BAHAN HUMOR
Terima Kasih
Download Audio
Tempat Prapti bekerja memperbolehkan karyawan membawa anak mereka ke kantor jika mereka terpaksa karena keadaan darurat. Karena itulah, di kantor Prapti, ada stoples besar berisi banyak permen untuk anak-anak.
Suatu hari, Ningsih terpaksa membawa anaknya, Kiki, ke kantor. Setelah minta izin ke Ningsih, Prapti mengambil stoples itu dan menyodorkannya ke Kiki agar dia bisa memilih sendiri permen yang dia suka. Setelah Kiki memilih satu permen yang dia sukai, ibunya mengingatkan, "Ayo, Kiki, kamu harus bilang apa ke Tante Prapti yang sudah baik sama kamu?"
Kiki lalu memandang Prapti dengan malu-malu dan berkata, "Boleh minta satu lagi enggak, Tante?"
[Diambil dari: e-Humor edisi 1128]
“Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanya, dia tidak akan menyimpang dari jalan itu.”
—Amsal 22:6, AYT
Ibu yang Sabar
Download Audio
Seorang pria mengamati seorang wanita di toko swalayan dengan anak gadis berumur tiga tahun di keranjang dorongnya. Saat mereka melewati bagian yang menjual kue, gadis kecil itu meminta kue, dan ibunya berkata, "Tidak." Gadis kecil itu lalu mulai merengek. Sambil mengelus dada, sang ibu berkata dengan suara pelan, "Monica, kita hanya tinggal melewati setengah lorong ini. Jangan sedih ya, tidak akan lama lagi kok."
Setelah itu, mereka sampai ke bagian permen, dan gadis kecil itu mulai meminta permen. Gadis kecil itu mulai menangis karena sang ibu tidak memberikannya permen. Ibu itu berkata lagi dengan ekspresi yang sudah tidak sabar lagi, "Dengar ya, Monica, jangan menangis ya, hanya tinggal dua lorong lagi kok, dan kita akan segera keluar dari tempat ini."
Setelah sampai di kasir, gadis kecil itu mulai berteriak meminta permen karet, kemudian berteriak-teriak setelah tahu bahwa toko itu tidak menjual permen karet. Ibu itu kembali mencoba tenang sambil berkata, "Monica, kita di kasir ini hanya 5 menit. Setelah itu, kamu bisa pulang dan istirahat dengan tenang."
Sang pria mengikuti mereka keluar sampai tempat parkir dan menghampiri ibu itu untuk memujinya, "Saya sungguh memuji kesabaran Anda terhadap si kecil Monica, Nyonya. Dia terus menangis, tapi Anda tidak marah, bahkan menenangkan dia dengan lembut. Tidak seperti ibu-ibu kebanyakan."
Si ibu menjawab dengan wajah sayu, "Pak, nama anak saya Tami."
"Loh, dari tadi Anda menenangkan anak Anda dengan menyebutkan Monica?" tanya si pria kebingungan.
"Iya, tapi Monica itu saya, Pak!"
[Diambil dari: e-Humor edisi 1252]
“Orang yang lambat marah memiliki pengertian yang besar, tetapi dia yang cepat marah meninggikan kebodohan.”
—Amsal 14:29, AYT
|