Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-humor/252

e-Humor edisi 252 (26-12-2001)

[KISAH NATAL] INJIL MENURUT TOKO SERBA ADA

Rabu, 26 Desember 2001

Kisah Natal 
-~-~-~-~-~-

INJIL MENURUT TOKO SERBA ADA
============================

Ada kisah tentang kebaikan dan kasih yang tercecer dari antara
perayaan-perayaan Natal, semacam kisah Orang Samaria yang Baik Hati.
Kisah tentang kasih yang indah ini sayangnya tidak terjadi di gereja,
tetapi di sebuah toko serba ada (Dept. Store) di Amerika Serikat.

Pada suatu hari seorang pengemis wanita, yang dikenal dengan sebutan 
"Bag Lady" (karena segala harta-bendanya termuat dalam sebuah tas 
yang ia jinjing kemana-mana sambil mengemis), memasuki sebuah Dept. 
Store yang mewah sekali. Hari-hari itu adalah menjelang hari Natal. 
Toko itu dihias dengan indah sekali. Semua lantainya dilapisi karpet 
yang baru dan indah. Meskipun bajunya kotor dan penuh lubang,  
pengemis ini tanpa ragu-ragu memasuki toko ini. Badannya mungkin sudah 
tidak mandi berminggu-minggu. Bau badan menyengat hidung.

Ketika itu, ada seorang hamba Tuhan mengikutinya dari belakang. Ia 
berjaga-jaga, kalau petugas sekuriti toko itu mengusir pengemis ini, 
sang hamba Tuhan mungkin dapat membela atau membantunya. Wah, tentu 
pemilik atau pengurus toko mewah ini tidak ingin ada pengemis kotor 
dan bau mengganggu para pelanggan terhormat yang ada di toko itu. 
Begitu pikir sang hamba Tuhan.

Tetapi pengemis ini dapat terus masuk ke bagian-bagian dalam toko itu. 
Tak ada petugas keamanan yang mencegat dan mengusirnya. Aneh ya, 
padahal, para pelanggan lain berlalu lalang di situ dengan setelan jas 
atau gaun yang mewah dan mahal. Di tengah toko itu ada piano besar 
(grand piano) yang dimainkan seorang pianis dengan jas tuksedo, 
mengiringi para penyanyi yang menyanyikan lagu-lagu Natal dengan gaun 
yang indah. Pengemis itu kelihatan sangat tidak cocok dengan suasana 
di toko itu. Ia nampak seperti makhluk aneh di lingkungan yang 
gemerlapan itu, tetapi sang 'Bag Lady' jalan terus. Sang hamba Tuhan 
itu juga mengikuti terus dari jarak tertentu.

Rupanya pengemis itu mencari sesuatu di bagian gaun wanita. Ia
mendatangi counter paling eksklusif yang memajang gaun-gaun mahal
ber-merek (branded items) dengan harga diatas 00 untuk satu gaun.
Kalau dikonversi dengan kurs akhir-akhir ini, harganya dalam rupiah
pasti lebih dari Rp. 20 juta untuk satu gaun.

Baju-baju yang mahal dan mewah! Apa yang dikerjakan pengemis ini?
Sang pelayan bertanya, "Apa yang dapat saya bantu bagi anda?" "Saya
ingin mencoba gaun merah muda itu!"

Kalau anda ada di posisi sang pelayan itu, bagaimana respons anda?
Wah, kalau pengemis ini mencobanya tentu gaun-gaun mahal itu akan
jadi kotor dan bau, dan pelanggan lain yang melihat mungkin akan
jijik membeli baju-baju ini setelah dia pakai. Apalagi bau badan
orang ini begitu menyengat, tentu akan merusak gaun-gaun itu.

Tetapi mari kita dengarkan apa jawaban sang pelayan toko mewah itu.
"Berapa ukuran yang anda perlukan?" "Tidak tahu!" "Baiklah, mari saya
ukur dulu."

