiplin sebab pada akhirnya ia akan belajar disiplin dengan
sendirinya. Pandangan ini tidak tepat sebab anak memerlukan disiplin
sama seperti anak memerlukan tangan orang tua untuk menuntunnya
belajar berjalan. Salah satu alasan mengapa disiplin diperlukan
karena disiplin akan memengaruhi emosi anak. Ada kaitan yang erat
antara disiplin dan pengembangan serta penguasaan emosi anak.
Penerapan disiplin yang tidak tepat berpotensi menghambat
pemgembangan dan penguasaan emosi anak. Berikutnya kita akan melihat
penerapan disiplin yang tidak tepat dan pengaruhnya pada
perkembangan emosi anak. Namun, pertama kita akan membahas definisi
disiplin itu sendiri.
Definisi mendisiplin anak adalah usaha yang terencana dari pihak
orang tua untuk:
(a) mengendalikan dan menghilangkan perilaku anak yang tidak sesuai
dengan harapan orang tua dan
(b) menumbuhkan dan memertahankan perilaku anak yang sesuai dengan
harapan orang tua.
Setidaknya ada tiga unsur yang terlibat di sini.
Penerapan I: Terencana
Pertama, disiplin merupakan usaha yang terencana dari pihak orang
tua, dalam pengertian disiplin bukanlah sekadar reaksi emosional,
melainkan reaksi yang telah dipikirkan secara matang sehingga arah
dan kekonsistenannya terjaga. Reaksi orang tua yang bersifat
emosional dan insidental tanpa kesinambungan berpotensi menimbulkan
kebingungan, dan pada akhirnya memancing reaksi marah atau ketakutan
pada anak.
Penerapan II: Mengendalikan dan Menghilangkan
Kedua, disiplin digunakan untuk mengendalikan dan menghilangkan
perilaku anak yang tidak sesuai harapan orang tua. Tidak semua
perilaku anak benar dan baik, itu sebabnya anak memerlukan
pembentukan agar perilaku yang tidak sesuai dapat dikendalikan dan
dihilangkan. Untuk itu diperlukan sistem konsekuensi yang jelas dan
tepat. Kegagalan orang tua menerapkan disiplin membuat anak bebas
melakukan hal-hal negatif dan ini akan membuatnya lemah dalam
penguasaan diri. Sebaliknya, disiplin yang berlebihan membuat anak
ketakutan atau memendam kemarahan yang dalam.
Penerapan III: Menumbuhkan dan Memertahankan.
Ketiga, disiplin digunakan untuk menumbuhkan dan mempertahankan
perilaku yang sesuai dengan harapan orang tua. Kadang kita
beranggapan, sekali nilai yang baik itu tertanam, selamanya ia akan
berakar dan berbuah. Faktanya tidak demikian; bukankah ada banyak
hal positif yang pernah kita lakukan tidak kita lakukan lagi
sekarang?
Orang tua perlu menciptakan sistem imbalan agar anak melihat dan
mencicipi sendiri buah keberhasilannya. Dengan kata lain, anak perlu
menyadari bahwa disiplin yang diterapkannnya memang baik untuknya,
bukan hanya untuk kita. Selama anak melihat bahwa semua ketaatannya
hanyalah untuk menyenangkan hati orang tua, disiplin itu belum
menjadi bagian hidupnya. Jika ini terjadi, tujuan disiplin telah
tercapai; disiplin orang tua telah menjadi disiplin diri.
Firman Tuhan, "Siapa tidak menggunakan tongkat, benci kepada
anaknya; tetapi siapa mengasihi anaknya, menghajar dia pada
waktunya." (Amsal 13:24)
Sekali lagi tentang anak yang masuk golongan "Attention Deficit
Hyperacitivity Disorder". Ciri utamanya adalah kesulitan untuk
berkonsentrasi dan mengendalikan emosi serta perilakunya. Ada yang
hanya mengalami kesulitan memusatkan perhatian untuk kurun waktu
yang lama; ada pula yang tidak dapat mengendalikan perilaku dan
emosinya akibat energi yang berlebihan. Kali ini kita hanya akan
membahas tentang emosi dan perilakunya, yakni bagaimanakah kita
sebagai orang tua dapat menolong mengendalikan emosi dan
perilakunya. Ada beberapa langkah yang dapat kita ajarkan, dan
semuanya termaktub dalam akronim STAR.