Pelayan itu mengambil pita meteran, mendekati pengemis itu, mengukur
bahu, pinggang, dan panjang badannya. Bau menusuk hidung terhirup
ketika ia berdekatan dengan pengemis ini. Ia cuek saja. Ia layani
pengemis ini seperti satu-satunya pelanggan terhormat yang
mengunjungi counternya.

"OK, saya sudah dapatkan nomor yang pas untuk nyonya! Cobalah yang 
ini!" Ia memberikan gaun itu untuk dicoba di kamar pas.

"Ah, yang ini kurang cocok untuk saya. Apakah saya boleh mencoba yang
lain?" "Oh, tentu!" Pelayan ini menghabiskan waktu kurang lebih dua
jam lamanya untuk melayani sang "Bag Lady".

Apakah pengemis ini akhirnya membeli salah satu gaun yang dicobanya? 
Tentu saja tidak! Gaun seharga puluhan juta rupiah itu jauh dari 
jangkauan kemampuan keuangannya. Pengemis itu kemudian berlalu begitu 
saja, tetapi dengan kepala tegak karena ia telah diperlakukan sebagai 
layaknya seorang manusia. Biasanya ia dipandang sebelah mata. Tapi
hari itu, ada seorang pelayan toko yang melayaninya, menganggapnya 
seperti orang penting, dan yang mau mendengarkan permintaannya.

Tetapi mengapa pelayan toko itu mau repot-repot melayaninya? Bukankah
kedatangan pengemis itu membuang-buang waktu dan memakan biaya bagi
toko itu karena harus mengirim gaun-gaun yang sudah dicoba itu ke
Laundry agar dicuci bersih supaya kembali tampak indah dan tidak bau.
Pertanyaan ini juga mengganggu sang hamba Tuhan yang memperhatikan
apa yang terjadi di counter itu.

Kemudian hamba Tuhan ini bertanya kepada pelayan toko itu setelah ia
selesai melayani tamu "istimewa"-nya. "Mengapa anda membiarkan
pengemis itu mencoba gaun-gaun indah ini?" "Oh, sudah menjadi tugas 
saya untuk melayani dan berlaku ramah."

"Tetapi, anda 'kan tahu bahwa pengemis itu tidak mungkin sanggup
membeli gaun-gaun mahal ini?"

"Maaf, soal itu bukan urusan saya. Saya tidak dalam posisi untuk
menilai atau menghakimi para pelanggan saya. Tugas saya adalah untuk
melayani dan berbuat baik."

Hamba Tuhan ini tersentak kaget. Di jaman yang penuh keduniawian ini
ternyata masih ada orang-orang yang tugasnya adalah melayani dan
berbuat baik, tanpa perlu menghakimi orang lain. Hamba Tuhan ini
akhirnya memutuskan untuk membawakan khotbah pada Hari Minggu
berikutnya dengan thema "Injil Menurut Toko Serba Ada". Khotbah ini
menyentuh banyak orang, dan kemudian diberitakan di halaman-halaman
surat kabar di kota itu. Berita itu menggugah banyak orang sehingga
mereka juga ingin dilayani di toko yang eksklusif itu.

Pengemis wanita itu tidak membeli apa-apa, tidak memberi keuntungan
apa-apa. Namun akibat perlakuan istimewa toko itu kepadanya, hasil
penjualan toko itu meningkat drastis, sehingga pada bulan itu
keuntungan naik 48 %.

---------------------------------------------------------------------
                 "Peliharalah kasih persaudaraan!
           Jangan kamu lupa memberi kebaikan kepada orang,
      sebab dengan berbuat demikian beberapa orang dengan tidak
     diketahuinya telah menjamu malaikat-malaikat." (Ibrani 1:31)
       < http://www.bit.net.id/SABDA-Web/Ibr/T_Ibr1.htm 1:31 >
---------------------------------------------------------------------
Sumber   : Milis i-kan-wanita (Kiriman: Yenny)
Subscribe: <subscribe-i-kan-wanita@xc.org>

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org