Stop
----
Kita mengajarkannya untuk berhenti dan tidak melakukan apa-apa
tatkala anak tengah marah. Pertama, kita melatihnya untuk mengontrol
pernapasannya, yakni menarik napas yang panjang dan melepaskannya
perlahan-lahan. Kedua, kita mengajarkannya untuk melemaskan
pundaknya. Ketiga, kita mengajarkannya untuk mendengarkan
pernapasannya. Keempat, bila memungkinkan kita mengajarkannya untuk
meninggalkan situasi yang membuatnya marah itu.
Think
-----
Anak yang mengidap ADHD cenderung peka secara berlebihan dan hal ini
membuatnya mudah tersinggung dan marah. Setelah ia mampu untuk
"stop", langkah berikutnya adalah mengajarkannya untuk berdialog
dengan diri sendiri. Dalam dialog ini, ia harus menjawab pertanyaan,
"Apakah ini ditujukan kepada saya dengan maksud untuk membuat saya
marah?" Dengan kata lain, kita memintanya untuk berpikir objektif
dan luas.
And Respond
-----------
Jika jawaban terhadap pertanyaan itu adalah ya, ditujukan kepadanya
untuk membuatnya marah, maka langkah berikutnya adalah
mengajarkannya untuk menimbang respons seperti apakah yang
seharusnya ia berikan. Di sini kita perlu mengajarkannya tentang
kehendak Tuhan, yakni tidak membalas kejahatan dengan kejahatan.
Kita pun dapat mengajarkannya untuk memikirkan alternatif yang lain,
misalkan berbicara langsung kepada pihak yang bersangkutan atau
melaporkannya kepada kita.
Firman Tuhan, "Siapa memelihara mulut dan lidahnya memelihara diri
daripada kesukaran." (Amsal 21:23)
Sajian di atas, kami ambil/edit dari isi kaset TELAGA No. 195A
yang telah diringkas/disajikan dalam bentuk tulisan.
-- Jika Anda ingin mendapatkan transkrip lengkap kaset ini lewat
e-mail, silakan kirim surat ke: < owner-i-kan-konsel(at)hub.xc.org >
atau: < TELAGA(at)sabda.org >
atau kunjungi situs TELAGA di:
==> http://www.telaga.org/ringkasan.php?disiplin_dan_emosi_anak.htm
========== TIPS ==========
MENYIKAPI EMOSI DAN MENENTERAMKAN DIRI
Masalah yang Anda hadapi semakin membuat Anda tak bisa mengontrol
emosi belakangan ini? Atau malah sampai membuat Anda kehilangan
nafsu makan bahkan mudah jatuh sakit? Inilah saatnya Anda perlu
melakukan langkah-langkah yang dapat membantu Anda mengatasi hal
ini.
Beberapa tips untuk Anda
------------------------
1. Jika pikiran Anda tidak tenang dan susah konsentrasi.
- Streching.
Latihan ini akan memompa oksigen ke otak sehingga memermudah
Anda berkonsentrasi. Gerakkan kaki dan tangan Anda selama dua
menit, setelah itu Anda juga akan merasa lebih rileks karena
otot-otot Anda melemas.
- Menyikat gigi.
Percayalah, rasa segar pada mulut dengan mudah dapat
menyegarkan pikiran Anda.
- Pertahankan selera humor Anda.
Ketika Anda stres, tidak jarang semua canda Anda anggap serius.
Cobalah untuk tetap bisa menikmati sebuah lelucon atau situasi
yang lucu, karena tertawa akan melegakan Anda.
- Tulislah kelebihan Anda di sebuah kertas.
Jangan biarkan otak Anda hanya diisi oleh pikiran negatif.
- Jika Anda berangkat pagi, arahkan mata Anda kepada sinar
matahari pagi yang ramah. Pejamkan mata Anda dan biarkan
hangatnya sinar matahari pagi mengenai kulit Anda.
2. Jika tubuh Anda tegang.
- Perbaiki sikap tubuh.
Tubuh yang tegang biasanya mendorong seseorang untuk duduk
membungkuk. Dengan mengubah posisi tubuh menjadi tegak, Anda
akan merasa seperti diberi semangat baru dan memberi pesan
"semua akan baik-baik saja".
- Relaksasi dengan cara tersenyum atau mengunyah permen karet.
Wajah bisa terasa lebih rileks, terutama jika ketegangan
"mengganggu" bagian wajah Anda.
- Mini massage.
Anda bisa minta bantuan rekan Anda untuk melakukan sedikit
pijatan di bagian punggung, leher, dan bahu.
3. Jika emosi Anda sedang labil:
- Belajar lebih asertif.
Jangan pendam kemarahan atau kekecewaan Anda. Belajarlah
mengekspresikan apa yang Anda rasakan, pikirkan dan jangan ragu
untuk mendiskusikan permasalahan ini sehingga tercapai "win-win
solution".
- Mendengarkan musik dan bernyanyi akan membawa Anda pada kondisi
yang menyenangkan hati.
- Menerima kenyataan bahwa Anda harus belajar bersabar.
Tidak semua hal dapat berjalan sesuai keinginan Anda.
- Hargai diri Anda.
Penghargaan terhadap diri sendiri sangatlah diperlukan agar
bisa memicu dan meningkatkan kemampuan.
Diambil dan diedit seperlunya dari:
Nama situs: Jawaban.com
Penulis : Tidak dicantumkan
Alamat URL: http://www.jawaban.com/news/health/detail.php?id_news=071217213454
========== INFO =========
SABDA Space Teens: KOMUNITAS BLOGGER REMAJA KRISTEN
Remaja adalah pribadi unik yang memiliki dunia yang dinamis dan
penuh energi. Mereka tidak mau lagi disebut anak-anak, namun mereka
juga belum pantas untuk masuk dunia orang dewasa. Karena keunikan
dan keistimewaan inilah, mereka memiliki kebutuhan yang tidak sama
dengan jenjang usia-usia lainnya.
Menyadari bahwa remaja membutuhkan ruang lingkup yang berbeda dan
perhatian yang khusus, maka Yayasan Lembaga SABDA
< http://www.ylsa.org > menyediakan wadah bagi mereka dengan
meluncurkan sebuah situs komunitas blogger remaja Kristen yang
diberi nama "SABDA Space Teens" -- versi remaja dari situs SABDA
Space < http://www.sabdaspace.org/ >. Seperti halnya SABDA Space,
SABDA Space Teens diharapkan dapat menjadi wadah untuk menampung
aspirasi, pikiran, dan pergumulan dalam bentuk tulisan, khusus untuk
kaum remaja Kristen.
Bagi Anda yang tergolong masih remaja, atau Anda yang memiliki
anak/adik/teman/ tetangga yang masih remaja, sebarkan informasi di
atas. Untuk bergabung mudah sekali, klik saja menu Daftar Menjadi
Pengguna, kemudian isi formulir yang ada. Nah, para remaja, tunggu
apa lagi? Segera kunjungi:
==> http://teens.sabdaspace.org/
Mari berbagi pikiran melalui tulisan dan bersiaplah untuk berdampak
demi kemuliaan Kristus.
============================== e-KONSEL ==============================
PIMPINAN REDAKSI: Christiana Ratri Yuliani
STAF REDAKSI: Evie Wisnubroto
PENANGGUNG JAWAB ISI dan TEKNIS
Yayasan Lembaga SABDA
INFRASTRUKTUR dan DISTRIBUTOR
Sistem Network I-KAN
Copyright(c) 2008 oleh YLSA
http://www.ylsa.org/
http://katalog.sabda.org/
Rekening: BCA Pasar Legi Solo
No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati
======================================================================
Anda punya masalah/perlu konseling?
atau ingin mengirimkan Informasi/artikel/bahan/
sumber konseling/surat/saran/pertanyaan/dll.
silakan kirim ke: konsel(at)sabda.org
atau owner-i-kan-konsel(at)hub.xc.org
Berlangganan: subscribe-i-kan-konsel(at)hub.xc.org
Berhenti : unsubscribe-i-kan-konsel(at)hub.xc.org
ARSIP : http://www.sabda.org/publikasi/e-konsel/
Situs C3I : http://c3i.sabda.org/
======================================================================
|
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |